• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDNEGERI 53 PAREPARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDNEGERI 53 PAREPARE"

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPROVING THE STUDENT WRITING NARRATIVE DESCRIPTION THROUGH AUDIOVISUAL MEDIA AT CLASS V SD NEGERI 53

PAREPARE

Tesis

Oleh:

AHYADIN

Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.900.2013

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNISVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2015

(2)

ii TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister

Program Studi

Bahasa dan Sastra Indonesia Disusun dan Diajukan oleh

AHYADIN

Nomor Induk Mahasiswa : 04.08.900.2013

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNISVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2015

(3)
(4)
(5)

v

Nomor Pokok : 04.08.900.2013

Program Studi : Bahasa dan Sastra Indonesia

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa keseluruhan tesis ini hasil karya

orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Oktober 2015

Yang menyatakan,

(6)

vi

melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan judul “Peningkatan Pembelajaran Menulis

Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa

Kelas V SD Negeri 53 Parepare” dengan baik.

Proses penyelesaian tesis ini merupakan suatu perjuangan yang

panjang bagi penulis. Tidak sedikit kendala yang dihadapi oleh penulis

selama proses penelitian dan penyusunan laporan tesis ini. Penulis

banyak mendapat bantuan, baik dalam bentuk bimbingan, saran maupun

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Prof.Dr.H.M.Ide Said,D.M.,M.Pd. dan Dr.Abd. Rahman Rahim, M.Hum.

sebagai pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan

memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian

ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktur Program

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, Sekretaris Program

Pascasarjana dan Ketua Program Studi Pendidikan Bahasadan Sastra

Indonesia , serta para pegawai yang telah memberikan kemudahan

kepada penulis, baik pada saat mengikuti perkuliahan maupun pada saat

pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan. Mudah-mudahan

(7)

vii

yang telah memotivasi penulis selama menempuh pendidikan. Ucapan

terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada Kepala SD Negeri 53

Parepare dan Guru Kelas V yang telah banyak membantu dalam

penelitian ini.

Harapan penulis, semoga segala dukungan, bantuan, serta

pengorbanan yang telah diberikan oleh berbagai pihak dapat bernilai

ibadah dan mendapat pahala dari Allah Swt. Semoga hasil penelitian ini

dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.

Makassar, Oktober 2015

Penulis,

(8)

viii

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar (dibimbing oleh H.M. Ide Said,D.M. dan Abd. Rahman Rahim).

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) yang bertujuan mendeskripsikan peningkatan perencanaan,

pelaksanaan, dan hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media Audiovisual pada siswa kelas V SD Negeri 53 Parepare pada tahap pramenulis, saat menulis, dan pascamenulis.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 53 Parepare yang berjumlah 39 orang siswa, yang terdiri atas 18 siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus.Setiap siklus dirancang melalui empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Data penelitian ini adalah data proses dan hasil belajar siswa pada tahap pramenulis, saat menulis, dan pascamenulis. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas V dan guru kelas V SD Negeri 53 Parepare.Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan, tes, dan catatan lapangan.Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media audiovisual pada siswa kelas V SD Negeri 53 Parepare pada tahap pramenulis, saat menulis, dan pascamenulis.Data hasil evaluasi dari aspek isi gagasan, pengorganisasian isi paragraf, kesesuaian objek, diksi, penggunaan ejaan dan tanda baca pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 72/daya serap kelas 72%, dan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 84/daya serap kels 84%.Hasil ini menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 10.Data persentase ketuntasan kelas juga mengalami peningkatan.Pada siklus I hanya 72%. Pada siklus II persentase ketuntasan kelas menjadi 84% meningkat 10% .Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audiovisual meningkatkan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri 53 Parepare pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap hasil pembelajaran.

(9)

ix

Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by H.M.Ide Said,D.M. and Abd. Rahman Rahim.

This research was a classroom action research (Classroom Action Research), which aimed to describe the increase in the planning, implementation, and outcomes essay writing descriptions using audiovisual media in class V students of SD Negeri 53 Parepare; before writing, when writing, and after writing.

The subjects were fifth grade students of SD Negeri 53 Parepare totaling 39 students, consisting of 18 male students and 21 female students. This research was conducted in two cycles. Each cycle was designed through four stages, namely planning, action, observation, and reflection. This research data was data processes and student learning in stage before writing, when writing, and after writing. The data sources of this research was the students of class V and V grade teacher SD Negeri 53 Parepare. Data collection techniques used in this research was the observation techniques, test, and field notes. The data were analyzed descriptively.

The results showed that an increase in teaching essays writing descriptions using audiovisual media in class V students of SD Negeri 53 Parepare; before writing, when writing, and after writing. Data on the evaluation of aspects of the content of the idea, organizing the contents of the paragraph, the suitability of the object, diction, use of spelling and punctuation in the first cycle obtained average value of 72/absorption of grade 72%, and the second cycle was obtained average value 84/ predicted class 84%. These results showed an increase from the first cycle to the second cycle was equal to the percentage of completeness class 10. Data also increased. In the first cycle is only 72%. In the second cycle the percentage of completeness class to 84% increase 10% .In such, it could be concluded that the use of audiovisual media enhance learning essay writing descriptions fifth grade students of SD Negeri 53 Parepare on the planning phase, the implementation phase, and the phase of learning outcomes.

(10)

x

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 9

F. Batasan Istilah ... 9

BAB II.KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Hakikat Menulis... 11

a) Pengertian menulis ... 11

b) Pembelajaran menulis ... 14

c) Prinsip-prinsip pembelajaran menulis ... 18

d) Tujuan pembelajaran menulis ... 19

e) Manfaat pembelajaran menulis ... 21

2. Karangan ... 22

a) Pengertian karangan ... 22

b) Perencanaan karangan ... 23

(11)

xi

a) Jenis-jenis karangan deskripsi ... 32

b) Teknik menulis karangan deskripsi ... 33

c) Langkah-langkah menulis karangan deskripsi ... 34

4. Media ... 35

1) Media Pendidikan ... 35

a) Pengertian media pendidikan ... 35

b) Ciri-ciri media pendidikan ... 36

c) Fungsi dan manfaat media pendidikan ... 37

2) Media Audio, Visual, dan Audiovisual ... 41

a) Media Audio... 41

1) Pengertian media audio ... 41

2) Kelebihan dan kekurangan media audio... 42

b) Media Visual ... 43

1) Kelebihan media visual ... 43

2) Kekurangan media visual ... 44

c) Media Audiovisual ... 44

1) Pengertian media audiovisual ... 44

2) Jenis-jenis media audiovisual ... 45

3) Karakteristik media audiovisual ... 49

4) Kelebihan dan kekurangan media audiovisual... 50

3) Penggunaan Media Audiovisual dalam Proses Pembel- ajaran Menulis Karangan Deskripsi ... 55

B. Kerangka Pikir ... 56

C. Hipotesis Tindakan ... 58

BAB III. METODE PENELITIAN ... 59

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 59

(12)

xii

3. Tahap pelaksanaan tindakan ... 62

E. Data dan Sumber Data ... 63

F. Pengumpulan Data ... 64

G. Analisis Data, Evaluasi, dan Refleksi... 65

1. Analisis Data ... 66

2. Evaluasi ... 67

3. Refleksi ... 68

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69

A. HasilPenelitian ... 69

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 139

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 148

A. Kesimpulan ... 148

B. Saran ... 149

DAFTAR PUSTAKA ... 150

LAMPIRAN... 152

1.IZIN PENELITIAN ... 152

2. DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN ... 175

(13)

xiii

Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual

Tahap Pramenulis 73

2 Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual

Tahap Pramenulis 74

3 Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual

Tahap Pelaksanaan Menulis 77

4 Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual

Tahap Pelaksanaan Menulis 79

5 Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual

Tahap Pascamenulis/Perevisian 83

6 Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual

Tahap PascaMenulis 84

7 Hasil Evaluasi Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa

Kelas V SD Negeri 53 Parepare 91

8 Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Karangan

Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada

Siswa Kelas V SD Negeri 53 Parepare 92

9 Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual Tahap Pramenulis 106

10 Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual

Tahap Pramenulis 107

11 Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual Tahap Pelaksanaan

(14)

xiv

Tahap Pasmenulis/Perevisian 121

14 Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual

Tahap Pascamenulis/Perevisian 123

15 Hasil Evaluasi Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa

Kelas V SD Negeri 53 Parepare Siklus II 129

16 Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Karangan

Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada

Siswa Kelas V SD Negeri 53 Parepare 130

17 Persentase AspekPenilaian Karangan Siswa Siklus I 143

18 Persentase AspekPenilaian Karangan Siswa Siklus II 145

(15)

xv

Lampiran 2. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam

Pembelajaran 153

Lampiran 3. Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam

Pembelajaran 155

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 157

Lampiran 5. Format Rekapitulasi Observasi Kegiatan Guru pada Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas

V SD Negeri 53 Parepare 163

Lampiran 6. Format Rekapitulasi Observasi Kegiatan Siswa pada Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas V SD Negeri 53 Parepare165 Lampiran 7. Hasil Evaluasi Siklus I 168

Lampiran 8. Hasil Evaluasi Siklus II 169

Lampiran 9. Daftar Evaluasi Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas V SD Negeri 53 Parepare 170 Lampiran 10. Hasil Catatan Lapangan Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas V SD Negeri 53 Parepare 171 Lampiran 11.Hasil Catatan Lapangan Pembelajaran Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Melalui dengan Meng- gunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas V SD Negeri 53 Parepare Siklus II 173

Lampiran 12. Dokumentasi Kegiatan Guru dan Siswa 175

Lampiran 13. Foto Hasil Karagan Siswa 183

(16)
(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) mengemban misi untuk meningkatkan

kemampuan berkomunikasi peserta didik.Kemampuan berkomunikasi

yang dimaksud adalah mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan

benar, baik secara lisan maupun tulisan. Di samping itu, pembelajaran

Bahasa Indonesia diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi peserta

didik terhadap hasil karya kesastraan Indonesia.

Bahasa Indonesia bukan saja penting sebagai bahasa ujaran yang

dewasa ini sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat dan

kebudayaan Indonesia, melainkan bahasa Indonesia juga resmi

berkedudukan sebagai bahasa Nasional sejak dikumandangkannya

Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Selain itu, dalam UUD

1945 Bab XV pasal 36 bahwa Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai

bahasa negara dan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS

Bab VII pasal 33 ayat 1 bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara

menjadi bahasa pengantar pendidikan nasional.Sejalan dengan itu, dalam

UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang

Negara, serta Lagu Kebangsaan Bab III pasal 29 ayat 1 menyatakan

Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam

(18)

Pendidikan Sekolah Dasar diselenggarakan untuk mengembangkan

sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup

dalam masyarakat. Keterampilan dasar tersebut adalah keterampilan

membaca dan menulis. Hal ini sejalan dengan pendapat Syafi’ie (dalam

Junus,dan Junus, 2011:99) bahwa, “Kemampuan membaca dan menulis

harus dikuasai oleh siswa, karena memiliki kemampuan membaca dan

menulis dapat memengaruhi penguasaan mata pelajaran lainnya”. Latihan

keterampilan menulis sebaiknya diintensifkan sedini mungkin kepada

setiap siswa sejak mereka masih duduk pada permulaan kelas-kelas

sekolah dasar; dengan alasan bahwa sampai sekarang masih banyak

mahasiswa di perguruan tinggi, belum bisa menerapkan ejaan yang

berlaku secara murni.

Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa berada dalam

urutan keempat atau terakhir sesudah keterampilan menyimak, berbicara,

dan membaca dalam pemerolehan bahasa.Salah satu keterampilan

produktif diantara keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut adalah

kemampuan menulis. Keterampilan menulis memerlukan pemahaman

tentang topik yang akan dibahas, pemahaman yang berkaitan dengan

ejaan/tanda baca, pemilihan kata (diksi), penyusunan paragraf yang unitas

dan koheren, serta pemahaman yang berkaitan dengan bentuk dan

kerangka. Di samping itu, perlu penguasaan tentang perbedaan antara

bahasa tulis dan bahasa lisan agar gagasan yang disampaikan jelas,

(19)

Salah satu ruang lingkup materi aspek keterampilan berbahasa adalah

materi/pokok bahasan teks karangan, khususnya menulis karangan

deskripsi. Pokok bahasan menulis karangan di Kelas V SD berada pada

Kompetensi Dasar 4.1, yakni menulis karangan berdasarkan pengalaman

dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. Selanjutnya,

kompetensi dasar tersebut dikembangkan ke dalam beberapa indikator

pencapaian hasil belajar antara lain: menjelaskan ciri-ciri karangan

deskripsi, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka

karangan menjadi sebuah karangan utuh dan menulis karangan deskripsi

berdasarkan pengalaman .

Pencapaian hasil belajar sesuai dengan kompetensi dasar menulis

karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata

dan penggunaan ejaan diharapkan mampu meningkatkan penguasaan

siswa pada salah satu aspek keterampilan berbahasa, yakni keterampilan

menulis karangan deskripsi yang didukung oleh penguasaan teori.

Dengan memiliki keterampilan menulis, kemampuan berpikir kreatif dan

kritis siswa dapat berkembang. Oleh karena itu, keterampilan menulis

karangan sebagai salah satu keterampilan berbahasa perlu dikuasai oleh

siswa sekolah dasar.

Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan

berbahasa yang sangat penting. Mencermati pentingnya peranan menulis

dalam KTSP, siswa perlu dilatih berpikir kreatif, kritis, dan inovatif.

(20)

bahasa Indonesia karena keterampilan menulis merupakan salah satu

subpokok bahasan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD. Di

samping itu, senantiasa diadakan lomba mengarang yang diperuntukkan

bagi siswa SD dalam rangka memupuk motivasi dan minat siswa untuk

memiliki keterampilan menulis.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SD Negeri

53 Parepare, dapat disimpulkan bahwa siswa kurang berminat pada

kegiatan menulis. Umumnya siswa lebih menyukai berkomunikasi secara

lisan karena dianggap berkomunikasi secara lisan lebih mudah

dibandingkan dengan berkomunikasi secara tertulis. Akibatnya, siswa

kurang mampu melakukan kegiatan menulis sebagai bentuk perwujudan

komunikasi tertulis. Kekurangmampuan siswa tersebut terlihat dari

penyusunan karangan deskripsi yang tidak koheren, penggunaan kata

yang kurang tepat, dan penyampaian gagasan yang kabur dan sulit

dimengerti.

Sebuah karangan deskripsi tersusun dari berbagai komponen.

Komponen yang dimaksud seperti isi karangan, penggunaan bahasa,

keteraturan susunan dan urutan, pilihan kata, dan penggunaan ejaan dan

tanda baca. Oleh karena itu, seseorang yang mampu menulis karangan

deskripsi, maka mampu pula berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Berdasarkan uraian tersebut maka pembelajaran menulis karangan

(21)

Hasil observasi awal menunjukkan bahwa kompetensi siswa tentang

menulis karangan berdasarkan pengalaman di Kelas V SD Negeri 53

Parepare sampai saat ini masih tergolong rendah. Pengamatan sepintas

menunjukkan bahwa pembelajaran menulis karangan deskripsi di Kelas V

masih dilaksanakan dengan berorientasi pada hasil dan mengabaikan

proses. Hal ini berakibat pada rendahnya kreativitas siswa dalam

mengembangkan ide, lambat dalam menulis, dan sulit menggambarkan

suatu objek. Pembelajaran menulis seperti ini, dinilai sebagai penyebab

rendahnya kualitas hasil karangan siswa.

Berdasarkan data yang diperoleh, dari 29 orang jumlah siswa, 14

laki-laki dan 15 perempuan menunjukkan bahwa; 4 orang siswa mendapat

nilai “90” atau 13,79%, 6 orang siswa mendapat nilai “80”atau 20,69%, 10

orang siswa mendapat nilai “70” atau 34,48%, dan 9 orang siswa

mendapat nilai “68”atau 31,03%. Persentase keseluruhan siswa yang

memperoleh nilai di atas KKM hanyalah 68,96 %.Dapat disimpulkan

bahwa siswa dikelas tersebut belum mampu menulis karangan deskripsi

dengan baik sehingga perlu digunakan alat bantu atau media

pembelajaran yang akan mempermudah mereka memahami materi

pelajaran.

Penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah suatu hal yang

dianggap urgen. Proses pembelajaran yang diselenggarakan secara

formal di sekolah-sekolah harus didukung oleh berbagai sumber

(22)

maupun audiovisual. Kesemuanya ini dimaksudkan agar proses

pembelajaran berlangsung aktif dan efektif.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong

upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi

dalam proses belajar.Para guru dituntut agar mampu menggunakan

alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa

alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntuan zaman. Guru

sekurang-kurangya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang

meskipun sederhana, tetapi merupakan keharusan dalam upaya

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Dengan demikian, penggunaan media pembelajaran adalah bagian

yang tidak terpisahkan dari proses belajar demi tercapainya tujuan

pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran pada

khususnya.Penggunaan media visual, audio, dan audiovisual dalam

pembelajaran menulis karangan deskripsi dalam mata pelajaran bahasa

Indonesia akan meningkatkan hasil pembelajaran.

Penelitian yang relelevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang

dilakukan oleh M. Kasman (2012), menunjukkan bahwa penggunakan

pendekatan proses dapat meningkatkan penulisan karangan deskripsi

pada siswa Kelas V SDN 2 Parepare. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa mayoritas siswa telah memenuhi nilai di atas KKM, tetapi masih

(23)

semakin variatif dan memperoleh hasil maksimal terhadap pembelajaran

penulisan karangan deskripsi.

Hasil observasi sebelumnya juga menunjukkan bahwa penguasaan

karangan deskripsi siswa ditinjau dari aspek pencapaian Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM), masih belum memadai. Siswa kurang

memahami karakteristik karangan deskripsi, kurang memahami topik-topik

yang dapat dikembangkan menjadi karangan deskripsi, kurang memahami

kerangka karangan deskripsi, kurang mampu mengembangkan kerangka

karangan deskripsi, dan kurang mampu menyunting karangan deskripsi.

Rendahnya penguasaan siswa mengenai karangan deskripsi dan

rendahnya kualitas karangan deskripsi yang ditulis oleh siswa, mendorong

peneliti untuk mengangkat masalah ini dalam sebuah penelitian dengan

judul Peningkatan Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan

Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas V SD Negeri 53 Parepare.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang

dikemukakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pembelajaran menulis karangan deskripsi

dengan menggunakan media audiovisual pada siswa kelas V SD

(24)

2. Bagaimanakah hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi

dengan menggunakan media audiovisual pada siswa kelas V SD

Negeri 53 Parepare?

3. Bagaimanakah peningkatan pembelajaran menulis karangan deskripsi

dengan menggunakan media audiovisual pada siswa kelas V SD

Negeri 53 Parepare?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk medeskripsikan proses pembelajaran menulis karangan

deskripsi dengan menggunakan media audiovisual pada siswa

kelas V SDN 53 Parepare.

2. Untuk mendeskripsikan hasil pembelajaran menulis karangan

deskripsi dengan menggunakan media audiovisual pada siswa

kelas V SD Negeri 53 Parepare.

3. Untuk mendeskripsikan peningkatan pembelajaran menulis

karangan deskripsi dengan menggunakan media audiovisual pada

siswa kelas V SD Negeri 53 Parepare?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai

(25)

1. Manfaat Teoretis

1. Memperkaya pengetahuan mengenai teori menulis khususnya

menulis karangan deskripsi.

2. Memperkaya pengetahuan dalam kaitannnya antara pembelajaran

menulis karangan deskripsidengan menggunakan media

audiovisual.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi siswa, dapat mengembangkan kemampuannya dalam

menulis karangan deskripsi sebagai variasi kegiatan dari kegiatan

pembelajaran menulis.

2. Bagi guru, dapat memiliki pengetahuan tentang kontribusi media

audiovisual sebagai salah satu bentuk alternatif untuk mengatasi

kesulitan menulis karangan deskripsi dan meningkatkan

kemampuan menulis karangan siswa di SD.

3. Bagi peneliti lanjut, dapat menjadi rujukan untuk menelaah dan

meneliti topik yang relevan dengan penelitian ini.

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan hanya dalam satu kelas dan satu sekolah,

yaitu di Kelas V SDNegeri 53 Parepare.Penelitian ini hanya berfokus

kepada pembelajaran menulis karangan deskripsi dan media audiovisual.

F. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi perbedaan interpretasi terhadap subjek yang diteliti,

(26)

1. Menulis merupakan kegiatan penyampaian gagasan, ide, perasaan,

atau pikiran seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

media lambang grafik atau tulisan.

2. Karangan deskripsi adalah suatu tulisan atau karangan yang

menggambarkan atau memaparkan suatu objek, lokasi, keadaan atau

benda dengan kata-kata. Biasanya apa yang kita gambarkan dalam

karangan kita merupakan hasil pengamatan pancaindra kita.

3. Media audiovisual adalah media instruksional modern yang sesuai

dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Menulis

a. Pengertian menulis

Menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa.

Dalam pengurutan aspek kemampuan berbahasa, menulis selalu

diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara,

dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir dalam kurikulum,

bukan berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak penting.

Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide/gagasan ke dalam

media tulisan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Ishak (2014:5) berpendapat bahwa menulis adalah upaya melakukan komunikasi dengan pembaca. Namanya bukan komunikasi timbal-balik, melainkan komunikasi sepihak. Walaupun komunikasi sepihak, namun memerlukan strategi dan argumentasi sebagai suatu cara yang sangat berguna, lebih-lebih dalam melakukan komunikasi langsung yang terkadang dipengaruhi oleh pandangan-pandangan yang subjektif.

Menulis erat kaitannya dengan membaca. Menulis dan membaca

adalah kegiatan berbahasa tulis.Pesan yang disampaikan penulis,

diterima oleh pembaca dan dijembatani melalui lambang bahasa

yang dituliskan. Menurut Goodman dkk.(dalamSuparnodan Yunus,

2008:30), baca-tulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan

(28)

Seni menulis hingga menghasilkan suatu karya akan bermanfaat

bagi manusia yang secara terus-menerus berupaya mempelajarinya.

Praktik menulis tidak hanya diperlukan untuk menyelesaikan skripsi,

tesis dan disertasi, melainkan yang lebih utama adalah

menyampaikan pesan melalui gagasan dalam sebuah karya yang

bermanfaat bagi masyarakat pembaca. Jika kita sering menulis

berarti berusaha mencari kebenaran. Sedikit hasil karya yang

bermanfaat dan mengalir dalam kehidupan manusia bila seni

menulis tidak diminati dan diimplementasikan menjadi kenyataan.

Menguasai ilmu membaca dan menulis sejatinya menjadi langkah

kedua setelah membaca.

Lado (dalam Tarigan, 2008:22) mengemukakan bahwa menulis

merupakan kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang

grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh

seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik

tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik

tersebut. Gambaran atau lukisan mungkin dapat menyampaikan

makna-makna, tetapi tidak menggambarkan ketentuan-ketentuan

bahasa. Menulis merupakan representasi melalui ekspresi bahasa

tulis. Hal inilah yang menjadi pembeda utama antara lukisan dan

tulisan.

Menulis juga erat kaitannya dengan mengarang. Menulis dan

(29)

berarti menyusun kata menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi

paragraf, menyusun paragraf menjadi tulisan kompleks yang

mengusung pokok persoalan. Istilah menulis sering dilekatkan pada

proses kreatif yang berjenis ilmiah. Sementara istilah mengarang

sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis nonilmiah.

Menulis kreatif merupakan kegiatan menulis yang berkembang

dan gagasan yang kreatif. Mirriam (2006:169) mengemukakan

bahwa menulis kreatif merupakan gagasan yang mengalir dari

pikiran seseorang ke dalam sebuah tulisan. Gagasan kreatif yang

sudah diungkapkan ke dalam bentuk tulisan akan menggambarkan

hal-hal yang ingin dikembangkan oleh penulis.

Menurut Kasman (2012:9), mengarang adalah kegiatan menulis

yang tersusun dengan teratur dari kata, kalimat, sampai paragraf

yang saling berhubungan dan merupakan kesatuan yang utuh,

dengan maksud menceritakan kejadian atau peristiwa. Sejalan

dengan pendapat tersebut,The Liang Gie (2002:17) mengemukakan

bahwa mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan

seseorang mengumpulkan gagasan dan menyampaikan melalui

bahasa tulisan kepada pembaca untuk dipahami. Dalam proses

mengarang, setiap ide perlu digambarkan dengan menggunakan

kata-kata yang kemudian dirangkai menjadi sebuah kalimat yang

(30)

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

menulis merupakan kegiatan penyampaian gagasan, ide, perasaan,

atau pikiran seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

media lambang grafik atau tulisan. Apabila seseorang menggunakan

buah pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman atau lainnya ke dalam

bentuk bahasa tulisan, kegiatan tersebut dapat dikategorikan dengan

kegiatan mengarang. Untuk menyampaikan gagasan ke dalam

bahasa tulisan, seseorang harus memiliki perbendaharaan kata yang

memadai serta terampil menyusun kata-kata dalam kalimat yang

runtut dan jelas.

b. Pembelajaran menulis

Pembelajaran menulis merupakan salah satu bagian dari

pembelajaran bahasa. Untuk dapat menulis dengan baik, perlu

menguasai tahap dalam menulis. Berkaitan dengan

tahap-tahap menulis, Tompkins(1990:73) menyajikan lima tahap-tahap, yaitu: (1)

pramenulis, (2) pembuatan draft, (3) merevisi, (4) menyunting, dan

(5) berbagi (sharing). Tahap-tahap ini menurut Tompkins tidak

merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinear,

artinya putaran berulang. Misalnya, setelah selesai menyunting

tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaian

suntingannya dengan kerangka tulisan atau draft awal.

(31)

1) Tahap pramenulis

Pada tahap pramenulis, siswa melakukan kegiatan sebagai

berikut:

a) menulis topik berdasarkan deskripsi sendiri;

b) melakukan kegiatan-kegiatan sebelum menulis;

c) mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis;

d) mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis; dan

e) memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan

tujuan yang telah mereka tentukan.

2) Tahap membuat draft

Kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada tahap ini sebagai

berikut:

a) membuat draft kasar; dan

b) lebih menekankan isi daripada tata tulis.

3) Tahap merevisi

Kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada tahap ini sebagai

berikut:

a) berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok);

b) berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi

tentangpenulisan teman-teman sekelompok atau sekelas;

c) mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi

(32)

d) membuat perubahan yang substantif pada draft pertama dan

draft berikutnya sehingga menghasilkan draft terakhir.

4) Tahap menyunting

Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh siswa

adalah sebagai berikut:

a) membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri;

b) membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis

tulisan mereka sekelas/sekelompok; dan

c) mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis tulisan

mereka sendiri.

Dalam kegiatan penyuntingan ini, sekurang-kurangnya ada

dua tahap yang harus dilakukan. Pertama, penyuntingan tulisan

untuk kejelasan penyajian. Kedua, penyuntingan bahasa dalam

tulisan agar sesuai dengan sasarannya (dalam Rifai,

1997:105-106).

Penyuntingan tahap pertama akan berkaitan dengan

masalah komunikasi. Tulisan diolah agar isinya dapat dengan

jelas diterima oleh pembaca. Pada tahap ini, seringkali

penyunting harus mereorganisasi tulisan karena penyajiannya

dianggap kurang efektif. Ada kalanya, penyunting terpaksa

membuang beberapa paragraf atau sebaliknya, harus

menambahkan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf

(33)

penyuntingan pada tahap ini, penyunting sebaiknya

berkonsultasi dan berkomunikasi dengan penulis.

Pada tahap ini, penyunting harus luwes dan pandai-pandai

menjelaskan perubahan yang disarankannya kepada penulis

karena hal ini sangat peka. Hal-hal yang berkaitan dengan

penyuntingan tahap ini adalah kerangka tulisan, pengembangan

tulisan, penyusunan paragraf, dan kalimat.

Kerangka tulisan merupakan ringkasan sebuah tulisan.

Melalui kerangka tulisan, penyunting dapat melihat gagasan,

tujuan, wujud, dan sudut pandang penulis. Dalam bentuknya

yang ringkas itulah, tulisan dapat diteliti, dianalisis, dan

dipertimbangkan secara menyeluruh, dan tidak secara

lepas-lepas (Keraf, 1997:134).

Penyunting dapat memperoleh keutuhan sebuah tulisan

dengan cara mengkaji daftar isi tulisan dan bagian pendahuluan.

Jika ada, misalnya, dalam tulisan ilmiah atau ilmiah populer,

sebaiknya bagian simpulan pun dibaca. Dengan demikian,

penyunting akan memperoleh gambaran awal mengenai sebuah

tulisan dan tujuannya. Gambaran itu kemudian diperkuat dengan

membaca secara keseluruhan isi tulisan. Jika tulisan merupakan

karya fiksi, misalnya, penyunting langsung membaca

(34)

penyunting sudah dapat menandai bagian-bagian yang perlu

disesuaikan.

5) Tahap Berbagi (Sharing)

Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing)

atau publikasi. Pada tahap berbagi ini, siswa:

a) memublikasikan tulisan mereka dalam suatu bentuk tulisan

yang sesuai, atau

b) berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah

mereka tentukan.

c. Prinsip-prinsip pembelajaran menulis

Menurut Natia (1994:38), prinsip-prinsip pembelajaran menulis

sebagai berikut:

1) Dalam kegiatan menulis, siswa harus berdasar pada topik yang

bermakna. Prinsip ini mengisyaratkan bahwa topik yang dipilih

merupakan topik yang dipahami dan digemari oleh siswa.

Dengan demikian, mereka akan lancar dan termotivasi untuk

menyelesaikan tulisannya dengan baik.

2) Sebelum menulis hendaknya diberi percakapan. Prinsip ini

mengisyaratkan agar kegiatan menulis didahului dengan

kegiatan berbicara tentang pengalaman, pengetahuan, dan

kegemaran siswa dalam kaitannya dengan topik. Taraf kesulitan

menulis lebih tinggi dibanding dengan keterampilan lainnya

(35)

menulis perlu diberi serangkaian pembahasan secara lisan

tentang topik yang akan dikembangkan.

3) Menulis bukan kegiatan yang mudah. Prinsip ini mengisyaratkan

agar keterampilan menulis diajarkan dalam konteks yang

menyenangkan. Khusus bagi pembelajar pemula, mereka perlu

mendapatkan pengenalan terbimbing tentang komposisi

sederhana agar mereka bergairah menulis.

4) Menghindari pengoreksian kesalahan mekanik. Kesalahan tata

bahasa, penyusunan frasa dan tanda baca/ejaan sebagai akibat

keterbatasan mereka hendaknya disikapi sebagai sesuatu yang

wajar. Kesalahan mekanik dan kebahasaan dilaksanakan

setelah siswa lancar menulis.

5) Antara tugas menulis dan tugas membaca atau keterampilan

lainnya hendaknya ada hubungan yang jelas. Pembelajaran

menulis hendaknya mempunyai keterkaitan dengan cerita yang

telah dibaca atau didengar. Dalam mengembangkan materi

tulisan, siswa diberi tugas membaca buku tambahan yang

relevan untuk memperkaya ungkapan dan memperluas tulisan

siswa.

d. Tujuan pembelajaran menulis

Pembelajaran menulis merupakan salah satu bagian dari

pembelajaran bahasa. Untuk dapat menyusun suatu karangan yang

(36)

berbahasa, pengetahuan struktur bahasa, kemampuan memilah, dan

menentukan tema karangan serta harus banyak membaca dan

berlatih.

Menurut Natia (1994:38), tujuan pembelajaran menulis di sekolah

adalah sebagai berikut:

1) Terampil mencari dan menemukan gagasan, ide atau topik yang

cukup terbatas dan menarik untuk dikembangkan menjadi cerita..

Untuk mencapai tujuan itu harus dicari sumber ide/sumber

gagasannya berdasarkan pengalaman, pengamatan, imajinasi,

pendapat, dan keyakinan. Setiap hari seseorang selalu

memperoleh pengalaman. Ia perlu mengingat-ingat pengalaman

yang lalu untuk dijadikan topik karangan. Pengalaman

merupakan sumber gagasan yang paling mudah digali untuk

menyusun karangan.

2) Terampil mengembangkan gagasan, ideatau topik dan

menyusunnya menjadi karangan yang memiliki keterbacaan..

Tujuan ini sangat luas. Untuk mencapai ini perlu

mengembangkan topik, ide atau gagasan yang telah dipilih

menjadi karangan. Hal tersebut perlu didukung oleh fakta,,

contoh, dan informasi sehingga jelas bagi pembaca.

3) Terampil mengungkapkan gagasan, ide atau topik yang

dikembangkan dan disusun dengan bahasa yang efektif.

(37)

merupakan bagian dalam suatu rangkaian yang tertata secara

gramatikal. Sebuah kalimat selalu berhubungan dengan kalimat

sebelumnya. Pengarang berusaha supaya kalimat itu lancar,

berurutan, susul-menyusul secara logis. Di samping itu,

pengarang juga berusaha menyusun kalimat yang efektif.

4) Untuk melatih keterampilan siswa menguraikan pengalaman

yang diterima di sekolah maupun di masyarakat dalam bahasa

tulis.

5) Mendorong siswa berpikir sistematis karena pekerjaan

mengarang berarti melibatkan siswa berpikir teratur.

6) Mendorong dan melatih siswa agar berbakat mengarang.

e. Manfaat pembelajaran menulis

Menulis mempunyai manfaat antara lain: (1) pesan yang dibuat

dapat diperbaiki sebelum disampaikan kepada pembaca; (2) pesan

yang disampaikan dapat dibaca berulang-ulang; (3) sekali membuat

pesan, banyak pembaca yang dapat mengikuti pesan itu; dan (4)

mengembangkan ciri utama peradaban modern yang ditandai oleh

kegiatan menulis.

Di samping manfaat menulis tersebut, dalam kehidupan

sehari-hari, menulis dilakukan untuk: (1) memberikan petunjuk kepada

orang lain agar tidak tersesat atau keliru dalam melakukan sesuatu,

(38)

kegiatan sehari-hari, misalnya untuk salat, belajar, dan bekerja; (3)

membuat surat, dan sebagainya.

2. Karangan

a. Pengertian karangan

Menurut Ardiana (dalam Kasman, 2012:17) karangan merupakan

nama lain dari wacana. Tidak ada definisi yang pasti tentang

karangan. Hal ini dapat dipahami karena karangan merupakan

entitas kompleks yang mencakup unsur kebahasaan dan unsur

nonkebahasaan.Unsur kebahasaan yang tercakup dalam wacana

dapat dimulai dari unit terkecil yang hanya berupa kata, frasa,

kalimat, sampai pada untaian kalimat.Konteks mencakup segala

sesuatu yang melingkupi penggunaan unsur kebahasaaan dalam

proses interaksi sehingga proses negosiasi makna antara penyampai

dan penerima pesan tercapai.

Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang

digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan

bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana

dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau

interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat

bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan

pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat

(39)

Menurut Kridalaksana (1994: 231) wacana merupakan satuan

bahasa terlengkap, dalam hierarki merupakan satuan gramatikal

tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk

karangan yang utuh (novel, buku seri ensiklopedia, dan sebagainya),

paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap.

Alwi (1998:419) mengemukakan bahwa karangan merupakan

rentetan kalimat berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu

dengan proposisi yang lain dan membentuk kesatuan. Selanjutnya,

Alwi (1998:506) memperjelas bahwa karangan adalah hasil

mengarang, cerita, buah pena, ciptaan, gubahan, cerita

mengada-ada, dan hasil rangkaian. Jadi, dapat disimpulkan bahwa karangan

merupakan suatu hasil karya mengarang yang terdiri atas rentetan

kalimat yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan.

b. Perencanaan karangan

Secara teoretis, proses penulisan memiliki tiga tahap utama,

yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Sebelum

melakukan kegiatan tersebut, terlebih dahulu dilakukan

perencanaan. Dengan kata lain, merencanakan tulisan. Hal tersebut

dapat dirinci sebagai berikut:

1) Pemilihan topik

Dalam menulis suatu karangan, kegiatan yang pertama dilakukan

adalah menentukan topik. Untuk memilih topik, perlu

(40)

manfaatnya; (2) topik itu cukup menarik, terutama bagi penulis;

(3) topik itu dikenal baik; (4) bahan yang diperlukan dapat

diperoleh dan cukup memadai; dan (5) topik yang dipilih tidak

terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit.

2) Pembatasan topik

Setelah topik yang dipilih memenuhi persyaratan, langkah kedua

yang harus dilakukan adalah membatasi topik tersebut. Dalam hal

ini dapat dipikirkan secara langsung suatu topik yang cukup ideal

untuk dibahas.

3) Judul topik

Topik yang dipilih selanjutnya dinyatakan dalam suatu judul

karangan. Topik merupakan pokok pembicaraan dalam

keseluruhan karangan yang akan digarap. Judul adalah nama

atau semacam label untuk suatu karangan. Sedangkan tema

adalah ide pokok yang menjiwai seluruh karangan.

4) Tujuan penulisan

Perumusan tujuan penulisan sangat penting dan harus ditentukan

lebih dahulu karena hal ini merupakan titik tolak dalam seluruh

kegiatan menulis tersebut. Rumusan tujuan penulisan adalah

suatu gambaran penulis dalam kegiatan menulis selanjutnya.

Dengan menentukan tujuan penulisan, akan diketahui apa yang

(41)

penentu yang pokok dan akan mengarahkan serta membatasi

karangan.

c. Jenis-jenis karangan

Penggolongan jenis-jenis karangan sangat beragam. Banyak ahli

yang telah memaparkan klasifikasi mengenai karangan. Berikut ini,

beberapa klasifikasi karangan yang dipaparkan oleh para ahli.

Weayer (dalam Tarigan, 2008:28-29) membagi tulisan

berdasarkan bentuknya sebagai berikut:

1). Eksposisi yang mencakup: a). definisi; b). analisis.

2). Deskripsi yang mencakup: a). deskripsi ekspositori; b). deskripsi

literer.

3). Narasi yang mencakup: a). urutan waktu; b). motif; c). konflik;

d). titik pandang; e). pusat minat.

4). Argumentasi yang mencakup: a). induksi; b). deduksi.

Rada bersamaan dengan klasifikasi Weayer adalah klasifikasi

yang dibuat oleh Morris beserta rekan-rekannya sebagai berikut ini:

1). Eksposisi yang mencakup enam metode analisis:a). klasifikasi; b).

definisi; c). eksemplifikasi; d). sebab dan akibat; e). komparasi

dan kontras; f). prose.

2). Argumen yang mencakup: a). argumen formal (deduksi dan

induksi); b). persuasi informal.

3). Deskripsi yang meliputi: a). deskripsi ekspositori; b). deskripsi

(42)

4). Narasi yang meliputi: a). narasi informatif; b). narasi artistik/literer.

Brooks dan Warren(dalam Tarigan, 2008: 30), juga berdasarkan

bentuk, membuat klasifikasi sebagai berikut:

1). Eksposisi yang mencakup: a). komparasi dan kontras;

b). ilustrasi; c). klasifikasi; d). definisi; e). analisis.

2). Persuasi.

3). Argumentasi.

4). Deskripsi.

Senada dengan uraian di atas, Mustakim (1993:2) membedakan

karangan menjadi lima jenis, yaitu:

1. Eksposisi, yakni suatu bentuk karya tulis yang diungkapkan

dengan cara menguraikan maksud dan tujuan objek yang akan

ditulis.

2. Narasi, yakni suatu bentuk karya tulis yang berusaha

menggambarkan suatu peristiwa yang telah terjadi berdasarkan

urutan waktu (kronologis).

3. Deskripsi, yakni suatu bentuk karya tulis yang berusaha

melukiskan atau menguraikan suatu objek secara jelas dan terinci

sehingga pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh

penulis.

4. Persuasi, yakni suatu bentuk karya tulis yang berusaha

meyakinkan pembaca agar melakukan sesuatu yang dikehendaki

(43)

5. Argumentasi, yakni suatu bentuk karya tulis yang berusaha

memengaruhi sikap dan pendapat pembaca agar percaya dan

menyetujui pendapat yang diungkap oleh penulis.

Dari lima penggolongan karangan yang diuraikan tersebut, dapat

disimpulkan karangan tersebut pada garis besarnya dapat

dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu narasi, eksposisi,

deskripsi, dan argumentasi. Dalam penelitian ini yang menjadi pusat

pembicaraan adalah karangan deskripsi dan hal-hal yang

berhubungan dengan karangan tersebut.

d. Penilaian karangan

Penilaian karangan dapat dilakukan secara subjektif dengan

menggunakan tes subjekif, yaitu berupa tugas-tugas (tugas

sederhana sampai tugas yang cukup rumit). Penilaian secara

subjektif adalah penilaian secara langsung terhadap kualitas

karangan. Artinya, pengevaluasian dilakukan terhadap sampel

karangan. Ada berbagai cara penilaian langsung, yaitu metode

impresi (kesan penilai), metode analitik (suatu aspek tertentu), dan

metode mekanik (sejumlah kesalahan). Metode impresi adalah

metode yang berfokus pada kesan (baik-buruk) penilai/pembaca

terhadap hasil karya dari aspek tertentu (ejaan, gaya). Metode

mekanik adalah cara belajar berfokus pada kesalahan-kesalahan

yang sudah terjadi dan menuju ke yang benar. Dalam penelitian ini,

(44)

analitik dipilih dengan pertimbangan bahwa hasil tulisan siswa dinilai

dari segi tertentu, yaitu isi gagasan, pengorganisasian isi, ejaan,

diksi, dan kesesuaian antara gambar dan objek yang ditulis.

Penilaian dalam sistem pembelajaran menduduki peranan yang

sangat penting karena dengan penilaian, dapat mengetahui prestasi

yang dicapai oleh siswa setelah menyelesaikan program belajar

dalam kurun waktu tertentu, dapat mengetahui ketepatan strategi

mengajar yang digunakan dalam menyajikan pelajaran, serta dapat

mengetahui tercapai atau tidaknya standar kompetensi yang telah

dirumuskan sebelumnya. Sejalan dengan itu, Nurgiyantoro (2008:5)

menyatakan bahwa penilaian merupakan alat ukur untuk mengetahui

seberapa jauh tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dapat

tercapai setelah siswa mengalami aktivitas belajar.

e. Indikator dan aspek penilaian karangan deskripsi

Pendekatan penilaian karangan yang umumnya digunakan oleh

guru bahasa dalam menilai karangan sišwa ada dua macam yaitu:

pendekatan penilaian holistik dan pendekatan penilaian analitik.

Kedua macam penilaian ini digunakan secara bergantian sešuai

dengan penilaian karangan. Jika penilaian ditujukan mengetahui

gambaran umum tentang kemampuan siswa menggunakan bahasa

tulis, maka yang digunakan adalah pendekatan penilaian holistik.

(45)

belajar-mengajar dalam kebutuhan diagnostik, maka digunakan pendekatan

penilaian analitik.

Penilaian tulisan dalam penelitian ini mengacu pada penilaian

holistik. Holistik adalah penilaian secara menyeluruh berdasarkan

pesan yang diperoleh dari hasil membaca karangan secara sepintas

(Nurgiantoro, 2008: 303). Menurut Omagio (dalam Tolla dan Hartini,

1992:29) penilaian holistik adalah suatu penilaian yang

memungkinkan pembaca menafsirkan tingkat kemampuan penulis

yang disajikan dalam karangannya.

Tolla dan Hartini (1992:31-32) menyatakan kriteria penilaian

holistik sebagai berikut:

1. Isi karangan dengan penilaian (0-30)

a) Bermakna, menarik, tepat, jalan pikiran baik; (26-30)

b) Pada umumnya baik, tetapi tidak dikembangkan sehingga

terjadi banyak pengulangan; (22-25)

c) Pengembangan kurang relevan dengan isi; (17-21)

d) Karangan tidak relevan dengan isi yang diminta; (13-16)

e) Tidak tampak usaha karangan bermakna; (O-12)

2. Organisasi karangan dengan altenatif nilai; (O-25)

a) Paragraf tersusun rapi, pemakaian kalimat topik baik,

organisasimeyakinkan, alur karangan mudah diikuti; (21-25)

b) Fakta tersusun dalam karangan dengan baik, tetapi agak

(46)

c) Ada usaha yang menyusun paragraf dengan baik tetapi batas

ide tiapparagraf tidak jelas; (13-16)

d) Urutan paragraf sulit diikuti, sulit dipahami; (7-12)

e) Paragraf tidak terencana; (O-6)

3. Penggunaan kalimat, dengan alternatif nilai; (0-20)

a) Kalimat benar, cermat meskipun sedikit ada kesalahan tata

bahasa;(16-20)

b) Kalimat lancar, cermat, tetapi ada beberapa kesalahan

berbahasa yangmenyebabkan kalimat menjadi rancu; (12-15)

c) Kesalahan berbahasa yang cukup prinsip yang menyebabkan

kalimatyang tidak gramatikal; (8-11)

d) Ada beberapa kalimat yang tidak dapat dipahami; (5-7)

e) Kalimat dalam karangan tidak dapat dipahami; (0-4)

4. Pilihan kata, dengan alternatif nilai; (0-15)

a) Pemakaian kata lancar, tepat, tidak bermakna ganda; (12-15)

b) Kata jelas kurang tepat penggnaannya; (9-11)

c) Kata kurang jelas dan kurang tepat penggunaannya; (7-8)

d) Banyak kata tidak tepat menyebabkan kalimat sulit dipahami;

(4-6)

e) Pemakaian kata tidak tepat, bentuk kata semua salah; (O-3)

5. Penggunaan ejaan dan tanda bacadengan alternatif nilai; (O-10)

a) Pemakaian ejaan dengan tanda baca baik sekali, penulisan

(47)

b) Ada kesalahan ejaan dan tanda baca; (7-8)

c) Banyak kesalahan ejaan dan tanda baca tetapi rnasih dapat

dipahami;(5-6)

d) Kesalahan ejaan dan tanda baca banyak sekali; (3-4)

e) Penggunaan ejaan dan tanda baca serba salah; (O-2)

Berdasarkan acuan di atas disimpulkan kriteria penilaian holistik

dalam ranah kemampuan menulis/mengarang yang umum dikenal

dalam karangan bahasaIndonesia serta sekaligus menjadi ranah

penilaian dalam penelitian ini adalah (1)kesesuaian judul dengan isi

karangan, (2) tujuan persuasif, (3) penggunaan ejaan dan tanda

baca, (4) struktur kalimat dan diksi (pilihan kata), (5) koherensi antar

kalimat.

3. Deskripsi

Deskripsi berasal dari bahasa Latin, yaitu desribere yang berarti

menulis tentang atau membeberkan sesuatu hal. Dari pengertian

secara etimologis itu, deskripsi dapat diartikan sebagai pemberian atau

pelukisan sesuatu hal.

Deskripsi adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan

yang sebenarnya sehingga pembaca dapat mencintai, melihat,

mendengar, mencium, dan merasakan hal yang dilukiskan itu sesuai

dengan citra penulisannya. Karangan ini bermaksud menyampaikan

(48)

yang dilukiskan. Sejalan dengan pendapat tersebut Abdullah(2014)

mengatakan karangan deskripsi adalah suatu tulisan atau karangan

yang menggambarkan atau memaparkan suatu objek, lokasi, keadaan

atau benda dengan kata-kata. Biasanya apa yang kita gambarkan

dalam karangan kita merupakan hasil pengamatan panca indra kita.

Deskripsi mempunyai ciri-ciri antara lain:

1) Memberikan atau melukiskan sesuatu hal.

2) Memperluas pandangan atau pengetahuan melalui kesan.

3) Menyodorkan gambaran melalui kata-kata.

4) Seakan-akan melihat sendiri objeknya.

5) Menimbulkan daya khayal.

6) Penulis memindahkan daya kesan kepada pembaca.

7) Tidak terikat pada waktu (statis).

a. Jenis-jenis karangan deskripsi

Secara garis besar, karangan deskripsi hanya dibedakan menjadi

dua macam, yaitu deskripsi ekspositori dan deskripsi impresionostis

(Wahid dan Juanda, 2005:26).

1). Deskripsi ekspositori

Deskripsi ekspositori adalah karangan yang isinya memuat hal-hal

yang bersifat logis. Biasanya merupakan daftar rincian atau yang

hal-hal penting saja menurut penulis yang disusun berdasarkan sistem dan

(49)

2). Deskripsi impresionistis

Deskripsi impresionistis adalah karangan yang menggambarkan

impresi penulisnya atau untuk menstimulasi pembacanya. Jenis

karangan ini biasa juga disebut dengan deskripsi stimulatif.

b. Teknik menulis deskripsi

Untuk mencapai sebuah deskripsi, segala daya dan upaya dapat

digunakan semaksimal mungkin. Misalnya, dengan penyusunan

detail-detail dan objek, cara penulis melihat persoalan yang sedang

digarapnya, sikap penulis terhadap pembaca, dan cara mengolah fakta

(pendekatan).

Pendekatan dalam deskripsi menurut Akhadiah (dalam Angreani,

2011:29) antara lain:

1. Pendekatan yang realistis

Penulis berusaha agar deskripsi yang dibuatnya sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya, jadi tulisan dilukiskan seobjektif mungkin.

Perincian-perincian dan perbandingan antara satu bagian dengan

bagian yang lain dilukiskan sedemikian rupa sehingga tampak seperti

dipotret.

2. Pendekatan yang impresionistis

Penulis berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif.

Penulis menonjolkan pilihannya dan interpretasinya. Dalam memilih

bagian objeknya ini untuk disoroti, penulis harus menyeleksi secara

(50)

Fakta-fakta yang dipilih oleh penulis harus dihubungkan dengan efek

yang ingin ditampakkan. Fakta-fakta ini dijalin dan diikat dengan

pandangan-pandangan yang subjektif dari pengarang.

3.Pendekatan menurut sikap penulis

Pendekatan menurut sikap penulis terhadap objek yang ingin

dideskripsikan sangat bergantung pada tujuan yang ingin dicapai, sifat

objek, serta pembacanya.

c. Langkah-langkah menulis karangan deskripsi

Wirajaya (dalam Angreani 2011:31) mengemukakan bahwa

sebelum memulai menulis karangan deskripsi terlebih dahulu penulis

menyusun rencana kerja, yaitu: (1) menentukan tema atau topik

karangan; (2) menentukan tujuan karangan; (3) mengadakan

observasi/mengumpulkan data; (4) hasil yang berupa data itu

dituangkan ke dalam kerangka karangan; (5) mengembangkan

kerangka karangan.

Untuk membuat teks deskripsi penulis harus terlebih dahulu

mengidentifikasi sebagai langkah pertama yaitu memperkenalkan

benda atau hal yang akan dideskripsikan. Misalnya: mendeskripsikan

suatu tempat wisata, terlebih dahulu perlu diidentifikasikan nama

tempat wisata tersebut dalam bentuk pernyataan menarik sehingga

pembaca menjadi tertarik untuk membaca detail informasi

selengkapnya. Kemudian dilanjutkan dengan langkah kedua, yaitu

(51)

D.Media

1. Media Pendidikan

a. Pengertian media pendidikan

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk

jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau

pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau

pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.(dalam

Arsyad, 2013:3)

Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi

Teknologi dan Komunikasi Pendidikan(Association of Education and

Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media

sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk

menyalurkan pesan/informasi. Gagne ( dalam Sadiman,dkk. 2012:6)

menyatakan bahwa media adalah pelbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

Semenatara itu Brigs (dalam Sadiman,dkk. 2012:6) berpendapat

bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan

serta merangsang siswa untuk belajar.Buku, film,kaset, video,gambar

adalah contoh-contohnya. Asosiasi Pendidikan Nasional(National

Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media

adalah bentuk-betuk komunikasi, baik cetak maupun audiovisual serta

peralatannya.Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat,

(52)

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian

siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat

berlangsung.

b. Ciri-ciri media pendidikan

Gerlach&Ely(dalam Arsyad,2013:16) mengemukaan tiga ciri media

yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa

saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak

mampu (atau kurang efisien) melakukannya.

1. Ciri Fiktatif(Fixative Property)

Ciri ini menggambar kemampuan media merekam,

menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa

atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun

kembali dengan media seperti fotografi, video, audio tape, film.

Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau

objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media

yang ada dapat digunakan setiap saat.

2. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan

karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan

(53)

dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar

time-lapse recording. Pada rekaman gambar hidup(video,motion film)

kejadian dapat diputar mundur.media (rekaman video atau

audio) dapat diedit sehingga guru hanya menampilkan

bagian-bagian penting/utama dari ceramah,pidato, atau urutan suatu

kejadian dengan memotong bagian-bagian yang tidak

diperlukan.

3. Ciri Distributif (Distributive Property)

Dewasa ini distribusi media tidak hanya terbatas pada satu

kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu

wilayah tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman video,

audio dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan

kapan saja.

c. Fungsi dan manfaat media pendidikan

Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat

bantu mengajar yang turut memengaruhi kondisi dan lingkungan

belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Hamalik (dalam Arsyad, 2013:19) mengemukakan bahwa

penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media

(54)

membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan

dan isi pelajaran pada saat itu.Selain membangkitkan motivasi dan

minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa

meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan

terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.

Encyclopedia of Educational Research (dalam Hamalik, 1994:15)

merincikan manfaat media pedidikan sebagai berikut:

1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh

karena itu mengurangi verbalisme.

2. Memperbesar perhatian siswa.

3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembnagan

belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

4. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan

kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.

5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, terutama

melalui gambar hidup.

6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu

perkembangan kemampuan berbahasa

Dale (dalam Arsyad,2013:27-28) mengemukakan bahwa

bahan-bahan audiovisual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru

berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hubungan guru-siswa

tetap aktif dalam proses pembelajaran. Hubungan guru-siswa tetap

(55)

saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran

dengan bantuan media audiovisual agar manfaat berikut ini dapat

terealisasi:

1. meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;

2. membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa;

3. menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan

serta minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;

4. membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar

siswa;

5. membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai

kemampuan siswa;

6. mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran

dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang

mengakibatkan meningkatnya hasil belahar;

7. memberikan umpan balik yang diperlukan, yang membantu

siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari;

8. melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu

konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan;

9. memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang

mencerminkan pembelajaran yang nonverbalistik dan membuat

(56)

10. meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa

butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem

gagasan yang bermakna.

Dari uraian dan pendapat beberapa ahli tersebut, dapatlah

disimpulkan bahwa beberapa manfaat praktis dari penggunaan media

pembelajaran di dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut:

1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan

informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan

proses dan hasil belajar.

2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan

perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,

interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya,

dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai

dengan kemampuan dan minatnya.

3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera,

ruang, dan waktu:

a) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan

langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto,

slide, film,radio, atau model;

b) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh

indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide,

(57)

c) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali

dalam puluhan tahundapat ditampilkan melalui rekaman

video, film, foto disamping secara verbal.

d) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat

disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan

video.

II. Media Audio, Visual, dan Audiovisual a. Media Audio

1. Pengertian media audio

Media audio yaitu media yang berkaitan dengan indera

pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan dalam

lambang-lambang auditif, baik verbal (kedalam kata-kata/bahasa

lisan) maupun nonverbal. Beberapa jenis media yang termasuk

dalam kelompok ini adalah radio, dan alat perekam pita magnetik.

1) Radio

Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan

untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat

mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa-peristiwa penting

dan baru, masalah-masalah kehidupan dan sebagainya

2) Perekam pita magnetik

Perekam pita magnetik adalah salah satu media pendidikan yang

tak dapat diabaikan untuk menyampaikan informasi, karena

Gambar

Tabel  1.  Kegiatan  Guru  dalam  Pembelajaran  Menulis  Karangan  Deskripsi  dengan  Menggunakan  Media  Audiovisual  Tahap  Pramenulis
Tabel 2. Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan                 Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual Tahap                 Pramenulis
Tabel  3.  Kegiatan  Guru  dalam  Pembelajaran  Menulis  Karangan  Deskripsi  dengan  Menggunakan  Media  Audiovisual  Tahap  Pelaksanaan Menulis
Tabel 6. Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan                Deskripsi dengan Menggunakan Media Audiovisual Tahap               Pascamenulis/Perevisian
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian skripsi ini bertujuan untuk mengetahui tentang kedudukan dan kewenangan Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam pemerintahan desa serta untuk

Perencanaan dan perancangan Yogyakarta Basketball Arena di Kabupaten Sleman dimaksud sebagai fasilitas yang mewadahi segala aktivitas yang berhubungan dengan olahraga

Sistem pemanen energi dengan piezoelektrik untuk perangkat elektronika daya rendah meliputi sistem penyearah untuk mengubah arus bolak-balik dari tranduser

[r]

The purpose of this research is to compare the extraction methods of waste rubber seed oil with solvent by soxhletation and extraction solvent by stirring with several solvents to

Pada akhirnya setelah seluruh rangkaian program dan kegiatan telah selesai dilaksanakan, begitu juga dengan kegiatan PPL. Maka pada tanggal 12 September 2015, mahasiswa

Karena keterbatasan teks di internet untuk berkomunikasi maka dikembangkanlah VoIP (Voice over Internet Protokol) yang artinya suara melalui media internet karena bukan hanya

Adapun saran yang diberikan adalah bahwa sebaiknya Rahmat Jeans Collection meninjau kembali metode perhitungan harga pokok produksi dengan metode konvensional dan