BIAYA PRODUKSI PADA PT.PERKEBUNAN NUSANTARA XIV (PERSERO) MAKASSAR UNIT PG.BONE
JUMRIANA 10573 02426 11
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Strata Satu (SI) pada Jurusan Akuntansi Fakultas ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
BIAYA PRODUKSI PADA PT.PERKEBUNAN NUSANTARA XIV (PERSERO) MAKASSAR UNIT PG.BONE
JUMRIANA 10573 02426 11
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Strata Satu (SI) pada Jurusan Akuntansi Fakultas ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
Puji sykur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Karena atas limpahan rahmat dan hidayah-nyalah, sehingga penilis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Shalawat dan salam tak lupa kami panjatkan kepada nabi Muhammad SAW yang memiliki cahaya (Ilahiyah) yang memimpin umat manusia kejalan kebaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan ataupun kesalahan dalam penyusunan skripsi ini, baik dalam penyajian materi maupun dalam penyusunan tata bahasanya. Disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak merupakan suatu bahan masukan demi kesempurnaan isi yang terkandung dalam skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang telah tulus ikhlas memberikan sumbangan berupa pikiran, motivasi dan nasehat. Untuk semua itu, dengan segalah kerendahan hati pada kesempatan ini saya menyampaikan Ucapan yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
Kedua orang tua penulis, Ayahanda ABD. Hakim dan ibunda Mina yang telah
membesarkan dan mendidik penulis secara ikhlas serta memberikan motivasi dan
do’a yang tiada henti-hentinya, dan ucapan terima kasih juga kepada dosen
rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada :
1. Dr. Irwan Akib, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar atas segala kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah Makassar, khususnya Jurusan Manajemen.
2. Dr. H. Mahmud Nuhung, MA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar, atas segala kebijakan-kebijakannya sebagai pimpinan fakultas tempat penulis menimba ilmu selama ini.
3. Ismail Badollahi. SE., M.Si,AK Selaku Ketua Jurusan Akuntansi atas segala bantuannya dalam perkuliahan.
4. Bapak, Ibu Dosen, dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya Jurusan Akuntansi telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
5. Pimpinan dan karyawan PT. Perkebunan Nusantara XIV (Pesero) Makassar yang telah memberikan pelayanan yang sangat baik kepada penulis.
6. Untuk sodara kandungku yang selalu mendukung dan member fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir.
7. Untuk sahabat SMAku andriani , ratna wati dan sukma yang selalu memberi semangat dalam penyelesai skripsi ini.
8. Untuk sahabat kampusku terspecial Dewi sakinah dan Hasni hasan suka duka
dalam mengerjakan tugas kampus selalu bersama.
terimakasih atas do’a nya.
Akhir kata semoga semua amal baik yag telah diberikan mereka kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT, dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya, amin
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu
Makassar, Oktober 2015
Penulis,
(dibimbing oleh Ibu Euis Eka Pramiarsih dan Ibu Naidah).
Mengalolakasikan biaya overhead pabrik dalam proses prduksi gula, maka seluruh jumlah yang digunakan dalam proses produksi tersebut sehingga dapat menghasilkan barang, kalau biaya produksi disini biasanya terbagi dua, yaitu tetap dan biaya variabel, jadi ada pengelompokkan sejumlah biaya untuk memudahkan dalam perhitungannya.
Penelitian ini dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar Unit PG.Bone yaitu perusahaan yang memproduksi bahan mentah berupa tebu menjadi barang jadi berupa gula pasir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah biaya overhead pabrik dari departemen pembantu telah dialokasikan secara akurat ke departemen produksi .
Seluruh data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk memenuhi data yang diperlukan. Kemudian data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa biaya overhead pabrik berpengaruh signifikan terhadap penentuan biaya produksi PT.Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar Unit PG.BONE.
Kata Kunci : Biaya Overhead Pabrik dan Biaya Produksi.
Halaman judul skripsi ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Halaman Persetujuan ... iii
Kata pengantar ... iv
Abstrak ... vii
Daftar Isi... viii
Daftar Tabel ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
a. Latar Belakang ... 1
b. Masalah Pokok ... 4
c. Tujuan dan Kegiatan Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Pengertian dan Klasifikasi Biaya ... 5
1. Pengertian Biaya ... 5
2. Klasifikasi Biaya ... 7
B. Pengertian Produksi ... 8
C. Sistem Pengumpulan Biaya Produksi ... 12
D. Pengertian Biaya Overhead Pabrik dan Departemen Pembantu ... 18
1. Pengertian Biaya Overhead Pabrik ... 18
2. Departemen Pembantu ... 20
E. Karakteristik / Sifat Biaya Overhead Pabrik (BOP) ... 21
F. Tujuan Penyususnan Anggaran BOP ... 22
G. Jenis Jenis BOP ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS ... 32
A. Tempat Daerah dan Waktu Penelitian... 32
B. Metode Pengumpulan Data ... 32
C. Jenis dan Sumber Data ... 33
1. Jenis Data ... 33
2. Sumber Data ... 34
D. Metode Analisis ... 34
E. Definisi Operasional... 35
BAB IV. GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN ... 36
A. Sejarah singkat perusahaan ... 36
B. Kegiatan usaha ... 38
C. Visi Dan Misi Perusahaan ... 39
D. Struktur Organisasi... 40
E. Job Description... 41
BAB V.HASIL PENELITIAN... 54
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 71
LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bahwa kondisi Negara kita yang dilanda krisis moneter yang berkepanjangan, sehinggga bagi perusahaan swasta memerlukan ketelitian dalam mengelolahnya agar aktivitas berkesinambungan, artinya dapat memberikan gambaran tentang keadaan suatu perusahaan. Biasanya gambaran keuangan pada setiap periode tertentu dilaporkan dalam suatu laporan keuangan sebagai produk akhir dari suatu kegiatan akuntansi. Laporan keuangan biasanya dalam bentuk neraca serta perhitungan laba rugi, di samping itu terdapat pula laporan laba yang ditahan dalam suatu periode tertentu.
Dalam proses perkembangan industri pabrik gula ini, maka diperlukan informasi – informasi yang cukup untuk dapat mengelolah perusahaan dengan baik. Diantaranya berbagai macam informasi tersebut, maka masalah biaya perlu diperhatikan dan data biaya dalam overhead pabrik diperoleh melalui Sistem Akuntansi Biaya.
Penentuan biaya produksi adalah tugas akuntansi biaya yang harus
mengikuti aliran fisik dari produksi, kemudian menetapkan pencatatan dan analisa
dari informasi biaya yang diikutinya tersebut, secara efektif dan efisien. Selama
proses produksi berlangsung biaya yang terjadi meliputi :
1. Biaya bahan baku 2. Biaya Tenaga Kerja 3. Biaya overhead pabrik 4. Biaya bahan pembantu
Selanjutnya, yang perlu diperhatikan dalam penentuan biaya produksi yaitu apakah semua biaya yang merupakan unsur biaya produksi tersebut telah diperhatikan khususnya biaya overhead pabrik. Sehubungan dengan hal tersebut langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan informasi dari sumber biaya (bahan baku, upah langsung, biaya overhead pabrik) kemudian membebankan biaya-biaya tersebut kepada produk baik yang masih dalam proses maupun produk jadi. Kemudian untuk mengetahui besarnya upah tenaga kerja langsung bisa dilihat dari jumlah waktu kerja pekerja Dengan menjumlah gaji menurut kartu kerja bisa diketahui berapa upah langsung satu periode.
Masalah yang rumit terjadi dalam hal biaya overhead pabrik karena selain jumlah jenisnya banyak juga sukar diikuti jejaknya. Maka sangat penting untuk menentukan berapa besarnya biaya produk setiap saat. Biaya overhead pabrik tidak dapat dibebankan secara langsung terhadap setiap unit produksi, apabila biaya itu tidak jelas sumbernya.
Kemudian ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik yaitu :
1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik 2. Memilih dasar pembebanan
3. Menghitung tarif biaya overhead pabrik
Dasar yang dapat dipakai sebagai dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk adalah satuan produk, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung jam kerja langsung dan jam mesin. Setelah tarif biaya overhead ditentukan produk yang diproduksi dalam tahun anggaran dibebani dengan biaya overhead pabrik tarif tersebut. Dalam tahun anggaran dikumpulkan biaya overhead pabrik yang sesunggunya terjadi.
Pada akhir tahun, biaya overhead pabrik yang dibeban kan kepada produk berdasarkan tarif dibandingkan dengan biaya overhead pabrik yang seseungguhnya terjadi, kemudian analisa menjadi empat macam selisih. Selisih tersebut pada akhir tahun diperlukan sebagai penyesuai terhadap rekening- rekening persediaan dan harga pokok penjualan atau diperlukan sebagai penyesuaian perhitungan rugi laba.
Mengalolakasikan biaya overhead pabrik dalam proses prduksi gula, maka seluruh jumlah yang digunakan dalam proses produksi tersebut sehingga dapat menghasilkan barang, kalau biaya produksi disini biasanya terbagi dua, yaitu tetap dan biaya variabel, jadi ada pengelompokkan sejumlah biaya untuk memudahkan dalam perhitungannya.
Berdasarkan uraian di atas, pada obyek penelitian dengan judul "Analisis
Alokasi Biaya Overhead Pabrik Atas Penentuan Biaya Produksi Pada
PT.Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar Unit PG BONE".
B. Masalah Pokok
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang dihadapi perusahaan, adalah "Apakah biaya overhead pabrik dari departemen pembantu telah dialokasikan secara akurat ke departemen produksi".
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui biaya overhead pabrik dari departemen pembantu telah dialokasikan secara akurat ke departemen produksi.
2. Kegunaan Penelitian
b. Memberikan informasi yang mungkin dapat diterapkan pada perusahaan sehubungan dengan alokasi biaya overhead pabrik dan penentuan biaya produksi
c. Sebagai bahan referensi tambahan bagi pembaca yang berminat
dengan masalah pembebanan biaya overhead PT. Perkebunan
Nusantara XIV (Persero) Makassar Unit PG. BONE
A. Pengertian dan Klasifikasi Biaya
1. Pengertian Biaya
Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi dengan dasar itulah dapat memulai berhitung harga pada dasarnya setiap untuk yang merupakan komponen biaya peruhaan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh.
Berbicara mengenai masalah biaya-biaya merupakan suatu masalah yang
cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan
satu yang lainnya dalam proses produksi. Oleh Mulyadi, (1999: 147), menyatakan
bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluar kan untuk
suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu yang
merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan
faktor produksi yang bersangkutan.
Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1997 : 26) di katakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu sejumlah pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan untuk memperoleh sesuatu dengan proses pengeluaran modal atau saham, jasa - jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang- barang atau jasa-jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang.
Dari definisi dan pengertian biaya di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa suatu hal yang merupakan pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam unsur pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya tetap diperhitungkan dan menjadi pencatatan dalam proses produksi perusahaan, sehingga biaya yang selama proses produksi menjadi hal secara keseluruhannya.
Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto (
2002:89), memberikan pengertian tentang biaya (cost) dan ongkos (expense),
sebagai berikut cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat
atau service potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva
yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya expense atau expred cost adalah
biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan prestasi. Karena jenis-jenis biaya
ini tidak dapat memberikan manfaat lagi diwaktu yang akan datang, maka
tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi.
Disamping itu masih banyak lagi ahli yang mendefinisikan pengertian biaya diantaranya yaitu:
Menurut Supriyono biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau
digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.
Mnurut henry simamora biaya adalah kas atau nilai setara kas yang
dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau dimasa mendatang bagi organisasi
Menurut Hernanto biaya adalah sejumlah uang yang dinyatakan dari
sumber ekonomi yang dikorbankan (terjadi atau akan terjadi) untuk mendapatkan sesuatu atau untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Klasifikasi Biaya
Dalam pengelolaan keuangan perusahaan utamanya pada proses produksi tentunya memerlukan biaya, oleh karena akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang dibutuhkan manajemen agar mereka dapat mengelola perusahaan atau bagiannya secara efektif di dalam mencatat dan menggolongkan biaya harus selalu diperhatikan untuk tujuan apa manajemen memerlukan informasi biaya. Sebaiknya selalu dipakai konsep "different cost for different purposes”.
Kalfisikasi biaya tentu ada konsep biaya yang dapat memenuhi berbagai
macam tujuan. Oleh karena itu di dalam akuntansi biaya terdapat berbagai macam
cara penggolongan biaya sebagai berikut :
1. Penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran
2. Penggolongan biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok dalam perusahaan.
3. Penggolongan biaya atas hubungan biaya dengan tujuan sesuatu yang dibiayai.
4. Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
5. Penggolongan biaya atas dasar waktu.
B. Pengertian Produksi
Sebagaimana sifatnya suatu perusahaan bisa bertahan lama untuk mempertahankan kontinuitas produksi dan mutu kwalitas, karena perusahaan memperhatikan selera harga dan kondisi konsumen dimana berada. Dalam menguraikan pengertian produksi oleh beberapa ahli ekonomi seperti Sofyan Assauri (2002 : 7), menyatakan bahwa produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) barang dan jasa pada suatu perusahaan.
Sedangkan menurut Martin Kenneth (2000 ; 3) yang diterjamahkan oleh Mulyadi dalam pengertian produksi menyatakan bahwa produksi itu merupakan prosedur desaing barang dan jasa senagai output serta sebagai poduk terakhir input emelent.
Berdasarkan dari kedua definisi tersebut di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa produksi adalah suatu usaha untuk menambah nilai guna suatu
barang dan jasa. Jadi barang yang diproduksi mengatalami tahapan tersendiri
dengan mempunyai kegunaan tertentu sebagai berikut :
1. Azas efisiensi maksudnya dengan biaya yang kecil mungkin untuk mendapatkan hasil tertentu ataupun dengan pengorbanan tertentu untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin.
2. Azas kontinutas, adalah azas yang menghendaki agar dalam pemakaian alat-alat produksi terdapat perbandingan yang serasi.
Selanjutnya akan dikemukakan arti kualitas ( mutu ) oleh Sofyan Assauri, (2002 ; 221) mengemukakan bahwa mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang tersebut dibuat.
Sesuai dengan pengertian di atas ada beberapa faktor yang dapat menghasilkan barang. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu :
1. Faktor produksi tanah 2. Faktor produksi modal 3. Faktor produksi tenaga kerja
Sedangkan Richard (1999; 84), sebagai berikut dalam berproduksi sangat berhati-hati terhadap kwality untuk di pertahankan bagi para konsumen harus konsisten.
Sesuai dengan definisi tersebut di atas, menyebutkan bahwa unsur
keberhati-hatian dalam mempertahankan hasil produksi, karena hasil produksi
inilah yang merupakan pengendalian mutu untuk berperan serta dalam bersaing di
pasar.
Dalam hubungannya dengan pengertian diatas, maka dapat dibagi dalam beberapa tahap yang mempunyai bagian dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai berikut :
1. Grade yaitu sifat kelakuan, kemiripan, tingkat reabilitas singkat operasinya dan lain-lain.
2. Fitenss for use menunjukkan tingkat produk produk yang mana memberikan kepuasan.
3. Consistency in characteristic adalah suatu kumpulan spesifikasi untuk setiap komponen dari produk itu. Bilamana produk terakhir sesuai dengan spesifikasi design atau maka disebut consistency atau quality ofconformance (mutu sesuai dengan krakteristiknya).
Jadi setiap perusahaan pabrik/pengolahan dengan menetapkan suatu standard. Hal-hal yang perlu dipertimbang kan dalam pembentukan suatu standard dikemukakan oleh Harding (2001 ; 58), menyatakan bahwa :
1. Memenuhi syarat kegunaan yang ditetapkan 2. Memenuhi standard kualitas perusahaan
3. Diproduksi dengan peralatan yang ada sekarang.
Untuk itulah E.Mansffiel (2002 ; 121), menyatakan bahwa proses produksi memerlukan kehati-hatian terhadap variasi dari beberapa produksi barang dan jasa yang sama pada perusahaan.
Selanjutnya menurut R.A. Bilas (1999; 127), adalah sebagai berikut kalau
input sabagai salah satu cara proses yang diperhatikan oleh bagian produksi untuk
mempertahakna mutu dan kwalitas produksi sesuai dengan permintaan konsumen,
sehingga perusahaan ini tetap produksi, jika tetap memperhatikan selera konsumen.
Dari beberapa pengertian produksi yang telah dikemukakan diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa produksi merupakan suatu proses kegiatan dari berbagai faktor produksi yang dirubah bentuknya oleh perusahaan yang menggunakan dalam bentuk barang/jasa atau produksi di mana beberapa barang dan jasa yang disebabkan input dirubah menjadi barang dan jasa lain yang disebut output.
Pengertian produksi dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan faktor- faktor produksi sekaligus, maka akan diperoleh suatu faedah dalam memenuhi kebutuhan atau pemenuhan kebutuhan pertanian yang dihasilkan akibat bekerjanya faktor-faktor produksi sekaligus saling terkait dengan satu sama lainnya.
Paul A. Samuelson (2002 ; 357), membatasi diri dalam memberikan definisi proses produksi yang menyatakan bahwa produksi ini mempunyai fungsi untuk technical pada relasi diantara faktor-faktor produksi, sehingga out put dari proses produksi garus sepesifikasi produksi, agar barang yang telah diproduksi tetap menjadi pokus perhatian dari relasi.
Sedangkan Soemitro Djoyohadikusumo, (2000 ; 136), memberikan
definisi tentang produksi, berpendapat bahwa produksi pertanian adalah
penggunaan unsur-unsur dengan maksud untuk menciptakan suatu faedah atau
untuk memenuhi kebutuhan.
Pendapat di atas, bahwa dapat menggambarkan fungsi-fungsi dari produksi adalah merupakan hubungan fisik antara input dan output. Dengan kata lain bahwa faktor produksi yang digunakan sebagai masukan ke dalam proses produksi dan banyaknya hasil yang akan diperoleh. Misalnya dengan menggunakan input yang akan bisa menambah output atau produksi.
Dalam hubungan antara input dengan output berarti kita bicarakan mengenai masalah pendapatan dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, sehingga dapat diketahui hasil yang telah diperoleh dapat memperoleh hasil atau tidak memperoleh keuntungan atau menderita rugi dan perlu kita memperhatikan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu periode tersebut.
C. Sistem Pengumpulan Biaya Produksi
Bagi perusahaan perdagangan R. Soemita Adikusumah (2001 : 177) mengemukakan bahwa penjualan merupakan kegiatan utama, oleh karena itu, sistem pengumpulan biaya produksi yang diterapkan oleh perusahaan ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat terperinci, sebagai berikut :
1. Semua biaya-biaya selama dalam proses produksi harus teliti dan dikumpulan untuk dilakukan pencatatan.
2. Semua pengeluaran biaya-biaya harus selama proses produksi dianggap
sebagai termasuk keperluan lain harus diperiksa sedemikian rupa sehingga
kemungkinan pemboson biaya produksi dikurangi sampai semimimun
mungkin.
3. Pencatatan dan pengelompokan harus diklasifikasikan biaya, agar kelak perhitungan dalam proses produksi dapat diketahui melalui pembukuan dengan tepat.
4. Biaya administrasi dan penjualan masih termasuk biaya produksi.
5. Dengan meminimumkan biaya dalam proses produksi agar harga pokok penjualan seminimum, sehingga penjualan barang hasil produksi dapat bersaing.
6. Pengendalian biaya yang sesuai dengan tujuan harus dilakukan terhadap unsur-unsur biaya, sehingga biaya yang telah dianggarkan digunakan seefisien mungkin, karena efisien yang dapat meningkatkan keuntungan.
Untuk mencapai adanya di atas maka perlu organisasi yang baik didalam sistem pengumpulan biaya produksi barang agar terdapat pengendalian intern yang baik dalam proses produksi sebaiknya diadakan pemisahan fungsi antara lain:
1. Bagian pesanan
Pelaksanaan bahan baku bagi perusahaan kecil dipegang satu orang saja, sedangkan bagi perusahaan besar dipegang oleh satu bagian produksi yang melibatkan beberapa personal fungsi dari bagian adalah :
a) Mengawasi semua pesanan yang diterima
b) Memeriksa surat pesanan yang diterima dari langganan dan melengkapi yang masih kurang.
c) Jika pesanan barang, harus diminta persetujuan dari bagian gudang.
d) Menentukan tanggal pengiriman, membuat surat perintah pengiriman serta tembusan-tembusannya.
e) Membuat catatan pesanan yang dikirim dan pesanan yang sudah diperhitungkan.
f) Melakukan hubungan dengan pembelian, apakah barang yang diterima sudah cocok dengan pesanan masih ada yang perlu dikemukakan.
2. Bagian gudang
Bagian gudang ini kredit berarti melibatkan bagian pesanan di mana setiap pengiriman barang yang dijual dengan pesanan harus mendapat persetujuan dari bagian gudang membuat catatan atau kartu piutang setiap langganan tentang identitas pembeli, jumlah order dan jangka waktu pembayaran. Faktur penjualan yang dibuat oleh bagian pesanan dan surat perintah pengiriman atau di kirim ke bagian pesanan untuk mendapat persetujuan atau penolakan dan surat perintah pengiriman. Jika ada persetujuan maka faktur penjualan dan surat perintah pengiriman diberikan kepada bagian pengiriman, kemudian barang tersebut di kirim kepada yang bersangkutan.
3. Pengklasifikasian biaya-biaya
Bagian pengumpulan biaya bertugas sebagai berikut :
a) Mencatat sejumlah pengeluaran yang biasanya harus dilengkapi
dengan data, pos-pos pengeluaran, misalnya pembelian barang dan
jenis-jenis biaya lainnya.
b) Mencantumkan data biaya pengiriman dan pihak pertam bahan nilai yang dibebankan kepada pembeli.
c) Biaya-biaya yang telah dicatat itu dikirim pada bagian-bagian memerlukan terlebih dahulu diperiksa kebenaran tulisan dan perhitungannya.
Kemudian untuk mengadakan pemisahan wewenang tersebut di atas tergantung dan besarnya perusahaan dan jumlah pegawai yang ada. Apabila organisasi sudah memisahkan fungsi-fungsi yang perlu ditetapkan adanya wewenang bahwa iniatif untuk menjadi barang datangnya dari satu inisiatif yang ditentukan semula misalnya bagian pesanan atau bagian-bagian lain yang memerlukan. Selain itu dimaksudkan pula agar semua pengeluaran-pengeluaran barang dari gudang baik melalui penjualan maupun untuk keperluan lainnya mendapat pengawasan sedemikian rupa, sehingga kemungkinan terjadinya kecurangan penyalagunaan dapat dihindarkan atau dikurangi sedapat mungkin.
Di dalam pelaksanaan fungsi pengumpulan biaya pada umumnya dilaksanakan oleh bagian pesanan dan organisasi administrasi serta dipengaruhi oleh sistem penjualan yang dilakukan misalnya sistem penjualan kredit, tunai dan sebagainya.
Selanjutnya cara-cara yang biasa dipakai di dalam sistem pengumpulan biaya, sebagai berikut :
a) Pemisahan antara
1. Mencatat pengeluaran
Pencatatan pertama-tama dilakukan oleh petugas bagian pengeluaran yang membuat faktur penjualan. Faktur ini sedikitnyas dibuat rangkap 4 (empat) yang pertama (asli) untuk pembelian, lembar ke 2 dikirim ke bagian penyerahan barang, lembar ke 3 dikirim ke pemegang buku tambahan piutang dan lembar ke 4 ditahan untuk arsip.
Jika pembeli akan mengambil sendiri barang yang dibeli nya, maka faktur dibawa ke kasir dan jumlah uang yang tertera di situ dibayar. Kasir akan menghitung uang memutar register kas, mencap faktur pengembalikannya pada pembeli jika ditambah kwitansi. Faktur yang telah dicap oleh si pembeli dibawa ke bagian penyerahan barang dan dikeluarkan dengan barang yang telah diserahkan lembaran kedua.
Kalau pembeli tidak mengambil sendiri barang yang dibeli, maka sesudah ia membayar kepada kasir diberi kwitansi si pembeli akan mendapat surat perintah pengeluaran atau delivery order. Satu tembusan DO dikirim kepada seksi gudang dan menerima barang-barang yang dinyatakan dalam DO tersebut.
2. Penyerahkan barang
Bagian ini bertanggungjawab terhadap kehancuran distribusi barang kepada langganan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh bagian pengeluaran. Penyerahan barang sering terjadi secara langsung dari gudang dengan memakai DO dan biasa juga secara tidak langsung yaitu dengan pengiriman barang ke rumah langganan dimana karena adanya penyerahan barang secara tunai dan penyerahan barang secara kredit.
3. Menerima uang
Barang ini berada di bawah koordinasi bagian keuangan, atas persetuajun pimpinan perusahaan dan bertugas sebagai berikut :
a. Mencatat semua penerimaan uang, baik tunai, cek, maupun bilyet giro dalam suatu daftar.
b. Daftar penerimaan diserahkan kepada pemegang buku harian dan pemegang buku tambahan piutang.
c. Uang tunai, cek dan giro yang diterima diserahkan kepada kasir dan disetor ke bank seluruhnya, selambat-lambatnya ke esokan harinya.
d. Harus ada pemisahan antara kasir dan petugas yang memegang buku tambahan piutang dan hutang.
b) Penjualan secara kredit
Pada penjualan kredit ini maka setiap kali nilai kredit, pembeli harus dinilai. Buku piutang harus setiap bulan dibandingkan dengan perkiraan piutang di buku besar. Pengawasan intern atas piutang meliputi :
1. Pembagian tugas antara lain : a Penerimaan pesanan
b Petugas yang harus menyetujui penjualan kredit c Petugas yang harus mengirim barang
d Petugas yang mencatat buku tambahan piutang e Petugas yang menerima uang.
f Petugas yang bagian arsip.
2. Pembayaran mengenai faktur-faktur yang tertentu.
3. Setiap bulan secara periodik dikirim daftar saldo pada para piutang.
D. Pengertian Biaya Overhead Pabrik dan Departemen Pembantu
1. Pengertian Biaya Overhead Pabrik
Sebagaimana diketahui bahwa masalah biaya sangat di perlukan untuk kelangsungan hidup suatu perusahaan. Tanpa biaya, maka perusahaan tidak akan dapat menjalankan kegiatan-kegiatan usahanya dengan baik, bahkan dapat menghambat pada perusahaan untuk memperoleh suatu produk jadi, guna dipasar kan kepada konsumen dengan sasaran laba yang malsimal.
Untuk mengatasi agar perusahaan dapat memperoleh suatu barang tidak mengalami hambatan dan bahkan dapat mempengeruhi pula kelangsungan hidup suatu perusahaan, maka diperlukan biaya produk yang digunakan untuk memperoduksi suatu produk jadi. Namun pada dasarnya biaya yang dikeluar kan perusahaan dalam memproduksi suatu produksi jadi dengan laba yang semaksimal mungkin juga seringkali mengalami kekurangan dan kelebihan terhadap biaya prroduksi yang digunakan dalam memproses produk.
Dengan demikian, maka diperlukan suatu standar cost dalam
memperoduksi suatu produk dengan sasaran laba yang maksimal. Di mana standar
cost adalah merupakan suatu alat pengendalian biaya dalam proses produksi
barang jadi. Sebab kita ketahui dalam memproduksi suatu produk dengan
mengeluarkan biaya produksi yang relatif besar nilainya. Agar lebih
menguntungkan perusahaan maka diperlukan standar cost sehingga biaya yang dikeluarkan dapat lebih efisien.
Perkembangan produksi yang sangat pesat dengan sendirinya mempunyai peranan yang cukup besar sebagai penunjang terhadap kegiatan perusahaan bahkan dapat dikatakan bahwa sistem produksi produksi yang tepat akan memberikan dampak positif perkembangan serta kemajuan perusahaan sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan dan setiap perusahaan adalah untuk merupakan produk guna dipasarkan kepada konsumen dengan sasaran laba yang semaksimal mungkin Dalam hubungannya dengan uraian tersebut di atas, maka masalah produksi dapat dikatakan masalah utama di dalam perusahaan industri yang hendaknya diperhatikan oleh setiap pimpinan perusahaan sebab kegagalan di dalam memproduksi bahan baku menjadi produk jadi akan mengakibatkan perusahaan tidak memperoleh sejumlah dana untuk membiayai operasinya sehingga menghambat masalah pemasaran pembelanjaan di dalam perusahaan yang bersangkutan dan selanjutnya masalah personil di dalam perusahaan.
Untuk menunjang pelaksanaan produksi dalam suatu perusahaan sehingga
dapat menunjang kelangsungan hidup, maka diperlukan biaya produksi, mana
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengelolah bahan baku
menjadi prodduk. Salah satu biaya yang menjadi titik pokok dalam pembahasan
adalah biaya overhead pokok pabrik yang dikemukakan oleh Mulyadi (2003 : 12)
yaitu semua produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya
overad pabrik terdiri dari bahan penolong biaya tenaga kerja tak langsung dan
biaya produksi tak langsung lainnya.
Definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya overhead adalah semua biaya produksi selain bahan baku tak langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung Biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja tak langsung serta biaya produksi tak langsung lainnya.
Selanjutnya, menurut Mas'ud Machfoedz (1999: 31) yang memberikan pengertian biaya overhead pabrik adalah biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya yang digunakan untuk membuat suatu barang jadi selain bahan dasar langsung dan upah tenaga kerja langsung. Dalam artian ini biaya overhead pabrik termasuk biaya bahan dasar tak langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung.
2. Deprtemen Pembantu
Pada umumnya tarif biaya overhead pabrik hanya dihitung untuk
departemen-departemen produksi saja karena pengolahan bahan baku menjadi
produk biasanya hanya terjadi di departemen produksi. Oleh karena biaya
overhead pabrik tidak hanya terdiri dari di Departemen produksi selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung saja, tetapi juga meliputi semua biaya
yang terjadi di departemen-departemen pembantu.Dalam rangka penentuan tarif,
biaya overhead departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi.
E. Karakteristik / Sifat Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Dalam mengadakan perencanaan dan pengawasan biaya sangat perlu diketahui sifat-sifat biaya.pada dasarnya menurut sifatnya dikenali 3 macam biaya yakni:
1. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap yaitu biaya-biaya yang cenderung untuk bersifat konstan secara total dari bulan kebulan, tanpa terpengaruh oleh volume kegiatan, dengan beberapa asumsi tertentu seperti kebijaksanaan manajemen, periode waktu lain-lain. Biaya-biaya yang termasuk kategori biaya tetap antara lain adalah gaji, pajak lkekayaan, asuransi dan biaya penyusutan (kecuali yang menggunakan performane method).
Berdasarkan wewenang untuk menentukan anggaran, maka untuk keterangan BOP yang bersifat tetap ini wewenan pengganggaran terletak di luar (di atas) bagian / departemen yang bersangkutan yaitu ditetapkan oleh pusat (direktur).
2. Biaya Variabel (variabel cost)
Biaya variabel yaitu totalnya berubah-ubah secara proposional
dengan perubahan volume kegiatan, tetapi per unitnya tetap. Dengan
demikian BOP variabel adalah BOP yang berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Semakin besar volume kegiatan , semakin
kecil pula BOP. Dalam hal ini tingkat kegiatan perusahaan dinyatakan
dalam satuan aktivitas (activity base), seperti jam buruh langsung (DHL)
jam mesin (DMH) dan unit barang (kg liter dan lain-lain). Biaya-biaya
yang termasuk kategori biaya variabel antara lain adalah biaya bahan mentah langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan tenaga (power).
Berdasarkan kewenangan dalam menetukan anggaran, maka penentuan besar biaya variabel ini untuk jumlah (volume) ditetapkan bagian masing-masing sedangkan untuk tarif (harga) ditentukan oleh pusat.
3. Biaya Semi variabel
Biaya semi variabel adalah yang bersifat campuran, yakni antara lain adalah biaya tenaga kerja tidal langsung, biaya pemeliharaan, biaya peralatan, dan biaya bahan mentah tidak langsung dan lain-lan. Sebagai contoh adalah biaya listrik. Biaya ini bersifat tetap karena setiap bulan perusahaan harus membayar biaya berlangganan jasa listrik yang bersifat tetap, dan juga memiliki unser variabel karena biaya listrik ini bertambah seiring meningkatnya perubahan volume kegiatan perusahaan.
Berdasarkan kewenangan, maka penentuan besarnya anggaran biaya semi variabel ini sepenhnya terletak di bagian masing-masing.
Sebagai contoh adalah penggaran biaya administrasi yang diselenggarakan oleh bagian itu sendiri.
F. Tujuan penyusunan anggaran BOP
1. Mengetahui penggunaan biaya secara efesien
2. Menentukan harga pokok
3. Mengetahui pengalokasian biaya overhead pabrik sesuai dengan tempat atau departemen dimana biaya dibebankan
4. Sebagai alat pengawasan BOP
G. Jenis-jenis BOP
1. Biaya bahan penolong
Adalah bahan yang digunakan untuk membantu penyelesaian suatu produk yang jumlahnya ralative kecil. Misalnya lem dalam perusahaan percetakan, pernis dan paku dalam prusahaan mebel
2. Biaya penyusutan aktiva tak langsung
Adalah upah yang dibayarkan kepada karyawan pabrik yang secara fisik dan berhubungan dengan proses pembantu produk. Termasuk dalam kelompok ini antara lain upah mandor, gaji pegaai administrasi pabrik dll.
3. Biaya penyusutan aktiva tetap aktiva tatap pabrik
Adalah biaya penyusutan atas aktiva tetap yang dipergunakan di pabrik untuk penyelesaian produk baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya biaya penyusutan gedung pabrik, mesin-mesin, kendaraan pabrik.
4. Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan dan perawatan
mesin, gedung pabrik dan peralatan pabrik lainnya.
5. Biaya asuransi
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mnanggulangi resiko yang terjadi dalam proses produksi, biaya asuransi gadung pabrik, biaya asuransi karyawan pabrik.
6. Biaya-biaya yang timbul karena penggunaan jasa pihak lain
Adalah biaya-biaya yang timbul karena penggunaan jasa pihak lain guna penyelesaiaan dan kelancaran proses produksi, misalnya biaya listrik dan air untuk keperluan pabrik.
7. Biaya-biaya yang terjadi di departemen pembantu
Dalam perusahaan yang memiliki departemen pembantu, misalnya departemen bengkel atau pembangkit listrik, maka semua biaya yang terjadi di departemen pembantu tersebut diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik (BOP).
H. Langkah-langkah penentuan BOP
Dalam penyusunan anggaran BOP harus diperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran BOP. Ada tiga macam kapasitas yang dapat dipakai sebagai dasar pembantu anggaran BOP yaitu:
1. Kapasitas teoritis
Kapasitas teoritis merupakan kapasitas untuk memproduksi pada
kecepatan penuh tanpa berhenti (100%) dari aktivitas/kapasitas yang
ditetapkan. Perusahaan dianggap mampu pada tingkat yang maksimun
tanpa memperhitungkan adanya hambatan baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan.
2. Kapasitas praktis
Kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan intren perusahaan.
Pnetapan kapasitas praktis ini perlu dilakukan karena sangat tidak mungkin suatu pabrik dijalankan pada kapasitas teoritis. Dengan demikian perlu diperhitungkan kelonggaran-kelonggaran waktu dalam penentuan kapasitas seperti perhentian pabrik yang tidak dapat dihindari karena kerusakan mesin.
3. Kapasitas normal
Adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang. Jika dalam penentuan kapasitas praktis hanya diperhitungkan kelonggaran-kelonggaran waktu akibat faktor-faktor intern perusahaan, maka dalam penentuan kapasitas normal diperhitungkan pula kecenderungan penjualan dalam jangka panjang.
4. Kapasitas sesungguhnya
Kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai
dalam tahun yang akan datang. Yang besar pada tarif biaya overhead
pabrik dari tahun ketahun dan sebagai akibat peubahan yang besar pada
tarif biaya overhead pabrik dari periode ke periode.
I. Metode-Metode Alokasi Biaya Overhead Pabrik
Dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen adaha mengalokasikan baya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi yang menikmati jasa departemen pembantu. Pada umumnya tarif biaya overhead pabrik hanya dihitung untuk departemen-departemen produksi saja, karena pengelolaan bahan baku menjadi produk yang biasanya terjadi di departemen produksi. Oleh karena biaya overhead pabrik yang akan dibebankan kepada produk tidak hanya terdiri dari biaya yang terjadi dalam departemen- departemen produksi saja, maka dalam rangka penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen, baya overhead pabrik departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi.
Alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara berikut ini :
1. Metode alokasi langsung (direct alokasi method)
Dalam metode alokasi langsung, biaya overhead pabrik departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi saja. Tidak ada departemen-departemen pembantu yang memakai jasa departemen pemantu lainnya.
2. Metode alokasi bertahap (step method)
Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen pembantu
tidak hanya dipakai oleh departemen produksi saja, tetapi digunakan pula
oleh departemen pembantu yang lain. Oleh karena itu, sebelum biaya overhead pabrik didua departemen tersebut dialokasikan ke dapartemen produksi. Metode alokasi bertahap (step method) yang terdiri dari :
a. Metode alokasi kontinyu
Dalam metode ini biaya overhead pabrik departemen-departemen pembantu yang saling memberikan jasa, dialokasikan secara terus menerus, sehingga jumlah biaya overhead yang belum dialokasikan menjadi tidak berarti.
b. Metode aljabar
Ketidaklengkapan dalam hal pembagian timbul dalam menggunakan metode bertahap karena pendistribusian yang berturut sehingga departeemen yang ditutup terlebih dahulu tidak menerima pembagian biaya dari departemen yang ditutup kemudian.
J. Kerangka Pikir
PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar Unit Pabrik Gula Bone Kabupaten Bone., sebagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikelola dengan tenaga kerja yang berpengalaman didukung oleh sarana prasarana kerja yang berlokasi di Kabupaten Bone sebagai obyek penelitian.
Untuk mengevaluasi biaya yang digunakan selama dalam proses produksi mulai
dari departemen pembantu, alokasi biaya overhead pabrik dan departemen
produksi sampai ke bagian umum.
PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar Unit Pabrik Gula Bone Kabupaten Bone dalam pengelolaannya dengan menggunakan dana bersumber dari pemerintah, perusahaan ini setiap saat diadakan audit oleh BPK untuk mengetahui metode pengelolaan keuangan yang diserahkan pada pimpinan perusahaan.
Jika produk diolah melalui beberapa tahap proses produksi, biasanya perusahaan membentuk departemen produksi. Di samping departemen produksi tersebut, perusahaan biasanya membentuk beberapa departemen pembantu untuk melayani berbagai kebutuhan departemen produksi tersebut, jadi keduanya sangat berkaiatan.
Setelah proses produksi dalam suatu departemen, maka disusun langkah selanjutnya dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen adalah mengalokasikan biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi yang menikmati jasa departemen-departemen produksi saja, karena pengelolaan suatu bahan baku menjadi menjadi produk hanaya terjadi di departemen produksi.
Biaya overhead pabrik yang akan dibebankan kepada produk tidak hanya pada departemen produksi saja, melainkan meliputi pula biaya overhead pabrik yang terjadi di departemen-departemen pembantu. Dalam rangka penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen, biaya overhead pabrik departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi.
Penentuan biaya produksi adalah tugas akuntansi biaya yang harus
mengikuti aliran fisik dan produksi, kemudian menetapkan pencatatan dan analisa
dari informasi biaya yang diikutinya tersebut, secara efektif dan efisien. Selama proses produksi berlangsung biaya yang terjadi meliputi : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan biaya bahan pembantu.
Adapun kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, dapat
digambarkan dalam bentuk skhema, sebagai berikut :
PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Unit Pabrik Gula Bone
DEPARTEMEN PEMBANTU
ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK
BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN
PRODUKSI
K. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah "Diduga bahwa Analisis biaya overhead dari departemen pembantu telah dialokasikan secara akurat ke departemen produksi oleh PT.
Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar Unit Pabrik Gula Bone.”
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Daerah dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk penulisan maka penulis memilih perusahaan industri Unit Pabrik Gula Bone Kabupaten Bone pada PT.
Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar Pada waktu penelitian untuk memperoleh data, maka pengambilan data direncanakan selama kurang lebih dua bulan (April – Mei) tahun 2015.
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, penulis mengadakan studi kasus dan pengumpulan data melalui penelitian lapangan (field research) dan penelitian pustaka (library research), sebagai berikut :
1. Penelitian lapangan (field research), yaitu kegiatan penelitian lapangan, dimana penulis mencari data yang menjadi obyek penelitian, untuk itu penulis melakukan pengamatan setempat dan wawancara langsung dengan pimpinan serta beberapa karyawan perusahaan yang berkompeten dalam mengumpulkan data berupa laporan yang disajikan dan mengumpulkan informasi yang diperlukan.
2. Penelitian pustaka ( library research ), yaitu penulis mengumpulkan data
yang berhubungan dengan teori tentang metode pencatatan penilaian
persediaan barang dagangan pengendalian perluasan usaha dari buku
literatur dan catatan perkuliahan. Disamping itu penulis mengumpulkan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas dan dapat mendukung penulisan skripsi ini.
Disamping itu penulis mengumpulkan data yang ada kaitannya dengan permasalahan dengan melalui cara sebagai berikut :
a. Observasi
Tehnik observasi dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dalam proses kegiatan pengolahan data berkaitannya dengan kebutuhan informasi pada Perusahaan.
b. Wawancara
Tehnik interview dilakukan dengan jalan wawancara secara langsung dengan Kepala Bagian Umum atau kepala bagian lainnya atau sejumlah personil yang berhubungan dengan penelitian ini.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil perusahaan baik dalam bentuk informasi secara lisan maupun secara tertulis.
b. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan yang diteliti
dalam bentuk angka-angka masih memerlukan pengelolaan kembali dan
dapat digunakan untuk pembahasan lebih lanjut.
2. Sumber Data
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara mengadakan pengamatan langsung pada perusahaan industri unit Pabrik Gula Bone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan Pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar mengadakan wawancara langsung yang membidangi biaya dalam proses produksi khususnya mengenai alokasi biaya overhead pabrik yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan Industri unit Pabrik Gula Bone Kabupaten Bone Pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Makassar pada dokumen-dokumen dan buku literatur serta laporan tertulis dari luar yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi ini.
D. Metode Analisis
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis, sebagai berikut : 1. Metode analisis deskriptif adalah metode analisis yang digunakan pada
perusahaan secara sistimatis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau kejadian pada perusahaan yang diteliti, maka kemudian menganalisisnya lalu menyimpulkannya.
2. Analisis kuantitatif yaitu sistem yang menggunakan perhitungan di dalam
pencatatan mengenai alokasi biaya overhead pabrik atas penentuan biaya
produksi.
E. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan, sebagai berikut :
1. Alokasi biaya overhead pabrik dalam proses produksi perusahaan memisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dapat diartikan bahwa biaya yang tidak mengikuti perkembangan kegiatan atau biaya tidak terpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Kalau biaya variabel setiap saat mengalami perubahan artinya mengikuti perkembangan kegiatan.
2. Dalam kalkulasi biaya overhead pabrik perusahaan menganalisa seluruh biaya
yang digunakan selama proses produksi untuk menentukan biaya produksi per
kilogram, agar dapat ditetapkan harga jual per kilogram.
A. Sejarah Singkat
PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) didirikan pada tanggal 11 Maret 1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 tentang Peleburan PT Perkebunan XXVIII (Persero), PT Perkebunan XXXII (Persero), PT Bina Mulya Ternak (Persero) menjadi PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero), termasuk eks Proyek-proyek pengembangan PT Perkebunan XXIII (Persero) di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Akta Pendirian PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Nomor 47 tanggal 11 Maret 1996 dibuat oleh Notaris Harun Kamil, SH yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor C2- 9087.HT.01.01 tahun 1996 tanggal 24 September 1996 (Berita Negara RI Nomor 81 tanggal 08 Oktober 1996, tambahan Nomor 8678).
Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami perubahan, terakhir dengan
Akta Nomor 13 tanggal 11 Agustus 2008 dari Notaris Lola Rosalina, SH tentang
Pernyataan Keputusan Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perkebunan Nusantara XIV Di Luar Rapat Umum Pemegang Saham tentang
Penambahan Modal Disetor dan Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara XIV. Perubahan tersebut telah
mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dengan Nomor AHU-76872.AH.01.02 tahun 2008 tanggal 23 Oktober 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan.
Pasal 11 Akta Nomor 13 mengalami perubahan sesuai Keputusan Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara XIV Di Luar Rapat Umum Pemegang Saham tentang Perubahan Anggaran Dasar Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara XIV Nomor KEP-83/S.MBU/2009 dan KEP-16/D4.MBU/2009 tanggal 14 September 2009 dan telah dicatatkan dengan Akta Nomor 18 tanggal 27 Maret 2012 yang dibuat oleh Notaris Lola Rosalina, SH.
1. Kedudukan Perusahaan
Kantor Direksi PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) berkedudukan di Jalan Urip Sumoharjo Km. 4 Kotak Pos 1006, Makassar – 90232, Telepon 0411-444810, 444112, Fax 0411-444840, 449886,E-mail : [email protected] dan Kantor Penghubung Jakarta di Jalan Cut Meutia Nomor 11 Menteng Jakarta Pusat, Telepon/Fax 021-3150404.
2. Maksud dan Tujuan Perusahaan
Berdasarkan Akta Nomor 13 tanggal 11 Agustus 2008, Pasal 3, Ayat 1,
maksud dan tujuan Perseroan adalah melakukan usaha dibidang Agro Bisnis dan
Agro Industri serta optimalisasi Sumber Daya Perseroan untuk menghasilkan
barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar
keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip- prinsip Perseroan Terbatas.
B. Kegiatan Usaha
Kegiatan Perseroan sesuai Akta Nomor 13 tanggal 11 Agustus 2008 Pasal 3, ayat 2 adalah :
1) budidaya tanaman meliputi pembukaan dan pengolahan lahan pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemungutan hasil tanaman serta melakukan kegiatan-kegiatan lain yang sehubungan dengan pengusahaan budidaya tanaman tersebut;
2) Produksi meliputi pengolahan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi dan/atau barang jadi serta produksi turunannya;
3) Perdagangan meliputi penyelenggaraan kegiatan pemasaran berbagai macam hasil produksi serta melakukan kegiatan perdagangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan usaha Perseroan;
4) Pengembangan usaha bidang perkebunan, agro wisata, agro bisnis dan agro forestry.
Selain kegiatan usaha utama tersebut diatas, Perseroan dapat melakukan
kegiatan usaha dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
untuk trading house, pengembangan kawasan industri, agro industrial complex,
real estate, pusat perbelanjaan/mall, perkantoran, pergudangan, pariwisata,
perhotelan, resort, olahraga dan rekreasi, rest area, rumah sakit, pendidikan dan
penelitian, prasarana telekomunikasi dan sumber daya energi, jasa penyewaan, jasa konsultasi bidang perkebunan, jasa pembangunan kebun, dan pengusahaan sarana dan prasarana yang dimiliki perusahaan.
C. Visi dan Misi Organisasi a. Visi
Menjadi perusahaan agribisnis dan agroindustri yang kompetitif, mandiri dan memberdayakan ekonomi rakyat.
b. Misi
1) Menghasilkan produk utama perkebunan berupa gula dan minyak sawit, sertapendukung yang berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan internasional;
2) Mengelola bisnis dengan teknologi akrab lingkungan yang memberikan kontribusi nilai kepada produk dan mendorong pembangunan berwawasan lingkungan;
3) Melalui kepemimpinan, teamwork, inovasi dan SDM yang kompeten, meningkatkan nilai secara terus-menerus kepada shareholder dan stakeholders.
4) Menempatkan Sumber Daya Manusia sebagai pila
5) utama penciptaan nilai (value creation) yang mendorong perusahaan
tumbuh dan berkembang bersama mitra strategis.
D. Struktur Organisasi
Struktur organisasi mengalami perubahaan sesuai surat Direksi PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Nomor 022/05.N14/SK/VII/VII tanggal 22 Juli 2014 sebagai berikut:
Gambar 2. Struktur Organisasi PTPN XIV (Persero) Makassar
PKS LUWU
KEBUN KEERA
KEBUN ASERA
KEBUN BETELEME KEBUN
MALILI
KEBUN AWAYA
KEBUN MIRA
UNIT TERNAK KABARU
DIREKTUR PRODUKSI DIREKTUR KEUANGAN DIREKTUR SDM & UMUM DIREKTUR UTAMA
RUPS
DEWAN KOMISARIS
ASET MAROANGIN,
SIDRAP, SAKOLI, SOPPENG
ASET TINANGGEA,
KOLAKA KETERANGAN :
BAGIAN PEMASARAN
BAGIAN AKUNTANSI
BAGIAN AKUNTANSI
BAGIAN SDM
& UMUM
BAGIAN PENGADAAN
BARANG &
JASA
UNIT PKBL BAGIAN
TEKNIK &
PENGOLAHAN
BIRO SPI
KOMITE AUDIT
BAGIAN PERENCAAN &
PENGEMBANGAN
DIREKTUR PRODUKSI
PT SPN RUPS ANAK PERUSAHAAN
& KERJASAMA OPERASI
BAGIAN KEUANGAN
GARIS LINI GARIS KOORDINASI BAGIAN
TANAMAN &
TERNAK BAGIAN
SEKRETARIS PERUSAHAAN
LO JAKARTA ASET KAPAS JENEPONTO KERJASAMA
PG BONE, CAMMING &
TAKALAR
BOT PKS MALILI PT BMS