• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TENTANG PROSES RITUAL ADAT KEMATIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI TENTANG PROSES RITUAL ADAT KEMATIA"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

N I M B R O T NIM. 1002035045

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

(2)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial

Pada

Program Studi Konsentrasi Sosiologi

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Mulawarman

Oleh :

N I M B R O T

NIM : 1002035045

UNIVERSITAS MULAWARMAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI KONSENTRASI SOSIOLOGI S1

(3)
(4)

iii

Nimbrot, Studi Tentang Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan,di bawah bimbingan Drs. H. Massad Hatuwe M.Si dan Drs. Martinus Nanang, M.A.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Studi Tentang Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan dengan indikator : bagaimanaTentang Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan

Jenis penelitian yang Digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Analisis data yang. Digunakan adalah analisis data kualitatif yang diawali dengan proses pengumpulan data, penyederhanaan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini mengunakan tehnik pengumpulan data dengan studi kepustakaan, studi lapangan yaitu dengan melakukan pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara untuk mendapatkanin formasi yang lebih jelas sesuai denganyang dibututhkan dalam penelitian.

Dari hasil penelitian diperoleh gambaran secara keseluruhan bahwa tentang proses ritual adat kematian suku dayak abagag di desa tetaban kecamatan sebuku kabupaten nunukan sudah cukup baik di lihat dari Proses ritual adat kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan

(5)

v

Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan merupakan anak Pertama dari 4 (empat)

bersaudara dari pasangan bapak Pelatius dan ibu Bagilawan.

Pada tahun 1999 mulai memasuki Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 003

Kunyit dan lulus tahun 2004. Kemudian pada tahun 2004 melanjutkan pendidikan

pada Sekolah Menengah Pertama di SMP Terbuka 1 Nunukan Kecamatan

Nunukan Selatan dan lulus tahun 2007. Pada tahun yang sama melanjutkan

Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Sebuku dan lulus tahun 2010

Kemudian melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi di Universitas

Mulawarman pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi,

dengan Program Studi Pembangunan Sosial Konsentrasi Sosiologi pada Tahun

2010. Selanjutnya pada bulan Juni s/d Juli 2014 melaksanakan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) Desa Binaan Angkatan XXXX di Kelurahan Lempake, Kecamatan

(6)

Nama : NIMBROT

NIM : 1002035045

Program Studi : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan dengan sesungguhnya dan sejujurnya, bahwa skripsi saya yang berjudul:”STUDI TENTANG PROSES RITUAL ADAT KEMATIAN SUKU DAYAK AGABAG DI DESA TETABAN KECAMATAN SEBUKU KABUPATEN NUNUKAN” adalah asli hasil penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi hasil karya orang lain.

Samarinda, 20 Juli 2017 Yang menyatakan

(7)

setiap perjalanan hidup saya, kepada :

Papa dan Mamaku tercinta, Penulis tiada hentinya bersyukur kepada Tuhan Yesus

Kristus atas segala nikmat-NYA yang telah membuat penulis dilahirkan oleh dua sosok

Orang Tua yang LUAR BIASA…Terimakasih atas segala Do’a dan Kasih Sayangnya

kepada penulis dari kecil hingga saat ini dan sampai nanti, mendukung dan menguatkan

penulis untuk sampai di titik ini…

Untuk tunangan saya tercinta terima kasih atas doanya dan kesebarannya menunggu

hingga selesai serta temen dan saudaraku, terimakasih atas segala Do’a dan

(8)

ABSTRACT iv

2.5. Karateristik Suku Dayak Agabag... 15

2.6. Pengetian Proses, Ritual dan Kematian ... 16

2.7. Riual Adat Suku Dayak Agabag ... 19

2.8. Pemahaman Kematian Menurut Suku Dayak Agabag ... 21

2.9. Tahap-Tahap Pelaksanaan Proses Ritual Kematian Suku Dayak Agabag ... 22

(9)

3.3. Lokasi dan Sumber Data ... 27

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.5. Analisis Data ... 31

BAB VI. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambar Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.2. Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban ... 39

4.3. Ritual Adat Pada Saat Pelaksanaan Pemakaman Jenazah ... 45

4.4. Ritual Adat Sesudah Pelaksanaan Pemakaman Jenazah ... 47

4.5. Faktor- Faktor Kurang Terlaksananya Proses Ritual Suku Dayak Agabag ... 49

4.6. Pembahasan ... 51

4.7. Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag ... 53

4.8. Faktor-Faktor Penyebab Terlaksananya Proses Ritual Suku Dayak Agabag ... 57

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpuan ... 67

6.2. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAK

(10)

Nomor Keterangan Halaman 1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif dari

(11)

Nomor Keterangan Halaman

3.1 Daftar Nama Yang Menjadi Sumber Data Primer... 31

4.1 Jarak Desa Ke Kota... 37

4.2 Batas Desa... 37

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin... 38

4.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian... 39

4.5 Jumlah Penduduk Menurut Tinggi Pendidikan……… 40

(12)

Nomor Keterangan Halaman 1 Dokumentasi Penelitian... 66 2 Surat Penelitian dari Fakultas... 67 3

4 5

Surat balasan penelitian... Kartu Revisi Seminar Proposal... Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi Pembimbing I,II...

(13)

1. Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif 42

(14)

Halaman

1. Tabel 4.1 Luas Kecamatan Kayan Selatan berdasarkan Desa 44 2. Tabel 4.2 Jmulah Penduduk Kecamatan Kayan Selatan berdasarkan

jenis kelamin 45 3. Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Kayan Selatan Berdasarkan Mata Pencaharian 46 4. Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Kayan Selatan Berdasarkan

kelompok Umur 47

5. Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Kecamatan Kayan Selatan Berdasarkan Agama 48 6. Tabel 4.7 Jumlah Pegawai Kantor Kecamatan Kayan Selatan Berdasarkan

(15)
(16)

iv

KATA PENGANTAR

Syalom...

Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus atas berkat dan karunia-nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini, penyelesaian skripsi ini sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.

Pada saat moment yang istimewa dan membahagiakan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya penulisan skripsi ini adalah atas bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Masjaya, M.si, selaku Rektor Universitas Mualwarman Samarinda yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di perguruan Tinggi

2. Bapak Drs. H. Muhammad Noor, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman yang memberikan kepada penulis untuk menuntut ilmu dan menyelasaikan pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman

(17)

v

kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman dan telah memberikan banyak arahan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. H. Massad Hatuwe, M.Si, Selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Martinus Nanang, M.A, selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang senangtiasa memberikan saran, arahan, serta kesabaran dalam membimbing penulis.

5. Bapak Sariffudin S.Sos. M.Si seluku Dosen Penguji I dan Ibu Dra. Lisbet Situmurang. M.Si selaku dosen Penguji II terima kasih banyak telah berkenan memberi saran dan kritik untuk menyempurnakan skripsi ini

6. Bapak Ibu dosen yang telah memberikan pengatahuan dan ilmu yang sangat bermamfaat bagi penulis selama kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta staff pengajar, tata usaha, dan akademik yang berada di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah banyak membantu penulis.

7. Bapak Jonni, S.Pd.K Selaku Kepala Desa Tetaban serta staff aparatur Desa terima kasih atas kesediannya untuk meluangkan waktu dan informasinya, jalinan persaudaraan, atas ide, masukan dan sembutan hangat yang diberikan.

(18)

vi

9. Kedua orang tua saya yang tercinta ayahhanda palatius dan Ibunda tercinta bagilawan, serta adik tercinta ekahewi dishub dan keluarga adik jumalia dan jenalien Oktaviani terima kasih atas doa kasih sayang dan yang selalu memberikan kepercayaan kepada saya selama menempuh pendidikan.

10. Keluarga besar ayahanda (Palatius) Om Latihan Sekeluarga, Om Alpius sekeluarga, Tante Mayang sekeluarga, Tante siuk sekeluarga, Tante Kanyatan Sekeluarga, Tante Lihat sekeluarga, serta nenek tercinta Almarhum Duasil dan Almarhum Ngolontod terima kasih atas do’anya perhatian seta kasih sayang dan batuannya dalam bentuk materil selama penulis menempuh pendidikan di bangku kuliah.

11. Keluarga besar Ibunda (Bagilawan) Om selewangi sekeluarga, om yanto sekeluarga, om satibin sekeluarga, om jalul sekeluarga, tante gunsung sekeluarga, tante serikat sekeluarga, tante lidia sekeluarga, serta nenek tercinta Lasitung dan Almarhum nenek Sepaya, terima kasih atas do’anya perhatian serta kasih sayang dan batuannya dalam bentuk materil selama penulis menempuh pendidikan di bangku kuliah.

12. Keluarga besar Bapak Ambrin Sitanggang terima kasih atas dukungan dan motivasi serta bentuk materil selama penulis menempuh pendidikan

(19)

vii

14. Rekan-rekan Forum Keluarga Mahasiswa Dayak Agabag (FKMDA) dan Forum Komunikasi Mahasiswa Dayak – Indonesia (FKMD-I) yang telah memerikan dorongan dan semangat kepada penulis, pada saat ini penulis mengucapkan banyak terima kasih. Good Bless.

15. Khusus Tuhan Yesus, terima kasih atas jawaban doa, hikmat dan kesehatan selalu dari tuhan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan juga telah membantu secara materi maupun non materi penelitian dalam penyelesaian pendidikan dan skripsi pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman Samarinda.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini baanyak terdapat kekurangan sesuai dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini sangat penulis harapkan.

Akhir kata semoga segala bantuan, doa, dukungan dan semangat yang telah diberikan penulis dedikasihkan dalam melaksanakan tanggungjawab seanjutnya. Semoga rahmat dan karunia dari Tuhan selalu memyertai kita. Amin

Samarinda, Agustus 2017

(20)
(21)

1.1. Latar Belakang

Kebudayaan Nasional Indonesia berasal dari beraneka ragam budaya

daerah. Kebudayaan daerah itu sendiri adalah merupakan kekayaan yang dimiliki

oleh bangsa Indonesia yang juga merupakan sumber devisa Negara, karena selain

merupakan penarik objek wisata, kebudayaan yang menggambarkan corak

kebhinekaan bangsa Indosesia. Dalam Pasal 23 UUD 1945 disebutkan “Negara

menunjukan kebudayaan Nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan

menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan

nilai-nilai budayanya”

Berkenan dengan adanya keanekaragaman kebudaya yang dimiliki oleh

berbagai golongan etnik di Indonesia, disatu pihak masing-masing kebudayaan

tersebut memperlihatkan adanya prinsip-prinsip kesamaan dan saling persesuaian

antara satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menjadi landasan bagi

terciptanya kebudayaan nasional Indonesia. Di lain pihak kebudayaan-kebudayaan

tersebut juga memperlihatkan adanya perbedaan-perbedaan.

Kalimantan Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki

kemajemukan masyarakat maupun kebudayaan. Salah satu etnis yang mendiami

di wilayah ini adalah Suku Dayak. Pada umumnya suku Dayak adalah suku asli

(22)

sebagainya. Suku ini juga memiliki berbagai macam kebudayaan dan tradisi adat

istiadat yang lebih mengikuti sub-sub suku Dayak.

Suku Dayak Agabag sangat menghormati orang yang meninggal dunia

dan juga roh-roh para leluhur Dayak Agabag. Bagi suku Dayak Agabag orang

yang meninggal dunia harus dihormati karena kepercayaan masih hidup, hanya

berpindah alam saja dijagat raya. Oleh karena itu ritual kematian ini sering

dilaksanakan apabila ada orang yang meninggal dunia. Proses kematian suku

Dayak Agabag ini dilakukan pertam kali oleh nenek moyang Dayak Agabag yang

terdahulu sampai dengan turun-menurun hingga dan masih berlaku serta

dilaksanakan. Bagi suku Dayak Agabag perayaan kematian ini sangat berharga

bahkan harus lerah meninggalkan waktu bekerja. Pada masa sekarang ini

kebudayaan tersebut sedikit demi sedikit telah mengalami pergeseran nilai-nilai.

Dalam UUD RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,

dijelaskan bahwa “ lembaga Adat merupakan mitra kerja pembangunan antara

pemerintah daerah dan Pemerintah Desa dalam rangka membina memberdayakan,

melestarikan, dan mengembangkan Adat istiadat sebagai norma kaidah dengan

keyakinan sosial yang tumbuh dan berkembang dalam kelebagaan Adat.

Menurut bapak Roben Jangkat selaku Dewan Adat Dayak Agabag

masyarakat hukum Adat bersifat teritoral yaitu masyarakat hukum Adat yang

disusun berasaskan lingkaran daerah, adalah masyarakat hukum Adat yang para

(23)

masyarakat hukum Adat yang bersangkutan sehingga terasa ada ikatan antara

meraka masing-masing dengan tempat tinggalnya.

Oleh sebab itu masyarakat di Kabupaten Nunukan sangat majemuk.

Maka kebudayaan yang ada di Kabupaten Nunukan beraneka ragam coraknya,

Adat kebudayaan yang berlaku di kabupaten Nunukan juga berbeda-beda.

Masyarakat yang majemuk, Adat kebudayaan yang sudah dimiliki dari asal daerah

masing-masing suku saling mempengaruhi. Adat kebudayaan yang satu dapat juga

terpengaruh oleh Adat budaya lain.

Salah satu suku Dayak Agabag di Kalimantan Utara adalah Dayak

Agabag. Dan budaya suku Dayak Agabag mempunyai tradisi yang coraknya

berbeda dengan suku Dayak lain yang ada di Kalimantan Utara terutama

Nunukan. Adapun tradisi budaya suku Dayak Agabag diantaranya yaitu mengenai

perayaan kematian yang melalui berbagai proses dalam pelaksanaanya, karena

suku Dayak Agabag mempunyai landasan norma dan kebersamaan yang disebut

Amakan yaitu nilai norma kebersamaan dan suku ini juga merasakan hikmah dari

ritual kematian tersebut, sehingga hal ini ramai dilakukan jika ada kerabat mereka

yang meninggal dunia.

Bagi suku Dayak Agabag ritual acara kematian tersebut dirayakan secara

besar-besaran bersama dengan masyarakat lain yang berasal dari desa-desa lain

maupun kecamatan lain yang bisa menghadiri ritual kematian tersebut dengan

tujuan untuk menghormati orang yang telah meninggal dan juga para keluarga

(24)

Ritual adat kematian di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten

Nunukan dilakukan atas kepercayaan yang dianut, yang berarti ritual tersebut

tidak tergantung pada lingkupan geografis. Ritual adat suku Dayak Agabag di

Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan terlihat dalam struktur

sosial, saling terkait dan saling terpengaruh. Kepercayaan Amakan merupakan

pusat kekuatan pendorong bagi masyarakat Dayak Agabag terselenggaranya ritual

adat kematian. Selain itu ritual atau pemakaman di daerah Tanah Dayak Agabag

Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan masih ada. Ritual adat

kematian ini juga diyakni akan menghibur keluarga yang berduka sehingga

berduka bisa terhibur dan tidak merasakan kesedihan yang lebih mendalam serta

berkepanjangan karena ditinggal oleh orang yang mereka cintai, yaitu dengan

melakukan ritual adat seperti tari-tarian, lagu (kukui) adat Dayak Agabag yang

menggunakan alat tradisional gong dapat memberikan rasa tenang dan

memberikan kekuatan kepada keluarga yang sedang berdukacita.

Pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada ritual adat kematian

sebagai topik sentral. Oleh karena ritual ini bagi golongan etnis Dayak masih tetap

diselenggarakan terutama paling menonjol pada suku Dayak Agabag. Ritual

kematian sering diadakan di desa-desa dimana adanya ornag meninggal dunia

khususnya di daerah Kecamatan Sebuku.

Adapun perangkat yang digunakan adalah Gong dan Kukui. Gong

merupakan alat tradisional yang dipukul dengan pemukul khusus yang dibunyikan

oleh orang-orang yang pintar memukul gong tersebut dengan suara yang merdu.

(25)

kesan sejarah atau cerita untuk mengenang almarhum sewaktu masih hidupnya.

Kukui yang diiringi dengan lagu-lagu ritual yang dibagi beberapa jenis antara lain:

a.) Kukui kalinge,artinya lagu awal mulai jam 08.00 –12.00 Kukui kalinge

menceritakan tentang sejarah asal-usul Dayak Agabag turun-menurun,

kukui kalinge sejenis pantun yang berbalas-balasandan bersifat sendirian

(memuji atau menghina)

b.) Kukui Alamat, artinya lagu tengah malam mulai jam 12.00 – 04.00 subuh.

Kukui alamat ini member hiasan bahasa yang dalam santun sehingga

mengharukan bagi pendengar yang mendengarka. Kukui alamat

memberikan kesan tentang hubungan antara manusia dengan alam jagad

rayadan member dorongan serta motivasi yang tinggi pada seseorang untuk

memperjuangkan hidup tanpa pamri.

c.) Kukui Madtawang,artinya lagu dekat subuh mulai jam 04.00 – 06.00. Kukui Madtawang bersifat permohonan atau permintaan yang sangat dalam, yang

kebanyakan orang saki tuntuk mengertiatau memahami yang dimaksud.

Kukui madtawang memberikan kesan perpisahan yang sangat sedih dan

tidak jarang orang mengeluarkan air mata. Karena seolah-olah perpisahan

merupakan pertemuan yang terakhir kalinya.

d.) Kukui Penutup, yaitu Kuku iawal yang sifatnya minta pamit.

Maka dengan adanya kukui dan tari-tarian seperti ini sangat menghibur

keluarga yang sedang berduka dan kalangan masyarakat Dayak Agabag,

(26)

mengabadikannya, unutk menjadi aset kebudayaan daerah bagi suku Dayak

Agabag.

Dari observasi dilapangan peneliti menemukan bahwa proses adat atau

kegiatan adat berkurang, hal ini disebabkan karena kurangnya tingkat kepedulian

pemuda sebagai generasi penerus adat, dan juga kurangnya kerjasama kaum

pemuda dengan pengurus adat yang ada. Sebagaimana kita tahu, bahwa wujud

adat merupakan pencerminan dasar prilaku kita, yang bersifat mengatur dan

mengadakan keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan permasalahan yang ada diatas, peneliti tertarik untuk

meneliti dengan judul“ Studi Tentang Proses Ritual Adat Suku Dayak

Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan.

1.2. Rumusan Masalah

Menurut Sugiyono (2004 : 33), mengemukan masalah dapat diartikan

sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang sebenar-benarnya

terjadi. Dari pendapat diatas dijelaskan bahwa masalah terjadi karena ada

penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan, antara apa yang direncanakan

dengan kenyataan.

Surachmad (1998 : 34), mengemukakan masalah adalah setiap kesulitan

yang mengerakkan manusia untuk memecahkannya. Sejalan dengan pendapat

tersebut diatas, maka pengertian masalah menurut Sudjarwo (2001 : 1), adalah

(27)

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah penelit iuraikan diatas,

yang menjadi rumusan masalah adalah dalam penelitian ini, “ Bagaimana ritual

kematian suku Dayak Agabag di desaTetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten

Nunukan’’

1.3. TujuanPenelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hal

yang dapat diperoleh setelah penelitian selesai. Husen (2001 : 29), mengatakan

bahwa tujuan penelitian adalah pertanyaan apa yang hendak kita capai. Tujuan

penelitian dicantumkan dengan maksud agar kita maupun pihak lain yang

membaca laporan penelitian ini dapa tmengatahui dengan pasti apa tujuan

penelitian kita sesungguhnya.

Menurut Sukandarumida (2004 : 111), mengatakan tujuan penelitian

adalah untuk memperoleh yang baru atau asli dalam usaha memecahkan suatu

masalah yang setiap saat timbul dimasyarakat.

Selanjutnya Menurut Kaenlan (2005 : 234), mengemukakan tujuan

penelitian pada hakekatnya merupakan rumusan singkat untuk menjawab

masalah penelitian. Ruseffendi (1994 : 12), mengemukakan bahwa tujuan

penelitian adalah salah satu cara untuk memberikan kebenaran.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diambil suatu kesimpulan

bahwa, tujuan penelitian merupakan salah satu bentuk untuk mengatahui dan

(28)

Adapun tujuan penelitian mengadakan penelitian di Desa Tetaban

Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan ini sebagai berikut :

1. Mendeskrifikasikan Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa

Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan.

2. Mengidentifikasikan Faktor-faktor penyebab berkurangnya kegiatan-kegiatan

adat dalam Ritual Kematian Suku Dayak Agabag.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini diharapkan dapat berguna atau

bermanfaa tuntuk :

1. Kegunaan Secara Teoritis :

a.) Memberikan informasi atau bahan litelatur dari hasil yang telah diteliti.

b.) Dapat memberikan sumbangan pemikiran daninformasi pengatahuan

tentang proses ritual adat kematian suku Dayak Agabag dalam Kalangan

masyarakat lainnya secara umum.

2. Kegunaan Secara Praktis :

a.) Sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah agar dapat memperhatikan

budaya suku Dayak Agabag khususnya di Kecamatan Sebuku, dan ikut

berperan serta mengembangkan dan melestarikan buday asuku Dayak

Agabag dalam rangka pembangunan budaya bangsa sebagai wujud

kepedulian kita dalam upaya pembangunan nasional Indonesia.

b.) Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para penelitilain sebagai salah

(29)
(30)

Dalam suatu penelitian dipergunakan teori-teori sebagai landasan atau

pedoman terhadap masalah yang menjadi topic permasalahan.Teori juga berguna

sebagai pegangan dalam menguraikan suatu konsep guna mendukung obyek

penelitian. Teori menurut Snelbecker yang dikutip oleh J. Moleong (2000 : 34), “

seperangkat proposisi yang terintergrasi secara sintaksis yaitu yang mengikuti aturan

tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainya dengan data

dasar yang diamati dan berfungsi sebagai wahana meramalkan dan menjelaskan

fenomena yang diamati’’.

Menurut Sugiyono (2003 : 55), “ Teori adalah seperangkat konsep asumsi

dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan

perilaku dalam organisasi’’.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teori merupakan pedoman

untuk melanjutkan dan menentuhkan cara dan metode apa yang baik dan tepat untuk

kelanjutannya guna mendukung penelitian.

Konsep merupakan bagian fikiran yang mencoba menggambarkan dengan

deretan kata-kata tentang eksistensi suatu fenomena dengan cirri-ciri dan

karakteristik.

Peneliti mengutip pendapat M.B Ali dan T. Deli (1997 : 346), bahwa

(31)

sebagainya.” Kemudian menurut Masri singarimbun dan Sofian Effendi (1995 : 127),

mengemukakan pengertian “Konsep adalah unsur penelitian terpenting dan

merupakan definisi yang dipakai oleh para ahli penelitian untuk menggambarkan

secara abstrak suatu fenomena social ataupun fenomena alami.

2.2. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan adalah keseluruan system gagasan, tindakan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia

dengan belajar.Kebudayaan merupakan hasil cipta, karsa dan rasa manusia yang

berasal dari budi dan akal manusia yang diciptakan berdasar pola tindakan dan sifat

interaksi antara manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan lingkungannya

dimasyarakat setempat.Dari budaya tersebut digunakan untuk kebahagian pemilik

kebudayaan tersebut.Oleh karena itu kebudayaan tersebut harus dilestarikan dan

dikembangkan agar tidak punah terkikis oleh budaya asing.

Selain definisi kebudayaan diatas ada juga definisi kebudayaan yang

dikemukakan oleh sejarah Sosiologi yang dikutip oleh Soedjono Dirjo Sisworo (1985

: 226), yaitu sebagi berikut :

1.) B. Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,

kepercayaan, keseniaan, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang

lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kepada

tindakan, kelakuan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Hal ini

(32)

Wujud kedua dari kebudayaan dinamakan system social, karena menyangkut

tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri.Wujud ini bias diobservasi,

difoto dan didokumentasikan karena dalam system social ini terdapat

aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan yang

lainnya dalam masyarakat.Misalnya dalam bentuk perilaku dan bahasa pada saat

mereka berinteraksi dalam pergaulan hidup mereka sehari-hari di masyarakat. Sistem

social ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat kongrit dalam bentuk

perilaku dan bahasa.

Wujud ketiga dari kebudayaan disebut pula kebudayaan fisik. Dimana wujud

budaya ini hamper seluruhnya merupakan hasil fisik (aktifitas perbuatan dan karya

semua manusia dalam masyarakat). Sifat paling kongret dan berupa benda-benda atau

hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan difoto yang diwujud besar ataupun kecil Contoh

: Candi Borobudur (besar), kain batik dan baju (kecil).

Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan

untuk dalam melindungi manusia terhadap alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki

peran sebagi :

1.) Suatu hubungan pedoman antara manusia atau kelompoknya.

2.) Wadah untuk menyalurkan perasana persaan dan kemampuan-kemampuan lain.

3.) Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.

4.) Pembeda manusia dan binatang.

5.) Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku didalam

(33)

6.) Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,

berbuat, menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.

7.) Sebagai modal dasar pembangunan.

Unsur-unsur kebudayaan yakni :

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari, misalnya: pakaian,

perumahan,

alat rumah tangga, senjata dan sebagainya.

2. Sistem mata pencarian dan system ekonomi, misalnya: pertanian, peternakan,

system produksi.

3. Sistem kemasyarakatan misanya: kekerabatan, system perkawinan, system

warisan.

4. Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tulisan.

5. Ilmu pengetahuan.

6. Kesenian, misalnya: seni suara, seni rupa, seni gerak.

7. Sistem religi.

Masing-masing unsur kebudayaan Universal ini pasti menjalin dalam tiga

wujud budaya tersebut diatas, yaitu wujud budaya, system social, dan unsur budaya

fisik.

Demikian sistem ekonomi misalnya, mempunyai wujud sebagai

konsep-konsep, rencana dan kebajaksanaan yang berhubungan dengan ekonomi, tetapi juga

mempunyai wujud berupa tindakan dan intraksi berpola antara produsen, pedagang

(34)

berupa peralatan dalam benda-benda ekonomi.Demikian pula sistem religi misalnya

mempunyai wujudnya sebagai sistem keyakinan dan gagasan tentang Tuhan, dewa

dan roh halus, dan mempunyai wujudnya juga berupa upacara-upacara, selain juga

mempunyai wujud sebagai benda-benda religius.

2.3. Pengertian Adat

Mengingat masyarakat bangsa Indonesia sangat mejemuk, yang terdiri dari

berbagai suku bangsa, maka ditemukan perbedaan baik mengenai tingkah laku, mata

pencarian, bahasa, tingkat pendidikan, agama maupun kebudayaan.

Adat merupakan pencerminan dari dasar prilaku masyarakat pada suatu

waktu tertentu dan juga merupakan cakupan dari nilai-nilai budaya yang ada dalam

masyarakat itu sendiri. Dimana adat yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

tertentu saja bersifat mengatur dan mengadakan keseimbangan dalam kehidupan

masyarakat.Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa adat berfungsi sebagai

alat atau sarana untuk memperkokoh norma-norma serta nilai-nilai budaya yang telah

berlaku secara turun-menurun dalam masyarakat. Oleh karena itu adat harus

dipertahankan keberadaannya selama ia mampu mendukung kehidupan masyarakat

untuk nmencapai kesejahteraan.

Adat adalah pencerminan dari keperibadian yang timbul dalam masyarakat

dan merupakan salah satu penjelmaan dari jiwa masyarakat. Adat adalah merupakan

hukum yang timbul dan terdapat dalam masyarakat Indonesia, merupakan gejala

(35)

berfungsi untuk mengatur kelakuan. Jadi adat adalah sebagi aturan ataupun lazim

dituruti atau dilakukan sebagai sopan santun Koentjaraningrat (1997 :11). Adat

adalah endapan kesusilaan dalam masyarakat yaitu kaidah-kaidah adat itu merupakan

kaidah kesusilaan yang sebenarnya telah mendapat pengakuan hukum didalam

masyarakat Wigjodipuro (1980 : 16).

Berdasarkan pendapat diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa adat

merupakan kebiasaan yang terdapat dalam suatu masyarakat yang bersifat mengikat

dan mempunyai akibat hukum (sanksi) yang keberadaannya telah mendapat

pengakuan dalam masyarakat itu.

Selain itu adat juga berfungsi mendidik masyarakat untuk mematuhi

peraturan-peraturan yang ditetapkan dalam masyarakat, masyarakat senangtiasa

meyakini akan apa yang telah terjadiu adat atau kebiasaan yang bias dilakukan oleh

para pendahulunya sehingga saat ini masih dipegang teguh dilestarikan. Dari hasil

budi dan daya manusia rendahnya sutau peredaban suatu bangsa.

2.4. Adat Istiadat Suku Dayak

Adat istiadat merupakan wujud ideal dari kebudayaan dan bersifat

abstrak.Adat merupakan unsur yang penting sebagai identitas suatu masyarakat atau

suatu bangsa. Begitu pula dengan adat suku dayak.

Adat istiadat Suku Dayak adalah wujud ideal dari kebudayaan dayak yang di

dalamnya terdapat sistem nilai budaya, norma, hukum dan menjadi dasar serta

(36)

(1994 : 107). Adapun sistem budaya dayak yaitu suatu yang oleh orang dayak anggap

bernilai, berharga, bermakna, dan penting untuk di dalam kehidupannya. Hal-hal

tersebut bersifat sangat abstrak, umum dan luas.Sistem nilai budaya itu terdapat

dalam jiwa emsional, dapat di rasakan dan sudah mendarah daging (mengakar) di

dalam kehidupan itu sendiri. Sedangkan menurut Tjilik Riwut (2003 :63) menyatakan

ada tiga landasan dasar pelaksanaan hukum adat suku dayak yaitu:

1. Menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan roh-roh nenek moyang dan

dengan penciptanya.

2. Menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban internal warganya.

3. Menjaga stabilitas relasi dan ketertiban warga dengan warga lain diluar sesukunya.

Berdasarkan pendapat yang diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

berbagai macam adat istiadat sesuai dengan sub suku dayak merupakan pendorong

bagi kehidupan manusia suku dayak didalam masyarakat dan berfungsi sesuai dengan

sifat adat itu sendiri, yaitu menjaga keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat

sesuku, manusia serta menjunjung tinggi derajat kepercayaan.

Untuk dapat menjamin kepentingan masyarakat sukudayak secara khusus,

maka peran adat sangatlah sentral.Setiap permasalahan yang timbul di dalam

masyarakat harus diselesaikan secara adat melalui adat dewan, karena setiap individu

harus taat dan mematuhi serta menjunjung tinggi setiap ketentuan yang telah

(37)

2.5. Karateristik Suku Dayak Agabag

Menurut penjelasan bapak Roben jangakat selaku Dewan Adat Kecamatan

Sebuku Kabupaten Nunukan, ada bebeapa sikap yang merupakan pandangan hidup

Dayak Agabag yaitu :

a.) Suku Dayak Agabag Pada umumnya bersikap jujur, ikhlas dan baik hati.

b.) Suku Dayak Agabag pada umumnya ulet dan tekun dalam perjalanan hidupnya.

c.) Memiliki rasa Soridalitas yang tinggi, rasa kesetiawanan dalam masyarakat.

d.) Memiliki semangat berkorban yang tinggi, terutama untuk kalangan keluarga, dan

dalam keutuhan sesama. Setiap orang rela berkorban untuk kepentingan dan

keutuhan sesama warganya.

e.) sangat patuh dan taat pada pimpinan, baik pimpinan adat, kepala desa, hukum adat

bahkan pemerintah.

f.) Lebih suka bermusyawarah untuk bermufakat, Musyawarah dan mufakat

merupakan dasar kebersamaan hidup, sesuatu tindakan yang diambil harus

diputuskan bersama.

g.) Sangat memelihara kerukunan dalam hidup bersama. Maka Segala soal yang dapat

menganggu kerukunana sosial sedapat mungkin dihindarkan.

h.) Suku Dayak Agabag memiliki ketaatan dalam menerima hukum-hukum adat yang

berlaku secara adat sesuai dengan perlakuannya (keselahan yang dilakukannya).

(38)

2.6. Pengertian Proses, Ritual dan Kematian.

a). Proses

Dalam beberapa situasi, Proses membutuhkan Ketaatan pada rangkaian langkah

spesifik dengan dekomentasi (kadang kala formal) produser dan persyaratan,

termasuk langkah pengukuran dan pengadalian yang telah ditetapkan dengan

baik.

Proses adalah merupakan urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara

alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian, atau sumber

daya manusia lainnya yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin

dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih

objek dibawah pengaruhnya. (R.M.Samik-Ibrahim, 2001, soal mid test,

http://ikc.depsos.go.id/umum/ibam-os-htm1/i2.htm1).

Selanjutnya Menurut Yulius.S dan kawan-kawan dalam kamus bahasa Indonesia

Proses adalah (a). Jalannya bekerjanya, (b). Cara mengerjakannya.

Sedangkan menurut Baldrige proses adalah serangkaian langkah sistematis, atau

tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulang kali, untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Jika Ditempuh, setiap tahapan itu secara konsisten akan mengarah

pada hasil yang diingikan.

b). Ritual

Ritual merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara berupa

persembahan atau sesajian dan bentuk menghormati, mengenang, menghayati

(39)

memberi suatu pengharapan, kebesaran jiwa dari yang mengenangkan atau yang

melaksanakan kegiatan ritual tersebut. Ritual juga merupakan hasil budaya yang

bernilai sakral dan bermakna religius yang mengandung pesan norma dan

pengharapan baik bagi masyarakat. (daniel de Coppet 1992, Memahami Ritual

(Asosiasi Eropa Antropologi sosial), hhtp://amazon.com-Ritual-Association

Anthropologi).

Ritual suatu religi itu adalah suatu sistem berkaitan dari keyakinan-keyakinan

dan upacara-upacara yang keramat. Artinya terpisah dari pantang

keyakinan-keyakinan dan upacara yang berorientasi kepada komunikasi moral yang disebut

umat. Duheim (1982 : 95) yang dikutip oleh Koentjaraningrat dalam Buku

Sejarah Teori Antropologi.

Selanjutnya Menurut Wojowisito (1990 : 105), upacara adalah (a). Tanda

kebesaran (kehormatan), (b). Peralatan, pertemuan pengobatan dan sebagainya.

Ritual adalah teknik (cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci

(sanctifi the custom) Dhavamony (1995 : 175). Ritual menciptakan dan

memelihara mitos, juga adat sosial dan agama. Ritual bisa pribadi atau

berkelompok. Wujudnya bisa berupa doa, tari-tarian, nyanyian, zairah dan

sebagainya.

Berdasarkan pendapat diatas, jelas bahwa ritual merupakan suatu kegiatan yang

dilaksanakan mengandung makna suatu ungkapan yang memberikan rasa terima

kasih yang begitu besar yang dapat diwajibkan dalam bentuk suatu tanda

(40)

berdasarkan dari suatu kejadian dalam masyarakat. Jadi ritual dapat dilaksanakan

setalah segala sesuatu atau persiapan yang akan digunukan dalam pelaksana

ritual yang mengandung sarana telah siap untuk dimanfaatkan, dalam memasuki

tahap mediasi ritual menurut kebiasaan adat suku Dayak Agabag di Kecamatan

Kematian adalah merupakan suatu kejadian yan terjadi sekali dalam suatu waktu,

bukan proses yang berkelanjutan atau fenomena berseri. Kematian merupakan

hal yang penting dalam keluarga, sosial dan hubungan bisnis. Penurunan warisan

dan pengontrolan bisnis sering kali bergantung ketika seseorang telah mati. Pada

asebagian masyarakat primitif, semua jenis kebijakan merupakan individual dan

moral. Ketika kepala satu keluarga, suku atau bangsa meninggal, kekuasaannya,

bisa absulut dan diturunkan kepenurusannya. Tidakpastian dari pemimpin tidak

adapat ditoleransi. Sistem legal biasanya mencakup persiapan untuk mengikat

presumsi kematian jika seorang hilang dalam situasi yang membahayakan, yang

todak mungkin dapat bertahan (kecelakaan perahu, peperangan, jatuh sakit).

Menurut kamus kedokteran kematian adalah sebagai berhentinya kehidupan

(41)

paru-paru, namun diharapkan pada semua sistem akan gagal dengan cepat setelah

satu dari fungsi vital berhenti.

Selanjutnya Organisasi Kesehatan Dunia (OKD), mengatakan bahwa

kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya suatu tanda-tanda kehidupan secara

permanen, yang terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Kematian saja kita berada,

ia akan tiba pada bila-bila masa tanpa diundang dan tanpa menerima tempo atau batas

waktu.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kematian

merupakan terhentinya pernafasan manusia. Kematian terpisahnya roh dari tubuh

manusia dan yang terjadi hanya sekali dalam suatu waktu tanpa batas waktu yang

tidak dapat dipungkiri dalam hidup. Dengan demikian kematian menurut suku Dayak

Agabag merupakan hal yang hanya dialami manusia sekali dalam hidup, oleh karena

itu suku Dayak Agabag sangatlah mengaharukan kematian, sehingga mereka

melakukan ritual, karena mereka percaya dengan melakukan ritual orang yang telah

mati tadi bisa kembali ke alam sana dengan tentram dan tidak bergantayangan

(42)

2.7. Ritual Adat Suku Dayak Agabag

a). Ritual

Ritual irau menurut suku Dayak Agabag adalah ritual yang dilakukan oleh

masyarakat Dayak Agabag bersama untuk mengembangkan, melestarikan dan

membangun budaya yang ada pada masyarakat suku Dayak Agabag pada khususnya

di Kecamatan Sebuku. Irau merupakan kegiatan ritual yang dilakukan masyarakat

Dayak Agabag guna melestarikan buday suku Dayak Agabag. Iraudilakukan oleh

suku Dayak Agabag sebagi ritual yang dapat menggali kekayaan suku Dayak Agabag

Irau suku Dayak Agabag ini terbagi 2 yaitu Ritual Ilau Kematian dan Ritual

Iraudalam mengembangkan budaya suku Dayak Agabag.

Sebelum melaksanakan Irau tersebut tentunya harus mempunyai persiapan

yang matang agar pada saat pelaksanaan Irau berjalan dengan lancar. Irau suku

Dayak Agabag ini merupakan acara terbesar bagi suku Dayak Agabag karena dalam

acara perayaannya mengundang beberapa kecamatan Khususnya Kecamatan Lumbis,

Kecamatan Sembakung yang dihadiri oleh semua masyarakat yang ada pada tiap-tiap

kecamatan tersebut. Dalam hal ini merayakan ritual adat seperti ritual Irau Kematian

dan ritual Irau melestarikan budaya suku Dayak Agabag.

Maka dari upacara Dayak Agabag ini adalah dipercaya sebagai simbol

kemakmuran. Irau adat ini juga dapat membentuk suatu organisasi yaitu dewan adat

yang dibentuk berdasarkan kelembangaan adat. Dewan adat dalam hal ini dibentuk

(43)

keberadaan adat ditengah-tengah hukum adat. Hal ini sesuai dengan kondisi

masyarakat yang menginginkan adanya wadah atau organisasi masyarakat hukum

adat yang mengayomi dan melindungi masyarakat hukum adat beserta dengan

hak-hak tradisional.

b). Selamatan

Selamatan adalah ritual yang kesukaan dan kegembiraan, seperti ritual

kelahiran, perkawinan, naik rumah baru, ulang tahun, mendapat rezeki dan

penanaman beni padi. Selamatan bagi suku Dayak Agabag merupakan suatu hal yang

dirayakan yang sewaktu-waktu yang dihadiri oleh orang-orang tertentu saja dan juga

keluarga dari yang melaksanakan keselamatan tersebut. Selamatan ini dilakukan

dengan tujuan mensyukuri apa yang meraka berikan dalam kehidupannya. Menurut

suku Dayak Agabag apabila tidak mensyukuri apa yang diberikan oleh yang Maha

Kuasa, maka akan sia-sia. Mereka juga percaya bahwa bagi yang melaksanakan

keselamatan tadi, roh-roh dari nenek moyang akan menambah rezeki kepada mereka,

sehingga apa yang mereka dapat dalam kehidupan mereka tidak akan hilang dan

mudah habis.

Selamatan suku Dayak Agabag ini hanya dilaksanakan pada malam hari

kerena pada malam hari orang-orang yang diundang bisa hadir semua. Acara

selamatan suku Dayak Agabag ini merupakan acara sederhana saja karena bentuk

(44)

2.8. Pemahaman Kematian Menurut Suku Dayak Agabag

Upacara adat bagi suku Dayak Agabag dibagi menjadi 2 macam yaitu :

1). Ritual adat Selamatan ialah ritual yang berhubungan dengan kesenangan atau

kegembiraan misalnya : pesta perkawinan, pesta ulang tahun,naik rumah baru,

mendapat rezeki, melahirkan dan sebagainya.

2). Ritual Irau berhubungan dengan kesedihan atau ritual kematian atau pemakaman

dan juga untuk memperat hubungan tali kekeluargaan antara desa satu dengan

desa yang lainnya dan antar kecamatan digabung menjadi satu dalam

melestarikan budaya suku Dayak Agabag yang ada secara turun-menurun agar

tidak punah.

Kematian adalah perpisahan antara roh dengan tubuh manusia. Roh kembali

pada Sang Pencipta (Tuhan). Sedangkan tubuh kembali pada asal mulanya yaitu

tanah dan debu. Kematian menurut suku Dayak Agabag adalah terpisahnya roh

manusia dari tubuh manusia dan kembali ke alam jagad raya dimana disana dia akan

tentram untuk selamanya dan bersama-sama dengan roh-roh yang telah terdahulu,

kembalinya emas untuk sampai alam gaib dimana kehidupan sama tetap menjalin

(45)

2.9. Tahap-tahap Pelaksanaan Proses Ritual Kematian Suku Dayak Agabag

Dalam kepercayaan Amakan yang menyatakan apabila seorang yang baru

saja meninggal dunia, orang tersebut benar-benar telah dianggap mati dan kembali ke

alamnya dimana asal mulanya ia diciptakan dan jenazahnya tidak boleh langsung

dikuburkan. Tetapi harus melalui tahap-tahap ritual dalam tata cara yang telah

digariskan oleh kepercayaan Amakan. Tahap-tahap ritual ini tadak berdasarkan atasa

stratifikasi dalam masyarakat kerana tidak mempunyai tingkatan yang berbeda dalam

pelaksanaan ritualnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, syarat-syarat ketentuan ajaran-ajaran

kepercayaan Amakan, maka proses ritual adat kematian suku Dayak Agabag dapat

diklasifikasikan atas beberapa bagian yaitu :

1. Angingkula, ilau

Ritual ini merupakan ritual acaranya sangat meriah dan membutuhkan waktu

yang cukup lama.

Dalam ritual Angaju Da Ulun Matoi selanjutnya dilakukan lagi 5 (lima) tahapan

yaitu :

a). Amambadu da bangkay, (Artinya kasih baju jenazah yang sudah meninggal

b). Ulun muoy antangi, (Artinya orang dari Desa yang lain datang menangis)

c). Amuluy da uwong da mato,(Menyimpan uang dimata orang yang sudah

meninggal)

d). Amonsoy Da pati,Artinya (Membuat peti jenazah)

(46)

f). Angulid,(Artinya kasih naik hantu di rumah duka

2. Amungkak, amika

Ritual ini dilaksanakan hanya sehari dan waktu pelaksanaannya pada siang hari.

Dalam ritual ini masih dijabarkan lagi atas delapan 8 (delapan) tahapan yaitu :

a). Amonsoy da baloy abuat (Membuat rumah panjang atau lamin)

b). Sumaluang(orang datang memberi sembako berupa barang atau uang

c). Gilapas kajang(Melompat-melompat)

d). Angkayou da kampung banyanyi sibalos(Berkunjung di desa lain sambil

bernyanyi berbalas-balasan)

e). Aginum Angilad-gilad(Minum bersama-sama tamu)

f). Anapap da baloy abuat(memukul rumah panjang Atau lamin)

g). Agalap da umau da ayu sibalos(Memberi minyak di muka orang

berbalas-balasan

h). Angintilu( meniru gaya orang)

3. Andukou

Ritual ini dilaksanakan pada malam hari dan waktu pelaksanaannya setiap malam

sampai jenazah di kebumikan. Dalam ritual ini masih dijabarkan menjadi 2 (dua)

yaitu :

1). Amunak (Orang Datang memberi suka duka kepada keluarga yang

berduka

2). Apasak da gampuan (Kasih naik hantu dirumah duka apabila api biru

(47)

2.10. Definisi Konsepsional

Adapun yang menjadi definisi konsepsional dalam penelitian ini adalah :

1.) Kematian suku Dayak Agabag adalah acara memakamkan jenazah, namun bagi

suku Dayak Agabag ritual ini merupakan hal yang sangat sakral.

2.) Suku Dayak Agabag adalah salah satu suku yang mendiami di Kalimantan Utara.

Dimana lampau Tanah Dayak Agabag hidup tujuh bersaudara Tuju Aga-aka

(48)

3.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan bentuk atau format judul penelitian ini, maka dapat

dikategorikan bahwa jenis dari penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memaparkan dan bertujuan

memberi gambaran serta menjelaskan dari variabel yang diteliti.

Metode kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan

orang-orang perilaku yang di amati Bogdan dan Tailor dalam Maleong (2001 : 3).

Deskriptif adalah data yang dikumpul berupa kata-kata, gambar, dan bukan

angka-angka. Dari pendapat ini, dijelaskan penelitian deskriptif dalam

penyajian data lebih kepada, kata-kata, kalimat atau pun gambar, juga berupa

naskah wawancara, catatan lapangan, videotape, dokumen pribadi, dokumen

resmi atau memo. Hasil ini disebabkan oleh karena adanya penerapan metode

kualitatif.

Dapat disimpulkan bahwa pendapat diatas, dalam penelitian ini

masyarakat umum lebih cenderung bersifat menggambarkan dan selanjutnya

memaparkan fakta-fakta tentang proses ritual adat kematian suku Dayak

(49)

3.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah pengertian konsep yang terdiri dari

unsur-unsur yang terkait satu dengan yang lain sehingga satu pengertian dari objek

yang akan diteliti.

Menurut Masri Singarimbun dan soyyan Effendi (1989 : 28) bahwa

konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak, kejadian kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian

ilmu tersebut.

Berdasarkan teori diatas dan sesuai dengan judul penelitian ini yaitu :

Studi tentang proses ritual adat kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban

Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan. Maka penelitian ini memilih

indikator-indikator yaitu :

1. Proses ritual adat kematian suku Dayak Agabag di desa Tetaban

Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan.

2. Proses ritual sebelim ritual pemakaman ialah kegiatan ritual yang

dilakukan pada saat sebelum memakamkan Jenazah dan jenzah masih

ada dirumah.

3. Proses ritual pada saat ritual pemakaman ialah suatu kegiatan ritual

yang dilakukan pada saat memakamkan jenazah.

4. Proses ritual sesudah ritual pemakaman ialah suatu kegiatan yang

(50)

5. Faktor-faktor penyebab kurang terlaksananya proses ritual kematian

Semunad, Sekikilan, Kalunsayan, Tembalang, Salang, Tinampak I, Tinampak

II, Tau Baru, Naputih dan Balatikon. Selain desa-desa yang terbesar di kedua

sungai di atas, juga terdapat Desa Pembeliangan yang terletak di sungai Sebuku

dan Desa Makmur dan Sanur yang terletak diwilayah pengembangan

transmigrasiSP I dan SP II,Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. Dipilihnya

Desa Tetaban Kecamatan Sebuku sebagai tempat penelitian dikarenakan

(51)

7. Desa Lulu

8. Desa Sujau

Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan sumber data yang diambil dari

narasumber yang memnuhi kriteria atau orang-orang yang berkompeten untuk

ditunjuk sebagai informasi, untuk menghindari informasi data yang tidak

objektif.

Adapun jenis data dalam penelitian ini meliputih :

1. Data primer : Merupakan data yang diperoleh melalui informan dengan cara

melakukan tanya jawab secara langsung dan dipandu melalui pedoman

wawancara sesuai dengan fokus penelitian yang diteliti. Informan menurut

Moleong (2002 : 90) adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang peneliti. Informan

berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim walaupun bersifat

informan.

2. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Key informan yang dipilih

melalui metode Purposiv sampling, yaitu pemilihan sekolompok sobjek atas

ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut

yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya sedangkan informan nya adalah beberapa orang masyarakat

setempat di Desa Tetaban, Kepala Desa dan Toko Masyarakat, yang dipilih

(52)

yang direkomendasikan oleh Key informan sehingga diharapkan dapat

memperoleh data yang valid dan lengkap.

3. Data Sekunder : Merupakan data yang diperoleh dari dokumen dan arsip

yang ada.

Tabel I : Daftar Nama yang menjadi sumber data primer

No Jabatan Jumlah Keterangan

1. Kepala Desa 1 Informan

menggunakan teknik tertentu untuk memperoleh data yang sesuai dengan objek

penelitian ini data-data yang penulis kumpulkan adalah data yang berhubungan

langsung dengan proses ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa

(53)

Untuk memudahkan dan mendapatkan data-data atau bahan-bahan yang

diperlukan dalam kegiatan penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa

teknik pengumpulan data yang relavan dengan menggunakan metode antara

lain, yaitu :

1. Teknik Observasi

Teknik Observasi yang di maksud dalam penelitian in adalah berupa

pengumpulan data-data dengan cara penelitian secara langsung untuk turun

ke lapangan atau ke tempat penelitian guna untuk mengumpulkan

data-data yang didapat atau diperoleh dari pihak-pihak yang ada di tempat

penelitian.

2. Wawancara

Teknik Wawancara yang dimaksud adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan dilakukan oleh peneliti dengan cara subyek penelitian

dan kepada para informan dengan terlebih dahulu memohon kesediaan

waktu untuk percakapan itu. Dalam melakukan wawancara, maka

pengumpulan data dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder,

gambar brosul dan lain-lain yang dapat memperlancarkan proses

wawancara tersebut. Adapun langkah-langkah wawancara adalah :

a) Menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan.

b) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang menjadi bahan wawancara.

c) Melangsungkan alur wawancara.

(54)

e) Mengidentifikasi tidak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

f) Teknik ini dipergunakan untuk penelitian, terutama Tomas (Tokoh

Masyarakat)

3. Dokumentasi

Untuk menunjang data yang diperoleh melalui wawancara dan

obsevasi, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan

menggunakan dokumentasi. Dalam hal ini penulis memperoleh informasi dari

berbagai sumber antara lain berupa catatan pribadi, surat-surat, dokumentasi

resmi, keterangan-keterangan, laporan dan foto-foto tentang proses ritual Adat

Kematian Suku Daya Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten

Nunukan.

3.4 Analisis Data

Yang dimaksud dalam analisis data adalah Analisis data deskriptif

Kualitatif, yaitu menganalisa berdasarkan hasil wawancara tentang proses

ritual adat suku Dayak Agabag di Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten

Nunukan. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Milles dan Huberman

(1992 : 16) bahwa dalam penelitian analisis data kualitatif terdiri dari empat

komponen yaitu :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah data pertama dan masih bersifat mentah yang

(55)

2. Penyederhanaan Data (Data Reduction) adalah proses memilih,

memfokuskan, menterjemahkan dengan membuat catatan yang telah

disortil atau diperiksa. Tahap ini merupakan tahap analisis data yang

mempertajam atau memuaskan, membuat dan sekaligus dapat dibuktikan.

3. Penyajian Data (Data display) adalah menyusun informasi dengan cara

tertentu sehingga diperlukan memungkinkan penarikan kesimpulan dan

tindakan. Penyajian data didalam penelitian akan dituangkan dalam bentuk

grafik, jaringan, atau bagan. Semuanya dirancang menggabungkan

informasi yang tersusun dalam bentuk padu, mudah diraih dan dipahami.

4. Penarikan Kesimpulan (Conclution Drawing) adalah merupakan langkah

ketiga meliputi makna yang telah disederhanakan, disajikan dalam

pengujiandata dengan cara mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan

secara logis dan metodelogi, konfigurasi yang memungkinkan dipreeksi

hubungan sebab akibat hukum-hukum empiris.

Jelaskan data kualitatif merupakan analisis data yang terdiri dari

pengumpulan data,reduksi data atau penyederhaan data, penyajian data dan

(56)

Pengumpulan data

Penyajian data

Reduksi Data

Kesimpulan/verifiuk Gambar : 1 Bagan Analisis data Model interaktif.

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Sekilas Gambar Desa Tetaban

Dalam meleksanakan penelitian, mengatahui kondisi yang akan diteliti

merupakan hal yang sangat penting yang harus terlebih dahulu diketahui oleh

peneliti. Adapun lokasi yang akan diteliti oleh peneliti Desa Tetaban Kecamatan

Sebuku Kabupaten Nunukan .Sehubungan dengan penelitian ini, maka yang harus

diketahui oleh peneliti adalah kondisi geografis, demografis, keadaan sosial ekonomi

Sdan gembaran subyek peneliti.

1. Kondisi geografis

a. Letak Desa

Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah Desa tetaban Kecamatan

Sebuku Kabupaten Nunukan. Desa Tetaban termasuk wilayah yang terletak pada

dataran rendah, dimana sebagian wilayah sebelah utaratermasuk wilayah dataran

tinggi dan sebagian wilayah sebelah selatantermasuk pada dataran sedang. Untuk

mencapai daerah satu Desa ke desa yang lainnya jaraknya berjauhan sehingga untuk

mencapai daerah satu ke daerah yang lain harus menggunakan kenderaan. Kenderaan

yang bisa digunakan adalah kendaraan air berupa long boat atau ketinting, selain itu jalan darat yaitu kendaraan roda dua. Jarak antara desa ke kota letaknya cukup jauh.

(58)

Tabel 4. 1 jarak desa ke kota

No Keterangan Jarak Waktu Tempuh

1 Dari Desa Ke Kecamatan 50km 3 Jam

2 Dari Desa Ke Kabupaten - 6 Jam

Sumber data :profil Desa Tetaban

a. Batas Desa

Tetaban terletak didahulu bagian sungai kecamatan Sebuku yang langsung

berbatasan dengan desa lain yang masih dalam satu kecamatan. Desa Tetaban terletak

disebalah kanan mudik dari pusat Kecamatan, adapun batas Desa Tetaban dengan

Desa lainnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. 2 Batas Desa

Desa Batas Desa

Tetaban

Utara Tulid Onsoi dan SP, Trans

Selatan Kecamatan Sembakung

Pusat Statistik) Kabupaten Nunukan Tahun 2016, Luas wilayah Desa Tetaban adalah

(59)

daratan rendah dan sebagian daerah daratan tinggi, serta memiliki rawah yang cukup

luas.

1. Demografis

Adapun jumlah penduduk Desa Tetaban menurut Jenis Kelamin dapat

dilahat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 jumlah penduduk menurut jenis kelamin

No Jenis kelamin Jumlah (orang)

1 Laki-laki 281

2 Perempuan 245

Jumlah 526

Sumber Data : Rekapitulasi Penduduk Desa Tetaban

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bawah jumlah penduduk

Desa Tetaban tahun 2016 sebanyak 526 jiwa terdiri dari Laki-laki 281 orang dan

perempuan 245 orang.

a. Mata Pencarian

Mata pencarian penduduk Desa Tetaban mayoritas adalah betani badan

umumnya jenis tanaman yang ditanam adalah singkiong (yang merupakan makanan

pokok masyarakat setempat) dan beberapa jenis tanaman seperti padi, jagung, dan

kacang-kacangan ini merupakan tanaman semusim. Beberapa pekerjaan lain dari

masyarakt dinataranya adalah: Guru sekolah, pedagan, tukang bangunan, penjaga

sarang burung wallet, pencari kayu gaharu, pencari ikan yang bersifat untuk

(60)

Memasang Jerat (perangkap) untuk menangkap buruan. Penduduk Desa tetaban

adalah penduduk yang hemogen, namun demikian penduduk yang mayoritas di Desa

Tetaban adalah Suku Dayak Agabag.

Berikut ini merupakan tabel mengenai jumlah desa Tetaban menurut mata

pencarian.

Tabel 4.4 jumlah Penduduk Menurut Mata pencarian (pekerjaan) No Mata pencaharain Jumlah (orang)

1 Polri 2

2 Tenaga Honor 29

3 Tukang 30

4 Petani 210

5 Pensiunan 19

6 Pedagang 19

7 Swasta 50

8 Staf Desa 5

9 PNS 20

10 Karyawan Perusahan 90

11 Pencari kayu Gaharu 30

12 Pencari Rotan 13

Jumlah 526

(61)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Tetaban

Berdasarkan mata pencahrian tahun 2016, Porli 2 % orang, Honor 29% orang,

Tukang 30% orang, Petani 210% orang, Pensiunan 19% orang, Pedagang 19% orang,

Swasta 50% orang, Staf Desa 5% orang, PNS 20% orang, Keryawan perusahan 90%

orang, Pencari Gaharu 30% orang, Pencari Rotan 13% orang.

b. Tingkat Pendidikan

Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, penduduk desa

Tetaban juga mempunyai peran dalam bidang pendidikan sesuai dengan program

yang dianjurkan oleh pemerintah. Hal ini didukung dengan berdirinya sarana

pendidikan yaitu SDN 003 Sebuku di Desa Tetaban.

Walaupun sarana pendidikan tercukupi, tetapi ada pula beberapa orang yang masih

putus bersekolah. Hal ini disebabkan oleh factor rendahnya kesedaran penduduk

terhadap pentingnya pendidikan itu sendiri dan factor ekonomi yang serba

kekurangan sehingga cenderung untuk memilih bekerja.

Untuk lebih jelas tentang keadaan penduduk Desa Tetaban yang bersekolah

berdasarkan tingkat pendidikan dapa dilahat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 jumlah penduduk Menurut tinggi pendidikan.

No Tingkat pendidikan Jumlah

1 2 3

1 Perguruan Tinggi 20

2 Belum Tamat SD 200

(62)

Lanjutan tabel 4.5

1 2 3

4 Tamat SMP 50

5 Tamat SMA 27

6 Tidak Sekolah 88

Jumlah 526

Sumber data: Monografi Kantor Kepala Desa Tetaban

Dari tabel diatas dapat ketahui bahwa jumlah penduduk Desa Tetaban

berdasarkan tingkat pendidikan Tahun 2016, Perguruan Tinggi 20 orang, belum

Tamat SD 200 orang, Tamat SD 141 orang, Tamat SMP 50 orang, Tamat SMA 27

orang, Tidak bersekolah 88 orang.

c. Agama

Sebagian besar penduduk Desa Tetaban dominan menganut Agama Kristen

protestan.Hal ini ditunjang dengan adanya gereja yang digunakan untuk

melaksanakan kewajiban selaku umat yang beriman bertakwa Kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Disamping itu juga ada penganut Agama lain, yaitu Agama Islam.

Walaupun dengan keanekaragaman dalam menganut keyakinan yang berada di Desa

Tetaban akan tetapi merka hidup secara berdampingan atas dasar saling

(63)

Tabel 4.6 jumlah penduduk menurut Agama dan kepercayaan

No Agama Jumlah (orang)

1 Kristen Protestan 363

2 Kristen Khatolik 159

3 Islam 4

4 Hindu -

5 Budha -

Jumlah 526

Sumber data: Monografi Kantor Kepala Desa Tetaban

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk desa Tetaban

berdasarkan Agama Tahun 2016, Kristen Kahtolik 159 orang, Kristen Protestan 363

orang, dan Islam 4 Orang.

4.2. Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban

Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan

Menurut penjelasan Bapak Iskandar dan bapak Kuasi sebagai Tokoh Maysrakat Desa Tetaban. Bahwa pelaksanaan ritual kematian suku dayak Agabag dilatar belakangi oleh kepercayaan nenek moyang (Akion) yang dikenal dengan nama Amakan( Belau). (Wawancara 10 Juni 2016.

Adapun pelaksanaan ritual adat Kematian yang dilakukan oleh suku Dayak Agabag

(64)

4.2.1. Ritual Adat Awal Kematian

a. Antigug Agung

Antigug Aguung yaitu memukul gong dengan pukulan khusus. Tujuan memukul gong tersebut memberi tanda atau informasi kepada masyarakat desa-desa lain, bahwa pada

saat itu ada orang yang baru saja meninggal dunia di desa asal gong yang dibunyikan

tadi.

Bagi masyarakat yang mendengar suara gong tersebut bisa memberi informasi

kepada desa lain termasuk keluarga orang yang baru meninggal tadi yang berjahuan

tempat tinggalnya (di desa lain). Bagi masyarakat dari desa lain yang mendengar

maupun mengetahui hal tersebut akan datang melihat jenazah dan masing-masing

membawah sumbangan bagi keluarga duka yang berupa sembako (sembilan bahan

pokok) dan uang untuk disumbangkan kepada keluargah sebagai tanda penghormatan

dan turut berduka cita.

Pada saat adanya orang meninggal tadi apabila dari masyarakat lain maupun

keluarga yang tidak mendengar atau tidak mengetahui adanya orang meninggal, maka

pada saat mereka melaksanakan aktivitas seperti: berburu maupun bekerja dikebun

dalam hal menanam benih dan tiba-tiba pada waktu bersamaan ada yang meningal

dunia, maka bagi yang berburu binatang buruan nya akan hilang tiba-tiba bahkan

hidup kembali setelah dubunuhnya, karena roh-roh alus dari semua nenek moyang

masuk dalam tubuh binatang buruan tadi, terutama roh orang yang baru meningal

tersebut. Bagi petani hasil tidak memuaskan bahkan tidak tumbuh apabila pada saat

(65)

bersamaan dengan meningal nya orang tersebut tidak tumbuh begitu bagus bakan

mati karena, menurut keyakinan nenek moyang Dayak Agabag tanaman yang kita

tanaman akan mengikuti orang yang meningal begitu saja. Hal ini bisa terjadi apabila

kita tidak mengetahui adanya orang yang meningal dunia.

Dengan adanya pemberitahuan melalui informasi pukulan dari suara gong tadi

baik petani maupun si pemburu akan tau bahwa ada orang yang baru saja meninggal

dunia, dengan sepegetahuannya ada orang meningal maka pemburu tadi tidak akan

kehilangan hasil buruannya. Petani juga merasakan hasil panennya, karena mereka

sempat mengucapkan: kami lagi menanam ini kasihkan kami hasil panen yang banyak. (Wawancara Bapak Bakuas sebagai ketua Adat Desa Tetaban 19 Juni 2016)

b. Angaju da bangkai

Angaju da bangkai yaitu memandikan mayat yang baru saja meniggal dunia. Hal ini dilakukan karena sudah menjadi tradisi dan sangat perlu, karena dengan

dimandikan mayat tersebut samapai bersih untuk memasuki dunia barunya di alam

jagat raya di mana dia akan memasuki hidup dan berpindah alam bersama-sama

Gambar

Tabel I : Daftar Nama yang menjadi sumber data primer
Gambar : 1 Bagan Analisis data Model interaktif.
Tabel 4. 1 jarak desa ke kota
Tabel 4.3 jumlah penduduk menurut jenis kelamin
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tumbuhan yang diperoleh dari lapangan yang digunakan untuk upacara ritual adat oleh masyarakat suku Saluan akan dibawa ke Laboratorium Biodiversity Fakultas

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul “PENGUATAN KEWENANGAN PENGADILAN ADAT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT (LABE PURA)

Rumusan masalah dan tujuan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah mengetahui gambaran mengenai ritual adat suku Lio “Pati ka” di Danau Kelimutu, pengaruh

tesis yang berjudul: Ritual Tiris Sopi Dalam Perkawinan Adat di Desa Romkisar,.. Kecamatan Mdona Hyera, Kabupaten Maluku Barat Daya

5 Mardileni 16.20.71 MAKNA ADAT KEBIASAAN DALAM KEMATIAN BAGI SUKU DAYAK DI DESA MALUNGAI (Sebuah Upaya Berteologi Kontekstual dengan Mengangkat Nilai- nilai

Pimpinan keluarga, komunitas atau kelompok, kampung, dan suku serta pimpinan ritual siklus hidup seperti salametan ( hajat ), inisiasi, perkawinan, kematian, pemujaan

Pimpinan keluarga, komunitas atau kelompok, kampung, dan suku serta pimpinan ritual siklus hidup seperti salametan ( hajat ), inisiasi, perkawinan, kematian, pemujaan

Beberapa ritual adat ngundang dalam masyarakat adat Dayak Halong Balangan, yakni: ngundang baharin malem manta,ngundang baharin malem mandruu, ngundang wadian