• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karateristik Suku Dayak Agabag

Dalam dokumen STUDI TENTANG PROSES RITUAL ADAT KEMATIA (Halaman 37-42)

Menurut penjelasan bapak Roben jangakat selaku Dewan Adat Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan, ada bebeapa sikap yang merupakan pandangan hidup Dayak Agabag yaitu :

a.) Suku Dayak Agabag Pada umumnya bersikap jujur, ikhlas dan baik hati.

b.) Suku Dayak Agabag pada umumnya ulet dan tekun dalam perjalanan hidupnya. c.) Memiliki rasa Soridalitas yang tinggi, rasa kesetiawanan dalam masyarakat. d.) Memiliki semangat berkorban yang tinggi, terutama untuk kalangan keluarga, dan

dalam keutuhan sesama. Setiap orang rela berkorban untuk kepentingan dan keutuhan sesama warganya.

e.) sangat patuh dan taat pada pimpinan, baik pimpinan adat, kepala desa, hukum adat bahkan pemerintah.

f.) Lebih suka bermusyawarah untuk bermufakat, Musyawarah dan mufakat merupakan dasar kebersamaan hidup, sesuatu tindakan yang diambil harus diputuskan bersama.

g.) Sangat memelihara kerukunan dalam hidup bersama. Maka Segala soal yang dapat menganggu kerukunana sosial sedapat mungkin dihindarkan.

h.) Suku Dayak Agabag memiliki ketaatan dalam menerima hukum-hukum adat yang berlaku secara adat sesuai dengan perlakuannya (keselahan yang dilakukannya). i.) Memiliki rasa kegotong-royongan dalam masyarakat.

2.6. Pengertian Proses, Ritual dan Kematian. a). Proses

Dalam beberapa situasi, Proses membutuhkan Ketaatan pada rangkaian langkah spesifik dengan dekomentasi (kadang kala formal) produser dan persyaratan, termasuk langkah pengukuran dan pengadalian yang telah ditetapkan dengan baik.

Proses adalah merupakan urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian, atau sumber daya manusia lainnya yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek dibawah pengaruhnya. (R.M.Samik-Ibrahim, 2001, soal mid test, http://ikc.depsos.go.id/umum/ibam-os-htm1/i2.htm1).

Selanjutnya Menurut Yulius.S dan kawan-kawan dalam kamus bahasa Indonesia Proses adalah (a). Jalannya bekerjanya, (b). Cara mengerjakannya.

Sedangkan menurut Baldrige proses adalah serangkaian langkah sistematis, atau tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulang kali, untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jika Ditempuh, setiap tahapan itu secara konsisten akan mengarah pada hasil yang diingikan.

b). Ritual

Ritual merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara berupa persembahan atau sesajian dan bentuk menghormati, mengenang, menghayati suatu makna yang magis dan ikhwal dari suatu kejadian atau peristiwa yang

memberi suatu pengharapan, kebesaran jiwa dari yang mengenangkan atau yang melaksanakan kegiatan ritual tersebut. Ritual juga merupakan hasil budaya yang bernilai sakral dan bermakna religius yang mengandung pesan norma dan pengharapan baik bagi masyarakat. (daniel de Coppet 1992, Memahami Ritual (Asosiasi Eropa Antropologi sosial), hhtp://amazon.com-Ritual-Association Anthropologi).

Ritual suatu religi itu adalah suatu sistem berkaitan dari keyakinan-keyakinan dan upacara-upacara yang keramat. Artinya terpisah dari pantang keyakinan-keyakinan dan upacara yang berorientasi kepada komunikasi moral yang disebut umat. Duheim (1982 : 95) yang dikutip oleh Koentjaraningrat dalam Buku Sejarah Teori Antropologi.

Selanjutnya Menurut Wojowisito (1990 : 105), upacara adalah (a). Tanda kebesaran (kehormatan), (b). Peralatan, pertemuan pengobatan dan sebagainya. Ritual adalah teknik (cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci (sanctifi the custom) Dhavamony (1995 : 175). Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga adat sosial dan agama. Ritual bisa pribadi atau berkelompok. Wujudnya bisa berupa doa, tari-tarian, nyanyian, zairah dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat diatas, jelas bahwa ritual merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan mengandung makna suatu ungkapan yang memberikan rasa terima kasih yang begitu besar yang dapat diwajibkan dalam bentuk suatu tanda penghormatan dan pengharapan kepada hal yang bersifat magis maupun sakral

berdasarkan dari suatu kejadian dalam masyarakat. Jadi ritual dapat dilaksanakan setalah segala sesuatu atau persiapan yang akan digunukan dalam pelaksana ritual yang mengandung sarana telah siap untuk dimanfaatkan, dalam memasuki tahap mediasi ritual menurut kebiasaan adat suku Dayak Agabag di Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan.

c). Kematian

Mati adalah bercerainya roh dari badan, tetapi ia bukankah satu babak akhir dalam arena kehidupan dunia. Namun, ia sebagai suatu proses sementara bagi menempuh kehidupan yang kekal abadi yang bermula dari alam kubur. Setiap makhluk ini tidak terlepas dari mati.

Kematian adalah merupakan suatu kejadian yan terjadi sekali dalam suatu waktu, bukan proses yang berkelanjutan atau fenomena berseri. Kematian merupakan hal yang penting dalam keluarga, sosial dan hubungan bisnis. Penurunan warisan dan pengontrolan bisnis sering kali bergantung ketika seseorang telah mati. Pada asebagian masyarakat primitif, semua jenis kebijakan merupakan individual dan moral. Ketika kepala satu keluarga, suku atau bangsa meninggal, kekuasaannya, bisa absulut dan diturunkan kepenurusannya. Tidakpastian dari pemimpin tidak adapat ditoleransi. Sistem legal biasanya mencakup persiapan untuk mengikat presumsi kematian jika seorang hilang dalam situasi yang membahayakan, yang todak mungkin dapat bertahan (kecelakaan perahu, peperangan, jatuh sakit).

Menurut kamus kedokteran kematian adalah sebagai berhentinya kehidupan (berhentinya fungsi vital dan sistem). Penekanan ditempat berhentinya pernafasan ke

paru-paru, namun diharapkan pada semua sistem akan gagal dengan cepat setelah satu dari fungsi vital berhenti.

Selanjutnya Organisasi Kesehatan Dunia (OKD), mengatakan bahwa kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya suatu tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Kematian saja kita berada, ia akan tiba pada bila-bila masa tanpa diundang dan tanpa menerima tempo atau batas waktu.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kematian merupakan terhentinya pernafasan manusia. Kematian terpisahnya roh dari tubuh manusia dan yang terjadi hanya sekali dalam suatu waktu tanpa batas waktu yang tidak dapat dipungkiri dalam hidup. Dengan demikian kematian menurut suku Dayak Agabag merupakan hal yang hanya dialami manusia sekali dalam hidup, oleh karena itu suku Dayak Agabag sangatlah mengaharukan kematian, sehingga mereka melakukan ritual, karena mereka percaya dengan melakukan ritual orang yang telah mati tadi bisa kembali ke alam sana dengan tentram dan tidak bergantayangan maupun menganggu keluarga yang di tinggal.

2.7. Ritual Adat Suku Dayak Agabag

Dalam dokumen STUDI TENTANG PROSES RITUAL ADAT KEMATIA (Halaman 37-42)