• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Responden .................................................................... 6 2

BAB VI PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden .................................................................... 6 2

Responden terbanyak pada penelitian ini berusia 50 tahun yaitu 20

responden (26,3%) dengan batas usia termuda adalah 45 tahun dan batas

usia tertua 55 tahun. Usia 45-55 tahun merupakan golongan usia yang

seharusnya sudah memasuki masa menopause. Hal ini sesuai dengan

beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa rata-rata usia menopause

wanita di Indonesia yaitu 45-55 tahun (Purwantyastuti, 2005 dalam Safitri,

2009).

2. Usia Menopause

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden sudah mengalami menopause. Responden terbanyak telah

mengalami menopause prematur, yaitu sebanyak 36 responden (45,6%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

telah mengalami menopause dan lebih banyak responden yang mengalami

menopause prematur dibanding yang mengalami menopause normal.

Menopause prematur adalah menopause yang terjadi pada usia 40 tahun

atau kurang dari 45 tahun (Manuaba, 2009). Sedangkan menopause normal

adalah terhentinya proses menstruasi pada usia 45-55 tahun

Menurut hasil penelitian dari Sholikah (2011), wanita pedesaan

mengalami menopause yang lebih cepat dibanding wanita perkotaan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut berarti lingkungan tempat tinggal

juga berpengaruh terhadap usia menopause. Hal ini dikarenakan beberapa

faktor yang mempengaruhinya yaitu kondisi fisik, pendapatan, dan

kecemasan. Rata-rata responden dalam penelitian ini mengalami

menopause premature sehingga keluhan-keluhan menopause akan

dirasakan lebih cepat dan perasaan tidak nyaman akan dirasakan lebih

cepat pula (Manuaba, 2009).

3. Usia Menarche

Hasil penelitian memberikan data bahwa responden yang usia

menarchenya ≥ 14 tahun lebih banyak dibandingkan dengan responden yang usia menarchenya < 14 tahun.

Menurut Lin Li, dkk, (2012) wanita yang usia menarchenya < 14

tahun lebih cepat mengalami menopause dibandingkan dengan wanita yang usia menarchenya ≥ 14 tahun. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2009) mengatakan bahwa semakin cepat usia menarchenya

maka semakin cepat pula usia menopausenya.

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 79 responden tidak

sesuai dengan hasil penelitian Lin, Li dkk (2012) maupun Safitri (2009).

Terdapat berbagai kemungkinan penyebab ketidaksesuaian tersebut, salah

satunya adalah keterbatasan ingatan responden karena hal tersebut sudah

terjadi sangat lama sehingga responden menggunakan acuan usia

penelitian lainnya dikatakan bahwa semakin lambat wanita mengalami

menstruasi maka akan lebih dini mengalami menopause.

4. Jumlah Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden

terbanyak dengan jumlah anak ≥ 4 orang, yaitu 65 responden (82,3%). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata responden memiliki anak lebih dari

5 orang. Hal ini berkaitan dengan budaya di wilayah tersebut dimana akan

lebih baik jika memiliki banyak anak sehingga sangat jarang ditemukan

keluarga dengan jumlah anak yang sedikit.

Keterkaitan jumlah anak dengan usia menopause adalah semakin

banyak jumlah anak (semakin sering melahirkan) maka hal tersebut akan

semakin memperlama terjadinya menopause. Hal ini dikarenakan

pelepasan estrogen dihambat dengan terjadinya pembuahan yang terjadi.

Selain itu, kemungkinan hal tersebut disebabkan karena wanita yang

memiliki banyak anak sebagian besar tidak menggunakan alat kontrasepsi

sehingga fungsi reproduksinya masih tergolong baik (Virgian dan Astuti,

2008).

5. Usia Melahirkan Anak Terakhir

Tidak jauh kaitannya dengan jumlah anak, semakin tua usia

responden ketika melahirkan anak terakhir, maka semakin tua pula usia

menopausenya. Hal ini disebabkan oleh proses kehamilan dan persalinan

yang memperlambat penuaan pada sistem reproduksi (Kumalasari dan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 79

responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden usia melahirkan anak terakhirnya adalah ≤ 40 tahun, yaitu 73 responden (92,4%).

6. Riwayat Penyakit

Penyakit tertentu yang mengakibatkan pengangkatan rahim akan

lebih dini mengalami menopause. Hal ini yang dinamakan menopause

buatan karena tidak terjadi secara alami (Kumalasari dan Andhyantoro,

2012). Menurut Gold, dkk. (2001), salah satu penyakit yang dapat

mengakibatkan usia menopause alami terjadi lebih dini adalah penyakit

jantung.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebanyak 20

responden (25,3%) memiliki riwayat penyakit seperti kista 3 responden,

perdarahan saat kehamilan 4 responden, hipertensi 5 responden, rematik 5

responden, dan penyakit lainnya 3 responden.

Menurut para pakar, hipertensi dan perubahan hormonal pada

wanita usia lanjut saling mempengaruhi. Selain itu, penyakit hipertensi

juga dapat merujuk ke penyakit jantung yang mengakibatkan usia

menopause yang lebih cepat. Sehingga dari kelima jenis penyakit tersebut,

yang paling mempengaruhi usia menopause adalah hipertensi dan kista.

Hal ini berkaitan dengan gaya hidup responden dan juga faktor keturunan

7. Pemakaian Kontrasepsi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden pernah menggunakan kontrasepsi, yaitu sebanyak 48 responden

(60,8%). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2009),

tanpa pengaruh dari jenis kontrasepsinya, pemakaian kontrasepsi akan

membuat seseorang mengalami menopause di usia yang lebih tua.

Beberapa penelitian mengkhususkan jenis kontrasepsi yaitu kontrasepsi

hormonal (oral/pil) dikarenakan kerja kontrasepsi hormonal yang menekan

fungsi indung telur untuk memproduksi sel telur (Fitriyani, 2013).

Pemakaian kontrasepsi yang diteliti pada responden dalam

penelitian ini hanya dianalisis status pemakainnya saja tanpa

memperhitungkan lama pemakaian maupun jenisnya, sehingga didapatkan

hasil sebagian besar responden pernah menggunakan kontrasepsi semasa

hidupnya.

8. Status Merokok

Menurut WHO (2008), seseorang dikatakan merokok apabila ia

merokok produk tembakau, baik sering (sehari sekali) atau kadang-kadang

(tidak setiap hari). Secara budaya, wanita yang merokok dianggap tabu

karena sewajarnya yang merokok adalah laki-laki. Namun tidak jarang

ditemukan wanita yang merokok.

Daerah penelitian yaitu Kelurahan Umbul Tengah, masyarakatnya

menganggap bahwa wanita yang merokok itu tabu, apalagi untuk wanita

ditemukan satu pun responden yang merokok. Hal ini terlihat dari hasil

penilitian bahwa seluruh responden, yaitu 79 responden tidak merokok.

9. Body Mass Index (BMI)

BMI adalah bobot badan dalam kilogram dibagi dengan luas

permukaan tubuh yang diukur dalam meter dan dipakai sebagai standar

klinis dalam menilai kelebihan bobot badan dan obesitas seseorang (Ansel,

2006).

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden

terbanyak dengan status BMI normal, yaitu sebanyak 50 responden

(63,3%). Hal ini berarti sebagian besar responden dapat mengontrol berat

badannya karena sedikit responden yang mengalami obesitas dan banyak

responden dengan status BMI normal atau ideal, tetapi masih ada

responden dengan status BMI underweight atau rendah. Hal ini berkaitan

dengan pola makan dan aktifitas responden sehari-hari sehingga lemak

tubuh dapat terkontrol maupun tidak terkontrol.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gold, dkk (2001)

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause,

American Journal of Epidemiology, BMI dan aktifitas fisik tidak

berhubungan dengan usia menopause alami. Meskipun beberapa penelitian

menyebutkan bahwa wanita dengan BMI rendah akan mengalami usia

menopause yang lebih muda. Produksi estrogen terdapat pada jaringan

lemak, dan paling banyak didapati pada wanita yang obesitas. Meskipun

demikian, obesitas juga berpengaruh terhadap fungsi ovarium yang tidak

B. Beban Kerja

1. Beban Kerja Objektif

Beban kerja objektif merupakan hasil analisis beban kerja yang

dilakukan secara objektif yang terdiri dari empat faktor yang

mempengaruhi yaitu alokasi waktu, status kerja, besar keluarga, dan

ketersediaan tenaga yang membantu.

Alokasi waktu merupakan waktu ibu melakukan kegiatan dalam 1

x 24 jam. Alokasi waktu dalam penelitian ini meliputi kegiatan produktif,

kegiatan domestik, kegiatan istirahat, kegiatan pribadi, kegiatan

pengasuhan, dan kegiatan sosial.

Kegiatan produktif yang dimaksud meliputi kegiatan yang

menghasilkan uang untuk membantu ekonomi keluarga, baik pekerjaan

utama maupun sambilan (Yulianis, 2003). Sedangkan kegiatan domestik

adalah salah satu kegiatan yang wajib dilakukan sebagai wanita. Kegiatan

ini meliputi kegiatan kerumahtanggaan seperti mencuci dan menyetrika

pakaian, memasak, membersihkan rumah, mencuci piring, dan lain

sebagainya. Hasil penelitian memberikan data bahwa rata-rata waktu

kegiatan produktif selama 2,27 jam dan rata-rata waktu kegiatan domestik

selama 3,99 jam.

Kegiatan istirahat dilakukan oleh sebagai kegiatan selingan ketika

kegiatan lainnya sedang tidak dilakukan sehingga responden tidak

menghabiskan waktu yang terlalu banyak untuk melakukan kegiatan

istirahat. Kegiatan ini meliputi kegiatan menonton TV, mengobrol, dan

merupakan jenis kegiatan pribadi. Rata-rata kegiatan istirahat responden

yaitu dilakukan selama 4,66 jam dalam sehari dan rata-rata kegiatan

pribadi selama 10,94 jam.

Kegiatan lainnya adalah kegiatan pengasuhan yang tidak semua

responden membagi waktu untuk melakukan kegiatan ini. Hal ini

dikarenakan tidak semua responden memiliki cucu atau anak yang

kegiatan pengasuhannya dibebankan kepada mereka. Jenis kegiatan

lainnya adalah kegiatan sosial. Tidak semua responden menyukai kegiatan

sosial dan tidak jarang ditemukan responden yang lebih suka melakukan

pekerjaan di rumah dibanding turut bersosialisasi dalam kegiatan sosial

seperti pengajian, rapat koperasi, dan kegiatan posyandu. Kegiatan

pengasuhan dilakukan dengan rata-rata 0,99 jam sehari dan kegiatan sosial

memiliki rata-rata 1,05 jam sehari.

Alokasi waktu dari beberapa kegiatan diatas sangat dapat

mempengaruhi beban kerja responden. Sebagai contoh jika kegiatan

istirahat lebih sedikit dibanding kegiatan produktif dan domestik, hal ini

akan menyebabkan responden mengalami peningkatan beban kerja.

Faktor yang kedua adalah status kerja. Hasil penelitian

memberikan data bahwa jumlah responden yang bekerja sebanyak 48

responden (60,8%), lebih banyak dibanding yang tidak bekerja yang hanya

31 responden (39,2%). Responden terbanyak bekerja sebagai petani yaitu

sebanyak 21 responden (26,6%), baik mengolah sawah maupun ladang.

Hal ini sesuai dengan data profil kelurahan Umbul Tengah tahun 2014

Penyebabnya adalah daerah penelitian yang berada pada daerah yang

dikelilingi sawah dan ladang sehingga bertani merupakan mata

pencaharian utama masyarakat di wilayah tersebut disamping pekerjaan

lainnya.

Hasil penelitian Suparniati (1995) juga menyebutkan bahwa status

pekerjaan mempengaruhi beban kerja seorang ibu rumah tangga. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianis (2003) yang

menyebutkan bahwa responden yang bekerja akan memiliki beban kerja

tambahan dari kegiatan bekerja sesuai dengan jenis pekerjaannya tersebut

dibanding responden yang tidak bekerja. Hal ini tentu akan mempercepat

wanita tersebut dalam mengalami gejala menopause (Hammam, Abbas,

dan Hunter, 2012).

Faktor selanjutnya adalah besar keluarga. Lebih dari setengah

responden termasuk kedalam kategori keluarga besar, yaitu 60,8%.

Keluarga besar menurut konsep Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

(NKKBS) yang ditetapkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional adalah keluarga dengan jumlah anak ≥ 5 orang (Yulianis, 2003). Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan hasil penelitian

diatas. Pertama, lebih banyak responden berkeluarga besar dikarenakan

banyak dari masyarakat di wilayah penelitian pada masa lampau belum

terjamah dengan program Keluarga Berencana (KB) yang dicanangkan

oleh pemerintah sehingga kehamilan dan kelahiran tidak terkontrol.

Kedua, beberapa dari masyarakat di wilayah penelitian pada masa

dengan memiliki anak yang banyak sudah bukan menjadi hal yang aneh

lagi, namun sangat umum terjadi.

Banyaknya responden yang berkeluarga besar akan mempengaruhi

beban kerja responden sebagai ibu yang menjadi tokoh utama dalam

mengurus keluarga. Selain itu stress ibu juga bertambah sehingga

kemungkinan dapat meningkatkan beban kerja mereka.

Faktor lainnya yang mempengaruhi beban kerja adalah

ketersediaan tenaga yang membantu. Hasil penelitian memberikan data

bahwa 84,8% responden memiliki ketersediaan tenaga yang membantu

yang turut meringankan pekerjaan mereka. Tenanga yang membantu

berasal dari anak, suami, ibu, dan saudara.

Responden terbanyak mengaku dibantu oleh anak mereka. Hal ini

dikarenakan rata-rata responden memiliki anak yang berusia diatas 10

tahun dan sudah memiliki kemampuan membantu mengerjakan pekerjaan

rumah tangga maupun pekerjaan lainnya. Sedangkan untuk responden

yang mengaku dibantu oleh suaminya biasanya dalam melakukan kegiatan

produktif, atau kegiatan rumah tangga ketika tidak memiliki anak yang

membantu.

Beban kerja objektif didapatkan dengan menjumlahkan seluruh

variabel diatas. Kemudian hasilnya dikelompokkan kedalam dua kategori,

yaitu ringan dan berat. Pengkategorian beban kerja didapatkan dengan

menggunakan cut of point rata-rata. Hasil penelitian memberikan data

bahwa responden terbanyak yaitu responden dengan beban kerja berat,

2. Beban Kerja Subjektif

Beban kerja subjektif dinilai dari persepsi responden terhadap

suatu pekerjaan yang mereka lakukan sehari-hari. Persepsi adalah

interpretasi yang tinggi terhadap lingkungan manusia dan mengolah

informasi. Suatu peristiwa physical dan proses eksternal yang dapat

mempengaruhi dan dipengaruhi susunan saraf pusat merupakan

mekanisme dari persepsi. Persepsi tersebut dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti pengetahuan, pendidikan, juga kebudayaan dan

lingkungan (Dermawan, 2012).

Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan

pandangan responden terhadap suatu pekerjaan yang meliputi perasaan

suka, lelah, berat, maupun kombinasi dari ketiganya. Kegiatan yang dinilai

juga meliputi kegiatan domestik, produktif, dan sosial.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa kegiatan yang paling disukai

responden adalah kegiatan peribadatan/pengajian/perayaan hari besar

dengan persentase sebesar 17,2%. Kegiatan yang paling melelahkan

menurut responden adalah membersihkan rumah dengan persentase

26,8%. Kegiatan yang memberatkan adalah olahraga dengan persentase

sebesar 38,4%.

Kegiatan yang disukai juga melelahkan adalah perawatan fisik

anak/cucu sehari-hari dengan persentase sebesar 15,6%. Kegiatan yang

disukai juga berat adalah kegiatan selamatan dengan persentase sebesar

16,7%. Kegiatan yang melelahkan juga berat adalah mencuci dan setrika

melelahkan, juga memberatkan adalah juga mencuci dan setrika pakaian

dengan persentase sebesar 19,7%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa menurut

persepsi beban kerja yang paling berat bagi sebagian orang adalah

mencuci dan setrika pakaian. Namun hal ini belum tentu dirasakan oleh

kelompok responden yang lain. Terdapat beberapa responden yang

menganggap bahwa bukan mencuci dan setrika pakaian yang paling

memberatkan namun pemeliharaan rumah tangga atau pengasuhan.

Berdasarkan persepsi responden terhadap kegiatan-kegiatan

tersebut, didapatkan responden terbanyak dengan persepsi beban kerja

ringan yaitu sebanyak 33 responden (41,8%). Menurut Kreitner dan

Kinicki (1992) dalam Prasetyo (2008), respon yang dihasilkan persepsi

dapat berupa sikap, motivasi, dan perilaku. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Prasetyo (2008) menyatakan bahwa persepsi terhadap

beban kerja akan menghasilkan penilaian yang berbeda-beda sehingga

menimbulkan perasaan suka atau tidak suka. Perasaan suka atau tidak suka

ini akan berpengaruh terhadap persepsi beban kerja yang pada penelitian

ini responden terbanyak adalah responden dengan persepsi beban kerja

ringan.

C. Hubungan Beban Kerja dengan Usia Menopause

Beban Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan untuk

mengetahui hubungan beban kerja dengan usia menopause pada ibu di

Kelurahan Umbul Tengah Kecamatan Taktakan Kota Serang Tahun 2015

belum menopause sebanyak 17 responden (80,9%), responden yang memiliki

beban kerja sedang dan belum menopause sebanyak 4 responden (19,1%), dan

tidak ada responden yang memiliki beban kerja berat dan belum menopause.

Sebanyak 32 responden yang memiliki beban kerja ringan sebanyak 17

responden (80,9%) diantaranya belum menopause, 13 responden (59,1%)

menopause normal, dan 2 responden (5,6%) lainnya menopause prematur.

Pada 47 responden yang memiliki beban kerja berat sebanyak 4 responden

(19,1%) diantaranya belum menopause, 9 responden (40,9%) menopause

normal, dan 34 responden (94,4%) lainnya menopause prematur.

Hubungan beban kerja dengan usia menopause dapat terlihat dari hasil

uji korelasi Spearman Rank yaitu p-value sebesar 0,00 (<0,1) pada tingkat

kepercayaan 90%. Hal ini berarti p-value lebih kecil dari alpha (10%).

Kemudian dilihat dari nilai r sebagai kekuatan korelasi sebesar 0,692 dengan

arah positif maka secara statistik menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara beban kerja dengan usia menopause dengan kekuatan

hubungan yang kuat dan searah, maksudnya adalah semakin berat beban kerja

responden maka semakin cepat pula usia menopausenya.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sintania (2014) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dengan menopause

dini pada ibu. Hubungannya yaitu semakin berat beban kerja seorang wanita,

maka akan lebih cepat mengalami menopause, sebaliknya, semakin ringan

beban kerja wanita maka akan semakin normal usia menopausenya. Penelitian

Indasah, dan Mayasari (2014) yang menyatakan bahwa beban kerja ternyata

berpengaruh terhadap usia menopause.

Sementara itu, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Safitri (2009) dan Herawati (2012) yang menyatakan bahwa

tidak terdapat pengaruh beban kerja terhadap usia menopause. Hal ini

mungkin disebabkan oleh pengaruh beban kerja yang sebenarnya tidak

dirasakan secara langsung namun beban kerja yang berpengaruh terhadap

stress kerja.

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa terdapat keterbatasan dalam penelitian ini

yaitu responden mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti sehingga hal

tersebut dapat mempengaruhi jawaban responden terhadap pertanyaan

penelitian. Selain itu pada pengumpulan data yang dilakukan pada hari rabu

beresiko tidak semua responden dapat melakukannya karena kesibukan

masing-masing responden.

Kemudian pada alokasi waktu, keenam jenis kegiatan tidak memiliki

tingkatan mana yang terberat dan mana yang paling ringan sehingga segala

jenis kegiatan memiliki tingkat yang sama. Selain itu, tabel alokasi waktu

yang terdapat daftar waktu dalam hitungan per-30 menit mengakibatkan

pengelompokkan durasi pekerjaan kurang akurat. Pada beban kerja subjektif,

cara penilaian yang kurang jelas mengakibatkan penghitungan beban kerja

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan

pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Responden dalam penelitian ini paling banyak berusia 50 tahun yaitu 20

responden (26,3%) dan jumlah responden terendah berusia 49 tahun yaitu

1 responden (1,3%).

2. Lebih dari setengah dari jumlah responden sudah mengalami menopause,

27,8% menopause normal dan 45,6% menopause prematur.

3. Responden terbanyak dengan usia menarche ≥ 14 tahun dengan rata-rata usia menarche yaitu 14,03 tahun.

4. Responden terbanyak dengan jumlah anak ≥ 4 orang dengan rata-rata jumlah anak yaitu 5,63 orang.

5. Responden terbanyak dengan usia melahirkan anak terakhir ≤ 40 tahun dengan rata-rata usia melahirkan anak terakhir 34,99 tahun.

6. Responden terbanyak dengan tidak ada riwayat penyakit, sedangkan pada

responden yang memiliki riwayat penyakit dengan jenis penyakit seperti

kista, perdarahan saat kehamilan, hipertensi, rematik, dan lainnya.

7. Responden terbanyak pernah menggunakan kontrasepsi.

9. Responden terbanyak dengan status BMI normal.

10.Responden terbanyak yaitu responden dengan beban kerja objektif berat,

yaitu sebanyak 47 responden (59,5%). Sedangkan untuk responden dengan

beban kerja ringan sebanyak 32 responden (40,5%).

11.Responden terbanyak yaitu responden dengan persepsi beban kerja ringan,

yaitu sebanyak 44 responden (55,69%). Sedangkan untuk responden

dengan persepsi beban kerja berat sebanyak 35 responden (44,31%).

12.Terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan usia

menopause, yaitu semakin berat beban kerja responden maka semakin

cepat pula usia menopausenya.

B. Saran

1. Bagi pihak BPTPKB Kecamatan Taktakan dan pihak terkait lainnya

seperti posyandu lansia dan bidan setempat agar lebih meningkatkan

penyuluhan kesehatan mengenai hubungan beban kerja dengan usia

menopause maupun faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi menopause

sehingga wanita di daerah tersebut dapat melakukan pencegahan terhadap

menopause dini.

2. Bagi instansi pendidikan agar dapat memaksimalkan peran perawat dalam

keperawatan maternitas dan komunitas juga diharapkan dapat menambah

literatur mengenai beban kerja ibu dan menopause.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti lebih dalam mengenai

beban kerja dengan meninjau faktor-faktor yang mempengaruhi beban

itu, penelitian ini baru meneliti mengenai salah satu faktor yang

mempengaruhi usia menopause, maka disarankan untuk meneliti faktor

lainnya seperti usia menarche, jumlah anak, usai melahirkan, dan lain

sebagainya. Kemudian pada tabel alokasi waktu sebaiknya waktu tidak

Ansel, Howard C. (2006). Kalkulasi Farmasetik : panduan untuk apoteker.

Jakarta: EGC.

Badan Pusat Statistik. (2014). Data Statistik Indonesia. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2014 pukul 15.04 WIB dari http://www.datastatistik-indonesia.com.

Baziad, Ali. (2003). Menopause dan Andropause. Ed. 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Benson, R. C. (2008). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC. Brashers, Valentina L. (2007). Aplikasi klinis patofisiologi : pemeriksaan &

manajemen. Ed. 2. Jakarta: EGC.

Fox-Spencer, R., Brown, M. (2007). Menopause. Jakarta: Erlangga.

Gold, Ellen B., Bromberger, Joyce., Crawford, Sybil., dkk. (2001). Factors

Associated with Age at Natural Menopause in a Multiethnic Sample of Midlife Women. American Journal of Epidemiology. Vol. 153. No.9. The Johns Hopkins University School of Hygiene and Public Health.

Hammam, R.A.M., Abbas, RA., Hunter, M.S. (2012). Menopause and Work – A Survey of Middle-Aged Female Teaching Staff in an Egyptian Governmental Faculty of Medicine. Maturitas, Vol.71, no.3, pp. 481-489. Heffner, Linda J., Schust, Danny J. (2006). At a Glance Sistem Reproduksi. Edisi

Kedua. Jakarta: Erlangga.

Herawati, Rika. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia

Menopause di Empat Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Maternal dan Neonatal. Vol. 1, No. 1. Hidayat, A Aziz Alimun. (2008). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah.

Jakarta : Salemba Medika.

Kumalasari, Intan dan Andhyantoro, Iwan. (2012). Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Larasati, Tika. (2009). Jurnal Kualitas Hidup pada Wanita yang Sudah memasuki

Pangan Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Lin Li,. Jie Wu., Danhua Pu., dkk. (2012). Factors Associated with The Age of

Dokumen terkait