• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan kadar dalam serum

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Karakteristik subyek pada penelitian ini ditampilkan berdasarkan distribusi jenis kelamin, kelompok umur dan suku bangsa yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Karakteristik subyek penelitian

Variabel kasus kontrol total

Jenis kelamin n % n % n %

Laki-laki 18 72 18 72 36 72

perempuan 7 28 7 28 14 28

Total 25 100 25 100 50 100

Kelompok umur (tahun)

<20 0 0 0 0 0 0 21-30 2 8 2 8 4 8 31-40 7 28 7 28 14 28 41-50 6 24 6 24 12 24 51-60 10 40 10 40 20 40 >61 0 0 0 0 0 0 Total 25 100 25 100 50 100 Suku bangsa Batak 9 36 13 52 22 44 Jawa 8 32 7 28 15 30 Aceh 3 12 0 0 3 6 Melayu 3 12 4 16 7 14 Tionghoa 2 8 1 4 3 6 Total 25 100 25 100 50 100

Pada penelitian ini, dari 25 orang penderita psoriasis vulgaris didapatkan 18 orang (72%) adalah laki-laki dan 7 orang (28%) perempuan. Hasil ini memperlihatkan bahwa jumlah kasus dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan penelitian ini.

Berbagai penelitian sebelumnya telah melaporkan prevalensi jenis kelamin yang bervariasi pada kasus psoriasis vulgaris. Neiman dkk. (2006) daalam tulisannya menyatakan bahwa psoriasis vulgaris lebih sering terjadi pada laki-laki, namun pada pasien-pasien muda dibawah usia 20 tahun lebih sering terjadi pada wanita.2 Sinniah dkk. (2010) menyatakan bahwa dari total keseluruhan 5607 pasien yang diperiksa selama tiga tahun di RSU. Malaysia didapati 9,5% menderita psoriasis vulgaris dimana penyakit ini lebih banyak

diderita oleh laki-laki (11,6%) daripada perempuan (7,2%).39 Berbeda dengan laporan tersebut, Parisi dkk. (2013) dalam suatu tulisan studi sistematik melaporkan tidak terdapat perbedaan prevalensi psoriasis vulgaris antara pria dan wanita pada penelitian yang dilakukan pada populasi di Taiwan, Amerika serikat dan Norwegia.14

Berdasarkan tabel 4.1 memperlihatkan bahwa pada penelitian ini jumlah pasien psoriasis vulgaris terbanyak adalah dari kelompok usia 51-60 tahun yaitu sebanyak 10 orang (40%), dan jumlah pasien psoriasis vulgaris paling sedikit terdapat pada kelompok usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 2 orang (8%).

Dari laporan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang bervariasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat variasi prevalensi psoriasis vulgaris berdasarkan jenis kelamin di berbagai tempat. Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai pengaruh jenis kelamin pada prevalensi psoriasis vulgaris.

Beberapa penelitian sebelumnya melaporkan terdapatnya pengaruh usia terhadap prevalensi psoriasis vulgaris. Coimbra dkk. (2004) dalam tulisannya menyatakan bahwa psoriasis vulgaris dapat terjadi pada semua umur, namun rata-rata onset usia terjadinya adalah 33 tahun.

Traub dan Marshall (2007) menyatakan bahwa onset usia rata-rata psoriasis vulgaris adalah 33 tahun, dimana 75% kasus terjadi sebelum usia 46 tahun.

19

Sinniah dkk. (2010) melaporkan penderita psoriasis vulgaris terbanyak pada penelitiannya di Malaysia adalah penderita dalam kelompok usia 40-60 tahun (17,2%) dan jumlah lebih sedikit pada kelompok usia yang lebih muda dan kelompok usia lebih dari 60 tahun (8,1%).

13

Parisi dkk. (2013) dalam suatu laporan studi sistematik menyatakan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan insiden psoriasis vulgaris dengan meningkatnya usia. Penyakit ini jarang terjadi pada anak usia dibawah 9 tahun. 14

Psoriasis vulgaris dapat terjadi pada semua umur. Terdapat kecenderungan peningkatan insiden pada usia 30-39 tahun dan pada usia 50-59 tahun. Hal ini dikaitkan dengan adanya pengaruh genetik yaitu HLA-Cw6 yang berhubungan dengan onset dini dan riwayat keluarga.12 HLA-Cw6 adalah alel penerimaan psoriasis yang terdapat pada lokus PSORS1. PSORS1 sendiri adalah salah satu lokus yang berkaitan dengan penerimaan terhadap psoriasis yang terdiri dari PSORS1-PSORS9. PSORS1 dikatakan merupakan gen determinan mayor dari kesembilan lokus gen tersebut. PSORS1 berlokasi didalam kromosom 6p dengan ukuran sekitar 220-kb didalam regio telomer Human Leucocyte Antigen B(HLA-B).

Studi-studi prevalensi sebelumnya mengindikasikan penurunan frekwensi kejadian psoriasis vulgaris pada usia tua. Insidensi menurun pada individu diatas usia 70 tahun. Penyebab pasti penurunan insidensi ini belum pernah dilaporkan. Beberapa kemungkinan yang diajukan adalah karena pasien-pasien berusia tua tidak lagi berminat mengobati lesi kulitnya sehingga tidak dapat diukur dalam studi prevalensi. Kemungkinan lain yang diajukan ialah karena tingginya angka mortalitas pada pasien usia tua berkaitan dengan komorbiditas yang dialaminya.

18

Pada penelitian ini didapati bahwa suku Batak merupakan suku terbanyak

diantara semua kasus (36%). Studi-studi epidemiologi sebelumnya

menghubungkan prevalensi psoriasis vulgaris dengan ras. Chandran dan 2

Raychaudhuri (2010) dalam tulisannya menyatakan bahwa kejadian psoriasis vulgaris diantara ras Afika-Amerika lebih rendah dibandingkan ras Kaukasia. Prevalensi lebih tinggi dijumpai di Asia, namun Eropa memiliki prevalensi lebih tinggi dibandingkan China dan Jepang. 40 Traub dan Marshall (2007) juga menyatakan bahwa prevalensi psoriasis vulgaris dipengaruhi oleh ras. Psoriasis vulgaris sering terjadi pada ras Kaukasia dengan angka estimasi 60 kasus per 100.000 per tahun.13

Hubungan antara ras dengan kejadian psoriasis vulgaris ini selain dikaitkan dengan genetik juga oleh adanya pengaruh iklim pada lokasi geografis tempat bermukim. Prevalensi psoriasis vulgaris dikatakan lebih tinggi pada daerah beriklim dingin dikaitkan dengan adanya efek menguntungkan dari paparan sinar matahari.

13,40

Penelitian ini dilakukan di RSUP. H. Adam Malik yang terletak di wilayah kotamadya Medan. Hasil penelitian ini sesuai dengan data rekam medis RSUP. H. Adam Malik tahun 2010-2012 dimana penderita psoriasis vulgaris yang berobat ke rumah sakit ini terbanyak berasal dari suku Batak (36%) yang diikuti dengan suku Jawa (22%). Menurut data sensus kependudukan tahun 2010 jumlah penduduk terbanyak yang berdomisili di kotamadya Medan adalah suku Jawa (33,03%) diikuti dengan suku Batak (19,21%). Rumah sakit H. Adam Malik sendiri merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Sumatera Utara

Pada penelitian ini walaupun kelompok kasus berasal dari suku bangsa yang berbeda-beda namun semuanya berasal dari ras yang sama (mongoloid) dan bermukim pada daerah geografis yang sama, sehingga diharapkan tidak terdapat pengaruh ras dan lokasi geografis pada penelitian ini.

sehingga pasien yang berkunjung ke rumah sakit ini tidak terbatas dari wilayah kotamadya Medan saja. Data dinas kependudukan menunjukkan bahwa penduduk Sumatera Utara menurut golongan etnis terdiri dari penduduk asli dan pendatang. Yang termasuk penduduk asli ialah suku Melayu, Batak Karo, Simalungun, Fak-fak Dairi, Batak Toba, Mandailing, Pesisir dan Nias. Golongan pribumi pendatang adalah suku Jawa, Sunda, Bali, Ambon, Minahasa, Banjar dan lain-lain. Sedangkan penduduk asing adalah orang Arab, India, Cina dan lain-lain-lain.

Distribusi subyek penelitian berdasarkan durasi penyakit dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi subyek penelitian berdasarkan durasi penyakit

Durasi penyakit (tahun) Subyek penelitian n % <5 5-10 >10 13 6 6 52 24 24 Total 25 100

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa pada penelitian ini subyek penelitian paling banyak adalah dengan durasi penyakit kurang dari 5 tahun (52%). Durasi penyakit pada psoriasis vulgaris sering berhubungan dengan komorbiditas penyakit lain seperti gangguan kardiovaskuler, psoriasis artritis ataupun gangguan kejiwaan.2 Pada penelitian ini data mengenai durasi penyakit diperoleh dari anamnesis riwayat penyakit pada penderita. Keterbatasan subyek penelitian dalam mengingat waktu yang pasti sejak kapan menderita penyakit ini menjadi salah satu keterbatasan dalam penelitian ini.

IV.2 Perbandingan kadar sitokin IL-17 dalam serum antara penderita

Dokumen terkait