• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.4 Karakteristik Responden Petani

5.4.2 Karakteristik Usahatani Ubi Jalar

Karakteristik usahatani dalam penelitian ini dilihat dari gambaran umum usahatani, penggunaan input dan jumlah ubi jalar yang dihasilkan. Keduanya merupakan komponen yang mempengaruhi usahatani kedepannya.

5.4.2.1. Gambaran Umum Usahatani Ubi Jalar

Kecamatan Cibungbulang memiliki 15 desa yang menjadi penghasil ubi jalar, diantaranya adalah Desa Situ Udik, Situ Ilir, Cibatok 1, Cibatok 2, Ciaruteun Udik, Sukamaju, Cemplang, Galuga, Dukuh, Cimanggu 1, Cimanggu 2, Giri Mulya, Leuweung Kolot, Ciaruteun Ilir, dan Cijujung. Desa Ciaruteun Udik merupakan salah satu desa penghasil ubi jalar terbesar di Kecamatan Cibungbulang. Hal ini dikarenakan karakteristik lahannya yang cocok ditanami ubi jalar.

Usahatani ubi jalar di Desa Ciaruteun Udik merupakan usahatani yang dikelola turun-temurun secara tradisional. Pola tanam yang dilakukan petani dalam budidaya ubi jalar adalah pola tanam secara monokultur. Hal ini dilakukan agar pemanfaatan untuk budidaya ubi jalar menjadi optimal. Petani dilokasi penelitian melakukan sistem rotasi tanaman. Dalam setahun, petani menanam ubi jalar sebanyak satu-dua kali, selanjutnya petani menanam komoditas yang lain seperti padi, ubi kayu dan sayur-sayuran.

Varietas ubi jalar yang dibudidayakan oleh petani di Desa Ciaruteun Udik adalah varietas kuningan putih (AC putih). Varietas tersebut dipilih petani untuk dibudidayakan karena varietas kuningan putih merupakan varietas unggulan lokal dengan produktivitas tinggi, lebih cepat dipanen dibandingkan dengan varietas lainnya yaitu antara 3.5-4 bulan, bentuknya bulat, bercita rasa manis, harga jual yang tinggi, serta permintaan pasar yang selalu ada sepanjang tahun.

Kegiatan budidaya ubi jalar di Desa Ciaruteun Udik dimulai dari pengolahan lahan, penanaman, penyulaman, pembongkaran, penyiangan, dan pemupukan, penyemprotan, dan pemanenan. Pengolahan lahan dilakukan dengan mencangkul tanah supaya gembur, setelah itu petani membuat guludan dan pembuatan lubang tanam. Lalu tahap kedua yaitu penanaman, umumnya dilakukan pada pagi hari. Pada umumnya waktu penanaman antar petani berbeda satu sama lain. Tahap ketiga yaitu penyulaman. Penyulaman merupakan kegiatan

mengganti bibit yang mati dengan bibit baru. Biasanya penyulaman dilakukan pada minggu pertama setelah proses penanaman. Namun, banyak petani yang tidak melakukan penyulaman dengan membiarkan bibit yang mati, dikarenakan bibit yang mati masih dalam jumlah yang sedikit. Tahap keempat yaitu pembongkaran. Pembongkaran merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menggemburkan tanah dan memberi ruang masuknya cahaya matahari ke dalam tanah, umumya dilakukan pada umur tanaman 15-20 hari. Pembongkaran dilakukan dengan cara mengikis kedua sisi guludan sampai terlihat bakal umbinya. Kemudian didiamkan selama 15 hari, setelah itu guludan ditutup kembali. Tahap kelima yaitu penyiangan. Penyiangan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghilangkan tumbuhan liar (gulma) yang dapat mengganggu tanaman ubi jalar. Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 1.5-2 bulan. Tahap keenam yaitu pemupukan. Pemupukan dilakukan petani 1-2 kali sesuai dengan kebiasaan petani. Tahap ketujuh yaitu penyemprotan. Penyemprotan bertujuan untuk memberi obat yang dapat memperbesar ukuran umbi dan untuk memberi pestisida agar hama dan penyakit yang umumnya menyerang ubi jalar dapat dikendalikan. Namun banyak petani yang tidak memberikan obat serta pestisida pada tanaman ubi jalar. Hal ini dikarenakan harganya yang mahal sehingga tidak perlu melakukan penyemprotan. Selanjutnya tahap terakhir yaitu pemanenan. Pemanenan dilakukan saat umur tanaman 3.5-4 bulan. Pemanenan tidak boleh dilakukan pada saat umur tanaman lebih dari 4 bulan, karena umbi yang dihasilkan beresiko busuk.

5.4.2.2 Penggunaan Sarana Produksi (Input)

Penggunaan input merupakan hal terpenting dalam kegiatan usahatani ubi jalar, karena dengan adanya input-input tersebut akan memperlancar proses budidaya yang akan meningkatkan produksi ubi jalar. Input yang dibutuhkan dalam budidaya ubi jalar yaitu, lahan, bibit ubi jalar, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk TSP, tenaga kerja dan alat-alat pertanian. Penggunaan input dalam usahatani ubi jalar adalah sebagai berikut:

1. Lahan

Lahan yang digunakan petani dalam menjalankan budidaya ubi jalar sebagian besar adalah lahan milik sendiri, namun ada beberapa petani yang

menggunakan lahan atas sewa, lahan bagi hasil dan lahan gadai. Rata-rata lahan yang digunakan petani responden adalah sebesar 0.29 hektar. Biaya sewa tanah dilokasi penelitian adalah 2 500 000.00 per hektar per musim tanam. 2. Bibit

Bibit ubi jalar yang digunakan oleh petani di lokasi penelitian berasal dari tanaman ubi jalar yang berumur 2 bulan. Bibit tersebut tidak diperjual- belikan, tetapi diperoleh dari pembibitan hasil produksi sebelumnya atau diperoleh dari petani yang lain. Menurut Rukmana (1997), perhitungan jumlah bibit yang digunakan adalah sebagai berikut:

umlah Bi it= 0 uas ahan arak anam ... (5.1) Jumlah rata-rata penggunaan bibit ubi jalar yang digunakan oleh petani dilokasi penelitian adalah 9 821.57 stek untuk luas lahan 0.29 hektar atau sebanyak 34 910.90 stek per hektar dengan jarak antar tanaman 20-30 cm dan jarak antar barisan 70-100 cm. Penggunaan bibit tersebut sudah melebihi dari anjuran penyuluh pertanian yaitu 28 000-32 000 stek per hektar dengan jarak antar tanaman 25-35 cm dan jarak antar barisan 90-100 cm (UPT, 2014). Penggunaan bibit yang melebihi dari anjuran penyuluh pertanian disebabkan banyaknya petani yang beranggapan semakin banyak bibit yang ditanam, maka semakin banyak umbi yang dihasilkan. Namun, menurut Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (2014), semakin banyak dan semakin rapat bibit yang ditanam, maka produksi yang dihasilkan justru akan kurang optimal, karena ruang tumbuh umbi akan terbatas.

3. Pupuk

Pupuk yang digunakan petani dilokasi penelitian dalam budidaya ubi jalar adalah pupuk urea dan pupuk TSP. Pupuk tersebut dibeli dari toko pupuk terdekat. Rata-rata penggunaan pupuk urea dan pupuk TSP yaitu 28.26 kg dan 16.23 kg untuk luas lahan 0.29 hektar atau sebanyak 103.11 kg per hektar untuk pupuk urea dan 71.14 kg per hektar untuk pupuk TSP. Penggunaan pupuk tersebut sudah mendekati anjuran yang diberikan penyuluh pertanian yaitu 100-200 kg per hektar untuk pupuk urea dan 50-70 kg per hektar untuk pupuk TSP.

4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan untuk menjalankan usahatani ubi jalar yaitu tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. TKDK merupakan anggota keluarga sendiri seperti suami, isteri dan anak. Sedangkan TKLK merupakan tenaga kerja upahan yang berasal dari penduduk sekitar. TKLK di lokasi penelitian sangat banyak karena sebagian besar penduduk Desa Ciaruteun Udik bermata pencaharian sebagai buruh tani.

Jam kerja di lokasi penelitian dibedakan antara jam kerja laki-laki dan perempuan. Jam kerja laki-laki adalah 7 jam per hari dan jam kerja perempuan adalah 5 jam per hari. Penggunaan tenaga kerja di lokasi penelitian adalah 50.23 HOK yang terdiri dari 44.88 HOK untuk tenaga kerja laki-laki dan 5.36 HOK untuk tenaga kerja perempuan dengan upah rata-rata tenaga kerja di lokasi penelitian adalah Rp 34 428.57 per HOK.

5. Alat-alat Pertanian

Petani dalam menjalankan usahatani ubi jalar memerlukan alat-alat pertanian untuk memudahkan pekerjaannya. Alat-alat pertanian yang digunakan yaitu cangkul, garpu tanah, sabit, dan semprotan.

5.4.2.3 Hasil Produksi Usahatani Ubi Jalar

Produksi rata-rata yang dihasilkan oleh petani responden di Desa Ciaruteun Udik adalah 2 642.86 kg dengan luas lahan rata-rata 0.29 hektar, atau sebesar 10.79 ton per hektar. Hasil produksi tersebut dijual ke tengkulak dengan harga yang berkisar antara Rp 900-1 200 per kg.

Dokumen terkait