• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II.KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

2. Karangan

menggambarkan atau memaparkan suatu objek, lokasi, keadaan atau

benda dengan kata-kata. Biasanya apa yang kita gambarkan dalam

karangan kita merupakan hasil pengamatan pancaindra kita.

3. Media audiovisual adalah media instruksional modern yang sesuai

dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Menulis

a. Pengertian menulis

Menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa.

Dalam pengurutan aspek kemampuan berbahasa, menulis selalu

diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara,

dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir dalam kurikulum,

bukan berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak penting.

Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide/gagasan ke dalam

media tulisan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Ishak (2014:5) berpendapat bahwa menulis adalah upaya melakukan komunikasi dengan pembaca. Namanya bukan komunikasi timbal-balik, melainkan komunikasi sepihak. Walaupun komunikasi sepihak, namun memerlukan strategi dan argumentasi sebagai suatu cara yang sangat berguna, lebih-lebih dalam melakukan komunikasi langsung yang terkadang dipengaruhi oleh pandangan-pandangan yang subjektif.

Menulis erat kaitannya dengan membaca. Menulis dan membaca

adalah kegiatan berbahasa tulis.Pesan yang disampaikan penulis,

diterima oleh pembaca dan dijembatani melalui lambang bahasa

yang dituliskan. Menurut Goodman dkk.(dalamSuparnodan Yunus,

2008:30), baca-tulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan

Seni menulis hingga menghasilkan suatu karya akan bermanfaat

bagi manusia yang secara terus-menerus berupaya mempelajarinya.

Praktik menulis tidak hanya diperlukan untuk menyelesaikan skripsi,

tesis dan disertasi, melainkan yang lebih utama adalah

menyampaikan pesan melalui gagasan dalam sebuah karya yang

bermanfaat bagi masyarakat pembaca. Jika kita sering menulis

berarti berusaha mencari kebenaran. Sedikit hasil karya yang

bermanfaat dan mengalir dalam kehidupan manusia bila seni

menulis tidak diminati dan diimplementasikan menjadi kenyataan.

Menguasai ilmu membaca dan menulis sejatinya menjadi langkah

kedua setelah membaca.

Lado (dalam Tarigan, 2008:22) mengemukakan bahwa menulis

merupakan kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang

grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh

seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik

tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik

tersebut. Gambaran atau lukisan mungkin dapat menyampaikan

makna-makna, tetapi tidak menggambarkan ketentuan-ketentuan

bahasa. Menulis merupakan representasi melalui ekspresi bahasa

tulis. Hal inilah yang menjadi pembeda utama antara lukisan dan

tulisan.

Menulis juga erat kaitannya dengan mengarang. Menulis dan

berarti menyusun kata menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi

paragraf, menyusun paragraf menjadi tulisan kompleks yang

mengusung pokok persoalan. Istilah menulis sering dilekatkan pada

proses kreatif yang berjenis ilmiah. Sementara istilah mengarang

sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis nonilmiah.

Menulis kreatif merupakan kegiatan menulis yang berkembang

dan gagasan yang kreatif. Mirriam (2006:169) mengemukakan

bahwa menulis kreatif merupakan gagasan yang mengalir dari

pikiran seseorang ke dalam sebuah tulisan. Gagasan kreatif yang

sudah diungkapkan ke dalam bentuk tulisan akan menggambarkan

hal-hal yang ingin dikembangkan oleh penulis.

Menurut Kasman (2012:9), mengarang adalah kegiatan menulis

yang tersusun dengan teratur dari kata, kalimat, sampai paragraf

yang saling berhubungan dan merupakan kesatuan yang utuh,

dengan maksud menceritakan kejadian atau peristiwa. Sejalan

dengan pendapat tersebut,The Liang Gie (2002:17) mengemukakan

bahwa mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan

seseorang mengumpulkan gagasan dan menyampaikan melalui

bahasa tulisan kepada pembaca untuk dipahami. Dalam proses

mengarang, setiap ide perlu digambarkan dengan menggunakan

kata-kata yang kemudian dirangkai menjadi sebuah kalimat yang

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

menulis merupakan kegiatan penyampaian gagasan, ide, perasaan,

atau pikiran seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

media lambang grafik atau tulisan. Apabila seseorang menggunakan

buah pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman atau lainnya ke dalam

bentuk bahasa tulisan, kegiatan tersebut dapat dikategorikan dengan

kegiatan mengarang. Untuk menyampaikan gagasan ke dalam

bahasa tulisan, seseorang harus memiliki perbendaharaan kata yang

memadai serta terampil menyusun kata-kata dalam kalimat yang

runtut dan jelas.

b. Pembelajaran menulis

Pembelajaran menulis merupakan salah satu bagian dari

pembelajaran bahasa. Untuk dapat menulis dengan baik, perlu

menguasai tahap dalam menulis. Berkaitan dengan

tahap-tahap menulis, Tompkins(1990:73) menyajikan lima tahap-tahap, yaitu: (1)

pramenulis, (2) pembuatan draft, (3) merevisi, (4) menyunting, dan

(5) berbagi (sharing). Tahap-tahap ini menurut Tompkins tidak

merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinear,

artinya putaran berulang. Misalnya, setelah selesai menyunting

tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaian

suntingannya dengan kerangka tulisan atau draft awal.

1) Tahap pramenulis

Pada tahap pramenulis, siswa melakukan kegiatan sebagai

berikut:

a) menulis topik berdasarkan deskripsi sendiri;

b) melakukan kegiatan-kegiatan sebelum menulis;

c) mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis;

d) mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis; dan

e) memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan

tujuan yang telah mereka tentukan.

2) Tahap membuat draft

Kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada tahap ini sebagai

berikut:

a) membuat draft kasar; dan

b) lebih menekankan isi daripada tata tulis.

3) Tahap merevisi

Kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada tahap ini sebagai

berikut:

a) berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok);

b) berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi

tentangpenulisan teman-teman sekelompok atau sekelas;

c) mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi

d) membuat perubahan yang substantif pada draft pertama dan

draft berikutnya sehingga menghasilkan draft terakhir.

4) Tahap menyunting

Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh siswa

adalah sebagai berikut:

a) membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri;

b) membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis

tulisan mereka sekelas/sekelompok; dan

c) mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis tulisan

mereka sendiri.

Dalam kegiatan penyuntingan ini, sekurang-kurangnya ada

dua tahap yang harus dilakukan. Pertama, penyuntingan tulisan

untuk kejelasan penyajian. Kedua, penyuntingan bahasa dalam

tulisan agar sesuai dengan sasarannya (dalam Rifai,

1997:105-106).

Penyuntingan tahap pertama akan berkaitan dengan

masalah komunikasi. Tulisan diolah agar isinya dapat dengan

jelas diterima oleh pembaca. Pada tahap ini, seringkali

penyunting harus mereorganisasi tulisan karena penyajiannya

dianggap kurang efektif. Ada kalanya, penyunting terpaksa

membuang beberapa paragraf atau sebaliknya, harus

menambahkan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf

penyuntingan pada tahap ini, penyunting sebaiknya

berkonsultasi dan berkomunikasi dengan penulis.

Pada tahap ini, penyunting harus luwes dan pandai-pandai

menjelaskan perubahan yang disarankannya kepada penulis

karena hal ini sangat peka. Hal-hal yang berkaitan dengan

penyuntingan tahap ini adalah kerangka tulisan, pengembangan

tulisan, penyusunan paragraf, dan kalimat.

Kerangka tulisan merupakan ringkasan sebuah tulisan.

Melalui kerangka tulisan, penyunting dapat melihat gagasan,

tujuan, wujud, dan sudut pandang penulis. Dalam bentuknya

yang ringkas itulah, tulisan dapat diteliti, dianalisis, dan

dipertimbangkan secara menyeluruh, dan tidak secara

lepas-lepas (Keraf, 1997:134).

Penyunting dapat memperoleh keutuhan sebuah tulisan

dengan cara mengkaji daftar isi tulisan dan bagian pendahuluan.

Jika ada, misalnya, dalam tulisan ilmiah atau ilmiah populer,

sebaiknya bagian simpulan pun dibaca. Dengan demikian,

penyunting akan memperoleh gambaran awal mengenai sebuah

tulisan dan tujuannya. Gambaran itu kemudian diperkuat dengan

membaca secara keseluruhan isi tulisan. Jika tulisan merupakan

karya fiksi, misalnya, penyunting langsung membaca

penyunting sudah dapat menandai bagian-bagian yang perlu

disesuaikan.

5) Tahap Berbagi (Sharing)

Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing)

atau publikasi. Pada tahap berbagi ini, siswa:

a) memublikasikan tulisan mereka dalam suatu bentuk tulisan

yang sesuai, atau

b) berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah

mereka tentukan.

c. Prinsip-prinsip pembelajaran menulis

Menurut Natia (1994:38), prinsip-prinsip pembelajaran menulis

sebagai berikut:

1) Dalam kegiatan menulis, siswa harus berdasar pada topik yang

bermakna. Prinsip ini mengisyaratkan bahwa topik yang dipilih

merupakan topik yang dipahami dan digemari oleh siswa.

Dengan demikian, mereka akan lancar dan termotivasi untuk

menyelesaikan tulisannya dengan baik.

2) Sebelum menulis hendaknya diberi percakapan. Prinsip ini

mengisyaratkan agar kegiatan menulis didahului dengan

kegiatan berbicara tentang pengalaman, pengetahuan, dan

kegemaran siswa dalam kaitannya dengan topik. Taraf kesulitan

menulis lebih tinggi dibanding dengan keterampilan lainnya

menulis perlu diberi serangkaian pembahasan secara lisan

tentang topik yang akan dikembangkan.

3) Menulis bukan kegiatan yang mudah. Prinsip ini mengisyaratkan

agar keterampilan menulis diajarkan dalam konteks yang

menyenangkan. Khusus bagi pembelajar pemula, mereka perlu

mendapatkan pengenalan terbimbing tentang komposisi

sederhana agar mereka bergairah menulis.

4) Menghindari pengoreksian kesalahan mekanik. Kesalahan tata

bahasa, penyusunan frasa dan tanda baca/ejaan sebagai akibat

keterbatasan mereka hendaknya disikapi sebagai sesuatu yang

wajar. Kesalahan mekanik dan kebahasaan dilaksanakan

setelah siswa lancar menulis.

5) Antara tugas menulis dan tugas membaca atau keterampilan

lainnya hendaknya ada hubungan yang jelas. Pembelajaran

menulis hendaknya mempunyai keterkaitan dengan cerita yang

telah dibaca atau didengar. Dalam mengembangkan materi

tulisan, siswa diberi tugas membaca buku tambahan yang

relevan untuk memperkaya ungkapan dan memperluas tulisan

siswa.

d. Tujuan pembelajaran menulis

Pembelajaran menulis merupakan salah satu bagian dari

pembelajaran bahasa. Untuk dapat menyusun suatu karangan yang

berbahasa, pengetahuan struktur bahasa, kemampuan memilah, dan

menentukan tema karangan serta harus banyak membaca dan

berlatih.

Menurut Natia (1994:38), tujuan pembelajaran menulis di sekolah

adalah sebagai berikut:

1) Terampil mencari dan menemukan gagasan, ide atau topik yang

cukup terbatas dan menarik untuk dikembangkan menjadi cerita..

Untuk mencapai tujuan itu harus dicari sumber ide/sumber

gagasannya berdasarkan pengalaman, pengamatan, imajinasi,

pendapat, dan keyakinan. Setiap hari seseorang selalu

memperoleh pengalaman. Ia perlu mengingat-ingat pengalaman

yang lalu untuk dijadikan topik karangan. Pengalaman

merupakan sumber gagasan yang paling mudah digali untuk

menyusun karangan.

2) Terampil mengembangkan gagasan, ideatau topik dan

menyusunnya menjadi karangan yang memiliki keterbacaan..

Tujuan ini sangat luas. Untuk mencapai ini perlu

mengembangkan topik, ide atau gagasan yang telah dipilih

menjadi karangan. Hal tersebut perlu didukung oleh fakta,,

contoh, dan informasi sehingga jelas bagi pembaca.

3) Terampil mengungkapkan gagasan, ide atau topik yang

dikembangkan dan disusun dengan bahasa yang efektif.

merupakan bagian dalam suatu rangkaian yang tertata secara

gramatikal. Sebuah kalimat selalu berhubungan dengan kalimat

sebelumnya. Pengarang berusaha supaya kalimat itu lancar,

berurutan, susul-menyusul secara logis. Di samping itu,

pengarang juga berusaha menyusun kalimat yang efektif.

4) Untuk melatih keterampilan siswa menguraikan pengalaman

yang diterima di sekolah maupun di masyarakat dalam bahasa

tulis.

5) Mendorong siswa berpikir sistematis karena pekerjaan

mengarang berarti melibatkan siswa berpikir teratur.

6) Mendorong dan melatih siswa agar berbakat mengarang.

e. Manfaat pembelajaran menulis

Menulis mempunyai manfaat antara lain: (1) pesan yang dibuat

dapat diperbaiki sebelum disampaikan kepada pembaca; (2) pesan

yang disampaikan dapat dibaca berulang-ulang; (3) sekali membuat

pesan, banyak pembaca yang dapat mengikuti pesan itu; dan (4)

mengembangkan ciri utama peradaban modern yang ditandai oleh

kegiatan menulis.

Di samping manfaat menulis tersebut, dalam kehidupan

sehari-hari, menulis dilakukan untuk: (1) memberikan petunjuk kepada

orang lain agar tidak tersesat atau keliru dalam melakukan sesuatu,

kegiatan sehari-hari, misalnya untuk salat, belajar, dan bekerja; (3)

membuat surat, dan sebagainya.

2. Karangan

a. Pengertian karangan

Menurut Ardiana (dalam Kasman, 2012:17) karangan merupakan

nama lain dari wacana. Tidak ada definisi yang pasti tentang

karangan. Hal ini dapat dipahami karena karangan merupakan

entitas kompleks yang mencakup unsur kebahasaan dan unsur

nonkebahasaan.Unsur kebahasaan yang tercakup dalam wacana

dapat dimulai dari unit terkecil yang hanya berupa kata, frasa,

kalimat, sampai pada untaian kalimat.Konteks mencakup segala

sesuatu yang melingkupi penggunaan unsur kebahasaaan dalam

proses interaksi sehingga proses negosiasi makna antara penyampai

dan penerima pesan tercapai.

Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang

digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan

bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana

dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau

interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat

bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan

pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat

Menurut Kridalaksana (1994: 231) wacana merupakan satuan

bahasa terlengkap, dalam hierarki merupakan satuan gramatikal

tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk

karangan yang utuh (novel, buku seri ensiklopedia, dan sebagainya),

paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap.

Alwi (1998:419) mengemukakan bahwa karangan merupakan

rentetan kalimat berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu

dengan proposisi yang lain dan membentuk kesatuan. Selanjutnya,

Alwi (1998:506) memperjelas bahwa karangan adalah hasil

mengarang, cerita, buah pena, ciptaan, gubahan, cerita

mengada-ada, dan hasil rangkaian. Jadi, dapat disimpulkan bahwa karangan

merupakan suatu hasil karya mengarang yang terdiri atas rentetan

kalimat yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan.

b. Perencanaan karangan

Secara teoretis, proses penulisan memiliki tiga tahap utama,

yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Sebelum

melakukan kegiatan tersebut, terlebih dahulu dilakukan

perencanaan. Dengan kata lain, merencanakan tulisan. Hal tersebut

dapat dirinci sebagai berikut:

1) Pemilihan topik

Dalam menulis suatu karangan, kegiatan yang pertama dilakukan

adalah menentukan topik. Untuk memilih topik, perlu

manfaatnya; (2) topik itu cukup menarik, terutama bagi penulis;

(3) topik itu dikenal baik; (4) bahan yang diperlukan dapat

diperoleh dan cukup memadai; dan (5) topik yang dipilih tidak

terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit.

2) Pembatasan topik

Setelah topik yang dipilih memenuhi persyaratan, langkah kedua

yang harus dilakukan adalah membatasi topik tersebut. Dalam hal

ini dapat dipikirkan secara langsung suatu topik yang cukup ideal

untuk dibahas.

3) Judul topik

Topik yang dipilih selanjutnya dinyatakan dalam suatu judul

karangan. Topik merupakan pokok pembicaraan dalam

keseluruhan karangan yang akan digarap. Judul adalah nama

atau semacam label untuk suatu karangan. Sedangkan tema

adalah ide pokok yang menjiwai seluruh karangan.

4) Tujuan penulisan

Perumusan tujuan penulisan sangat penting dan harus ditentukan

lebih dahulu karena hal ini merupakan titik tolak dalam seluruh

kegiatan menulis tersebut. Rumusan tujuan penulisan adalah

suatu gambaran penulis dalam kegiatan menulis selanjutnya.

Dengan menentukan tujuan penulisan, akan diketahui apa yang

penentu yang pokok dan akan mengarahkan serta membatasi

karangan.

c. Jenis-jenis karangan

Penggolongan jenis-jenis karangan sangat beragam. Banyak ahli

yang telah memaparkan klasifikasi mengenai karangan. Berikut ini,

beberapa klasifikasi karangan yang dipaparkan oleh para ahli.

Weayer (dalam Tarigan, 2008:28-29) membagi tulisan

berdasarkan bentuknya sebagai berikut:

1). Eksposisi yang mencakup: a). definisi; b). analisis.

2). Deskripsi yang mencakup: a). deskripsi ekspositori; b). deskripsi

literer.

3). Narasi yang mencakup: a). urutan waktu; b). motif; c). konflik;

d). titik pandang; e). pusat minat.

4). Argumentasi yang mencakup: a). induksi; b). deduksi.

Rada bersamaan dengan klasifikasi Weayer adalah klasifikasi

yang dibuat oleh Morris beserta rekan-rekannya sebagai berikut ini:

1). Eksposisi yang mencakup enam metode analisis:a). klasifikasi; b).

definisi; c). eksemplifikasi; d). sebab dan akibat; e). komparasi

dan kontras; f). prose.

2). Argumen yang mencakup: a). argumen formal (deduksi dan

induksi); b). persuasi informal.

3). Deskripsi yang meliputi: a). deskripsi ekspositori; b). deskripsi

4). Narasi yang meliputi: a). narasi informatif; b). narasi artistik/literer.

Brooks dan Warren(dalam Tarigan, 2008: 30), juga berdasarkan

bentuk, membuat klasifikasi sebagai berikut:

1). Eksposisi yang mencakup: a). komparasi dan kontras;

b). ilustrasi; c). klasifikasi; d). definisi; e). analisis.

2). Persuasi.

3). Argumentasi.

4). Deskripsi.

Senada dengan uraian di atas, Mustakim (1993:2) membedakan

karangan menjadi lima jenis, yaitu:

1. Eksposisi, yakni suatu bentuk karya tulis yang diungkapkan

dengan cara menguraikan maksud dan tujuan objek yang akan

ditulis.

2. Narasi, yakni suatu bentuk karya tulis yang berusaha

menggambarkan suatu peristiwa yang telah terjadi berdasarkan

urutan waktu (kronologis).

3. Deskripsi, yakni suatu bentuk karya tulis yang berusaha

melukiskan atau menguraikan suatu objek secara jelas dan terinci

sehingga pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh

penulis.

4. Persuasi, yakni suatu bentuk karya tulis yang berusaha

meyakinkan pembaca agar melakukan sesuatu yang dikehendaki

5. Argumentasi, yakni suatu bentuk karya tulis yang berusaha

memengaruhi sikap dan pendapat pembaca agar percaya dan

menyetujui pendapat yang diungkap oleh penulis.

Dari lima penggolongan karangan yang diuraikan tersebut, dapat

disimpulkan karangan tersebut pada garis besarnya dapat

dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu narasi, eksposisi,

deskripsi, dan argumentasi. Dalam penelitian ini yang menjadi pusat

pembicaraan adalah karangan deskripsi dan hal-hal yang

berhubungan dengan karangan tersebut.

d. Penilaian karangan

Penilaian karangan dapat dilakukan secara subjektif dengan

menggunakan tes subjekif, yaitu berupa tugas-tugas (tugas

sederhana sampai tugas yang cukup rumit). Penilaian secara

subjektif adalah penilaian secara langsung terhadap kualitas

karangan. Artinya, pengevaluasian dilakukan terhadap sampel

karangan. Ada berbagai cara penilaian langsung, yaitu metode

impresi (kesan penilai), metode analitik (suatu aspek tertentu), dan

metode mekanik (sejumlah kesalahan). Metode impresi adalah

metode yang berfokus pada kesan (baik-buruk) penilai/pembaca

terhadap hasil karya dari aspek tertentu (ejaan, gaya). Metode

mekanik adalah cara belajar berfokus pada kesalahan-kesalahan

yang sudah terjadi dan menuju ke yang benar. Dalam penelitian ini,

analitik dipilih dengan pertimbangan bahwa hasil tulisan siswa dinilai

dari segi tertentu, yaitu isi gagasan, pengorganisasian isi, ejaan,

diksi, dan kesesuaian antara gambar dan objek yang ditulis.

Penilaian dalam sistem pembelajaran menduduki peranan yang

sangat penting karena dengan penilaian, dapat mengetahui prestasi

yang dicapai oleh siswa setelah menyelesaikan program belajar

dalam kurun waktu tertentu, dapat mengetahui ketepatan strategi

mengajar yang digunakan dalam menyajikan pelajaran, serta dapat

mengetahui tercapai atau tidaknya standar kompetensi yang telah

dirumuskan sebelumnya. Sejalan dengan itu, Nurgiyantoro (2008:5)

menyatakan bahwa penilaian merupakan alat ukur untuk mengetahui

seberapa jauh tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dapat

tercapai setelah siswa mengalami aktivitas belajar.

e. Indikator dan aspek penilaian karangan deskripsi

Pendekatan penilaian karangan yang umumnya digunakan oleh

guru bahasa dalam menilai karangan sišwa ada dua macam yaitu:

pendekatan penilaian holistik dan pendekatan penilaian analitik.

Kedua macam penilaian ini digunakan secara bergantian sešuai

dengan penilaian karangan. Jika penilaian ditujukan mengetahui

gambaran umum tentang kemampuan siswa menggunakan bahasa

tulis, maka yang digunakan adalah pendekatan penilaian holistik.

belajar-mengajar dalam kebutuhan diagnostik, maka digunakan pendekatan

penilaian analitik.

Penilaian tulisan dalam penelitian ini mengacu pada penilaian

holistik. Holistik adalah penilaian secara menyeluruh berdasarkan

pesan yang diperoleh dari hasil membaca karangan secara sepintas

(Nurgiantoro, 2008: 303). Menurut Omagio (dalam Tolla dan Hartini,

1992:29) penilaian holistik adalah suatu penilaian yang

memungkinkan pembaca menafsirkan tingkat kemampuan penulis

yang disajikan dalam karangannya.

Tolla dan Hartini (1992:31-32) menyatakan kriteria penilaian

holistik sebagai berikut:

1. Isi karangan dengan penilaian (0-30)

a) Bermakna, menarik, tepat, jalan pikiran baik; (26-30)

b) Pada umumnya baik, tetapi tidak dikembangkan sehingga

terjadi banyak pengulangan; (22-25)

c) Pengembangan kurang relevan dengan isi; (17-21)

d) Karangan tidak relevan dengan isi yang diminta; (13-16)

e) Tidak tampak usaha karangan bermakna; (O-12)

2. Organisasi karangan dengan altenatif nilai; (O-25)

a) Paragraf tersusun rapi, pemakaian kalimat topik baik,

organisasimeyakinkan, alur karangan mudah diikuti; (21-25)

b) Fakta tersusun dalam karangan dengan baik, tetapi agak

c) Ada usaha yang menyusun paragraf dengan baik tetapi batas

ide tiapparagraf tidak jelas; (13-16)

d) Urutan paragraf sulit diikuti, sulit dipahami; (7-12)

e) Paragraf tidak terencana; (O-6)

3. Penggunaan kalimat, dengan alternatif nilai; (0-20)

a) Kalimat benar, cermat meskipun sedikit ada kesalahan tata

bahasa;(16-20)

b) Kalimat lancar, cermat, tetapi ada beberapa kesalahan

berbahasa yangmenyebabkan kalimat menjadi rancu; (12-15)

c) Kesalahan berbahasa yang cukup prinsip yang menyebabkan

kalimatyang tidak gramatikal; (8-11)

d) Ada beberapa kalimat yang tidak dapat dipahami; (5-7)

e) Kalimat dalam karangan tidak dapat dipahami; (0-4)

4. Pilihan kata, dengan alternatif nilai; (0-15)

a) Pemakaian kata lancar, tepat, tidak bermakna ganda; (12-15)

b) Kata jelas kurang tepat penggnaannya; (9-11)

c) Kata kurang jelas dan kurang tepat penggunaannya; (7-8)

d) Banyak kata tidak tepat menyebabkan kalimat sulit dipahami;

(4-6)

e) Pemakaian kata tidak tepat, bentuk kata semua salah; (O-3)

5. Penggunaan ejaan dan tanda bacadengan alternatif nilai; (O-10)

a) Pemakaian ejaan dengan tanda baca baik sekali, penulisan

b) Ada kesalahan ejaan dan tanda baca; (7-8)

c) Banyak kesalahan ejaan dan tanda baca tetapi rnasih dapat

dipahami;(5-6)

d) Kesalahan ejaan dan tanda baca banyak sekali; (3-4)

e) Penggunaan ejaan dan tanda baca serba salah; (O-2)

Berdasarkan acuan di atas disimpulkan kriteria penilaian holistik

dalam ranah kemampuan menulis/mengarang yang umum dikenal

dalam karangan bahasaIndonesia serta sekaligus menjadi ranah

Dokumen terkait