• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.2. Karakteristik Subjek Penelitian

Populasi target yang memenuhi kriteria berjumlah 50 orang anak terdiri dari 21 anak laki-laki dan 29 anak perempuan, sedangkan 50 anak yang memenuhi kriteria sebagai kontrol terdiri dari 22 anak laki-laki dan 28 anak perempuan dengan rentang usia mulai 5 tahun sampai 16 tahun dengan tingkat pendidikan anak belum bersekolah sampai tingkat sekolah menengah pertama (SMP).

Tabel 4.1. Karakteristik dasar Karakteristik PJB N=50 SKN N=50 Jenis kelamin Perempuan n(%) Laki-laki n(%) Umur(thn), rerata (SD) BB(kg), rerata (SD) TB(cm), rerata(SD) Status gizi Gizi kurang, n(%) Gizi baik, n(%) Pendidikan anak Belum sekolah, n(%) SD, n(%) SMP, n(%) Diagnosis Asianotik, n(%) Sianotik, n(%) 29(58.0) 21(42.0) 9.5(3.08) 28.8(8.4) 133.0(20.3) 31(62.0) 19(38.0) 7(14.0) 29(58.0) 14(28.0) 47(94.0) 3(6.0) 28(56.0) 22(44.0) 9.3(3.09) 30.0(16.4) 130.5(12.44) 33(66.0) 17(34.0) 8(16.0) 31(62.0) 11(24.0)

Tabel 4.1 menyajikan informasi mengenai karakteristik subjek penelitian. Dari tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata usia subjek penelitian adalah 9.5 tahun (SD=3.08) dan usia 9.3 tahun (SD=3.09) saudara kandung yang normal (SKN), dengan rata-rata tinggi badan untuk subjek penelitian 135 cm (SD=11.56) dan saudara kandung yang normal 130.5 cm (SD=12.40). Berdasarkan perhitungan Indeks Masssa Tubuh (IMT), sebahagian besar subjek penelitian memiliki gizi kurang sebanyak 31 kg(62%) dan 19 kg (38%) memiliki gizi baik, sedangkan untuk

30

kasus pada saudara kandungnya yang normal dijumpai 33 kg (66%) berstatus gizi kurang dan 17 kg (34%) berstatus gizi baik.

Tabel 4.2. Jumlah anak PJB dan SKN yang mengalami gangguan internalisasi pada CBCL

Internalisasi

Normal n(%) border line n(%) terganggu n(%) P PJB 16 (32) 21 (42) 13(26) 0.001 SKN 44 (88) 6 (12) 0

Total 60 27 13

Hasil analisis dengan uji kai kuadrat pada tabel 4.2 diperoleh nilai Internalisasi sebanyak 13 orang (26%) yang terganggu pada kelompok PJB sedangkan kelompok SKN yang mengalami gangguan tidak dijumpai. Pada kelompok PJB yang borderline sebanyak 21 orang (42%) sedangkan pada kelompok SKN yang mengalami borderline sebanyak 6 orang (12%), dijumpai perbedaan yang bermakna dengan (P=0,001)

Tabel 4.3. Jumlah anak PJB dan SKN yang mengalami gangguan eksternalisasi pada CBCL

eksternalisasi

Normal n (%) border line n(%) terganggu n(%) P PJB 16 (32) 21(42) 13 (26) 0.001 SKN 44 (88) 6 (12) 0

Total 60 27 13

Hasil analisis dengan uji kai kuadrat pada tabel 4.3 diperoleh nilai Internalisasi sebanyak 13 orang (26%) yang terganggu pada kelompok PJB sedangkan kelompok SKN yang mengalami gangguan tidak dijumpai. Pada kelompok PJB yang borderline sebanyak 21 orang (42%) sedangkan pada kelompok SKN yang mengalami borderline sebanyak 6 orang (12%), dijumpai perbedaan yang bermakna dengan (P=0,001)

Tabel 4.4. Hubungan antara Jenis kelamin dengan Internalisasi CBCL

Internalisasi Normal

n(%)

Border line Terganggu n (%) n (%) Total P Laki-laki 20 (47) 16 (37) 7 (16) 43 0.54 Perempuan 40 (70) 11 (19) 6 (11) 57 Total 60 27 13 100

Dari hasil analisis dengan uji kai kaudrat pada tabel 4.4 terhadap jenis kelamin pada kelompok laki-laki dan anak perempuan yang mengalami gangguan internalisasi sebanyak 27% dan border line sebanyak 56%, tetapi hasil yang diperoleh tidak signifikan dengan (P= 0,54).

Tabel 4.5 Hubungan antara Jenis kelamin dengan eksternalisasi CBCL

Eksternalisasi Normal

n (%)

Border line Terganggu n (%) n (%)

Total P Laki-laki 24 (56) 17 (40) 2 (4) 43 0.408 Perempuan 36 (63) 16 (28) 5 (9) 57

32

Total 60 33 7 100

Dari hasil analisis dengan uji kuadrat pada tabel 4.5 terhadap jenis kelamin pada kelompok laki-laki dan anak perempuan yang mengalami gangguan internalisasi sebanyak 13% dan border line sebanyak 68%, diperoleh hasil yang tidak signifikan dengan (P= 0,408).

Tabel 4.6 Hubungan antara Usia dengan gangguan Internalisasi CBCL

Internalisasi

Usia (tahun) Normal Borderline Terganggu Total

5 11 2 1 14 6 6 4 1 11 7 6 2 0 8 8 9 1 1 11 9 3 3 3 9 10 4 3 0 7 11 3 3 1 7 12 7 4 0 11 13 4 3 4 11 14 6 2 2 10 15 1 0 0 1

Total 60 27 13 100

Dari hasil analisis dengan uji anova pada tabel 4.6 diperoleh hasil yang tidak signifikan antara usia dengan gangguan internalisasi, dengan P= 0.299, Walaupun pada usia 13 tahun yang mengalami gangguan eksternalisasi dijumpai sebanyak 4 orang.

Tabel 4.7 Hubungan antara Usia dengan skor Eksternalisasi CBCL

Eksterrnalisasi

Usia (tahun) Normal Borderline Terganggu Total

5 12 2 0 14 6 6 5 0 11 7 6 2 0 8 8 10 1 0 11 9 4 3 2 9 10 4 3 0 7 11 3 4 0 7 12 6 5 0 1 13 4 4 3 11 14 4 4 2 10

34

15 1 0 0 1

Total 60 33 7 100

Dari hasil analisis dengan uji anova pada tabel 4.7 diperoleh hasil yang signifikan antara hubungan usia dengan gangguan eksternalisasi, dimana usia terbanyak 13 tahun dan yang mengalami gangguan sebanyak 3 orang dengan P= 0,06.

35

Penyakit kronik mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan penderitanya dan semua individu lain yang terlibat, tidak hanya aspek fisik, tetapi juga aspek sosial dan emosional.16,39

Pengaruh anak yang menderita sakit kronis terhadap saudara kandung pada prinsipnya bersifat multifaktorial.

Pada penelitian ini diperlukan penilaian gangguan perilaku pada penderita PJB dan saudaranya yang normal dengan pemeriksaan CBCL, dimana dijumpai untuk nilai internalisasi dan nilai eksternalisasi ditemukan gangguan perilaku pada anak PJB maupun pada saudaranya yang normal sebesar 26% dan diantara kedua kelompok dijumpai perbedaan yang bermakna diantara keduanya, begitu juga dengan usia tertentu dijumpai gangguan eksternalisasi, sedangkan internalisasinya tidak terganggu, tetapi pada jenis kelamin tidak dijumpai gangguan perilaku pada anak PJB dan saudaranya yang normal.

39 Faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, karakteristik keluarga, stres orangtua, dan dukungan sosial akan berpengaruh terhadap adaptasi saudara kandung.40Pada penelitian ini usia anak penderita PJB diperoleh dari usia 5 tahun sampai 16 tahun, begitu juga dengan saudaranya yang normal. Dari penelitian ini dijumpai gangguan perilaku yang spesifik untuk eksternalisasi pada usia tertentu sebanyak 3

36

orang dan internalisasi sebanyak 4 orang terbanyak pada usia 13 tahun,baik itu pada penderita PJB maupun pada saudaranya yang normal.

Karakteristik penyakit sangat penting terhadap psikososial anak dengan masalah penyakit kronis yang diderita baik untuk dirinya maupun saudaranya yang normal.41,42 Variabel seperti omset penyakit, perjalanan penyakit, status fungsional, prognosis serta karakteristik pengobatan dan lamanya pengobatan memainkan peran penting pada seorang anak penderita penyakit kronis.

Masalah gangguan perilaku pada seorang anak dengan penyakit kronis berhubungan langsung dengan lingkungan dimana penderita tinggal, terutama lingkungan keluarganya, semakin anak menghadapi masalah akibat penyakitnya, maka bisa berdampak terhadap perilaku. Pada penilaian subskala internalisasi pada kelompok penderita PJB dijumpai gangguan yang bermakna. Begitu juga penilaian subskala internalisasi pada saudaranya yang normal. Pada subskala eksternalisasi pada kelompok penderita PJB dan kelompok saudaranya yang normal juga dijumpai gangguan.

43-45

46 Pada penelitian ini dijumpai gangguan internalisasi dan eksternalisasi pada kedua kelompok, baik itu kelompok penderita PJB maupun kelompok saudaranya yang sehat, juga pada usia tertentu dijumpai gangguan eksternalisasi sebanyak 3 orang dan internalisasi sebanyak 4 orang yaitu usia 13 tahun, tetapi secara statistik tidak bermakna pada internalisasi .

Kurangnya perhatian dan kepedulian lingkungan pada anak penderita penderita PJB juga berpengaruh untuk terjadinya gangguan perilaku pada penderita PJB. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepedulian baik itu dari keluarga terutama orangtua dan saudara serta lingkungan sekitar memegang peranan penting dalam menimbulkan gangguan perilaku pada seorang anak penderita PJB. Sementara untuk saudaranya yang normal juga diperlukan perhatian khusus keluarga untuk menghindari terjadinya gangguan perilaku.

Penelitian Jessop dan Stein’s menyebutkan saudara sisakit memiliki perilaku yang berbeda dari anak normal. Akibat penyakit kronis yang diderita saudaranya membuat keadaan yang lebih sulit bagi kedua orangtua dan saudaranya yang normal untuk mengenali dan mengakui kondisi kronis pada saudaranya yang sakit.

45,46

Pada penelitian lain disebutkan, saudara kandung yang normal dengan usia yang lebih muda, lebih bisa menerima saudaranya yang sakit, lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan sesuatu yang bisa mereka lihat atau sesuatu yang tampak mempengaruhi adik ataupun saudara mereka, daripada sesuatu yang tidak terlihat, seperti kesibukan orangtua dalam merawat saudaranya yang sakit. 44 Pada penelitian ini dijumpai gangguan eksternalisasi sebanyak 3 orang pada kelompok usia 13 tahun, dan 4 orang dijumpai gangguan internalisasi, tetapi pada internalisasi secara statistik nilai P tidak bemakna.

38

Sejumlah studi pada anak-anak dengan sakit kronis menyimpulkan pada kelompok yang sakit lebih banyak dijumpai gangguan perilaku dibandingkan pada saudara kandung yang normal tetapi angkanya tidak signifikan.

Penelitian lain telah dilakukan dalam mencari karakteristik tertentu dalam keluarga seperti dijumpainya gangguan perilaku, namun penelitian ini mempunyai keterbatasan, dimana sampel tidak sepenuhnya bisa menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan, sehingga perlu bantuan dari orangtuanya dalam menjawaban pertanyaan yang diberikan,hal ini dapat mengaburkan jawaban anak itu sendiri atau lebih dominan dari jawaban orangtuannya dalam menjawab pertanyaan yang diajukan.

45

Keterbatasan ini menunjukkan perlunya penelitian berkelanjutan dan sistematis dalam prose penyesuaian anggota keluarga yang menderita sakit kronis. Dikatakan penelitian yang lebih besar dapat mengatasi masalah, terutama pada segi usia, dimana masalah perilaku lebih mungkin terjadi pada pra-sekolah usia sekolah atau remaja serta saudara kandung yang lebih muda.

Aspek praktis merupakan hal penting terhadap dampak anak penderita PJB pada keluarganya, terutama pada saudaranya yang sehat. Tidak hanya Penderita PJB, tetapi saudaranya yang sehat juga memerlukan perhatian dalam hal memahami perjalanan penyakit saudaranya serta perawatan selama saudaranya menderita penyakit, karena kebutuhan saudaranya yang

45

sakit berbeda dengan kebutuhan anak yang sehat, juga pada anak sehat (saudara) yang sehat,47 temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penting bagi orangtua untuk memberikan perhatian tidak hanya kepada anaknya yang sakit kronis tetapi juga pada anaknya yang sehat. Pada mereka perlu diberikan informasi tentang kondisi penyakit saudaranya yang sakit serta mereka yang sehat ikut serta dalam pengobatan saudaranya saat dibawa berobat ke rumah sakit.

40

Dokumen terkait