• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Wonosobo, Jawa Tengah?

b. Seperti apa pola pengunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah?

c. Seperti apa motivasi pengunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah?

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pola penggunaan dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri yang telah dipublikasikan antara lain:

a. “Perilaku Pengguna Obat Tradisional pada Pengunjung Kios Jamu di Kota Yogyakarta Periode Desember 2004 - Februari 2005: Kajian Motivasi,

Pengetahuan dan Penggunaan” (Ningsih, 2005). Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi mengenai perilaku dari masyarakat pengguna obat tradisional di Kota Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah para pengunjung kios jamu yang pernah menggunakan obat tradisional di 10 kios jamu Kota Yogyakarta.

b. “Pola Perilaku Pengobatan Mandiri Diantara Pria dan Wanita di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta” (Angkoso, 2006). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan pola perilaku antara pria dan wanita dalam pengobatan mandiri dan dalam pemilihan obat tanpa resep (OTR) di kalangan mahasiswa khususnya mahasiswa Kampus III, Universitas Sanata Dharma, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, kecuali Fakultas Farmasi. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, kecuali Fakultas Farmasi di semester gasal tahun ajaran 2005/2006.

c. “Studi tentang Pemahaman Obat Tradisional Berdasarkan Informasi pada

Kemasan dan Alasan Pemilihan Jamu Ramuan Segar atau Jamu Instan pada

Masyarakat Desa Maguwoharjo” (Wisely, 2008). Tujian penelitian ini untuk memberi informasi mengenai pemahaman masyarakat tentang kemasan obat tradisional serta faktor-faktor yang melatarbelakangi atau alasan pemilihan pemakaian obat tradisonal di masyarakat sekarang ini. Subjek penelitian ini adalah ibu-ibu yang sudah atau pernah menikah, berusia 26 – 60 tahun, yang

pernah mengkonsumsi obat tradisional dan bertempat tinggal di Desa Maguwoharjo.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya, terletak pada tujuan penelitian, subjek atau responden penelitian, lokasi penelitian, teknik pengambilan responden, dan analisis data. Penelitian ini dilakukan di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, pada tahun 2015, responden penelitian masyarakat Desa Dieng yang berusia ≥18 tahun yang pernah melakukan pengobatan mandiri selama satu bulan terakhir, baik laki-laki ataupun perempuan dan bersedia diwawancara. Teknik pengambilan responden dengan metode aksidental,sampling, sedangkan analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif dan content analysis.

Penelitian ini membahas mengenai pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di masyarakat desa yang berada di daerah dataran tinggi. Pada penelitian sebelumnya membahas mengenai motivasi, pengetahuan dan penggunaan obat tradisional dengan teknik pengambilan responden menggunakan purposive sampling dan sebagian besar responden adalah laki-laki (Ningsih, 2005), faktor-faktor yang mempengaruhi pola perilaku pengobatan mandiri dengan jenis penelitian observasional deskriptif, menggunakan kuisioner dan faktor terbesar yang mempengaruhi adalah karena hemat biaya (Angkoso, 2008) dan pemahaman informasi pada kemasan dan alasan pemilihan obat tradisional dengan jenis penelitian non-eksperimental, survey epidemiologi deskriptif (Wisely, 2008).

Sepengetahuan peneliti, penelitian mengenai pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng belum pernah dilakukan. Oleh karena hal tersebut, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi dan menambah informasi mengenai pola dan motivasi penggunaan obat tradisional.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Memberikan deskripsi mengenai pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri pada masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

b. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai gambaran pola dan motivasi penggunaan obat tradisional di kalangan masyarakat Desa Dieng,

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pola penggunaan dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

2. Tujuan khusus

a. Mendapatkan gambaran mengenai karakteristik responden yang menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah.

b. Mendapatkan gambaran mengenai pola penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah yang meliputi frekuensi pengunaan, nama obat tradisional, yang menggunakan obat tradisional, bentuk obat tradisional yang digunakan, keluhan yang dialami, cara memperoleh, jarak, harga, cara penggunaan, lama penggunaan, yang dialami responden setelah menggunakan obat tradisional, efek samping, obat tradisional yang digunakan sudah pernah digunakan sebelumnya dan sumber informasi mengenai obat tradisional.

c. Mendapatkan gambaran mengenai motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

9 BAB II

PENELAHAAN PUSTAKA

A. Pengobatan Mandiri

Pengobatan mandiri adalah tindakan pemilihan dan penggunaan obat-obatan, baik obat tradisional maupun obat oleh individu untuk mengobati penyakit ringan atau gejala yang dapat dikenali sendiri, bahkan untuk penyakit kronis tertentu yang sebelumnya telah didiagnosis tegak oleh dokter (WHO, 1998). Menurut Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Dirjen Binfar dan Alkes) Tahun 2007, setiap individu yang akan melakukan pengobatan mandiri dituntut untuk bisa menentukan pola pengobatannya sendiri, termasuk tindakan pemilihan obat (obat tradisional atau obat) untuk mengatasi keluhan yang dialami.

Menurut Djunarko dan Hendrawati (2011), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan pengobatan mandiri, antara lain biaya pelayanan kesehatan yang mahal sehingga masyarakat lebih memilih mencari pengobatan yang lebih murah untuk mengobati penyakit-penyakit relatif ringan yang dialami, kemudian dengan berkembangnya kesadaran akan arti penting kesehatan bagi masyarakat karena meningkatnya sistem informasi, pendidikan dan kehidupan sosial ekonomi, sehingga meningkatkan pengetahuan untuk melakukan pengobatan mandiri. Faktor lainnya seperti promosi obat bebas dan obat bebas terbatas melalui media cetak maupun elektronik sampai beredar ke pelosok-pelosok desa, semakin tersebarnya distribusi obat melalui Puskesmas dan warung yang berperan dalam peningkatan pengenalan dan penggunaan obat, terutama

OTR dalam pengobatan mandiri, dilakukannya kampanye pengobatan mandiri yang rasional di masyarakat mendukung perkembangan farmasi komunitas, dan semakin banyak obat yang dahulu termasuk obat keras dan harus diresepkan dokter, dalam perkembangan ilmu kefarmasian yang ditinjau dari khasiat dan keamanan obat diubah menjadi OTR (obat wajib apoteker, obat bebas terbatas, dan obat bebas), sehinggga masyarakat dapat memperkaya pemilihan obat.

Dalam melakukan pengobatan mandiri, pelaku harus mampu mendiagnosis dan menentukan sendiri obat yang digunakan untuk mengatasi keluhan yang dialaminya. Menurut Dirjen Binfar dan Alkes (2007), hal-hal yang perlu diketahui sebelum melakukan pengobatan mandiri antara lain adalah dengan mengetahui jenis obat yang diperlukan, mengetahui kegunaan dari tiap obat sehingga dapat mengevaluasi sendiri perkembangan rasa sakitnya, menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan mengetahui batas kapan harus menghentikan pengobatan mandiri yang kemudian segera minta pertolongan kepada petugas kesehatan. Pelaku pengobatan mandiri juga harus mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian, merupakan suatu penyakit baru atau efek samping obat yang timbul.

B. Obat Tradisional

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Bab I Pasal 1 ayat (9) tentang kesehatan menyebutkan bahwa “obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,

sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan dapat diterapkan sebagai norma yang berlaku di masyarakat”. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, menurut Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) Nomor HK.00.05.4.2411 Tahun 2004 tentang ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam Indonesia, obat tradisional dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka, dengan logo tertentu dalam kemasan sebagai berikut.

1. Jamu

Menurut Keputusan menurut BPOM RI menyebutkan bahwa, “jamu adalah obat tradisional Indonesia yang bukti klaim khasiat dan keamanannya berdasarkan data empiris karena telah digunakan secara turun-temurun”. Simbol

berupa “RANTING DAUN” berwarna hijau yang terletak di dalam lingkaran

dengan warna dasar putih atau warna lain yang menyolok, serta mencantumkan

tulisan “JAMU” berwarna hijau”. 2. Obat herbal terstandar

Menurut Keputusan menurut BPOM RI menyebutkan bahwa, “obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinik dan bahan bakunya telah distandarisasi”. Simbol obat herbal terstandar adalah “JARI-JARI DAUN

dasar putih atau berwarna lain yang menyolok. Dibawah simbol tersebut harus

terdapat tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” berwarna hijau. 3. Fitofarmaka

Menurut Keputusan menurut BPOM RI menyebutkan bahwa, “fitofarmaka adalah sediaan bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uij pra klinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah terstandarisasi”. Simbol fitofarmaka berupa “JARI-JARI

DAUN” berwarna hijau yang membentuk bintang dan terletak di dalam lingkaran

dengan warna dasar putih atau mencolok, serta terdapat tulisan

“FITOFARMAKA” pada bawah lingkaran.

C. Pola Penggunaan Obat Tradisional

Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa dan banyak dimanfatkan masyarakat sejak berabad-abad yang lalu. Namun demikian, pada umumnya efektivitas dan keamanannya belum sepenuhnya didukung oleh penelitian yang memadai (Sulasmono dan Harti, 2010). Pola penggunaan obat dideskripsikan berdasarkan pengetahuan tentang nama, tujuan penggunaan, sumber informasi, sumber obat, jarak ke sumber obat dan alat transportasi ke sumber obat (Supardi, Sukasediati dan Azis, 1997).

Menurut Pujiyanto (2008) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa frekuensi minum ramuan obat tradisional bervariasi. Frekuensi penggunaan obat tradisional merupakan salah satu pola dari penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri.

Menurut Wasito (2011), bentuk sediaan obat tradisional dapat berupa bentuk padat, cair, maupun semi padat. Bentuk sediaan obat tradisional Indonesia yang banyak beredar di masyarakat antara lain berbentuk rajangan, serbuk, pil, dodol atau jenang, pastilles, kapsul, tablet, cairan obat dalam, cairan obat luar, sari jamu, salep atau krim, koyok, parem, pilis dan tapel. Bentuk sediaan merupakan salah satu pola dari penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri.

Pemilihan obat menurut Kalagie (cit. Supardi, 1997) dipengaruhi oleh jarak antara tempat tinggal responden dengan tempat membeli obat. Jarak yang dekat antara tempat tinggal dengan tempat membeli obat memudahkan masyarakat untuk memperoleh obat tradisional. Pengobatan mandiri memberikan beberapa keuntungan. Salah satu keuntungan dari pengobatan mandiri adalah biaya yang dikeluarkan lebih murah (Rantucci, 1997).

Pembuatan ramuan obat tradisional dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama dengan dicampur, ditumbuk, direbus dan diambil air sarinya. Kedua dengan dicampur, ditumbuk, tanpa direbus dan diambil air sarinya. Ketiga dengan dicampur, ditumbuk dan dikeringkan. Keempat dengan dicampur, dipotong-potong kemudian dikeringkan dan kelima langsung digunakan (Latief, 2012).

Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber. Menurut Handayani dkk. (2002), sumber sebagai pembuat yang memproduksi obat tradisional dikelompokkan menjadi tiga, antara lain: obat tradisional buatan sendiri merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional untuk menjaga kesehatan anggota keluarga

serta penanganan penyakit ringan yang dialami oleh anggota keluarga. Kedua, obat tradisional yang berasal dari pembuat jamu (herbalist) merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan yang sangat digemari masyarakat. Ketiga, obat tradisional buatan industri. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/Per/V/1990, industri obat tradisional digolongkan menjadi industri obat tradisional dan industri kecil obat tradisional. Semakin maraknya obat tradisional, industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional.

Menurut Thomas (1989), berbagai macam penyakit dan keluhan ringan maupun berat dapat diobati dengan memanfaatkan ramuan dari tumbuh-tumbuhan yang terdapat disekitar pekarangan rumah yang dapat dibuat menjadi obat tradisional. Obat tradisional dibuat dengan pengetahuan dan peralatan yang sederhana pada jaman dahulu oleh nenek moyang dan para orang tua untuk mengatasi masalah penyakit dan hasilnya cukup memuaskan.

Penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologis yang benar dari suatu penyakit atau gejala-gejalanya. Obat yang digunakan harus tepat dosis, tepat penderita, tepat indikasi, tepat cara pemakaian, tepat jumlah dan frekuensi serta lama pemakaian, terpilih untuk penyakitnya, tepat kombinasi, dan tepat informasinya, serta waspada terhadap adanya efek samping obat (Ikawati, 1994). Kelebihan dari pengobatan dengan menggunakan obat tradisional adalah efek samping yang ditimbulkan cukup kecil dibandingkan dengan yang sering terjadi pada pengobatan menggunakan obat (Wasito, 2011).

D. Motivasi Penggunaan Obat Tradisional

Motivasi pada dasarnya merupakan interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Motivasi juga suatu alasan (reasoning) seseorang untuk bertindak dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Notoatmodjo, 2010).

Motivasi merupakan suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan tertentu. Sumber yang mendorong terciptanya suatu kebutuhan dan keinginan tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri atau dari lingkungan sekitarnya (Dharmmesta dan Handoko, 2000).

Menurut Sarwono (1997), motivasi adalah dorongan yang bertindak untuk memuaskan suatu kebutuhan, dorongan ini diwujudkan dalam bentuk keinginan yang harus dipenuhi. Keinginan itu akan mendorong individu untuk melakukan suatu tindakan agar tujuannya tercapai. Motivasi yang rendah biasanya menghasilkan tindakan yang kurang kuat.

Menurut Kotler dan Keller (2007) “Customer buying decision – all their experience in learning, choosing, using, even disposing of a product”, yang

memiliki arti minat beli konsumen adalah sebuah perilaku konsumen. Konsumen mempunyai keinginan dalam membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk.

Faktor-faktor perilaku yang dapat mempengaruhi motivasi kesehatan individu atau masyarakat adalah faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor

pendorong. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Faktor pendukung adalah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya, sedangkan faktor pendorong adalah sikap dan perilaku dari petugas kesehatan (Sarwono, 2007).

E. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai pola dan motivasi pengunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah.

17 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian berjudul “Pola dan Motivasi Penggunaan Obat Tradisional untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah” merupakan jenis penelitian observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu mengumpulkan data dan mendeskripsikan mengenai pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri tanpa adanya perlakuan terhadap responden, pada satu titik waktu tertentu tanpa adanya tindak lanjut selama penelitian. Hal tersebut tidak berarti bahwa semua responden penelitian diamati secara bersamaan pada waktu yang sama. Observasional deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang sedang terjadi di dalam masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

B. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri oleh masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

C. Definisi Operasional Penelitian Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

1. Pengobatan mandiri dalam penelitian didefinisikan sebagai penggunaan obat-obat tradisional oleh masyarakat atas inisiatif sendiri dalam waktu sebulan terakhir.

2. Obat tradisional didefinisikan sebagai bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, sediaan sarian, termasuk jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.

3. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan untuk manusia.

4. Pola penggunaan obat tradisional didefinisikan sebagai tindakan responden yang menggunakan obat tradisional untuk pengobatan mandiri dalam waktu sebulan terakhir, meliputi: frekuensi pengunaan, nama obat tradisional, yang menggunakan obat tradisional, bentuk obat tradisional yang digunakan, keluhan yang dialami, cara memperoleh, jarak, harga, cara penggunaan, lama penggunaan, yang dialami responden setelah menggunakan obat tradisional, efek samping, obat tradisional yang digunakan sudah pernah digunakan sebelumnya dan sumber informasi mengenai obat tradisional.

5. Motivasi penggunaan adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi suatu penggunaan obat tradisional dan pemilihan pengobatan, yang dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi, pendukung dan pendorong.

D. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian

Subjek penelitian adalah masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Kriteria inklusi penelitian adalah masyarakat dewasa di Desa Dieng yang berusia ≥18 tahun, yang pernah melakukan pengobatan mandiri dalam waktu satu bulan terakhir, baik laki-laki ataupun perempuan dan bersedia diwawancarai dengan menandatangani informed consent.

Pada penelitian ini responden penelitian yang ditetapkan sebagai kriteria inklusi adalah responden yang berusia lebih dari atau sama dengan 18 tahun. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, pada usia 18 tahun merupakan batas usia dewasa seseorang. Menurut Adjie (2003), usia dewasa berarti seseorang memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri dalam melakukan tindakan.

Rentang waktu penggunaan obat tradisional dalam melakukan pengobatan mandiri adalah satu bulan terakhir. Tujuan diberikan batasan waktu satu bulan terakhir agar mempermudah responden dalam mengingat dan menghindari terjadinya bias.

Responden penelitian payung diperoleh dari 52 responden yang bersedia diwawancarai dan terdapat 17 responden yang dikeluarkan. Alasan responden dikeluarkan karena menggunakan obat dari resep dokter sebanyak 6 responden dan tidak melakukan pengobatan mandiri selama satu bulan terakhir selama wawancara berlangsung sebanyak 11 responden. Responden penelitian ini sebanyak 31 responden yang melakukan pengobatan mandiri dengan obat

tradisional. Penelitian deskriptif memiliki jumlah minimal responden adalah 30 responden. Jumlah responden tersebut cukup untuk mendapatkan data yang terdistribusi normal jika dilakukan analisis statistik seperti uji komperasi dan kolerasi (Krithikadatta, 2014; Hardon, Hodgkin and Fresle, 2004).

Skema pencarian subjek (Gambar 1) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Skema pencarian subjek penelitian E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei dan Juni 2015. Pengambilan data penelitian ini dilakukan dua kali. Pengambilan data pertama dilakukan pada tanggal 14-16 Mei 2015 dan pengambilan data kedua dilakukan pada tanggal 13-15 Juni 2015.

52 responden yang bersedia diwawancara

4 responden melakukan pengobatan mandiri menggunakan

obat

30 responden yang melakukan pengobatan mandiri dengan obat

26 responden melakukan pengobatan mandiri dengan obat

dan obat tradisional

5 responden melakukan pengobatan mandiri dengan obat

tradisional

Responden penelitian: 31 responden yang melakukan pengobatan mandiri dengan obat

tradisional

17 responden dikeluarkan: 6 responden menerima resep dari

dokter 11 responden tidak melakukan pengobatan mandiri selama satu

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian payung, yang dibedakan berdasarkan kajian. Judul utama penelitian payung adalah “Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Menggunakan Tumbuhan Obat di Kalangan Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah”. Kajian penelitian payung mengenai pengobatan mandiri meliputi: pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat; pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan obat tradisional, pola dan motivasi penggunaan obat; pola dan motivasi penggunaan obat tradisional.

Penelitian payung ini dilakukan oleh 4 mahasiswa dengan kajian yang berbeda masing-masing mahasiswa. Kajian yang diangkat oleh peneliti adalah “Pola dan Motivasi Penggunaan Obat Tradisional untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah”. Skema kajian penelitian payung (Gambar 2) yang dilakukan:

Gambar 2. Skema kajian penelitian payung G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel penelitian ini dengan jenis accidental sampling. Pengambilan data kualtitatif dilakukan dengan wawancara terstruktur berdasarkan panduan wawancara secara non-random sampling, yaitu pengambilan

Kajian

Pengobatan mandiri menggunakan obat

Pengetahuan, sikap dan tindakan Pola dan motivasi

Pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional

Pengetahuan, sikap dan tindakan Pola dan motivasi

sampel tidak berdasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, sehingga setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Notoatmodjo, 2010).

Accidental sampling dilakukan dengan cara memilih responden yang kebetulan ditemui oleh peneliti. Pengambilan sampel secara aksidental (accidental sampling) merupakan pengambilan responden secara kebetulan ditemui dan bersedia menjadi subjek penelitian yang berada di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010).

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa panduan wawancara. Wawancara untuk memperoleh data kualitatif dilakukan dengan bantuan alat berupa panduan wawancara, alat perekam (audio taped) dan catatan hasil wawancara. Panduan wawancara sudah divalidasi dengan metode expert judgement, dalam hal ini divalidasi oleh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sehingga panduan wawancara dapat digunakan untuk pengambilan data. Panduan wawancara yang disusun berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai pola dan motivasi penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri, pertanyaan pada panduan wawancara disusun secara

Dokumen terkait