• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI .1 Demam Berdarah Dengue .1Demam Berdarah Dengue

2.1.3 Sumur Gali

2.1.3.4 Karakteristik Sumur Gali

Adapun karakteristik sumur gali yang dapat mempengaruhi keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti antara lain :

41

1) Letak sumur gali

Letak sumur gali merupakan keadaan dimana sumur gali diletakkan baik didalam maupun di luar rumah. Hal ini memiliki peranan penting terhadap perindukan nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan penelitian di Desa Saung Naga tahun 2005 mengenai letak kontainer didapatkan bahwa kontainer yang terletak di dalam rumah berpeluang lebih besar untuk terdapat Aedes aegypti sebesar 75% (Milana Salim, 2005). Nyamuk Aedes aegypti lebih suka ditemukan di dalam gedung atau rumah dan nyamuk Aedes albopictus lebih senang beristirahat di luar gedung atau rumah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi rumah yang gelap karena kurangnya cahaya di dalam rumah sehingga udara di dalam rumah cenderung lembab (Budiyanto, 2011).

2) Keberadaan Penutup

Kegiatan PSN dengan penelolaan hidup yaitu 3M salah satunya dilakukan adalah dengan menutup kontainer rapat-rapat agar nyamuk tidak dapat masuk untuk meletakkan telurnya (Depkes RI, 2005). Nyamuk Aedes aegypti akan mudah untuk meletakkan telurnya pada kontainer yang terbuka. Ada kecenderungan yang signifikan 84% kontainer yang terbuka menyebabkan nyamuk bebas masuk ke dalam kontainer untuk berkembangbiak sedangkan kontainer yang tertutup 7% terdapat jentik (Hasyimi dkk, 2009).

Hal ini sejalan dengan penelitian G Palupi Said pada tahun 2011 yang melakukan survei keberadaan jentik nyamuk Aedes spp pada sumur gali menemukan bahwa sumur gali sebagai tempat perindukan nyamuk adalah sumur yang terbuka (tanpa penutup permukaan) Bahkan salah satu cara pencegahan

vektor Aedes aegypti di rumah tangga menurut Medronho (2009) adalah penggunaan penutup pada kontainer sebagai tempat penyimpanan air untuk mencegah kontainer menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.

3) Kedalaman sumur gali

Sumur gali merupakan sumber air bersih yang berasal dari lapisan kedua di dalam tanah, dalamnya dari permukaan tanah biasanya 5-15 meter kadang lebih dengan tinggi bibir sumur minimal 80 cm dari lantai serta dinding sumur minimal sedalam 3 m dari lantai dengan pengambilan air melalui tangan, pompa listrik atau ember ( Lud Waluyo, 2009:138). Hasil penelitian di Yogyakarta oleh Gionar pada tahun 2001 menunjukan bahwa kedalaman sumur akan menjadi kendala bagi nyamuk Aedes aegypti untuk meletakkan telurnya. Aktivitas Aedes aegypti betina tidak akan terganggu apabila ingin meletakkan telurnya didalam sumur, apalagi kualitas air sumur umumnya sangat cocok untuk perkembangan larva dan pupa nyamuk.

4) Tinggi air permukaan sumur gali

Berdasarkan hasil penelitian oleh Gionar (2001) menunjukan bahwa adanya peningkatan volume air sumur pada musim penghujan akan memperpendek jarak antara permukaan sumur dan permukaan air di dalam sumur sehingga lebih mempermudah bagi nyamuk betina untuk meletakkan telurnya di dalam sumur. Kewaspadaan terhadap sumur sebagai tempat perindukan nyamuk harus lebih di tingkatkan pada musim penghujan karena terbukti sumur yang mengandung Aedes aegypti pradewasa lebih meningkat dibandingkan pada musim kemarau.

43

5) Bahan dinding sumur gali

Dasar tempat air juga merupakan pilihan bagi nyamuk betina dewasa dalam meletakkan telur-telurnya. Aedes aegypti lebih menyukai genangan air dengan dasar tempat air yang bukan tanah (Depkes RI,2007). Hasil penelitian Sungkar (1994) dalam Milana Salim (2005) tentang Pengaruh Jenis TPA terhadap Perkembangn Larva Aedes menunjukan bahwa larva yang terdapat pada kontainer dari keramik paling sedikit dibandingkan dengan kontainer yang terbuat dari semen atau drum. Pada kontainer yang berbahan dasar semen yang kasar, nyamuk betina lebih mudah mengatur posisi tubuh pada waktu meletakkan telur (Badrah 2011) .

6) Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) air perindukan merupakan faktor yang sangat menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva Aedes aegypti dimana larva akan mati pada pH ≤3 dan ≥12 (Sayono, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Gionar (2001) juga menyimpulkan bahwa sumur untuk tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti pada derajat keasaman (pH) pada kisaran netral yaitu merupakan kondisi pH yang nyaman bagi jentik Aedes aegypti untuk dapat hidup dalam air sumur yaitu 6,9-8,0. Hidayat C dkk (1997) dalam penelitiannya tentang pengaruh pH air perindukan terhadap perkembangbiakan Aedes aegypti

menyebutkan bahwa pada pH air perindukan 7, lebih banyak didapati nyamuk dari pada pH asam atau basa.

7) Penggunaan sumur gali

Nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai tempat perindukan yang berwarna gelap terlindung dari sinar matahari, permukaan terbuka lebar yang berisi air bersih dan tenang (Badrah, 2011). Sumur gali sebagai sumber air bersih yang digunakan akan berbeda dengan air sumur yang tidak digunakan. Nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai tempat perindukan pada genangan air yang tidak mengalir seperti sumur. Pada air sumur yang masih digunakan, telur-telur nyamuk akan dapat musnah karena gerakan-gerakan air yang menenggelamkan atau melemparkannya ke permukaan tanah yang kering sehingga telur-telur itu akan kering oleh panas matahari (Depkes RI, 2007).

8) Kejernihan air sumur gali

Berdasarkan bionomiknya, nyamuk Aedes aegypti memang suka meletakkan telurnya pada air yang jernih dan tidak suka meletakkan telurnya pada air yang kotor/ keruh serta bersentuhan langsung dengan tanah (Depkes RI, 2007). Menurut penelitian Syahribuan, dkk pada tahun 2010 menyatakan bahwa Aedes aegypti dapat hidup dan berkembangbiak pada kondisi air sumur yang bersih atau kotor Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti sangat dekat dengan manusia yang menggunakan air bersih sebagai kebutuhan sehari-hari (Badrah, 2011).

9) Pencahayaan

Nyamuk Aedes aegypti menyukai genangan-genangan air yang terlindungi oleh karena itu berkembang biak di tempat-tempat penampungan air di dalam rumah karena kondisi rumah yang gelap disebabkan kurangnya cahaya di dalam rumah (Depkes RI, 2007). Menurut teori WHO yang di kutip oleh Tur Endah dan

45

Widya Harry (2010), bahwa intensitas cahaya merupakan faktor utama yang mempengaruhi bionomik nyamuk Aedes aegypti yang merupakan penular demam berdarah yaitu intensitas cahaya yang rendah (≤ 50 lux) merupakan kondisi yang baik bagi nyamuk.

10) Keberadaan tanaman

Jentik nyamuk Aedes aegypti memiliki karakteristik yang berbeda dengan jentik nyamuk yang lainnya, yaitu dapat tinggal lama di bawah permukaan air. Adanya tumbuhan sangat mempengaruhi kehidupan nyamuk antara lain sebagai tempat meletakkan telur, tempat berlindung, tempat mencari makan dan tempat berlindung bagi jentik. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telurnya pada tumbuh.-tumbuhan yang terapung atau menjulang di permukaan air (Depkes RI, 2007).

Dokumen terkait