• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E. Karakteristik / Sifat Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Dalam mengadakan perencanaan dan pengawasan biaya sangat perlu diketahui sifat-sifat biaya.pada dasarnya menurut sifatnya dikenali 3 macam biaya yakni:

1. Biaya tetap (fixed cost)

Biaya tetap yaitu biaya-biaya yang cenderung untuk bersifat konstan secara total dari bulan kebulan, tanpa terpengaruh oleh volume kegiatan, dengan beberapa asumsi tertentu seperti kebijaksanaan manajemen, periode waktu lain-lain. Biaya-biaya yang termasuk kategori biaya tetap antara lain adalah gaji, pajak lkekayaan, asuransi dan biaya penyusutan (kecuali yang menggunakan performane method).

Berdasarkan wewenang untuk menentukan anggaran, maka untuk keterangan BOP yang bersifat tetap ini wewenan pengganggaran terletak di luar (di atas) bagian / departemen yang bersangkutan yaitu ditetapkan oleh pusat (direktur).

2. Biaya Variabel (variabel cost)

Biaya variabel yaitu totalnya berubah-ubah secara proposional dengan perubahan volume kegiatan, tetapi per unitnya tetap. Dengan demikian BOP variabel adalah BOP yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Semakin besar volume kegiatan , semakin kecil pula BOP. Dalam hal ini tingkat kegiatan perusahaan dinyatakan dalam satuan aktivitas (activity base), seperti jam buruh langsung (DHL) jam mesin (DMH) dan unit barang (kg liter dan lain-lain). Biaya-biaya

yang termasuk kategori biaya variabel antara lain adalah biaya bahan mentah langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan tenaga (power).

Berdasarkan kewenangan dalam menetukan anggaran, maka penentuan besar biaya variabel ini untuk jumlah (volume) ditetapkan bagian masing-masing sedangkan untuk tarif (harga) ditentukan oleh pusat.

3. Biaya Semi variabel

Biaya semi variabel adalah yang bersifat campuran, yakni antara lain adalah biaya tenaga kerja tidal langsung, biaya pemeliharaan, biaya peralatan, dan biaya bahan mentah tidak langsung dan lain-lan. Sebagai contoh adalah biaya listrik. Biaya ini bersifat tetap karena setiap bulan perusahaan harus membayar biaya berlangganan jasa listrik yang bersifat tetap, dan juga memiliki unser variabel karena biaya listrik ini bertambah seiring meningkatnya perubahan volume kegiatan perusahaan.

Berdasarkan kewenangan, maka penentuan besarnya anggaran biaya semi variabel ini sepenhnya terletak di bagian masing-masing.

Sebagai contoh adalah penggaran biaya administrasi yang diselenggarakan oleh bagian itu sendiri.

F. Tujuan penyusunan anggaran BOP

1. Mengetahui penggunaan biaya secara efesien 2. Menentukan harga pokok

3. Mengetahui pengalokasian biaya overhead pabrik sesuai dengan tempat atau departemen dimana biaya dibebankan

4. Sebagai alat pengawasan BOP

G. Jenis-jenis BOP

1. Biaya bahan penolong

Adalah bahan yang digunakan untuk membantu penyelesaian suatu produk yang jumlahnya ralative kecil. Misalnya lem dalam perusahaan percetakan, pernis dan paku dalam prusahaan mebel

2. Biaya penyusutan aktiva tak langsung

Adalah upah yang dibayarkan kepada karyawan pabrik yang secara fisik dan berhubungan dengan proses pembantu produk. Termasuk dalam kelompok ini antara lain upah mandor, gaji pegaai administrasi pabrik dll.

3. Biaya penyusutan aktiva tetap aktiva tatap pabrik

Adalah biaya penyusutan atas aktiva tetap yang dipergunakan di pabrik untuk penyelesaian produk baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya biaya penyusutan gedung pabrik, mesin-mesin, kendaraan pabrik.

4. Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan dan perawatan mesin, gedung pabrik dan peralatan pabrik lainnya.

5. Biaya asuransi

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mnanggulangi resiko yang terjadi dalam proses produksi, biaya asuransi gadung pabrik, biaya asuransi karyawan pabrik.

6. Biaya-biaya yang timbul karena penggunaan jasa pihak lain

Adalah biaya-biaya yang timbul karena penggunaan jasa pihak lain guna penyelesaiaan dan kelancaran proses produksi, misalnya biaya listrik dan air untuk keperluan pabrik.

7. Biaya-biaya yang terjadi di departemen pembantu

Dalam perusahaan yang memiliki departemen pembantu, misalnya departemen bengkel atau pembangkit listrik, maka semua biaya yang terjadi di departemen pembantu tersebut diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik (BOP).

H. Langkah-langkah penentuan BOP

Dalam penyusunan anggaran BOP harus diperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran BOP. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembantu anggaran BOP yaitu:

1. Kapasitas teoritis

Kapasitas teoritis merupakan kapasitas untuk memproduksi pada kecepatan penuh tanpa berhenti (100%) dari aktivitas/kapasitas yang ditetapkan. Perusahaan dianggap mampu pada tingkat yang maksimun

tanpa memperhitungkan adanya hambatan baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan.

2. Kapasitas praktis

Kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intren perusahaan.

Pnetapan kapasitas praktis ini perlu dilakukan karena sangat tidak mungkin suatu pabrik dijalankan pada kapasitas teoritis. Dengan demikian perlu diperhitungkan kelonggaran-kelonggaran waktu dalam penentuan kapasitas seperti perhentian pabrik yang tidak dapat dihindari karena kerusakan mesin.

3. Kapasitas normal

Adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang. Jika dalam penentuan kapasitas praktis hanya diperhitungkan kelonggaran-kelonggaran waktu akibat faktor-faktor intern perusahaan, maka dalam penentuan kapasitas normal diperhitungkan pula kecenderungan penjualan dalam jangka panjang.

4. Kapasitas sesungguhnya

Kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang. Yang besar pada tarif biaya overhead pabrik dari tahun ketahun dan sebagai akibat peubahan yang besar pada tarif biaya overhead pabrik dari periode ke periode.

I. Metode-Metode Alokasi Biaya Overhead Pabrik

Dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen adaha mengalokasikan baya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi yang menikmati jasa departemen pembantu. Pada umumnya tarif biaya overhead pabrik hanya dihitung untuk departemen-departemen produksi saja, karena pengelolaan bahan baku menjadi produk yang biasanya terjadi di departemen produksi. Oleh karena biaya overhead pabrik yang akan dibebankan kepada produk tidak hanya terdiri dari biaya yang terjadi dalam departemen-departemen produksi saja, maka dalam rangka penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen, baya overhead pabrik departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi.

Alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara berikut ini :

1. Metode alokasi langsung (direct alokasi method)

Dalam metode alokasi langsung, biaya overhead pabrik departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi saja. Tidak ada departemen-departemen pembantu yang memakai jasa departemen pemantu lainnya.

2. Metode alokasi bertahap (step method)

Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen pembantu tidak hanya dipakai oleh departemen produksi saja, tetapi digunakan pula

oleh departemen pembantu yang lain. Oleh karena itu, sebelum biaya overhead pabrik didua departemen tersebut dialokasikan ke dapartemen produksi. Metode alokasi bertahap (step method) yang terdiri dari :

a. Metode alokasi kontinyu

Dalam metode ini biaya overhead pabrik departemen-departemen pembantu yang saling memberikan jasa, dialokasikan secara terus menerus, sehingga jumlah biaya overhead yang belum dialokasikan menjadi tidak berarti.

b. Metode aljabar

Ketidaklengkapan dalam hal pembagian timbul dalam menggunakan metode bertahap karena pendistribusian yang berturut sehingga departeemen yang ditutup terlebih dahulu tidak menerima pembagian biaya dari departemen yang ditutup kemudian.

J. Kerangka Pikir

PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar Unit Pabrik Gula Bone Kabupaten Bone., sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikelola dengan tenaga kerja yang berpengalaman didukung oleh sarana prasarana kerja yang berlokasi di Kabupaten Bone sebagai obyek penelitian.

Untuk mengevaluasi biaya yang digunakan selama dalam proses produksi mulai dari departemen pembantu, alokasi biaya overhead pabrik dan departemen produksi sampai ke bagian umum.

PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar Unit Pabrik Gula Bone Kabupaten Bone dalam pengelolaannya dengan menggunakan dana bersumber dari pemerintah, perusahaan ini setiap saat diadakan audit oleh BPK untuk mengetahui metode pengelolaan keuangan yang diserahkan pada pimpinan perusahaan.

Jika produk diolah melalui beberapa tahap proses produksi, biasanya perusahaan membentuk departemen produksi. Di samping departemen produksi tersebut, perusahaan biasanya membentuk beberapa departemen pembantu untuk melayani berbagai kebutuhan departemen produksi tersebut, jadi keduanya sangat berkaiatan.

Setelah proses produksi dalam suatu departemen, maka disusun langkah selanjutnya dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen adalah mengalokasikan biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi yang menikmati jasa departemen-departemen produksi saja, karena pengelolaan suatu bahan baku menjadi menjadi produk hanaya terjadi di departemen produksi.

Biaya overhead pabrik yang akan dibebankan kepada produk tidak hanya pada departemen produksi saja, melainkan meliputi pula biaya overhead pabrik yang terjadi di departemen-departemen pembantu. Dalam rangka penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen, biaya overhead pabrik departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi.

Penentuan biaya produksi adalah tugas akuntansi biaya yang harus mengikuti aliran fisik dan produksi, kemudian menetapkan pencatatan dan analisa

dari informasi biaya yang diikutinya tersebut, secara efektif dan efisien. Selama proses produksi berlangsung biaya yang terjadi meliputi : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan biaya bahan pembantu.

Adapun kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, dapat digambarkan dalam bentuk skhema, sebagai berikut :

PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Unit Pabrik Gula Bone

DEPARTEMEN PEMBANTU

ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK

BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN

PRODUKSI

K. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah "Diduga bahwa Analisis biaya overhead dari departemen pembantu telah dialokasikan secara akurat ke departemen produksi oleh PT.

Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar Unit Pabrik Gula Bone.”

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Daerah dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk penulisan maka penulis memilih perusahaan industri Unit Pabrik Gula Bone Kabupaten Bone pada PT.

Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar Pada waktu penelitian untuk memperoleh data, maka pengambilan data direncanakan selama kurang lebih dua bulan (April – Mei) tahun 2015.

B. Metode Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, penulis mengadakan studi kasus dan pengumpulan data melalui penelitian lapangan (field research) dan penelitian pustaka (library research), sebagai berikut :

1. Penelitian lapangan (field research), yaitu kegiatan penelitian lapangan, dimana penulis mencari data yang menjadi obyek penelitian, untuk itu penulis melakukan pengamatan setempat dan wawancara langsung dengan pimpinan serta beberapa karyawan perusahaan yang berkompeten dalam mengumpulkan data berupa laporan yang disajikan dan mengumpulkan informasi yang diperlukan.

2. Penelitian pustaka ( library research ), yaitu penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan teori tentang metode pencatatan penilaian persediaan barang dagangan pengendalian perluasan usaha dari buku

literatur dan catatan perkuliahan. Disamping itu penulis mengumpulkan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas dan dapat mendukung penulisan skripsi ini.

Disamping itu penulis mengumpulkan data yang ada kaitannya dengan permasalahan dengan melalui cara sebagai berikut :

a. Observasi

Tehnik observasi dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dalam proses kegiatan pengolahan data berkaitannya dengan kebutuhan informasi pada Perusahaan.

b. Wawancara

Tehnik interview dilakukan dengan jalan wawancara secara langsung dengan Kepala Bagian Umum atau kepala bagian lainnya atau sejumlah personil yang berhubungan dengan penelitian ini.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil perusahaan baik dalam bentuk informasi secara lisan maupun secara tertulis.

b. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan yang diteliti dalam bentuk angka-angka masih memerlukan pengelolaan kembali dan dapat digunakan untuk pembahasan lebih lanjut.

2. Sumber Data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara mengadakan pengamatan langsung pada perusahaan industri unit Pabrik Gula Bone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan Pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar mengadakan wawancara langsung yang membidangi biaya dalam proses produksi khususnya mengenai alokasi biaya overhead pabrik yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan Industri unit Pabrik Gula Bone Kabupaten Bone Pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar pada dokumen-dokumen dan buku literatur serta laporan tertulis dari luar yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi ini.

D. Metode Analisis

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis, sebagai berikut : 1. Metode analisis deskriptif adalah metode analisis yang digunakan pada

perusahaan secara sistimatis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau kejadian pada perusahaan yang diteliti, maka kemudian menganalisisnya lalu menyimpulkannya.

2. Analisis kuantitatif yaitu sistem yang menggunakan perhitungan di dalam pencatatan mengenai alokasi biaya overhead pabrik atas penentuan biaya produksi.

E. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan, sebagai berikut :

1. Alokasi biaya overhead pabrik dalam proses produksi perusahaan memisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dapat diartikan bahwa biaya yang tidak mengikuti perkembangan kegiatan atau biaya tidak terpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Kalau biaya variabel setiap saat mengalami perubahan artinya mengikuti perkembangan kegiatan.

2. Dalam kalkulasi biaya overhead pabrik perusahaan menganalisa seluruh biaya yang digunakan selama proses produksi untuk menentukan biaya produksi per kilogram, agar dapat ditetapkan harga jual per kilogram.

A. Sejarah Singkat

PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) didirikan pada tanggal 11 Maret 1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 tentang Peleburan PT Perkebunan XXVIII (Persero), PT Perkebunan XXXII (Persero), PT Bina Mulya Ternak (Persero) menjadi PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero), termasuk eks Proyek-proyek pengembangan PT Perkebunan XXIII (Persero) di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.

Akta Pendirian PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Nomor 47 tanggal 11 Maret 1996 dibuat oleh Notaris Harun Kamil, SH yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor C2-9087.HT.01.01 tahun 1996 tanggal 24 September 1996 (Berita Negara RI Nomor 81 tanggal 08 Oktober 1996, tambahan Nomor 8678).

Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami perubahan, terakhir dengan Akta Nomor 13 tanggal 11 Agustus 2008 dari Notaris Lola Rosalina, SH tentang Pernyataan Keputusan Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara XIV Di Luar Rapat Umum Pemegang Saham tentang Penambahan Modal Disetor dan Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara XIV. Perubahan tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia dengan Nomor AHU-76872.AH.01.02 tahun 2008 tanggal 23 Oktober 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan.

Pasal 11 Akta Nomor 13 mengalami perubahan sesuai Keputusan Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara XIV Di Luar Rapat Umum Pemegang Saham tentang Perubahan Anggaran Dasar Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara XIV Nomor KEP-83/S.MBU/2009 dan KEP-16/D4.MBU/2009 tanggal 14 September 2009 dan telah dicatatkan dengan Akta Nomor 18 tanggal 27 Maret 2012 yang dibuat oleh Notaris Lola Rosalina, SH.

1. Kedudukan Perusahaan

Kantor Direksi PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) berkedudukan di Jalan Urip Sumoharjo Km. 4 Kotak Pos 1006, Makassar – 90232, Telepon 0411-444810, 444112, Fax 0411-444840, 449886,E-mail : [email protected] dan Kantor Penghubung Jakarta di Jalan Cut Meutia Nomor 11 Menteng Jakarta Pusat, Telepon/Fax 021-3150404.

2. Maksud dan Tujuan Perusahaan

Berdasarkan Akta Nomor 13 tanggal 11 Agustus 2008, Pasal 3, Ayat 1, maksud dan tujuan Perseroan adalah melakukan usaha dibidang Agro Bisnis dan Agro Industri serta optimalisasi Sumber Daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar

keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

B. Kegiatan Usaha

Kegiatan Perseroan sesuai Akta Nomor 13 tanggal 11 Agustus 2008 Pasal 3, ayat 2 adalah :

1) budidaya tanaman meliputi pembukaan dan pengolahan lahan pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemungutan hasil tanaman serta melakukan kegiatan-kegiatan lain yang sehubungan dengan pengusahaan budidaya tanaman tersebut;

2) Produksi meliputi pengolahan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi dan/atau barang jadi serta produksi turunannya;

3) Perdagangan meliputi penyelenggaraan kegiatan pemasaran berbagai macam hasil produksi serta melakukan kegiatan perdagangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan usaha Perseroan;

4) Pengembangan usaha bidang perkebunan, agro wisata, agro bisnis dan agro forestry.

Selain kegiatan usaha utama tersebut diatas, Perseroan dapat melakukan kegiatan usaha dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk trading house, pengembangan kawasan industri, agro industrial complex, real estate, pusat perbelanjaan/mall, perkantoran, pergudangan, pariwisata, perhotelan, resort, olahraga dan rekreasi, rest area, rumah sakit, pendidikan dan

penelitian, prasarana telekomunikasi dan sumber daya energi, jasa penyewaan, jasa konsultasi bidang perkebunan, jasa pembangunan kebun, dan pengusahaan sarana dan prasarana yang dimiliki perusahaan.

C. Visi dan Misi Organisasi a. Visi

Menjadi perusahaan agribisnis dan agroindustri yang kompetitif, mandiri dan memberdayakan ekonomi rakyat.

b. Misi

1) Menghasilkan produk utama perkebunan berupa gula dan minyak sawit, sertapendukung yang berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan internasional;

2) Mengelola bisnis dengan teknologi akrab lingkungan yang memberikan kontribusi nilai kepada produk dan mendorong pembangunan berwawasan lingkungan;

3) Melalui kepemimpinan, teamwork, inovasi dan SDM yang kompeten, meningkatkan nilai secara terus-menerus kepada shareholder dan stakeholders.

4) Menempatkan Sumber Daya Manusia sebagai pila

5) utama penciptaan nilai (value creation) yang mendorong perusahaan tumbuh dan berkembang bersama mitra strategis.

D. Struktur Organisasi

Struktur organisasi mengalami perubahaan sesuai surat Direksi PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Nomor 022/05.N14/SK/VII/VII tanggal 22 Juli 2014 sebagai berikut:

Gambar 2. Struktur Organisasi PTPN XIV (Persero) Makassar

PKS

DIREKTUR PRODUKSI DIREKTUR KEUANGAN DIREKTUR SDM & UMUM DIREKTUR UTAMA

E. Job Description a. Direktur Utama

Nama Jabatan : Direktur Utama Lokasi Kerja : Kantor Direksi 1) Tugas Pokok

Bersama-sama Direksi lainnya :

a) Menetapkan misi dan perencanaan strategis.

b) Menetapkan dan mengembangkan budaya perusahaan, ethos kerja, hubungan industrial dan visi perusahaan.

c) Memimpin dan mengurus perusahaan sesuai tujuan perusahaan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan.

d) Menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan.

2) Uraian Tugas

a) Mengkoordinasikan penyusunan perencanaan perusahaan / Rencana Jangka Panjang (RJP) dan RKAP sampai dengan pengesahannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

b) Mengkoordinasikan penyusunan laporan tahunan untuk diajukan dan dipertanggungjawabkan dalam RUPS

c) Menandatangani Surat Keputusan mengenai Pengangkatan, Kenaikan Gaji Berkala Biasa, Kenaikan Gaji Berkala Istimewa, Kenaikan Pangkat / Golongan, Penurunan Pangkat / Golongan, mutasi dan pemberhentian golongan III s/d IV.

d) Sesuai ketentuan yang berlaku mengadakan dan membina hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain dalam dan luar negeri yang bertujuan mengembangkan perusahaan.

e) Melalui Rapat Direksi meminta pertanggungjawaban dari anggota Direksi yang lain.

f) Mengadakan Rapat Direksi secara rutin serta mengadakan Rapat Direksi dengan Dewan Komisaris.

g) Mengundang Pemegang Saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham / Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham.

h) Secara rutin melakukan pembinaan terhadap Biro Satuan Pengawasan Intern.

i) Memberikan perintah / komando kepada Biro Satuan Pengawasan Intern dalam tugas-tugas pengawasan perusahaan.

3) Wewenang

a) Berwenang bertindak atas nama Direksi

b) Mengatur pendelegasisan khusus Direksi untuk mewakili perusahaan secara intern maupun ekstern kepada salah satu atau beberapa orang karyawan atau kepada orang atau lembaga diluar perusahaan.

4) Tanggung Jawab

a) Bertanggung jawab kepada Rapat Direksi

b) Bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham

5) Hubungan Kerja

a) Hubungan Fungsional : - Rapat Umum Pemegang Saham - Dewan Komisaris

Hubungan Bawahan : - Kepala Bagian / Kepala Biro - Kepala Unit

b) Hubungan Koordinasi : - Dengan Direksi lainnya

- Dengan lembaga-lembaga terkait lainnya.

a. Direktur Produksi

Nama Jabatan : Direktur Produksi Lokasi Kerja : Kantor Direksi

1) Tugas Pokok

Bersama-sama Direksi lainnya :

a) Menetapkan misi dan perencanaan strategis.

b) Menetapkan dan mengembangkan budaya perusahaan, ethos kerja, hubungan industrial dan visi perusahaan.

c) Memimpin dan mengurus perusahaan sesuai tujuan perusahaan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan.

d) Menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan.

e) Dengan tugas khusus : meningkatkan efisiensi penggunaan Sumber Daya untuk pencapaian produksi dan produktivitas serta mutu yang optimal.

2) Uraian Tugas

a) Mengkoordinasikan penyusunan perencanaan perusahaan / Rencana Jangka Panjang (RJP) dan RKAP sampai dengan pengesahannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

b) Menetapkan ketentuan pelaksanaan di bagian produksi yang meliputi pengaturan dan pengendalian di bagian tanaman, teknik, pengolahan, perencanaan dan pengembangan.

c) Mengkoordinasikan pengelolaan di bagian tanaman, teknik dan pengolahan dan untuk dengan tujuan menghasilkan produk, baik jumlah maupun mutu sesuai yang direncanakan.

d) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Rapat Direksi mengenai penggunaan teknologi maju di bagian tanaman, teknik dan pengolahan e) Secara rutin melakukan pembinaan terhadap jajaran di bagian tanaman ,

bagian teknik & tehnologi dan bagian perencanaan & pengembangan (renbang).

f) Mengkoordinasikan pengelolaan bagian pengembangan dengan sasaran kemajuan proyek pengembangan disesuaikan dengan kondisi perusahaan.

g) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Rapat Direksi mengenai diversifikasi pasar, perkembangan selera konsumen dan hal – hal yang menyangkut kemajuan proyek pengembangan.

h) Bila dianggap perlu melaksanakan hubungan dengan pihak ketiga, atas persetujuan rapat Direksi.

i) Mengkoordinasikan dan mempersiapkan laporan bagian produksi dan bagian pengembangan.

3) Wewenang

a) Memberikan rekomendasi dan mengajukan usul kenaikan pangkat / jabatan, demosi, mutasi dan pemberhentian karyawan kepada rapat Direksi.

b) Bersama Direksi lainnya mengatur pelaksanaan rencana kerja.

4) Tanggung Jawab

a) Bertanggung jawab kepada Rapat Direksi

b) Bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham

5) Hubungan Kerja

a) Hubungan Fungsional :- Rapat Umum Pemegang Saham - Dewan Komisaris

Hubungan Bawahan : - Kepala Bagian Tanaman

- Kepala Bagian Teknik & Tehnologi

- Kabag Perencanaan & Pengembangan(Renbang) - Kepala Unit

b) Hubungan Koordinasi :- Dengan Direksi lainnya

- Dengan lembaga-lembaga terkait lainnya.

Dokumen terkait