• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karateristik Petani yang Membutuhkan Pelatihan dan Faktor Penyebab

GapKompetensi

Mengacu kepada analisis fungsional dan analisis hubungan, penetapan indikator utama ditentukan melalui pendekatan :

1. Identitas petani, diketahui profil petani yang perlu ditingkatkan kompetensinya adalah petani berjenis kelamin laki-laki yang mayoritas berpendidikan tamat SD atau sederajat, dan merupakan petani “senior” yang mengikuti perkembangan dari awal pendirian gapoktan. Jika dikaitkan dengan hasil analisis kecenderungan hubungan, profil petani ini membutuhkan peningkatan kompetensi di bidang manajemen (kepengurusan gapoktan).

2. Faktor pribadi petani, diketahui profil petani yang perlu ditingkatkan kompetensinya adalah petani yang mempunyai tanggungan keluarga 3-5 orang, mempunyai pengalaman beternak lebih dari 3 tahun, dan baru mengikuti

No. Kurikulum (Materi)

Besaran Kebutuhan

(%)

No. Kurikulum (Materi)

Besaran Kebutuhan

(%) 1 Kompetensi Perencanaan (Manajemen) 55,0 5 Penyiapan Bibit dan Bakalan (Teknis) 36,0

Menyiapkan kegiatan pelatihan 54,3 Pemilihan bibit dan memelihara bakalan 36,0 Menyiapkan kegiatan pertemuan 55,0

Menyiapkan peralatan kegiatan pertemuan 50,9 6 Pelaksanaan (Manajemen) 36,8 Kerjasama dalam persiapan pertemuan 54,3 Aktif dalam acara pelatihan 30,0 Pengusulan kegiatan secara tertulis 57,8 Aktif dalam pertemuan rutin 33,4 Perhitungan keputusan usaha 57,6 Aktif dalam kegiatan 32,3 Melaksanakan aturan yang ada 35,6 2 Pengendalian (Manajemen) 50,9 Menggunakan peralatan yang dianjurkan 41,8 Pemanfaatkan pengalaman 47,7 Menggunakan saprodi ternak yang dianjurkan 47,7

Pencatatan usaha 54,0

7 Sarana dan Peralatan (Teknis) 21,7 3 Pemeliharaan (Teknis) 44,2 Pengetahuan alat pembersih kandang ternak 21,7

Membersihkan kandang 40,9

Memberikan obat pada ternak yang sakit 44,5 8 Panen dan Pascapanen (Teknis) 18,0 Merawat ternak secara rutin 39,2 Memahami tujuan memelihara ternak 20,2 Membuat pakan peruntukan (indung,anak,dewasa) 49,9 Mengetahui waktu jual ternak yang tepat 18,7 Membersihkan kotoran ternak 45,6 Mengetahui bobot hidup ternak layak jual 24,1 Pengetahuan jenis penyakit ternak 50,6 Pemanfaatan feses ternak 9,2 Penentuan waktu perkawinan ternak yang tepat 44,0

Tindakan persiapan kelahiran ternak 39,3 9 Kepemimpinan Kelompok (Manajemen) 26,6 Membantu teman yang dalam kesulitan 24,8 4 Organisasi (Manajemen) 35,2 Menjalankan kewajiban 30,8 Aktif mengikuti pertemuan gapoktan 35,3 Bekerja sama dengan anggota kelompok lain 26,9 Aktif dalam kelompok belajar 36,0 Bekerja sama dengan relasi di luar gapoktan 23,9 Memahami peraturan yang ada 33,0

pelatihan ternak domba sebanyak 2 kali. Jika dikaitkan dengan hasil analisis kecenderungan hubungan, profil petani ini membutuhkan peningkatan kompetensi di bidang teknis.

3. Faktor usahatani, diketahui profil petani yang perlu ditingkatkan kompetensinya adalah petani yang memelihara ternak domba lebih dari 3 ekor, petani yang memiliki domba sendiri, yang mengeluarkan biaya pemeliharaan tidak lebih dari Rp 500 ribu, yang memperoleh keuntungan tidak lebih dari Rp 1 juta, lama memelihara ternak hingga dijual tidak lebih dari 2 tahun, sumber pembiayaannya sendiri, dan menggunakan tenaga kerja 1-2 orang. Jika dikaitkan dengan hasil analisis kecenderungan hubungan, profil petani ini membutuhkan peningkatan kompetensi di bidang teknis.

4. Faktor eksternal, diketahui profil petani yang perlu ditingkatkan kompetensinya adalah petani yang aktif dalam pertemuan 2 kali dalam sebulan, mempunyai motivasi karena butuh informasi,dan tidak mengerti dengan materi yang disampaikan. Jika dikaitkan dengan hasil analisis kecenderungan hubungan, profil petani yang membutuhkan peningkatan kompetensi di bidang manajemen dengan ciri frekuensi keaktifan dalam pertemuan 2 kali sebulan dan motivasi untuk mendapatkan informasi, sedangkan di bidang teknis bercirikan petani tidak mengerti tentang materi yang disampaikan.

5. Faktor aktivitas gapoktan, diketahui profil petani yang perlu ditingkatkan kompetensinya adalah petani yang tidak mengalami kesulitan dalam pemahaman peraturan, merasakan manfaat bergabung dengan gapoktan, mempunyai penilaian baik terhadap kerukunan antara pengurus dan anggota, mempunyai penilaian cukup terhadap pelayanan pengurus, mempunyai penilaian baik tentang keperdulian pengurus dan anggota terhadap gapoktan, dan mempunyai penilaian banyak terhadap jumlah anggota gapoktan saat ini. Jika dikaitkan dengan hasil analisis kecenderungan hubungan, profil petani yang membutuhkan peningkatan kompetensi di bidang manajemen bercirikan merasakan manfaat bergabung dengan gapoktan dan mempunyai penilaian baik tentang keperdulian pengurus dan anggota terhadap gapoktan.

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat diketahui karateristik petani yang memerlukan peningkatan kompetensi di bidang manajemen (kepengurusan gapoktan) dan di bidang teknis (kemampuan petani), yaitu:

1. Karateristik petani di bidang manajemen bercirikan : petani laki-laki, berpendidikan SD atau sederajat, petani yang bergabung dari awal, mempunyai motivasi membutuhkan informasi dalam mengikuti kegiatan pertemuan, keaktifan frekuensi dalam pertemuan 2 kali dalam sebulan, merasakan manfaat bergabung dengan gapoktan, dan mempunyai penilaian baik tentang keperdulian pengurus dan anggota terhadap gapoktan.

2. Karateristik petani di bidang teknis bercirikan : petani yang mempunyai tanggungan keluarga 3-5 orang, besaran keuntungan yang diperoleh tidak lebih dari Rp 1 juta, dan relatif tidak mengerti tentang materi yang disampaikan dalam pertemuan.

Karateristik tersebut menggambarkan bahwa pengisian personil di kepengurusan gapoktan diisi oleh petani “senior” yang mempunyai hubungan baik dengan rekan kerjanya sehingga menghasilkan suatu sinergi positif yang ditujukan pada aktivitas gapoktan. Padatnya kegiatan kepengurusan gapoktan menjadi salah satu penyebab kurangnya ketersediaan waktu dalam bentuk frekuensi kehadiran pada pertemuan kepengurusan. Informasi merupakan pengikat motivasi di kalangan pengurus yang digunakan sebagai aliran komunikasi transaksional (bemanfaat) untuk menunjang aktivitas gapoktan. Sedangkan kondisi di petani anggota, nampak bahwa kurangnya kompetensi keterampilan teknis yang dikuasainya. Hal ini disebabkan mereka belum memahami mengenai informasi yang disampaikan, jika merujuk kepada Sudirman (2006) bisa jadi ini merupakan bentuk hubungan relevansi antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan sumberdaya yang belum tepat guna. Merujuk kepada Gambar 15 tentang frekuensi aktivitas gapoktan di lapangan, nampak bahwa kegiatan rutinitas yang dialami petani gapoktan relatif banyak. Hal ini sudah semestinya ditunjang dengan keterampilan yang memadai.

Gambar 15. Jumlah Kegiatan Kunjungan periode Juni 2009 s/d Juni 2012

Kemudian jika ditelaah lebih lanjut mengenai mengenai jenis aktivitasnya, nampak bahwa kegiatan yang dihadapi oleh petani gapoktan tidak semuanya “tupoksi” pekerjaan mereka. Hal ini menjadi catatan tersendiri bagaimana peran

stakeholder dapat membantu gapoktan yang seolah menjadi “objek” penelitian oleh banyak pihak, tentunya kegiatan tersebut agar tidak memberikan dampak yang buruk bagi petani dikarenakan beban yang harus mereka tanggung (semisal : waktu mencari nafkah, tuntutan kemampuan komunikasi berbagai level).Hal yang menarik adalah hasil analisis kebutuhan pelatihan menyimpulkan bahwa semua bidang kompetensi menunjukkan adanyagap > 1, yang artinya diperlukan pelatihan. Mencermati informasi yang tersaji pada Gambar 16 tentang jenis kegiatan kunjungan periode Juni 2009 s/d Juni 2012, diketahui kegiatan yang bersifat peningkatan keterampilan terdiri dari: kegiatan pembinaan sebanyak 21

kegiatan dari 171 kegiatan atau sebesar 12,28%, kegiatan sosialisasi program sebanyak 4 kegiatan atau sebesar 2,33%, kegiatan pelayanan kesehatan hewan sebanyak 5 kegiatan atau sebesar 2,92%, dan pelatihan tentang ternak domba sebanyak 1 kegiatan atau sebesar 0,5%. Komposisi kegiatan ini mencerminkan bahwa dari 171 kegiatan selama periode Juni 2009 s/d Juni 2012, diduga hanya kisaran 18,03% yang bersifat peningkatan keterampilan. Sedangkan sisanya adalah kegiatan yang bisa dikatakan tidak ada hubungan langsung dengan tupoksi mereka. Kondisi ini tentu saja membuat kurang menguntungkan bagi petani gapoktan. Aktivitas yang dihadapi tidak hanya domain pekerjaan petani tetapi lebih luas lagi. Untuk kondisi dewasa ini, kekurangan tersebut dapat diseimbangkan dengan keterpaduan lintas institusi dan lintas elemen Pokja yang memberikan peran dalam program KDT.

Dokumen terkait