• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Kajian Teori

2. Karangan Deskripsi dan Jenis Pola Pengembangan yang

Menurut Keraf (1982: 93), deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari obyek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi itu berasal dari kata latin describe yang berarti menulis tentang atau membeberkan sesuatu hal.

Sebaliknya kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian yang berasal dari kata peri-memerikan yang berarti melukiskan sesuatu hal. Menurut Alwi (2005: 258), deskripsi diartikan sebagai suatu pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Soegiarta (1984: 331) menjelaskan bahwa deskripsi merupakan bentuk tulisan dengan mengemukakan perincian-perincian dari suatu objek. Dari beberapa pengertian deskripsi di atas, dalam penelitian ini peneliti berpedoman pada pengertian deskripsi yang dikemukakan oleh Keraf (1982).

Tujuan utama deskripsi adalah untuk menggugah atau membangkitkan kesan yang dihasilkan oleh aspek tentang seseorang, suatu tempat, suatu pemandangan, atau yang serupa dengan hal-hal tersebut (Vivian via Achmadi, 1988: 105). Selain itu, deskripsi juga bertujuan membuat para pembaca menyadari dengan hidup-hidup tentang apa yang diserap penulis melalui panca indranya, merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkannya, menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Obyek yang dideskripsikan, yaitu sesuatu yang bisa ditangkap dengan pancaindra kita, seperti sebuah pemandangan alam, jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan atau kuda balapan, wajah seorang yang cantik molek atau seseorang yang putus asa, alunan musik atau gelegar guntur, dan sebagainya (Keraf, 1995: 17).

Berdasarkan tujuannya karangan deskripsi dibedakan menjadi dua macam, yaitu deskripsi sugestif dan deskripsi ekspositoris atau deskripsi teknis. Dalam deskripsi sugestif, penulis bermaksud menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca, pengalaman karena perkenalan langsung dengan obyeknya. Deskripsi

sugestif berusaha untuk menciptakan suatu penghayatan terhadap obyek tersebut melalui imajinasi para pembaca, dan deskripsi ekspositoris atau deskripsi teknis hanya bertujuan untuk memberikan identifikasi atau informasi tentang objeknya, sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan obyek tadi. Deskripsi ini tidak berusaha memunculkan kesan atau imajinasi pada diri pembaca.

Ada tiga pendekatan dalam deskripsi yaitu yang pertama pendekatan realistis, dalam pendekatan ini penulis berusaha agar deskripsi yang dibuatnya terhadap objek yang tengah diamatinya itu harus dapat dilukiskan seobjektif-objektifnya, sesuai dengan keadaan nyata yang dapat dilihatnya. Kedua, pendekatan impresionistis. Pendekatan ini berusaha menggambarkan sesuatu secara subyektif. Yang dimaksud dengan subyektif sama sekali bukan berarti penulis seenaknya memaparkan detail-detail yang dicerapnya. Dalam deskripsi yang subyektif ini, penulis lebih menonjolkan pilihannya dan interpretasinya. Dan yang ketiga, pendekatan menurut sikap penulis. Penulis dapat mengambil salah satu sikap berikut ini: masa bodoh, bersungguh-sungguh dan cermat, mengambil sikap seenaknya, atau mengambil sikap bersifat ironis. Semua sikap ini bertalian dengan tujuan yang akan dicapainya. Semua sikap tersebut harus ditetapkan sebelum pengarang mulai menyusun karangannya dan sikap yang diambil seorang penulis banyak sedikitnya akan dipengaruhi oleh suasana yang terdapat pada saat itu (Keraf, 1982: 104-111).

Berdasarkan objeknya, karangan deskripsi dibagi menjadi dua macam, yaitu deskripsi tempat (latar) dan deskripsi orang (tokoh).

1) Deskripsi Tempat

Deskripsi tempat adalah pengembangan karangan dengan memaparkan atau merinci suatu tempat secara lengkap sehingga pembaca memperoleh gambaran suatu tempat tersebut. Tempat selalu menjadi latar dalam pengisahan-pengisahan, entah kisah tersebut merupakan peristiwa yang sesungguhnya terjadi, entah kisah yang dibuat berdasarkan fantasi pengarang semata-mata. Tempat merupakan bagian dari latar, tetapi dalam penelitian ini tidak membahas mengenai latar. Berikut ini tiga pola pengembangan deskripsi tempat, yaitu pola statis, pola bergerak, dan pola kerangka.

a) Pola statis adalah pengarang menceritakan keadaan suatu tempat dalam keadaan diam dapat melayangkan pandangannya dengan mengikuti urutan-urutan yang teratur, dimulai dari titik tertentu. Titik pandang pola statis ini semua benda dalam sebuah tempat berada dalam keadaan diam, tidak mengalami perubahan.

b) Pola bergerak adalah menuntut penulis memandang sesuatu tempat dari segi yang bergerak, penceritaan diawali dari bagian-bagian yang paling besar dan dapat dilihat dari kejauhan hingga bagian terkecil yang hanya dapat dilihat dari jarak dekat. Titik pandang pola bergerak ini menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu, sesuai dengan perubahan jarak yang terjadi. Pola bergerak ini dapat dimasukkan juga variasi berupa deskripsi atas dua tempat atau bagian yang diperbandingkan satu sama lain.

c) Pola kerangka adalah pengarang menceritakan suatu tempat dengan membuat sebuah gambaran kerangka dari tempat yang dilukiskan.

Tabel 1.

Ciri-ciri Pola Pengembangan Deskripsi Tempat

No Pola Pengembangan

Deskripsi Tempat

Ciri-cirinya

1 Pola Statis Titik pandang pola statis ini semua benda dalam sebuah tempat berada dalam keadaan diam, tidak mengalami perubahan.

2 Pola Bergerak Titik pandang pola bergerak ini menunjukan perubahan dari waktu ke waktu, sesuai dengan perubahan jarak yang terjadi.

3 Pola Kerangka Titik pandang pola ini adalah gambaran umum suatu tempat dari hal yang umum ke yang khusus.

2) Deskripsi Orang

Pola pengembangan deskripsi orang menuntut penulis menceritakan secara jelas dan terperinci tentang orang itu atau penggambaran diri seseorang. Pengarang mampu mendeskripsikan keadaan wajah, bentuk tubuh, anggota badan, segala hal yang berkaitan dengan fisik akan lebih mudah untuk

diceritakan secara utuh. Penceritaan deskripsi orang dapat melingkupi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, milik, tindakan, perasaan, dan watak.

a) Aspek fisik, yaitu memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seorang tokoh, sehingga para pembaca dapat memperoleh suatu gambaran yang jelas mengenai orang itu.

b) Aspek milik, yaitu segala sesuatu yang mengelilingi atau melingkupi seseorang, misalnya pakaiannya, sepatu yang dipakainya, rumah kediamannya, kendaraan yang dimilikinya, dan sebagainya. Deskripsi ini hanya sekedar menggambarkan keadaan tanpa ingin memberi penilaian tentang tokoh atau penafsiran watak.

c) Aspek tindakan, yaitu mengenai tindak-tanduk atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang tokoh, misalnya menceritakan tindak-tanduk seseorang dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dari suatu waktu ke waktu yang lain.

d) Aspek perasaan, yaitu penulis dituntut mampu mendeskripsikan perasaan seorang tokoh, misalnya perasaan gembira, sedih, dan marah. Pengembangan aspek perasaan menuntut penceritaan aspek fisik sebagai pendukung, misalnya menceritakan perasaan gembira digambarkan dengan muka yang penuh senyuman.

e) Aspek watak, yaitu menuntut penulis mampu mendeskripsikan sifat atau karakter seseorang. Penceritaan aspek ini lebih sulit dibandingkan dengan penceritaan aspek perasaan, karena dalam aspek watak ini penulis harus mengadakan penafsiran mengenai watak seseorang.

Metode dalam mendeskripsikan watak adalah melalui deskripsi perbuatan, deskripsi fisik, deskripsi riil, dialog, reaksi tokoh-tokoh lain, dan pendekatan psikologis.

(1) Melalui deskripsi perbuatan

Metode ini paling efektif untuk menampilkan situasi-situasi yang ada sangkut-pautnya dengan unsur-unsur karakter dari sebuah tokoh. Deskripsi semacam ini lebih banyak bersifat komunikatif, yaitu harus dinyatakan melalui suatu demonstrasi. Suatu unsur watak kejujuran misalnya harus didemonstrasikan melalui perbuatan-perbuatan.

(2) Melalui deskripsi fisik

Melalui metode ini ciri-ciri fisik tokoh digambarkan dengan cermat. Cara ini harus dilakukan dengan hati-hati dan penuh kewaspadaan. Bentuk tubuh bukanlah merupkan suatu petunjuk yang dapat diandalkan tentang watak seseorang.

(3) Melalui suasana riil

Metode ini adalah menampilkan suasana yang nyata dari kehidupan seseorang, misalnya bagaimana bentuk atau model rumah kediaman seseorang, bahan dan model pakaiannya, kebiasaan-kebiasaan dan rekreasi-rekreasi yang dilakukannya, latar belakang keluarganya, kawan-kawan pergaulan, dan lingkungan sosial-ekonomis yang dimasukinya. Kesemuanya itu harus dideskripsikan secara cermat tentang orang itu.

(4) Melalui dialog

Karakter seorang tokoh dapat ditampilkan melalui dialog-dialog. Untuk menetapkan watak seseorang, dialog itu harus berlangsung dengan baik dalam keadaan yang wajar, tidak dibuat-buat, dan tanpa menyembunyikan tujuan yang sebenarnya. Di samping itu, cara mengadakan dialog, nada yang dipergunakan dan pilihan kata dapat pula membantu untuk mendeskripsikan watak seseorang secara obyektif.

(5) Reaksi tokoh-tokoh lain

Individualisasi terhadap watak seseorang dapat dinyatakan pula dengan memperhatikan reaksi-reaksi orang lain terhadap tokoh yang dimaksudkan. Reaksi-reaksi ini dapat timbul karena orang-orang lain melihat tindakan-tindakan dari sang tokoh atau mendengar dialog-dialog yang diadakan dengan tokoh-tokoh lainnya dalam cerita itu. (6) Pendekatan psikologis

Deskripsi tentang watak seseorang dapat dilakukan melalui pendekatan psikologis, terutama memakai metode bawah-sadar. Namun, teknik ini harus dipergunakan dengan hati-hati dan penuh keahlian. Teknik ini dapat menimbulkan kontradiksi, sehingga bisa melemahkan tujuan yang ingin dicapai.

Dokumen terkait