i
IMPROVING THE STUDENT WRITING NARRATIVE DESCRIPTION THROUGH AUDIOVISUAL MEDIA AT CLASS V SD NEGERI 53
PAREPARE
Tesis
Oleh:
AHYADIN
Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.900.2013
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNISVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2015
ii TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister
Program Studi
Bahasa dan Sastra Indonesia Disusun dan Diajukan oleh
AHYADIN
Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.900.2013
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNISVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2015
v
Nomor Pokok : 04.08.900.2013
Program Studi : Bahasa dan Sastra Indonesia
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa keseluruhan tesis ini hasil karya
orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, Oktober 2015
Yang menyatakan,
vi
melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan judul “Peningkatan Pembelajaran Menulis
Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa
Kelas V SD Negeri 53 Parepare” dengan baik.
Proses penyelesaian tesis ini merupakan suatu perjuangan yang
panjang bagi penulis. Tidak sedikit kendala yang dihadapi oleh penulis
selama proses penelitian dan penyusunan laporan tesis ini. Penulis
banyak mendapat bantuan, baik dalam bentuk bimbingan, saran maupun
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Prof.Dr.H.M.Ide Said,D.M.,M.Pd. dan Dr.Abd. Rahman Rahim, M.Hum.
sebagai pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan
memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian
ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktur Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, Sekretaris Program
Pascasarjana dan Ketua Program Studi Pendidikan Bahasadan Sastra
Indonesia , serta para pegawai yang telah memberikan kemudahan
kepada penulis, baik pada saat mengikuti perkuliahan maupun pada saat
pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan. Mudah-mudahan
vii
yang telah memotivasi penulis selama menempuh pendidikan. Ucapan
terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada Kepala SD Negeri 53
Parepare dan Guru Kelas V yang telah banyak membantu dalam
penelitian ini.
Harapan penulis, semoga segala dukungan, bantuan, serta
pengorbanan yang telah diberikan oleh berbagai pihak dapat bernilai
ibadah dan mendapat pahala dari Allah Swt. Semoga hasil penelitian ini
dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.
Makassar, Oktober 2015
Penulis,
viii
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar (dibimbing oleh H.M. Ide Said,D.M. dan Abd. Rahman Rahim).
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) yang bertujuan mendeskripsikan peningkatan perencanaan,
pelaksanaan, dan hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media Audiovisual pada siswa kelas V SD Negeri 53 Parepare pada tahap pramenulis, saat menulis, dan pascamenulis.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 53 Parepare yang berjumlah 39 orang siswa, yang terdiri atas 18 siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus.Setiap siklus dirancang melalui empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Data penelitian ini adalah data proses dan hasil belajar siswa pada tahap pramenulis, saat menulis, dan pascamenulis. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas V dan guru kelas V SD Negeri 53 Parepare.Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan, tes, dan catatan lapangan.Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media audiovisual pada siswa kelas V SD Negeri 53 Parepare pada tahap pramenulis, saat menulis, dan pascamenulis.Data hasil evaluasi dari aspek isi gagasan, pengorganisasian isi paragraf, kesesuaian objek, diksi, penggunaan ejaan dan tanda baca pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 72/daya serap kelas 72%, dan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 84/daya serap kels 84%.Hasil ini menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 10.Data persentase ketuntasan kelas juga mengalami peningkatan.Pada siklus I hanya 72%. Pada siklus II persentase ketuntasan kelas menjadi 84% meningkat 10% .Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audiovisual meningkatkan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri 53 Parepare pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap hasil pembelajaran.
ix
Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by H.M.Ide Said,D.M. and Abd. Rahman Rahim.
This research was a classroom action research (Classroom Action Research), which aimed to describe the increase in the planning, implementation, and outcomes essay writing descriptions using audiovisual media in class V students of SD Negeri 53 Parepare; before writing, when writing, and after writing.
The subjects were fifth grade students of SD Negeri 53 Parepare totaling 39 students, consisting of 18 male students and 21 female students. This research was conducted in two cycles. Each cycle was designed through four stages, namely planning, action, observation, and reflection. This research data was data processes and student learning in stage before writing, when writing, and after writing. The data sources of this research was the students of class V and V grade teacher SD Negeri 53 Parepare. Data collection techniques used in this research was the observation techniques, test, and field notes. The data were analyzed descriptively.
The results showed that an increase in teaching essays writing descriptions using audiovisual media in class V students of SD Negeri 53 Parepare; before writing, when writing, and after writing. Data on the evaluation of aspects of the content of the idea, organizing the contents of the paragraph, the suitability of the object, diction, use of spelling and punctuation in the first cycle obtained average value of 72/absorption of grade 72%, and the second cycle was obtained average value 84/ predicted class 84%. These results showed an increase from the first cycle to the second cycle was equal to the percentage of completeness class 10. Data also increased. In the first cycle is only 72%. In the second cycle the percentage of completeness class to 84% increase 10% .In such, it could be concluded that the use of audiovisual media enhance learning essay writing descriptions fifth grade students of SD Negeri 53 Parepare on the planning phase, the implementation phase, and the phase of learning outcomes.
x
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian... 8
D. Manfaat Penelitian... 8
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 9
F. Batasan Istilah ... 9
BAB II.KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 11
A. Kajian Pustaka ... 11
1. Hakikat Menulis... 11
a) Pengertian menulis ... 11
b) Pembelajaran menulis ... 14
c) Prinsip-prinsip pembelajaran menulis ... 18
d) Tujuan pembelajaran menulis ... 19
e) Manfaat pembelajaran menulis ... 21
2. Karangan ... 22
a) Pengertian karangan ... 22
b) Perencanaan karangan ... 23
xi
a) Jenis-jenis karangan deskripsi ... 32
b) Teknik menulis karangan deskripsi ... 33
c) Langkah-langkah menulis karangan deskripsi ... 34
4. Media ... 35
1) Media Pendidikan ... 35
a) Pengertian media pendidikan ... 35
b) Ciri-ciri media pendidikan ... 36
c) Fungsi dan manfaat media pendidikan ... 37
2) Media Audio, Visual, dan Audiovisual ... 41
a) Media Audio... 41
1) Pengertian media audio ... 41
2) Kelebihan dan kekurangan media audio... 42
b) Media Visual ... 43
1) Kelebihan media visual ... 43
2) Kekurangan media visual ... 44
c) Media Audiovisual ... 44
1) Pengertian media audiovisual ... 44
2) Jenis-jenis media audiovisual ... 45
3) Karakteristik media audiovisual ... 49
4) Kelebihan dan kekurangan media audiovisual... 50
3) Penggunaan Media Audiovisual dalam Proses Pembel- ajaran Menulis Karangan Deskripsi ... 55
B. Kerangka Pikir ... 56
C. Hipotesis Tindakan ... 58
BAB III. METODE PENELITIAN ... 59
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 59
xii
3. Tahap pelaksanaan tindakan ... 62
E. Data dan Sumber Data ... 63
F. Pengumpulan Data ... 64
G. Analisis Data, Evaluasi, dan Refleksi... 65
1. Analisis Data ... 66
2. Evaluasi ... 67
3. Refleksi ... 68
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69
A. HasilPenelitian ... 69
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 139
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 148
A. Kesimpulan ... 148
B. Saran ... 149
DAFTAR PUSTAKA ... 150
LAMPIRAN... 152
1.IZIN PENELITIAN ... 152
2. DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN ... 175
xiii
Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual
Tahap Pramenulis 73
2 Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual
Tahap Pramenulis 74
3 Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual
Tahap Pelaksanaan Menulis 77
4 Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual
Tahap Pelaksanaan Menulis 79
5 Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual
Tahap Pascamenulis/Perevisian 83
6 Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual
Tahap PascaMenulis 84
7 Hasil Evaluasi Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa
Kelas V SD Negeri 53 Parepare 91
8 Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Karangan
Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada
Siswa Kelas V SD Negeri 53 Parepare 92
9 Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual Tahap Pramenulis 106
10 Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual
Tahap Pramenulis 107
11 Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual Tahap Pelaksanaan
xiv
Tahap Pasmenulis/Perevisian 121
14 Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual
Tahap Pascamenulis/Perevisian 123
15 Hasil Evaluasi Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa
Kelas V SD Negeri 53 Parepare Siklus II 129
16 Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Karangan
Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada
Siswa Kelas V SD Negeri 53 Parepare 130
17 Persentase AspekPenilaian Karangan Siswa Siklus I 143
18 Persentase AspekPenilaian Karangan Siswa Siklus II 145
xv
Lampiran 2. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam
Pembelajaran 153
Lampiran 3. Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam
Pembelajaran 155
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 157
Lampiran 5. Format Rekapitulasi Observasi Kegiatan Guru pada Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas
V SD Negeri 53 Parepare 163
Lampiran 6. Format Rekapitulasi Observasi Kegiatan Siswa pada Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas V SD Negeri 53 Parepare165 Lampiran 7. Hasil Evaluasi Siklus I 168
Lampiran 8. Hasil Evaluasi Siklus II 169
Lampiran 9. Daftar Evaluasi Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas V SD Negeri 53 Parepare 170 Lampiran 10. Hasil Catatan Lapangan Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas V SD Negeri 53 Parepare 171 Lampiran 11.Hasil Catatan Lapangan Pembelajaran Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Melalui dengan Meng- gunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas V SD Negeri 53 Parepare Siklus II 173
Lampiran 12. Dokumentasi Kegiatan Guru dan Siswa 175
Lampiran 13. Foto Hasil Karagan Siswa 183
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) mengemban misi untuk meningkatkan
kemampuan berkomunikasi peserta didik.Kemampuan berkomunikasi
yang dimaksud adalah mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik secara lisan maupun tulisan. Di samping itu, pembelajaran
Bahasa Indonesia diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi peserta
didik terhadap hasil karya kesastraan Indonesia.
Bahasa Indonesia bukan saja penting sebagai bahasa ujaran yang
dewasa ini sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat dan
kebudayaan Indonesia, melainkan bahasa Indonesia juga resmi
berkedudukan sebagai bahasa Nasional sejak dikumandangkannya
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Selain itu, dalam UUD
1945 Bab XV pasal 36 bahwa Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa negara dan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS
Bab VII pasal 33 ayat 1 bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
menjadi bahasa pengantar pendidikan nasional.Sejalan dengan itu, dalam
UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan Bab III pasal 29 ayat 1 menyatakan
Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam
Pendidikan Sekolah Dasar diselenggarakan untuk mengembangkan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup
dalam masyarakat. Keterampilan dasar tersebut adalah keterampilan
membaca dan menulis. Hal ini sejalan dengan pendapat Syafi’ie (dalam
Junus,dan Junus, 2011:99) bahwa, “Kemampuan membaca dan menulis
harus dikuasai oleh siswa, karena memiliki kemampuan membaca dan
menulis dapat memengaruhi penguasaan mata pelajaran lainnya”. Latihan
keterampilan menulis sebaiknya diintensifkan sedini mungkin kepada
setiap siswa sejak mereka masih duduk pada permulaan kelas-kelas
sekolah dasar; dengan alasan bahwa sampai sekarang masih banyak
mahasiswa di perguruan tinggi, belum bisa menerapkan ejaan yang
berlaku secara murni.
Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa berada dalam
urutan keempat atau terakhir sesudah keterampilan menyimak, berbicara,
dan membaca dalam pemerolehan bahasa.Salah satu keterampilan
produktif diantara keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut adalah
kemampuan menulis. Keterampilan menulis memerlukan pemahaman
tentang topik yang akan dibahas, pemahaman yang berkaitan dengan
ejaan/tanda baca, pemilihan kata (diksi), penyusunan paragraf yang unitas
dan koheren, serta pemahaman yang berkaitan dengan bentuk dan
kerangka. Di samping itu, perlu penguasaan tentang perbedaan antara
bahasa tulis dan bahasa lisan agar gagasan yang disampaikan jelas,
Salah satu ruang lingkup materi aspek keterampilan berbahasa adalah
materi/pokok bahasan teks karangan, khususnya menulis karangan
deskripsi. Pokok bahasan menulis karangan di Kelas V SD berada pada
Kompetensi Dasar 4.1, yakni menulis karangan berdasarkan pengalaman
dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. Selanjutnya,
kompetensi dasar tersebut dikembangkan ke dalam beberapa indikator
pencapaian hasil belajar antara lain: menjelaskan ciri-ciri karangan
deskripsi, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka
karangan menjadi sebuah karangan utuh dan menulis karangan deskripsi
berdasarkan pengalaman .
Pencapaian hasil belajar sesuai dengan kompetensi dasar menulis
karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata
dan penggunaan ejaan diharapkan mampu meningkatkan penguasaan
siswa pada salah satu aspek keterampilan berbahasa, yakni keterampilan
menulis karangan deskripsi yang didukung oleh penguasaan teori.
Dengan memiliki keterampilan menulis, kemampuan berpikir kreatif dan
kritis siswa dapat berkembang. Oleh karena itu, keterampilan menulis
karangan sebagai salah satu keterampilan berbahasa perlu dikuasai oleh
siswa sekolah dasar.
Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan
berbahasa yang sangat penting. Mencermati pentingnya peranan menulis
dalam KTSP, siswa perlu dilatih berpikir kreatif, kritis, dan inovatif.
bahasa Indonesia karena keterampilan menulis merupakan salah satu
subpokok bahasan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD. Di
samping itu, senantiasa diadakan lomba mengarang yang diperuntukkan
bagi siswa SD dalam rangka memupuk motivasi dan minat siswa untuk
memiliki keterampilan menulis.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SD Negeri
53 Parepare, dapat disimpulkan bahwa siswa kurang berminat pada
kegiatan menulis. Umumnya siswa lebih menyukai berkomunikasi secara
lisan karena dianggap berkomunikasi secara lisan lebih mudah
dibandingkan dengan berkomunikasi secara tertulis. Akibatnya, siswa
kurang mampu melakukan kegiatan menulis sebagai bentuk perwujudan
komunikasi tertulis. Kekurangmampuan siswa tersebut terlihat dari
penyusunan karangan deskripsi yang tidak koheren, penggunaan kata
yang kurang tepat, dan penyampaian gagasan yang kabur dan sulit
dimengerti.
Sebuah karangan deskripsi tersusun dari berbagai komponen.
Komponen yang dimaksud seperti isi karangan, penggunaan bahasa,
keteraturan susunan dan urutan, pilihan kata, dan penggunaan ejaan dan
tanda baca. Oleh karena itu, seseorang yang mampu menulis karangan
deskripsi, maka mampu pula berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Berdasarkan uraian tersebut maka pembelajaran menulis karangan
Hasil observasi awal menunjukkan bahwa kompetensi siswa tentang
menulis karangan berdasarkan pengalaman di Kelas V SD Negeri 53
Parepare sampai saat ini masih tergolong rendah. Pengamatan sepintas
menunjukkan bahwa pembelajaran menulis karangan deskripsi di Kelas V
masih dilaksanakan dengan berorientasi pada hasil dan mengabaikan
proses. Hal ini berakibat pada rendahnya kreativitas siswa dalam
mengembangkan ide, lambat dalam menulis, dan sulit menggambarkan
suatu objek. Pembelajaran menulis seperti ini, dinilai sebagai penyebab
rendahnya kualitas hasil karangan siswa.
Berdasarkan data yang diperoleh, dari 29 orang jumlah siswa, 14
laki-laki dan 15 perempuan menunjukkan bahwa; 4 orang siswa mendapat
nilai “90” atau 13,79%, 6 orang siswa mendapat nilai “80”atau 20,69%, 10
orang siswa mendapat nilai “70” atau 34,48%, dan 9 orang siswa
mendapat nilai “68”atau 31,03%. Persentase keseluruhan siswa yang
memperoleh nilai di atas KKM hanyalah 68,96 %.Dapat disimpulkan
bahwa siswa dikelas tersebut belum mampu menulis karangan deskripsi
dengan baik sehingga perlu digunakan alat bantu atau media
pembelajaran yang akan mempermudah mereka memahami materi
pelajaran.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah suatu hal yang
dianggap urgen. Proses pembelajaran yang diselenggarakan secara
formal di sekolah-sekolah harus didukung oleh berbagai sumber
maupun audiovisual. Kesemuanya ini dimaksudkan agar proses
pembelajaran berlangsung aktif dan efektif.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong
upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi
dalam proses belajar.Para guru dituntut agar mampu menggunakan
alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa
alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntuan zaman. Guru
sekurang-kurangya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang
meskipun sederhana, tetapi merupakan keharusan dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dengan demikian, penggunaan media pembelajaran adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari proses belajar demi tercapainya tujuan
pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran pada
khususnya.Penggunaan media visual, audio, dan audiovisual dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia akan meningkatkan hasil pembelajaran.
Penelitian yang relelevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang
dilakukan oleh M. Kasman (2012), menunjukkan bahwa penggunakan
pendekatan proses dapat meningkatkan penulisan karangan deskripsi
pada siswa Kelas V SDN 2 Parepare. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas siswa telah memenuhi nilai di atas KKM, tetapi masih
semakin variatif dan memperoleh hasil maksimal terhadap pembelajaran
penulisan karangan deskripsi.
Hasil observasi sebelumnya juga menunjukkan bahwa penguasaan
karangan deskripsi siswa ditinjau dari aspek pencapaian Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM), masih belum memadai. Siswa kurang
memahami karakteristik karangan deskripsi, kurang memahami topik-topik
yang dapat dikembangkan menjadi karangan deskripsi, kurang memahami
kerangka karangan deskripsi, kurang mampu mengembangkan kerangka
karangan deskripsi, dan kurang mampu menyunting karangan deskripsi.
Rendahnya penguasaan siswa mengenai karangan deskripsi dan
rendahnya kualitas karangan deskripsi yang ditulis oleh siswa, mendorong
peneliti untuk mengangkat masalah ini dalam sebuah penelitian dengan
judul Peningkatan Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan
Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas V SD Negeri 53 Parepare.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pembelajaran menulis karangan deskripsi
dengan menggunakan media audiovisual pada siswa kelas V SD
2. Bagaimanakah hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi
dengan menggunakan media audiovisual pada siswa kelas V SD
Negeri 53 Parepare?
3. Bagaimanakah peningkatan pembelajaran menulis karangan deskripsi
dengan menggunakan media audiovisual pada siswa kelas V SD
Negeri 53 Parepare?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk medeskripsikan proses pembelajaran menulis karangan
deskripsi dengan menggunakan media audiovisual pada siswa
kelas V SDN 53 Parepare.
2. Untuk mendeskripsikan hasil pembelajaran menulis karangan
deskripsi dengan menggunakan media audiovisual pada siswa
kelas V SD Negeri 53 Parepare.
3. Untuk mendeskripsikan peningkatan pembelajaran menulis
karangan deskripsi dengan menggunakan media audiovisual pada
siswa kelas V SD Negeri 53 Parepare?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai
1. Manfaat Teoretis
1. Memperkaya pengetahuan mengenai teori menulis khususnya
menulis karangan deskripsi.
2. Memperkaya pengetahuan dalam kaitannnya antara pembelajaran
menulis karangan deskripsidengan menggunakan media
audiovisual.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi siswa, dapat mengembangkan kemampuannya dalam
menulis karangan deskripsi sebagai variasi kegiatan dari kegiatan
pembelajaran menulis.
2. Bagi guru, dapat memiliki pengetahuan tentang kontribusi media
audiovisual sebagai salah satu bentuk alternatif untuk mengatasi
kesulitan menulis karangan deskripsi dan meningkatkan
kemampuan menulis karangan siswa di SD.
3. Bagi peneliti lanjut, dapat menjadi rujukan untuk menelaah dan
meneliti topik yang relevan dengan penelitian ini.
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan hanya dalam satu kelas dan satu sekolah,
yaitu di Kelas V SDNegeri 53 Parepare.Penelitian ini hanya berfokus
kepada pembelajaran menulis karangan deskripsi dan media audiovisual.
F. Batasan Istilah
Agar tidak terjadi perbedaan interpretasi terhadap subjek yang diteliti,
1. Menulis merupakan kegiatan penyampaian gagasan, ide, perasaan,
atau pikiran seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
media lambang grafik atau tulisan.
2. Karangan deskripsi adalah suatu tulisan atau karangan yang
menggambarkan atau memaparkan suatu objek, lokasi, keadaan atau
benda dengan kata-kata. Biasanya apa yang kita gambarkan dalam
karangan kita merupakan hasil pengamatan pancaindra kita.
3. Media audiovisual adalah media instruksional modern yang sesuai
dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Menulis
a. Pengertian menulis
Menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa.
Dalam pengurutan aspek kemampuan berbahasa, menulis selalu
diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara,
dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir dalam kurikulum,
bukan berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak penting.
Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide/gagasan ke dalam
media tulisan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Ishak (2014:5) berpendapat bahwa menulis adalah upaya melakukan komunikasi dengan pembaca. Namanya bukan komunikasi timbal-balik, melainkan komunikasi sepihak. Walaupun komunikasi sepihak, namun memerlukan strategi dan argumentasi sebagai suatu cara yang sangat berguna, lebih-lebih dalam melakukan komunikasi langsung yang terkadang dipengaruhi oleh pandangan-pandangan yang subjektif.
Menulis erat kaitannya dengan membaca. Menulis dan membaca
adalah kegiatan berbahasa tulis.Pesan yang disampaikan penulis,
diterima oleh pembaca dan dijembatani melalui lambang bahasa
yang dituliskan. Menurut Goodman dkk.(dalamSuparnodan Yunus,
2008:30), baca-tulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan
Seni menulis hingga menghasilkan suatu karya akan bermanfaat
bagi manusia yang secara terus-menerus berupaya mempelajarinya.
Praktik menulis tidak hanya diperlukan untuk menyelesaikan skripsi,
tesis dan disertasi, melainkan yang lebih utama adalah
menyampaikan pesan melalui gagasan dalam sebuah karya yang
bermanfaat bagi masyarakat pembaca. Jika kita sering menulis
berarti berusaha mencari kebenaran. Sedikit hasil karya yang
bermanfaat dan mengalir dalam kehidupan manusia bila seni
menulis tidak diminati dan diimplementasikan menjadi kenyataan.
Menguasai ilmu membaca dan menulis sejatinya menjadi langkah
kedua setelah membaca.
Lado (dalam Tarigan, 2008:22) mengemukakan bahwa menulis
merupakan kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik
tersebut. Gambaran atau lukisan mungkin dapat menyampaikan
makna-makna, tetapi tidak menggambarkan ketentuan-ketentuan
bahasa. Menulis merupakan representasi melalui ekspresi bahasa
tulis. Hal inilah yang menjadi pembeda utama antara lukisan dan
tulisan.
Menulis juga erat kaitannya dengan mengarang. Menulis dan
berarti menyusun kata menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi
paragraf, menyusun paragraf menjadi tulisan kompleks yang
mengusung pokok persoalan. Istilah menulis sering dilekatkan pada
proses kreatif yang berjenis ilmiah. Sementara istilah mengarang
sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis nonilmiah.
Menulis kreatif merupakan kegiatan menulis yang berkembang
dan gagasan yang kreatif. Mirriam (2006:169) mengemukakan
bahwa menulis kreatif merupakan gagasan yang mengalir dari
pikiran seseorang ke dalam sebuah tulisan. Gagasan kreatif yang
sudah diungkapkan ke dalam bentuk tulisan akan menggambarkan
hal-hal yang ingin dikembangkan oleh penulis.
Menurut Kasman (2012:9), mengarang adalah kegiatan menulis
yang tersusun dengan teratur dari kata, kalimat, sampai paragraf
yang saling berhubungan dan merupakan kesatuan yang utuh,
dengan maksud menceritakan kejadian atau peristiwa. Sejalan
dengan pendapat tersebut,The Liang Gie (2002:17) mengemukakan
bahwa mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan
seseorang mengumpulkan gagasan dan menyampaikan melalui
bahasa tulisan kepada pembaca untuk dipahami. Dalam proses
mengarang, setiap ide perlu digambarkan dengan menggunakan
kata-kata yang kemudian dirangkai menjadi sebuah kalimat yang
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
menulis merupakan kegiatan penyampaian gagasan, ide, perasaan,
atau pikiran seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
media lambang grafik atau tulisan. Apabila seseorang menggunakan
buah pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman atau lainnya ke dalam
bentuk bahasa tulisan, kegiatan tersebut dapat dikategorikan dengan
kegiatan mengarang. Untuk menyampaikan gagasan ke dalam
bahasa tulisan, seseorang harus memiliki perbendaharaan kata yang
memadai serta terampil menyusun kata-kata dalam kalimat yang
runtut dan jelas.
b. Pembelajaran menulis
Pembelajaran menulis merupakan salah satu bagian dari
pembelajaran bahasa. Untuk dapat menulis dengan baik, perlu
menguasai tahap dalam menulis. Berkaitan dengan
tahap-tahap menulis, Tompkins(1990:73) menyajikan lima tahap-tahap, yaitu: (1)
pramenulis, (2) pembuatan draft, (3) merevisi, (4) menyunting, dan
(5) berbagi (sharing). Tahap-tahap ini menurut Tompkins tidak
merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinear,
artinya putaran berulang. Misalnya, setelah selesai menyunting
tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaian
suntingannya dengan kerangka tulisan atau draft awal.
1) Tahap pramenulis
Pada tahap pramenulis, siswa melakukan kegiatan sebagai
berikut:
a) menulis topik berdasarkan deskripsi sendiri;
b) melakukan kegiatan-kegiatan sebelum menulis;
c) mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis;
d) mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis; dan
e) memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan
tujuan yang telah mereka tentukan.
2) Tahap membuat draft
Kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada tahap ini sebagai
berikut:
a) membuat draft kasar; dan
b) lebih menekankan isi daripada tata tulis.
3) Tahap merevisi
Kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada tahap ini sebagai
berikut:
a) berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok);
b) berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi
tentangpenulisan teman-teman sekelompok atau sekelas;
c) mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi
d) membuat perubahan yang substantif pada draft pertama dan
draft berikutnya sehingga menghasilkan draft terakhir.
4) Tahap menyunting
Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh siswa
adalah sebagai berikut:
a) membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri;
b) membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis
tulisan mereka sekelas/sekelompok; dan
c) mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis tulisan
mereka sendiri.
Dalam kegiatan penyuntingan ini, sekurang-kurangnya ada
dua tahap yang harus dilakukan. Pertama, penyuntingan tulisan
untuk kejelasan penyajian. Kedua, penyuntingan bahasa dalam
tulisan agar sesuai dengan sasarannya (dalam Rifai,
1997:105-106).
Penyuntingan tahap pertama akan berkaitan dengan
masalah komunikasi. Tulisan diolah agar isinya dapat dengan
jelas diterima oleh pembaca. Pada tahap ini, seringkali
penyunting harus mereorganisasi tulisan karena penyajiannya
dianggap kurang efektif. Ada kalanya, penyunting terpaksa
membuang beberapa paragraf atau sebaliknya, harus
menambahkan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf
penyuntingan pada tahap ini, penyunting sebaiknya
berkonsultasi dan berkomunikasi dengan penulis.
Pada tahap ini, penyunting harus luwes dan pandai-pandai
menjelaskan perubahan yang disarankannya kepada penulis
karena hal ini sangat peka. Hal-hal yang berkaitan dengan
penyuntingan tahap ini adalah kerangka tulisan, pengembangan
tulisan, penyusunan paragraf, dan kalimat.
Kerangka tulisan merupakan ringkasan sebuah tulisan.
Melalui kerangka tulisan, penyunting dapat melihat gagasan,
tujuan, wujud, dan sudut pandang penulis. Dalam bentuknya
yang ringkas itulah, tulisan dapat diteliti, dianalisis, dan
dipertimbangkan secara menyeluruh, dan tidak secara
lepas-lepas (Keraf, 1997:134).
Penyunting dapat memperoleh keutuhan sebuah tulisan
dengan cara mengkaji daftar isi tulisan dan bagian pendahuluan.
Jika ada, misalnya, dalam tulisan ilmiah atau ilmiah populer,
sebaiknya bagian simpulan pun dibaca. Dengan demikian,
penyunting akan memperoleh gambaran awal mengenai sebuah
tulisan dan tujuannya. Gambaran itu kemudian diperkuat dengan
membaca secara keseluruhan isi tulisan. Jika tulisan merupakan
karya fiksi, misalnya, penyunting langsung membaca
penyunting sudah dapat menandai bagian-bagian yang perlu
disesuaikan.
5) Tahap Berbagi (Sharing)
Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing)
atau publikasi. Pada tahap berbagi ini, siswa:
a) memublikasikan tulisan mereka dalam suatu bentuk tulisan
yang sesuai, atau
b) berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah
mereka tentukan.
c. Prinsip-prinsip pembelajaran menulis
Menurut Natia (1994:38), prinsip-prinsip pembelajaran menulis
sebagai berikut:
1) Dalam kegiatan menulis, siswa harus berdasar pada topik yang
bermakna. Prinsip ini mengisyaratkan bahwa topik yang dipilih
merupakan topik yang dipahami dan digemari oleh siswa.
Dengan demikian, mereka akan lancar dan termotivasi untuk
menyelesaikan tulisannya dengan baik.
2) Sebelum menulis hendaknya diberi percakapan. Prinsip ini
mengisyaratkan agar kegiatan menulis didahului dengan
kegiatan berbicara tentang pengalaman, pengetahuan, dan
kegemaran siswa dalam kaitannya dengan topik. Taraf kesulitan
menulis lebih tinggi dibanding dengan keterampilan lainnya
menulis perlu diberi serangkaian pembahasan secara lisan
tentang topik yang akan dikembangkan.
3) Menulis bukan kegiatan yang mudah. Prinsip ini mengisyaratkan
agar keterampilan menulis diajarkan dalam konteks yang
menyenangkan. Khusus bagi pembelajar pemula, mereka perlu
mendapatkan pengenalan terbimbing tentang komposisi
sederhana agar mereka bergairah menulis.
4) Menghindari pengoreksian kesalahan mekanik. Kesalahan tata
bahasa, penyusunan frasa dan tanda baca/ejaan sebagai akibat
keterbatasan mereka hendaknya disikapi sebagai sesuatu yang
wajar. Kesalahan mekanik dan kebahasaan dilaksanakan
setelah siswa lancar menulis.
5) Antara tugas menulis dan tugas membaca atau keterampilan
lainnya hendaknya ada hubungan yang jelas. Pembelajaran
menulis hendaknya mempunyai keterkaitan dengan cerita yang
telah dibaca atau didengar. Dalam mengembangkan materi
tulisan, siswa diberi tugas membaca buku tambahan yang
relevan untuk memperkaya ungkapan dan memperluas tulisan
siswa.
d. Tujuan pembelajaran menulis
Pembelajaran menulis merupakan salah satu bagian dari
pembelajaran bahasa. Untuk dapat menyusun suatu karangan yang
berbahasa, pengetahuan struktur bahasa, kemampuan memilah, dan
menentukan tema karangan serta harus banyak membaca dan
berlatih.
Menurut Natia (1994:38), tujuan pembelajaran menulis di sekolah
adalah sebagai berikut:
1) Terampil mencari dan menemukan gagasan, ide atau topik yang
cukup terbatas dan menarik untuk dikembangkan menjadi cerita..
Untuk mencapai tujuan itu harus dicari sumber ide/sumber
gagasannya berdasarkan pengalaman, pengamatan, imajinasi,
pendapat, dan keyakinan. Setiap hari seseorang selalu
memperoleh pengalaman. Ia perlu mengingat-ingat pengalaman
yang lalu untuk dijadikan topik karangan. Pengalaman
merupakan sumber gagasan yang paling mudah digali untuk
menyusun karangan.
2) Terampil mengembangkan gagasan, ideatau topik dan
menyusunnya menjadi karangan yang memiliki keterbacaan..
Tujuan ini sangat luas. Untuk mencapai ini perlu
mengembangkan topik, ide atau gagasan yang telah dipilih
menjadi karangan. Hal tersebut perlu didukung oleh fakta,,
contoh, dan informasi sehingga jelas bagi pembaca.
3) Terampil mengungkapkan gagasan, ide atau topik yang
dikembangkan dan disusun dengan bahasa yang efektif.
merupakan bagian dalam suatu rangkaian yang tertata secara
gramatikal. Sebuah kalimat selalu berhubungan dengan kalimat
sebelumnya. Pengarang berusaha supaya kalimat itu lancar,
berurutan, susul-menyusul secara logis. Di samping itu,
pengarang juga berusaha menyusun kalimat yang efektif.
4) Untuk melatih keterampilan siswa menguraikan pengalaman
yang diterima di sekolah maupun di masyarakat dalam bahasa
tulis.
5) Mendorong siswa berpikir sistematis karena pekerjaan
mengarang berarti melibatkan siswa berpikir teratur.
6) Mendorong dan melatih siswa agar berbakat mengarang.
e. Manfaat pembelajaran menulis
Menulis mempunyai manfaat antara lain: (1) pesan yang dibuat
dapat diperbaiki sebelum disampaikan kepada pembaca; (2) pesan
yang disampaikan dapat dibaca berulang-ulang; (3) sekali membuat
pesan, banyak pembaca yang dapat mengikuti pesan itu; dan (4)
mengembangkan ciri utama peradaban modern yang ditandai oleh
kegiatan menulis.
Di samping manfaat menulis tersebut, dalam kehidupan
sehari-hari, menulis dilakukan untuk: (1) memberikan petunjuk kepada
orang lain agar tidak tersesat atau keliru dalam melakukan sesuatu,
kegiatan sehari-hari, misalnya untuk salat, belajar, dan bekerja; (3)
membuat surat, dan sebagainya.
2. Karangan
a. Pengertian karangan
Menurut Ardiana (dalam Kasman, 2012:17) karangan merupakan
nama lain dari wacana. Tidak ada definisi yang pasti tentang
karangan. Hal ini dapat dipahami karena karangan merupakan
entitas kompleks yang mencakup unsur kebahasaan dan unsur
nonkebahasaan.Unsur kebahasaan yang tercakup dalam wacana
dapat dimulai dari unit terkecil yang hanya berupa kata, frasa,
kalimat, sampai pada untaian kalimat.Konteks mencakup segala
sesuatu yang melingkupi penggunaan unsur kebahasaaan dalam
proses interaksi sehingga proses negosiasi makna antara penyampai
dan penerima pesan tercapai.
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang
digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan
bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana
dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau
interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat
bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan
pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat
Menurut Kridalaksana (1994: 231) wacana merupakan satuan
bahasa terlengkap, dalam hierarki merupakan satuan gramatikal
tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk
karangan yang utuh (novel, buku seri ensiklopedia, dan sebagainya),
paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
Alwi (1998:419) mengemukakan bahwa karangan merupakan
rentetan kalimat berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu
dengan proposisi yang lain dan membentuk kesatuan. Selanjutnya,
Alwi (1998:506) memperjelas bahwa karangan adalah hasil
mengarang, cerita, buah pena, ciptaan, gubahan, cerita
mengada-ada, dan hasil rangkaian. Jadi, dapat disimpulkan bahwa karangan
merupakan suatu hasil karya mengarang yang terdiri atas rentetan
kalimat yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan.
b. Perencanaan karangan
Secara teoretis, proses penulisan memiliki tiga tahap utama,
yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Sebelum
melakukan kegiatan tersebut, terlebih dahulu dilakukan
perencanaan. Dengan kata lain, merencanakan tulisan. Hal tersebut
dapat dirinci sebagai berikut:
1) Pemilihan topik
Dalam menulis suatu karangan, kegiatan yang pertama dilakukan
adalah menentukan topik. Untuk memilih topik, perlu
manfaatnya; (2) topik itu cukup menarik, terutama bagi penulis;
(3) topik itu dikenal baik; (4) bahan yang diperlukan dapat
diperoleh dan cukup memadai; dan (5) topik yang dipilih tidak
terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit.
2) Pembatasan topik
Setelah topik yang dipilih memenuhi persyaratan, langkah kedua
yang harus dilakukan adalah membatasi topik tersebut. Dalam hal
ini dapat dipikirkan secara langsung suatu topik yang cukup ideal
untuk dibahas.
3) Judul topik
Topik yang dipilih selanjutnya dinyatakan dalam suatu judul
karangan. Topik merupakan pokok pembicaraan dalam
keseluruhan karangan yang akan digarap. Judul adalah nama
atau semacam label untuk suatu karangan. Sedangkan tema
adalah ide pokok yang menjiwai seluruh karangan.
4) Tujuan penulisan
Perumusan tujuan penulisan sangat penting dan harus ditentukan
lebih dahulu karena hal ini merupakan titik tolak dalam seluruh
kegiatan menulis tersebut. Rumusan tujuan penulisan adalah
suatu gambaran penulis dalam kegiatan menulis selanjutnya.
Dengan menentukan tujuan penulisan, akan diketahui apa yang
penentu yang pokok dan akan mengarahkan serta membatasi
karangan.
c. Jenis-jenis karangan
Penggolongan jenis-jenis karangan sangat beragam. Banyak ahli
yang telah memaparkan klasifikasi mengenai karangan. Berikut ini,
beberapa klasifikasi karangan yang dipaparkan oleh para ahli.
Weayer (dalam Tarigan, 2008:28-29) membagi tulisan
berdasarkan bentuknya sebagai berikut:
1). Eksposisi yang mencakup: a). definisi; b). analisis.
2). Deskripsi yang mencakup: a). deskripsi ekspositori; b). deskripsi
literer.
3). Narasi yang mencakup: a). urutan waktu; b). motif; c). konflik;
d). titik pandang; e). pusat minat.
4). Argumentasi yang mencakup: a). induksi; b). deduksi.
Rada bersamaan dengan klasifikasi Weayer adalah klasifikasi
yang dibuat oleh Morris beserta rekan-rekannya sebagai berikut ini:
1). Eksposisi yang mencakup enam metode analisis:a). klasifikasi; b).
definisi; c). eksemplifikasi; d). sebab dan akibat; e). komparasi
dan kontras; f). prose.
2). Argumen yang mencakup: a). argumen formal (deduksi dan
induksi); b). persuasi informal.
3). Deskripsi yang meliputi: a). deskripsi ekspositori; b). deskripsi
4). Narasi yang meliputi: a). narasi informatif; b). narasi artistik/literer.
Brooks dan Warren(dalam Tarigan, 2008: 30), juga berdasarkan
bentuk, membuat klasifikasi sebagai berikut:
1). Eksposisi yang mencakup: a). komparasi dan kontras;
b). ilustrasi; c). klasifikasi; d). definisi; e). analisis.
2). Persuasi.
3). Argumentasi.
4). Deskripsi.
Senada dengan uraian di atas, Mustakim (1993:2) membedakan
karangan menjadi lima jenis, yaitu:
1. Eksposisi, yakni suatu bentuk karya tulis yang diungkapkan
dengan cara menguraikan maksud dan tujuan objek yang akan
ditulis.
2. Narasi, yakni suatu bentuk karya tulis yang berusaha
menggambarkan suatu peristiwa yang telah terjadi berdasarkan
urutan waktu (kronologis).
3. Deskripsi, yakni suatu bentuk karya tulis yang berusaha
melukiskan atau menguraikan suatu objek secara jelas dan terinci
sehingga pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh
penulis.
4. Persuasi, yakni suatu bentuk karya tulis yang berusaha
meyakinkan pembaca agar melakukan sesuatu yang dikehendaki
5. Argumentasi, yakni suatu bentuk karya tulis yang berusaha
memengaruhi sikap dan pendapat pembaca agar percaya dan
menyetujui pendapat yang diungkap oleh penulis.
Dari lima penggolongan karangan yang diuraikan tersebut, dapat
disimpulkan karangan tersebut pada garis besarnya dapat
dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu narasi, eksposisi,
deskripsi, dan argumentasi. Dalam penelitian ini yang menjadi pusat
pembicaraan adalah karangan deskripsi dan hal-hal yang
berhubungan dengan karangan tersebut.
d. Penilaian karangan
Penilaian karangan dapat dilakukan secara subjektif dengan
menggunakan tes subjekif, yaitu berupa tugas-tugas (tugas
sederhana sampai tugas yang cukup rumit). Penilaian secara
subjektif adalah penilaian secara langsung terhadap kualitas
karangan. Artinya, pengevaluasian dilakukan terhadap sampel
karangan. Ada berbagai cara penilaian langsung, yaitu metode
impresi (kesan penilai), metode analitik (suatu aspek tertentu), dan
metode mekanik (sejumlah kesalahan). Metode impresi adalah
metode yang berfokus pada kesan (baik-buruk) penilai/pembaca
terhadap hasil karya dari aspek tertentu (ejaan, gaya). Metode
mekanik adalah cara belajar berfokus pada kesalahan-kesalahan
yang sudah terjadi dan menuju ke yang benar. Dalam penelitian ini,
analitik dipilih dengan pertimbangan bahwa hasil tulisan siswa dinilai
dari segi tertentu, yaitu isi gagasan, pengorganisasian isi, ejaan,
diksi, dan kesesuaian antara gambar dan objek yang ditulis.
Penilaian dalam sistem pembelajaran menduduki peranan yang
sangat penting karena dengan penilaian, dapat mengetahui prestasi
yang dicapai oleh siswa setelah menyelesaikan program belajar
dalam kurun waktu tertentu, dapat mengetahui ketepatan strategi
mengajar yang digunakan dalam menyajikan pelajaran, serta dapat
mengetahui tercapai atau tidaknya standar kompetensi yang telah
dirumuskan sebelumnya. Sejalan dengan itu, Nurgiyantoro (2008:5)
menyatakan bahwa penilaian merupakan alat ukur untuk mengetahui
seberapa jauh tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dapat
tercapai setelah siswa mengalami aktivitas belajar.
e. Indikator dan aspek penilaian karangan deskripsi
Pendekatan penilaian karangan yang umumnya digunakan oleh
guru bahasa dalam menilai karangan sišwa ada dua macam yaitu:
pendekatan penilaian holistik dan pendekatan penilaian analitik.
Kedua macam penilaian ini digunakan secara bergantian sešuai
dengan penilaian karangan. Jika penilaian ditujukan mengetahui
gambaran umum tentang kemampuan siswa menggunakan bahasa
tulis, maka yang digunakan adalah pendekatan penilaian holistik.
belajar-mengajar dalam kebutuhan diagnostik, maka digunakan pendekatan
penilaian analitik.
Penilaian tulisan dalam penelitian ini mengacu pada penilaian
holistik. Holistik adalah penilaian secara menyeluruh berdasarkan
pesan yang diperoleh dari hasil membaca karangan secara sepintas
(Nurgiantoro, 2008: 303). Menurut Omagio (dalam Tolla dan Hartini,
1992:29) penilaian holistik adalah suatu penilaian yang
memungkinkan pembaca menafsirkan tingkat kemampuan penulis
yang disajikan dalam karangannya.
Tolla dan Hartini (1992:31-32) menyatakan kriteria penilaian
holistik sebagai berikut:
1. Isi karangan dengan penilaian (0-30)
a) Bermakna, menarik, tepat, jalan pikiran baik; (26-30)
b) Pada umumnya baik, tetapi tidak dikembangkan sehingga
terjadi banyak pengulangan; (22-25)
c) Pengembangan kurang relevan dengan isi; (17-21)
d) Karangan tidak relevan dengan isi yang diminta; (13-16)
e) Tidak tampak usaha karangan bermakna; (O-12)
2. Organisasi karangan dengan altenatif nilai; (O-25)
a) Paragraf tersusun rapi, pemakaian kalimat topik baik,
organisasimeyakinkan, alur karangan mudah diikuti; (21-25)
b) Fakta tersusun dalam karangan dengan baik, tetapi agak
c) Ada usaha yang menyusun paragraf dengan baik tetapi batas
ide tiapparagraf tidak jelas; (13-16)
d) Urutan paragraf sulit diikuti, sulit dipahami; (7-12)
e) Paragraf tidak terencana; (O-6)
3. Penggunaan kalimat, dengan alternatif nilai; (0-20)
a) Kalimat benar, cermat meskipun sedikit ada kesalahan tata
bahasa;(16-20)
b) Kalimat lancar, cermat, tetapi ada beberapa kesalahan
berbahasa yangmenyebabkan kalimat menjadi rancu; (12-15)
c) Kesalahan berbahasa yang cukup prinsip yang menyebabkan
kalimatyang tidak gramatikal; (8-11)
d) Ada beberapa kalimat yang tidak dapat dipahami; (5-7)
e) Kalimat dalam karangan tidak dapat dipahami; (0-4)
4. Pilihan kata, dengan alternatif nilai; (0-15)
a) Pemakaian kata lancar, tepat, tidak bermakna ganda; (12-15)
b) Kata jelas kurang tepat penggnaannya; (9-11)
c) Kata kurang jelas dan kurang tepat penggunaannya; (7-8)
d) Banyak kata tidak tepat menyebabkan kalimat sulit dipahami;
(4-6)
e) Pemakaian kata tidak tepat, bentuk kata semua salah; (O-3)
5. Penggunaan ejaan dan tanda bacadengan alternatif nilai; (O-10)
a) Pemakaian ejaan dengan tanda baca baik sekali, penulisan
b) Ada kesalahan ejaan dan tanda baca; (7-8)
c) Banyak kesalahan ejaan dan tanda baca tetapi rnasih dapat
dipahami;(5-6)
d) Kesalahan ejaan dan tanda baca banyak sekali; (3-4)
e) Penggunaan ejaan dan tanda baca serba salah; (O-2)
Berdasarkan acuan di atas disimpulkan kriteria penilaian holistik
dalam ranah kemampuan menulis/mengarang yang umum dikenal
dalam karangan bahasaIndonesia serta sekaligus menjadi ranah
penilaian dalam penelitian ini adalah (1)kesesuaian judul dengan isi
karangan, (2) tujuan persuasif, (3) penggunaan ejaan dan tanda
baca, (4) struktur kalimat dan diksi (pilihan kata), (5) koherensi antar
kalimat.
3. Deskripsi
Deskripsi berasal dari bahasa Latin, yaitu desribere yang berarti
menulis tentang atau membeberkan sesuatu hal. Dari pengertian
secara etimologis itu, deskripsi dapat diartikan sebagai pemberian atau
pelukisan sesuatu hal.
Deskripsi adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan
yang sebenarnya sehingga pembaca dapat mencintai, melihat,
mendengar, mencium, dan merasakan hal yang dilukiskan itu sesuai
dengan citra penulisannya. Karangan ini bermaksud menyampaikan
yang dilukiskan. Sejalan dengan pendapat tersebut Abdullah(2014)
mengatakan karangan deskripsi adalah suatu tulisan atau karangan
yang menggambarkan atau memaparkan suatu objek, lokasi, keadaan
atau benda dengan kata-kata. Biasanya apa yang kita gambarkan
dalam karangan kita merupakan hasil pengamatan panca indra kita.
Deskripsi mempunyai ciri-ciri antara lain:
1) Memberikan atau melukiskan sesuatu hal.
2) Memperluas pandangan atau pengetahuan melalui kesan.
3) Menyodorkan gambaran melalui kata-kata.
4) Seakan-akan melihat sendiri objeknya.
5) Menimbulkan daya khayal.
6) Penulis memindahkan daya kesan kepada pembaca.
7) Tidak terikat pada waktu (statis).
a. Jenis-jenis karangan deskripsi
Secara garis besar, karangan deskripsi hanya dibedakan menjadi
dua macam, yaitu deskripsi ekspositori dan deskripsi impresionostis
(Wahid dan Juanda, 2005:26).
1). Deskripsi ekspositori
Deskripsi ekspositori adalah karangan yang isinya memuat hal-hal
yang bersifat logis. Biasanya merupakan daftar rincian atau yang
hal-hal penting saja menurut penulis yang disusun berdasarkan sistem dan
2). Deskripsi impresionistis
Deskripsi impresionistis adalah karangan yang menggambarkan
impresi penulisnya atau untuk menstimulasi pembacanya. Jenis
karangan ini biasa juga disebut dengan deskripsi stimulatif.
b. Teknik menulis deskripsi
Untuk mencapai sebuah deskripsi, segala daya dan upaya dapat
digunakan semaksimal mungkin. Misalnya, dengan penyusunan
detail-detail dan objek, cara penulis melihat persoalan yang sedang
digarapnya, sikap penulis terhadap pembaca, dan cara mengolah fakta
(pendekatan).
Pendekatan dalam deskripsi menurut Akhadiah (dalam Angreani,
2011:29) antara lain:
1. Pendekatan yang realistis
Penulis berusaha agar deskripsi yang dibuatnya sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya, jadi tulisan dilukiskan seobjektif mungkin.
Perincian-perincian dan perbandingan antara satu bagian dengan
bagian yang lain dilukiskan sedemikian rupa sehingga tampak seperti
dipotret.
2. Pendekatan yang impresionistis
Penulis berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif.
Penulis menonjolkan pilihannya dan interpretasinya. Dalam memilih
bagian objeknya ini untuk disoroti, penulis harus menyeleksi secara
Fakta-fakta yang dipilih oleh penulis harus dihubungkan dengan efek
yang ingin ditampakkan. Fakta-fakta ini dijalin dan diikat dengan
pandangan-pandangan yang subjektif dari pengarang.
3.Pendekatan menurut sikap penulis
Pendekatan menurut sikap penulis terhadap objek yang ingin
dideskripsikan sangat bergantung pada tujuan yang ingin dicapai, sifat
objek, serta pembacanya.
c. Langkah-langkah menulis karangan deskripsi
Wirajaya (dalam Angreani 2011:31) mengemukakan bahwa
sebelum memulai menulis karangan deskripsi terlebih dahulu penulis
menyusun rencana kerja, yaitu: (1) menentukan tema atau topik
karangan; (2) menentukan tujuan karangan; (3) mengadakan
observasi/mengumpulkan data; (4) hasil yang berupa data itu
dituangkan ke dalam kerangka karangan; (5) mengembangkan
kerangka karangan.
Untuk membuat teks deskripsi penulis harus terlebih dahulu
mengidentifikasi sebagai langkah pertama yaitu memperkenalkan
benda atau hal yang akan dideskripsikan. Misalnya: mendeskripsikan
suatu tempat wisata, terlebih dahulu perlu diidentifikasikan nama
tempat wisata tersebut dalam bentuk pernyataan menarik sehingga
pembaca menjadi tertarik untuk membaca detail informasi
selengkapnya. Kemudian dilanjutkan dengan langkah kedua, yaitu
D.Media
1. Media Pendidikan
a. Pengertian media pendidikan
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.(dalam
Arsyad, 2013:3)
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi
Teknologi dan Komunikasi Pendidikan(Association of Education and
Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan/informasi. Gagne ( dalam Sadiman,dkk. 2012:6)
menyatakan bahwa media adalah pelbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Semenatara itu Brigs (dalam Sadiman,dkk. 2012:6) berpendapat
bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta merangsang siswa untuk belajar.Buku, film,kaset, video,gambar
adalah contoh-contohnya. Asosiasi Pendidikan Nasional(National
Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media
adalah bentuk-betuk komunikasi, baik cetak maupun audiovisual serta
peralatannya.Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat,
Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung.
b. Ciri-ciri media pendidikan
Gerlach&Ely(dalam Arsyad,2013:16) mengemukaan tiga ciri media
yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa
saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak
mampu (atau kurang efisien) melakukannya.
1. Ciri Fiktatif(Fixative Property)
Ciri ini menggambar kemampuan media merekam,
menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa
atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun
kembali dengan media seperti fotografi, video, audio tape, film.
Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau
objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media
yang ada dapat digunakan setiap saat.
2. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan
karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan
dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar
time-lapse recording. Pada rekaman gambar hidup(video,motion film)
kejadian dapat diputar mundur.media (rekaman video atau
audio) dapat diedit sehingga guru hanya menampilkan
bagian-bagian penting/utama dari ceramah,pidato, atau urutan suatu
kejadian dengan memotong bagian-bagian yang tidak
diperlukan.
3. Ciri Distributif (Distributive Property)
Dewasa ini distribusi media tidak hanya terbatas pada satu
kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu
wilayah tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman video,
audio dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan
kapan saja.
c. Fungsi dan manfaat media pendidikan
Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat
bantu mengajar yang turut memengaruhi kondisi dan lingkungan
belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik (dalam Arsyad, 2013:19) mengemukakan bahwa
penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media
membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan
dan isi pelajaran pada saat itu.Selain membangkitkan motivasi dan
minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan
terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.
Encyclopedia of Educational Research (dalam Hamalik, 1994:15)
merincikan manfaat media pedidikan sebagai berikut:
1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh
karena itu mengurangi verbalisme.
2. Memperbesar perhatian siswa.
3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembnagan
belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
4. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, terutama
melalui gambar hidup.
6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu
perkembangan kemampuan berbahasa
Dale (dalam Arsyad,2013:27-28) mengemukakan bahwa
bahan-bahan audiovisual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru
berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hubungan guru-siswa
tetap aktif dalam proses pembelajaran. Hubungan guru-siswa tetap
saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran
dengan bantuan media audiovisual agar manfaat berikut ini dapat
terealisasi:
1. meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;
2. membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa;
3. menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan
serta minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;
4. membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar
siswa;
5. membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai
kemampuan siswa;
6. mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran
dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang
mengakibatkan meningkatnya hasil belahar;
7. memberikan umpan balik yang diperlukan, yang membantu
siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari;
8. melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu
konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan;
9. memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang
mencerminkan pembelajaran yang nonverbalistik dan membuat
10. meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa
butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem
gagasan yang bermakna.
Dari uraian dan pendapat beberapa ahli tersebut, dapatlah
disimpulkan bahwa beberapa manfaat praktis dari penggunaan media
pembelajaran di dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut:
1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan
proses dan hasil belajar.
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya,
dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai
dengan kemampuan dan minatnya.
3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera,
ruang, dan waktu:
a) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan
langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto,
slide, film,radio, atau model;
b) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh
indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide,
c) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali
dalam puluhan tahundapat ditampilkan melalui rekaman
video, film, foto disamping secara verbal.
d) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat
disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan
video.
II. Media Audio, Visual, dan Audiovisual a. Media Audio
1. Pengertian media audio
Media audio yaitu media yang berkaitan dengan indera
pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan dalam
lambang-lambang auditif, baik verbal (kedalam kata-kata/bahasa
lisan) maupun nonverbal. Beberapa jenis media yang termasuk
dalam kelompok ini adalah radio, dan alat perekam pita magnetik.
1) Radio
Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan
untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat
mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa-peristiwa penting
dan baru, masalah-masalah kehidupan dan sebagainya
2) Perekam pita magnetik
Perekam pita magnetik adalah salah satu media pendidikan yang
tak dapat diabaikan untuk menyampaikan informasi, karena