Oleh:
N I M B R O T NIM. 1002035045
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial
Pada
Program Studi Konsentrasi Sosiologi
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman
Oleh :
N I M B R O T
NIM : 1002035045
UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI KONSENTRASI SOSIOLOGI S1
iii
Nimbrot, Studi Tentang Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan,di bawah bimbingan Drs. H. Massad Hatuwe M.Si dan Drs. Martinus Nanang, M.A.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Studi Tentang Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan dengan indikator : bagaimanaTentang Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan
Jenis penelitian yang Digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Analisis data yang. Digunakan adalah analisis data kualitatif yang diawali dengan proses pengumpulan data, penyederhanaan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini mengunakan tehnik pengumpulan data dengan studi kepustakaan, studi lapangan yaitu dengan melakukan pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara untuk mendapatkanin formasi yang lebih jelas sesuai denganyang dibututhkan dalam penelitian.
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran secara keseluruhan bahwa tentang proses ritual adat kematian suku dayak abagag di desa tetaban kecamatan sebuku kabupaten nunukan sudah cukup baik di lihat dari Proses ritual adat kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan
v
Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan merupakan anak Pertama dari 4 (empat)
bersaudara dari pasangan bapak Pelatius dan ibu Bagilawan.
Pada tahun 1999 mulai memasuki Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 003
Kunyit dan lulus tahun 2004. Kemudian pada tahun 2004 melanjutkan pendidikan
pada Sekolah Menengah Pertama di SMP Terbuka 1 Nunukan Kecamatan
Nunukan Selatan dan lulus tahun 2007. Pada tahun yang sama melanjutkan
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Sebuku dan lulus tahun 2010
Kemudian melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi di Universitas
Mulawarman pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi,
dengan Program Studi Pembangunan Sosial Konsentrasi Sosiologi pada Tahun
2010. Selanjutnya pada bulan Juni s/d Juli 2014 melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) Desa Binaan Angkatan XXXX di Kelurahan Lempake, Kecamatan
Nama : NIMBROT
NIM : 1002035045
Program Studi : Sosiologi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan dengan sesungguhnya dan sejujurnya, bahwa skripsi saya yang berjudul:”STUDI TENTANG PROSES RITUAL ADAT KEMATIAN SUKU DAYAK AGABAG DI DESA TETABAN KECAMATAN SEBUKU KABUPATEN NUNUKAN” adalah asli hasil penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi hasil karya orang lain.
Samarinda, 20 Juli 2017 Yang menyatakan
setiap perjalanan hidup saya, kepada :
Papa dan Mamaku tercinta, Penulis tiada hentinya bersyukur kepada Tuhan Yesus
Kristus atas segala nikmat-NYA yang telah membuat penulis dilahirkan oleh dua sosok
Orang Tua yang LUAR BIASA…Terimakasih atas segala Do’a dan Kasih Sayangnya
kepada penulis dari kecil hingga saat ini dan sampai nanti, mendukung dan menguatkan
penulis untuk sampai di titik ini…
Untuk tunangan saya tercinta terima kasih atas doanya dan kesebarannya menunggu
hingga selesai serta temen dan saudaraku, terimakasih atas segala Do’a dan
ABSTRACT iv
2.5. Karateristik Suku Dayak Agabag... 15
2.6. Pengetian Proses, Ritual dan Kematian ... 16
2.7. Riual Adat Suku Dayak Agabag ... 19
2.8. Pemahaman Kematian Menurut Suku Dayak Agabag ... 21
2.9. Tahap-Tahap Pelaksanaan Proses Ritual Kematian Suku Dayak Agabag ... 22
3.3. Lokasi dan Sumber Data ... 27
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 29
3.5. Analisis Data ... 31
BAB VI. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambar Umum Lokasi Penelitian ... 33
4.2. Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban ... 39
4.3. Ritual Adat Pada Saat Pelaksanaan Pemakaman Jenazah ... 45
4.4. Ritual Adat Sesudah Pelaksanaan Pemakaman Jenazah ... 47
4.5. Faktor- Faktor Kurang Terlaksananya Proses Ritual Suku Dayak Agabag ... 49
4.6. Pembahasan ... 51
4.7. Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag ... 53
4.8. Faktor-Faktor Penyebab Terlaksananya Proses Ritual Suku Dayak Agabag ... 57
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpuan ... 67
6.2. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAK
Nomor Keterangan Halaman 1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif dari
Nomor Keterangan Halaman
3.1 Daftar Nama Yang Menjadi Sumber Data Primer... 31
4.1 Jarak Desa Ke Kota... 37
4.2 Batas Desa... 37
4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin... 38
4.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian... 39
4.5 Jumlah Penduduk Menurut Tinggi Pendidikan……… 40
Nomor Keterangan Halaman 1 Dokumentasi Penelitian... 66 2 Surat Penelitian dari Fakultas... 67 3
4 5
Surat balasan penelitian... Kartu Revisi Seminar Proposal... Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi Pembimbing I,II...
1. Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif 42
Halaman
1. Tabel 4.1 Luas Kecamatan Kayan Selatan berdasarkan Desa 44 2. Tabel 4.2 Jmulah Penduduk Kecamatan Kayan Selatan berdasarkan
jenis kelamin 45 3. Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Kayan Selatan Berdasarkan Mata Pencaharian 46 4. Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Kayan Selatan Berdasarkan
kelompok Umur 47
5. Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Kecamatan Kayan Selatan Berdasarkan Agama 48 6. Tabel 4.7 Jumlah Pegawai Kantor Kecamatan Kayan Selatan Berdasarkan
iv
KATA PENGANTAR
Syalom...
Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus atas berkat dan karunia-nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini, penyelesaian skripsi ini sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.
Pada saat moment yang istimewa dan membahagiakan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya penulisan skripsi ini adalah atas bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Masjaya, M.si, selaku Rektor Universitas Mualwarman Samarinda yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di perguruan Tinggi
2. Bapak Drs. H. Muhammad Noor, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman yang memberikan kepada penulis untuk menuntut ilmu dan menyelasaikan pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman
v
kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman dan telah memberikan banyak arahan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. H. Massad Hatuwe, M.Si, Selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Martinus Nanang, M.A, selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang senangtiasa memberikan saran, arahan, serta kesabaran dalam membimbing penulis.
5. Bapak Sariffudin S.Sos. M.Si seluku Dosen Penguji I dan Ibu Dra. Lisbet Situmurang. M.Si selaku dosen Penguji II terima kasih banyak telah berkenan memberi saran dan kritik untuk menyempurnakan skripsi ini
6. Bapak Ibu dosen yang telah memberikan pengatahuan dan ilmu yang sangat bermamfaat bagi penulis selama kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta staff pengajar, tata usaha, dan akademik yang berada di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah banyak membantu penulis.
7. Bapak Jonni, S.Pd.K Selaku Kepala Desa Tetaban serta staff aparatur Desa terima kasih atas kesediannya untuk meluangkan waktu dan informasinya, jalinan persaudaraan, atas ide, masukan dan sembutan hangat yang diberikan.
vi
9. Kedua orang tua saya yang tercinta ayahhanda palatius dan Ibunda tercinta bagilawan, serta adik tercinta ekahewi dishub dan keluarga adik jumalia dan jenalien Oktaviani terima kasih atas doa kasih sayang dan yang selalu memberikan kepercayaan kepada saya selama menempuh pendidikan.
10. Keluarga besar ayahanda (Palatius) Om Latihan Sekeluarga, Om Alpius sekeluarga, Tante Mayang sekeluarga, Tante siuk sekeluarga, Tante Kanyatan Sekeluarga, Tante Lihat sekeluarga, serta nenek tercinta Almarhum Duasil dan Almarhum Ngolontod terima kasih atas do’anya perhatian seta kasih sayang dan batuannya dalam bentuk materil selama penulis menempuh pendidikan di bangku kuliah.
11. Keluarga besar Ibunda (Bagilawan) Om selewangi sekeluarga, om yanto sekeluarga, om satibin sekeluarga, om jalul sekeluarga, tante gunsung sekeluarga, tante serikat sekeluarga, tante lidia sekeluarga, serta nenek tercinta Lasitung dan Almarhum nenek Sepaya, terima kasih atas do’anya perhatian serta kasih sayang dan batuannya dalam bentuk materil selama penulis menempuh pendidikan di bangku kuliah.
12. Keluarga besar Bapak Ambrin Sitanggang terima kasih atas dukungan dan motivasi serta bentuk materil selama penulis menempuh pendidikan
vii
14. Rekan-rekan Forum Keluarga Mahasiswa Dayak Agabag (FKMDA) dan Forum Komunikasi Mahasiswa Dayak – Indonesia (FKMD-I) yang telah memerikan dorongan dan semangat kepada penulis, pada saat ini penulis mengucapkan banyak terima kasih. Good Bless.
15. Khusus Tuhan Yesus, terima kasih atas jawaban doa, hikmat dan kesehatan selalu dari tuhan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan juga telah membantu secara materi maupun non materi penelitian dalam penyelesaian pendidikan dan skripsi pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman Samarinda.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini baanyak terdapat kekurangan sesuai dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini sangat penulis harapkan.
Akhir kata semoga segala bantuan, doa, dukungan dan semangat yang telah diberikan penulis dedikasihkan dalam melaksanakan tanggungjawab seanjutnya. Semoga rahmat dan karunia dari Tuhan selalu memyertai kita. Amin
Samarinda, Agustus 2017
1.1. Latar Belakang
Kebudayaan Nasional Indonesia berasal dari beraneka ragam budaya
daerah. Kebudayaan daerah itu sendiri adalah merupakan kekayaan yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia yang juga merupakan sumber devisa Negara, karena selain
merupakan penarik objek wisata, kebudayaan yang menggambarkan corak
kebhinekaan bangsa Indosesia. Dalam Pasal 23 UUD 1945 disebutkan “Negara
menunjukan kebudayaan Nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budayanya”
Berkenan dengan adanya keanekaragaman kebudaya yang dimiliki oleh
berbagai golongan etnik di Indonesia, disatu pihak masing-masing kebudayaan
tersebut memperlihatkan adanya prinsip-prinsip kesamaan dan saling persesuaian
antara satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menjadi landasan bagi
terciptanya kebudayaan nasional Indonesia. Di lain pihak kebudayaan-kebudayaan
tersebut juga memperlihatkan adanya perbedaan-perbedaan.
Kalimantan Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki
kemajemukan masyarakat maupun kebudayaan. Salah satu etnis yang mendiami
di wilayah ini adalah Suku Dayak. Pada umumnya suku Dayak adalah suku asli
sebagainya. Suku ini juga memiliki berbagai macam kebudayaan dan tradisi adat
istiadat yang lebih mengikuti sub-sub suku Dayak.
Suku Dayak Agabag sangat menghormati orang yang meninggal dunia
dan juga roh-roh para leluhur Dayak Agabag. Bagi suku Dayak Agabag orang
yang meninggal dunia harus dihormati karena kepercayaan masih hidup, hanya
berpindah alam saja dijagat raya. Oleh karena itu ritual kematian ini sering
dilaksanakan apabila ada orang yang meninggal dunia. Proses kematian suku
Dayak Agabag ini dilakukan pertam kali oleh nenek moyang Dayak Agabag yang
terdahulu sampai dengan turun-menurun hingga dan masih berlaku serta
dilaksanakan. Bagi suku Dayak Agabag perayaan kematian ini sangat berharga
bahkan harus lerah meninggalkan waktu bekerja. Pada masa sekarang ini
kebudayaan tersebut sedikit demi sedikit telah mengalami pergeseran nilai-nilai.
Dalam UUD RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
dijelaskan bahwa “ lembaga Adat merupakan mitra kerja pembangunan antara
pemerintah daerah dan Pemerintah Desa dalam rangka membina memberdayakan,
melestarikan, dan mengembangkan Adat istiadat sebagai norma kaidah dengan
keyakinan sosial yang tumbuh dan berkembang dalam kelebagaan Adat.
Menurut bapak Roben Jangkat selaku Dewan Adat Dayak Agabag
masyarakat hukum Adat bersifat teritoral yaitu masyarakat hukum Adat yang
disusun berasaskan lingkaran daerah, adalah masyarakat hukum Adat yang para
masyarakat hukum Adat yang bersangkutan sehingga terasa ada ikatan antara
meraka masing-masing dengan tempat tinggalnya.
Oleh sebab itu masyarakat di Kabupaten Nunukan sangat majemuk.
Maka kebudayaan yang ada di Kabupaten Nunukan beraneka ragam coraknya,
Adat kebudayaan yang berlaku di kabupaten Nunukan juga berbeda-beda.
Masyarakat yang majemuk, Adat kebudayaan yang sudah dimiliki dari asal daerah
masing-masing suku saling mempengaruhi. Adat kebudayaan yang satu dapat juga
terpengaruh oleh Adat budaya lain.
Salah satu suku Dayak Agabag di Kalimantan Utara adalah Dayak
Agabag. Dan budaya suku Dayak Agabag mempunyai tradisi yang coraknya
berbeda dengan suku Dayak lain yang ada di Kalimantan Utara terutama
Nunukan. Adapun tradisi budaya suku Dayak Agabag diantaranya yaitu mengenai
perayaan kematian yang melalui berbagai proses dalam pelaksanaanya, karena
suku Dayak Agabag mempunyai landasan norma dan kebersamaan yang disebut
Amakan yaitu nilai norma kebersamaan dan suku ini juga merasakan hikmah dari
ritual kematian tersebut, sehingga hal ini ramai dilakukan jika ada kerabat mereka
yang meninggal dunia.
Bagi suku Dayak Agabag ritual acara kematian tersebut dirayakan secara
besar-besaran bersama dengan masyarakat lain yang berasal dari desa-desa lain
maupun kecamatan lain yang bisa menghadiri ritual kematian tersebut dengan
tujuan untuk menghormati orang yang telah meninggal dan juga para keluarga
Ritual adat kematian di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten
Nunukan dilakukan atas kepercayaan yang dianut, yang berarti ritual tersebut
tidak tergantung pada lingkupan geografis. Ritual adat suku Dayak Agabag di
Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan terlihat dalam struktur
sosial, saling terkait dan saling terpengaruh. Kepercayaan Amakan merupakan
pusat kekuatan pendorong bagi masyarakat Dayak Agabag terselenggaranya ritual
adat kematian. Selain itu ritual atau pemakaman di daerah Tanah Dayak Agabag
Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan masih ada. Ritual adat
kematian ini juga diyakni akan menghibur keluarga yang berduka sehingga
berduka bisa terhibur dan tidak merasakan kesedihan yang lebih mendalam serta
berkepanjangan karena ditinggal oleh orang yang mereka cintai, yaitu dengan
melakukan ritual adat seperti tari-tarian, lagu (kukui) adat Dayak Agabag yang
menggunakan alat tradisional gong dapat memberikan rasa tenang dan
memberikan kekuatan kepada keluarga yang sedang berdukacita.
Pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada ritual adat kematian
sebagai topik sentral. Oleh karena ritual ini bagi golongan etnis Dayak masih tetap
diselenggarakan terutama paling menonjol pada suku Dayak Agabag. Ritual
kematian sering diadakan di desa-desa dimana adanya ornag meninggal dunia
khususnya di daerah Kecamatan Sebuku.
Adapun perangkat yang digunakan adalah Gong dan Kukui. Gong
merupakan alat tradisional yang dipukul dengan pemukul khusus yang dibunyikan
oleh orang-orang yang pintar memukul gong tersebut dengan suara yang merdu.
kesan sejarah atau cerita untuk mengenang almarhum sewaktu masih hidupnya.
Kukui yang diiringi dengan lagu-lagu ritual yang dibagi beberapa jenis antara lain:
a.) Kukui kalinge,artinya lagu awal mulai jam 08.00 –12.00 Kukui kalinge
menceritakan tentang sejarah asal-usul Dayak Agabag turun-menurun,
kukui kalinge sejenis pantun yang berbalas-balasandan bersifat sendirian
(memuji atau menghina)
b.) Kukui Alamat, artinya lagu tengah malam mulai jam 12.00 – 04.00 subuh.
Kukui alamat ini member hiasan bahasa yang dalam santun sehingga
mengharukan bagi pendengar yang mendengarka. Kukui alamat
memberikan kesan tentang hubungan antara manusia dengan alam jagad
rayadan member dorongan serta motivasi yang tinggi pada seseorang untuk
memperjuangkan hidup tanpa pamri.
c.) Kukui Madtawang,artinya lagu dekat subuh mulai jam 04.00 – 06.00. Kukui Madtawang bersifat permohonan atau permintaan yang sangat dalam, yang
kebanyakan orang saki tuntuk mengertiatau memahami yang dimaksud.
Kukui madtawang memberikan kesan perpisahan yang sangat sedih dan
tidak jarang orang mengeluarkan air mata. Karena seolah-olah perpisahan
merupakan pertemuan yang terakhir kalinya.
d.) Kukui Penutup, yaitu Kuku iawal yang sifatnya minta pamit.
Maka dengan adanya kukui dan tari-tarian seperti ini sangat menghibur
keluarga yang sedang berduka dan kalangan masyarakat Dayak Agabag,
mengabadikannya, unutk menjadi aset kebudayaan daerah bagi suku Dayak
Agabag.
Dari observasi dilapangan peneliti menemukan bahwa proses adat atau
kegiatan adat berkurang, hal ini disebabkan karena kurangnya tingkat kepedulian
pemuda sebagai generasi penerus adat, dan juga kurangnya kerjasama kaum
pemuda dengan pengurus adat yang ada. Sebagaimana kita tahu, bahwa wujud
adat merupakan pencerminan dasar prilaku kita, yang bersifat mengatur dan
mengadakan keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan permasalahan yang ada diatas, peneliti tertarik untuk
meneliti dengan judul“ Studi Tentang Proses Ritual Adat Suku Dayak
Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan.
1.2. Rumusan Masalah
Menurut Sugiyono (2004 : 33), mengemukan masalah dapat diartikan
sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang sebenar-benarnya
terjadi. Dari pendapat diatas dijelaskan bahwa masalah terjadi karena ada
penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan, antara apa yang direncanakan
dengan kenyataan.
Surachmad (1998 : 34), mengemukakan masalah adalah setiap kesulitan
yang mengerakkan manusia untuk memecahkannya. Sejalan dengan pendapat
tersebut diatas, maka pengertian masalah menurut Sudjarwo (2001 : 1), adalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah penelit iuraikan diatas,
yang menjadi rumusan masalah adalah dalam penelitian ini, “ Bagaimana ritual
kematian suku Dayak Agabag di desaTetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten
Nunukan’’
1.3. TujuanPenelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hal
yang dapat diperoleh setelah penelitian selesai. Husen (2001 : 29), mengatakan
bahwa tujuan penelitian adalah pertanyaan apa yang hendak kita capai. Tujuan
penelitian dicantumkan dengan maksud agar kita maupun pihak lain yang
membaca laporan penelitian ini dapa tmengatahui dengan pasti apa tujuan
penelitian kita sesungguhnya.
Menurut Sukandarumida (2004 : 111), mengatakan tujuan penelitian
adalah untuk memperoleh yang baru atau asli dalam usaha memecahkan suatu
masalah yang setiap saat timbul dimasyarakat.
Selanjutnya Menurut Kaenlan (2005 : 234), mengemukakan tujuan
penelitian pada hakekatnya merupakan rumusan singkat untuk menjawab
masalah penelitian. Ruseffendi (1994 : 12), mengemukakan bahwa tujuan
penelitian adalah salah satu cara untuk memberikan kebenaran.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa, tujuan penelitian merupakan salah satu bentuk untuk mengatahui dan
Adapun tujuan penelitian mengadakan penelitian di Desa Tetaban
Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan ini sebagai berikut :
1. Mendeskrifikasikan Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa
Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan.
2. Mengidentifikasikan Faktor-faktor penyebab berkurangnya kegiatan-kegiatan
adat dalam Ritual Kematian Suku Dayak Agabag.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dalam penelitian ini diharapkan dapat berguna atau
bermanfaa tuntuk :
1. Kegunaan Secara Teoritis :
a.) Memberikan informasi atau bahan litelatur dari hasil yang telah diteliti.
b.) Dapat memberikan sumbangan pemikiran daninformasi pengatahuan
tentang proses ritual adat kematian suku Dayak Agabag dalam Kalangan
masyarakat lainnya secara umum.
2. Kegunaan Secara Praktis :
a.) Sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah agar dapat memperhatikan
budaya suku Dayak Agabag khususnya di Kecamatan Sebuku, dan ikut
berperan serta mengembangkan dan melestarikan buday asuku Dayak
Agabag dalam rangka pembangunan budaya bangsa sebagai wujud
kepedulian kita dalam upaya pembangunan nasional Indonesia.
b.) Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para penelitilain sebagai salah
Dalam suatu penelitian dipergunakan teori-teori sebagai landasan atau
pedoman terhadap masalah yang menjadi topic permasalahan.Teori juga berguna
sebagai pegangan dalam menguraikan suatu konsep guna mendukung obyek
penelitian. Teori menurut Snelbecker yang dikutip oleh J. Moleong (2000 : 34), “
seperangkat proposisi yang terintergrasi secara sintaksis yaitu yang mengikuti aturan
tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainya dengan data
dasar yang diamati dan berfungsi sebagai wahana meramalkan dan menjelaskan
fenomena yang diamati’’.
Menurut Sugiyono (2003 : 55), “ Teori adalah seperangkat konsep asumsi
dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan
perilaku dalam organisasi’’.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teori merupakan pedoman
untuk melanjutkan dan menentuhkan cara dan metode apa yang baik dan tepat untuk
kelanjutannya guna mendukung penelitian.
Konsep merupakan bagian fikiran yang mencoba menggambarkan dengan
deretan kata-kata tentang eksistensi suatu fenomena dengan cirri-ciri dan
karakteristik.
Peneliti mengutip pendapat M.B Ali dan T. Deli (1997 : 346), bahwa
sebagainya.” Kemudian menurut Masri singarimbun dan Sofian Effendi (1995 : 127),
mengemukakan pengertian “Konsep adalah unsur penelitian terpenting dan
merupakan definisi yang dipakai oleh para ahli penelitian untuk menggambarkan
secara abstrak suatu fenomena social ataupun fenomena alami.
2.2. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruan system gagasan, tindakan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar.Kebudayaan merupakan hasil cipta, karsa dan rasa manusia yang
berasal dari budi dan akal manusia yang diciptakan berdasar pola tindakan dan sifat
interaksi antara manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan lingkungannya
dimasyarakat setempat.Dari budaya tersebut digunakan untuk kebahagian pemilik
kebudayaan tersebut.Oleh karena itu kebudayaan tersebut harus dilestarikan dan
dikembangkan agar tidak punah terkikis oleh budaya asing.
Selain definisi kebudayaan diatas ada juga definisi kebudayaan yang
dikemukakan oleh sejarah Sosiologi yang dikutip oleh Soedjono Dirjo Sisworo (1985
: 226), yaitu sebagi berikut :
1.) B. Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, keseniaan, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang
lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kepada
tindakan, kelakuan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Hal ini
Wujud kedua dari kebudayaan dinamakan system social, karena menyangkut
tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri.Wujud ini bias diobservasi,
difoto dan didokumentasikan karena dalam system social ini terdapat
aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan yang
lainnya dalam masyarakat.Misalnya dalam bentuk perilaku dan bahasa pada saat
mereka berinteraksi dalam pergaulan hidup mereka sehari-hari di masyarakat. Sistem
social ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat kongrit dalam bentuk
perilaku dan bahasa.
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut pula kebudayaan fisik. Dimana wujud
budaya ini hamper seluruhnya merupakan hasil fisik (aktifitas perbuatan dan karya
semua manusia dalam masyarakat). Sifat paling kongret dan berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan difoto yang diwujud besar ataupun kecil Contoh
: Candi Borobudur (besar), kain batik dan baju (kecil).
Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan
untuk dalam melindungi manusia terhadap alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki
peran sebagi :
1.) Suatu hubungan pedoman antara manusia atau kelompoknya.
2.) Wadah untuk menyalurkan perasana persaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3.) Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.
4.) Pembeda manusia dan binatang.
5.) Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku didalam
6.) Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,
berbuat, menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7.) Sebagai modal dasar pembangunan.
Unsur-unsur kebudayaan yakni :
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari, misalnya: pakaian,
perumahan,
alat rumah tangga, senjata dan sebagainya.
2. Sistem mata pencarian dan system ekonomi, misalnya: pertanian, peternakan,
system produksi.
3. Sistem kemasyarakatan misanya: kekerabatan, system perkawinan, system
warisan.
4. Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tulisan.
5. Ilmu pengetahuan.
6. Kesenian, misalnya: seni suara, seni rupa, seni gerak.
7. Sistem religi.
Masing-masing unsur kebudayaan Universal ini pasti menjalin dalam tiga
wujud budaya tersebut diatas, yaitu wujud budaya, system social, dan unsur budaya
fisik.
Demikian sistem ekonomi misalnya, mempunyai wujud sebagai
konsep-konsep, rencana dan kebajaksanaan yang berhubungan dengan ekonomi, tetapi juga
mempunyai wujud berupa tindakan dan intraksi berpola antara produsen, pedagang
berupa peralatan dalam benda-benda ekonomi.Demikian pula sistem religi misalnya
mempunyai wujudnya sebagai sistem keyakinan dan gagasan tentang Tuhan, dewa
dan roh halus, dan mempunyai wujudnya juga berupa upacara-upacara, selain juga
mempunyai wujud sebagai benda-benda religius.
2.3. Pengertian Adat
Mengingat masyarakat bangsa Indonesia sangat mejemuk, yang terdiri dari
berbagai suku bangsa, maka ditemukan perbedaan baik mengenai tingkah laku, mata
pencarian, bahasa, tingkat pendidikan, agama maupun kebudayaan.
Adat merupakan pencerminan dari dasar prilaku masyarakat pada suatu
waktu tertentu dan juga merupakan cakupan dari nilai-nilai budaya yang ada dalam
masyarakat itu sendiri. Dimana adat yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
tertentu saja bersifat mengatur dan mengadakan keseimbangan dalam kehidupan
masyarakat.Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa adat berfungsi sebagai
alat atau sarana untuk memperkokoh norma-norma serta nilai-nilai budaya yang telah
berlaku secara turun-menurun dalam masyarakat. Oleh karena itu adat harus
dipertahankan keberadaannya selama ia mampu mendukung kehidupan masyarakat
untuk nmencapai kesejahteraan.
Adat adalah pencerminan dari keperibadian yang timbul dalam masyarakat
dan merupakan salah satu penjelmaan dari jiwa masyarakat. Adat adalah merupakan
hukum yang timbul dan terdapat dalam masyarakat Indonesia, merupakan gejala
berfungsi untuk mengatur kelakuan. Jadi adat adalah sebagi aturan ataupun lazim
dituruti atau dilakukan sebagai sopan santun Koentjaraningrat (1997 :11). Adat
adalah endapan kesusilaan dalam masyarakat yaitu kaidah-kaidah adat itu merupakan
kaidah kesusilaan yang sebenarnya telah mendapat pengakuan hukum didalam
masyarakat Wigjodipuro (1980 : 16).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa adat
merupakan kebiasaan yang terdapat dalam suatu masyarakat yang bersifat mengikat
dan mempunyai akibat hukum (sanksi) yang keberadaannya telah mendapat
pengakuan dalam masyarakat itu.
Selain itu adat juga berfungsi mendidik masyarakat untuk mematuhi
peraturan-peraturan yang ditetapkan dalam masyarakat, masyarakat senangtiasa
meyakini akan apa yang telah terjadiu adat atau kebiasaan yang bias dilakukan oleh
para pendahulunya sehingga saat ini masih dipegang teguh dilestarikan. Dari hasil
budi dan daya manusia rendahnya sutau peredaban suatu bangsa.
2.4. Adat Istiadat Suku Dayak
Adat istiadat merupakan wujud ideal dari kebudayaan dan bersifat
abstrak.Adat merupakan unsur yang penting sebagai identitas suatu masyarakat atau
suatu bangsa. Begitu pula dengan adat suku dayak.
Adat istiadat Suku Dayak adalah wujud ideal dari kebudayaan dayak yang di
dalamnya terdapat sistem nilai budaya, norma, hukum dan menjadi dasar serta
(1994 : 107). Adapun sistem budaya dayak yaitu suatu yang oleh orang dayak anggap
bernilai, berharga, bermakna, dan penting untuk di dalam kehidupannya. Hal-hal
tersebut bersifat sangat abstrak, umum dan luas.Sistem nilai budaya itu terdapat
dalam jiwa emsional, dapat di rasakan dan sudah mendarah daging (mengakar) di
dalam kehidupan itu sendiri. Sedangkan menurut Tjilik Riwut (2003 :63) menyatakan
ada tiga landasan dasar pelaksanaan hukum adat suku dayak yaitu:
1. Menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan roh-roh nenek moyang dan
dengan penciptanya.
2. Menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban internal warganya.
3. Menjaga stabilitas relasi dan ketertiban warga dengan warga lain diluar sesukunya.
Berdasarkan pendapat yang diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
berbagai macam adat istiadat sesuai dengan sub suku dayak merupakan pendorong
bagi kehidupan manusia suku dayak didalam masyarakat dan berfungsi sesuai dengan
sifat adat itu sendiri, yaitu menjaga keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat
sesuku, manusia serta menjunjung tinggi derajat kepercayaan.
Untuk dapat menjamin kepentingan masyarakat sukudayak secara khusus,
maka peran adat sangatlah sentral.Setiap permasalahan yang timbul di dalam
masyarakat harus diselesaikan secara adat melalui adat dewan, karena setiap individu
harus taat dan mematuhi serta menjunjung tinggi setiap ketentuan yang telah
2.5. Karateristik Suku Dayak Agabag
Menurut penjelasan bapak Roben jangakat selaku Dewan Adat Kecamatan
Sebuku Kabupaten Nunukan, ada bebeapa sikap yang merupakan pandangan hidup
Dayak Agabag yaitu :
a.) Suku Dayak Agabag Pada umumnya bersikap jujur, ikhlas dan baik hati.
b.) Suku Dayak Agabag pada umumnya ulet dan tekun dalam perjalanan hidupnya.
c.) Memiliki rasa Soridalitas yang tinggi, rasa kesetiawanan dalam masyarakat.
d.) Memiliki semangat berkorban yang tinggi, terutama untuk kalangan keluarga, dan
dalam keutuhan sesama. Setiap orang rela berkorban untuk kepentingan dan
keutuhan sesama warganya.
e.) sangat patuh dan taat pada pimpinan, baik pimpinan adat, kepala desa, hukum adat
bahkan pemerintah.
f.) Lebih suka bermusyawarah untuk bermufakat, Musyawarah dan mufakat
merupakan dasar kebersamaan hidup, sesuatu tindakan yang diambil harus
diputuskan bersama.
g.) Sangat memelihara kerukunan dalam hidup bersama. Maka Segala soal yang dapat
menganggu kerukunana sosial sedapat mungkin dihindarkan.
h.) Suku Dayak Agabag memiliki ketaatan dalam menerima hukum-hukum adat yang
berlaku secara adat sesuai dengan perlakuannya (keselahan yang dilakukannya).
2.6. Pengertian Proses, Ritual dan Kematian.
a). Proses
Dalam beberapa situasi, Proses membutuhkan Ketaatan pada rangkaian langkah
spesifik dengan dekomentasi (kadang kala formal) produser dan persyaratan,
termasuk langkah pengukuran dan pengadalian yang telah ditetapkan dengan
baik.
Proses adalah merupakan urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara
alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian, atau sumber
daya manusia lainnya yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin
dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih
objek dibawah pengaruhnya. (R.M.Samik-Ibrahim, 2001, soal mid test,
http://ikc.depsos.go.id/umum/ibam-os-htm1/i2.htm1).
Selanjutnya Menurut Yulius.S dan kawan-kawan dalam kamus bahasa Indonesia
Proses adalah (a). Jalannya bekerjanya, (b). Cara mengerjakannya.
Sedangkan menurut Baldrige proses adalah serangkaian langkah sistematis, atau
tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulang kali, untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Jika Ditempuh, setiap tahapan itu secara konsisten akan mengarah
pada hasil yang diingikan.
b). Ritual
Ritual merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara berupa
persembahan atau sesajian dan bentuk menghormati, mengenang, menghayati
memberi suatu pengharapan, kebesaran jiwa dari yang mengenangkan atau yang
melaksanakan kegiatan ritual tersebut. Ritual juga merupakan hasil budaya yang
bernilai sakral dan bermakna religius yang mengandung pesan norma dan
pengharapan baik bagi masyarakat. (daniel de Coppet 1992, Memahami Ritual
(Asosiasi Eropa Antropologi sosial), hhtp://amazon.com-Ritual-Association
Anthropologi).
Ritual suatu religi itu adalah suatu sistem berkaitan dari keyakinan-keyakinan
dan upacara-upacara yang keramat. Artinya terpisah dari pantang
keyakinan-keyakinan dan upacara yang berorientasi kepada komunikasi moral yang disebut
umat. Duheim (1982 : 95) yang dikutip oleh Koentjaraningrat dalam Buku
Sejarah Teori Antropologi.
Selanjutnya Menurut Wojowisito (1990 : 105), upacara adalah (a). Tanda
kebesaran (kehormatan), (b). Peralatan, pertemuan pengobatan dan sebagainya.
Ritual adalah teknik (cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci
(sanctifi the custom) Dhavamony (1995 : 175). Ritual menciptakan dan
memelihara mitos, juga adat sosial dan agama. Ritual bisa pribadi atau
berkelompok. Wujudnya bisa berupa doa, tari-tarian, nyanyian, zairah dan
sebagainya.
Berdasarkan pendapat diatas, jelas bahwa ritual merupakan suatu kegiatan yang
dilaksanakan mengandung makna suatu ungkapan yang memberikan rasa terima
kasih yang begitu besar yang dapat diwajibkan dalam bentuk suatu tanda
berdasarkan dari suatu kejadian dalam masyarakat. Jadi ritual dapat dilaksanakan
setalah segala sesuatu atau persiapan yang akan digunukan dalam pelaksana
ritual yang mengandung sarana telah siap untuk dimanfaatkan, dalam memasuki
tahap mediasi ritual menurut kebiasaan adat suku Dayak Agabag di Kecamatan
Kematian adalah merupakan suatu kejadian yan terjadi sekali dalam suatu waktu,
bukan proses yang berkelanjutan atau fenomena berseri. Kematian merupakan
hal yang penting dalam keluarga, sosial dan hubungan bisnis. Penurunan warisan
dan pengontrolan bisnis sering kali bergantung ketika seseorang telah mati. Pada
asebagian masyarakat primitif, semua jenis kebijakan merupakan individual dan
moral. Ketika kepala satu keluarga, suku atau bangsa meninggal, kekuasaannya,
bisa absulut dan diturunkan kepenurusannya. Tidakpastian dari pemimpin tidak
adapat ditoleransi. Sistem legal biasanya mencakup persiapan untuk mengikat
presumsi kematian jika seorang hilang dalam situasi yang membahayakan, yang
todak mungkin dapat bertahan (kecelakaan perahu, peperangan, jatuh sakit).
Menurut kamus kedokteran kematian adalah sebagai berhentinya kehidupan
paru-paru, namun diharapkan pada semua sistem akan gagal dengan cepat setelah
satu dari fungsi vital berhenti.
Selanjutnya Organisasi Kesehatan Dunia (OKD), mengatakan bahwa
kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya suatu tanda-tanda kehidupan secara
permanen, yang terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Kematian saja kita berada,
ia akan tiba pada bila-bila masa tanpa diundang dan tanpa menerima tempo atau batas
waktu.
Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kematian
merupakan terhentinya pernafasan manusia. Kematian terpisahnya roh dari tubuh
manusia dan yang terjadi hanya sekali dalam suatu waktu tanpa batas waktu yang
tidak dapat dipungkiri dalam hidup. Dengan demikian kematian menurut suku Dayak
Agabag merupakan hal yang hanya dialami manusia sekali dalam hidup, oleh karena
itu suku Dayak Agabag sangatlah mengaharukan kematian, sehingga mereka
melakukan ritual, karena mereka percaya dengan melakukan ritual orang yang telah
mati tadi bisa kembali ke alam sana dengan tentram dan tidak bergantayangan
2.7. Ritual Adat Suku Dayak Agabag
a). Ritual
Ritual irau menurut suku Dayak Agabag adalah ritual yang dilakukan oleh
masyarakat Dayak Agabag bersama untuk mengembangkan, melestarikan dan
membangun budaya yang ada pada masyarakat suku Dayak Agabag pada khususnya
di Kecamatan Sebuku. Irau merupakan kegiatan ritual yang dilakukan masyarakat
Dayak Agabag guna melestarikan buday suku Dayak Agabag. Iraudilakukan oleh
suku Dayak Agabag sebagi ritual yang dapat menggali kekayaan suku Dayak Agabag
Irau suku Dayak Agabag ini terbagi 2 yaitu Ritual Ilau Kematian dan Ritual
Iraudalam mengembangkan budaya suku Dayak Agabag.
Sebelum melaksanakan Irau tersebut tentunya harus mempunyai persiapan
yang matang agar pada saat pelaksanaan Irau berjalan dengan lancar. Irau suku
Dayak Agabag ini merupakan acara terbesar bagi suku Dayak Agabag karena dalam
acara perayaannya mengundang beberapa kecamatan Khususnya Kecamatan Lumbis,
Kecamatan Sembakung yang dihadiri oleh semua masyarakat yang ada pada tiap-tiap
kecamatan tersebut. Dalam hal ini merayakan ritual adat seperti ritual Irau Kematian
dan ritual Irau melestarikan budaya suku Dayak Agabag.
Maka dari upacara Dayak Agabag ini adalah dipercaya sebagai simbol
kemakmuran. Irau adat ini juga dapat membentuk suatu organisasi yaitu dewan adat
yang dibentuk berdasarkan kelembangaan adat. Dewan adat dalam hal ini dibentuk
keberadaan adat ditengah-tengah hukum adat. Hal ini sesuai dengan kondisi
masyarakat yang menginginkan adanya wadah atau organisasi masyarakat hukum
adat yang mengayomi dan melindungi masyarakat hukum adat beserta dengan
hak-hak tradisional.
b). Selamatan
Selamatan adalah ritual yang kesukaan dan kegembiraan, seperti ritual
kelahiran, perkawinan, naik rumah baru, ulang tahun, mendapat rezeki dan
penanaman beni padi. Selamatan bagi suku Dayak Agabag merupakan suatu hal yang
dirayakan yang sewaktu-waktu yang dihadiri oleh orang-orang tertentu saja dan juga
keluarga dari yang melaksanakan keselamatan tersebut. Selamatan ini dilakukan
dengan tujuan mensyukuri apa yang meraka berikan dalam kehidupannya. Menurut
suku Dayak Agabag apabila tidak mensyukuri apa yang diberikan oleh yang Maha
Kuasa, maka akan sia-sia. Mereka juga percaya bahwa bagi yang melaksanakan
keselamatan tadi, roh-roh dari nenek moyang akan menambah rezeki kepada mereka,
sehingga apa yang mereka dapat dalam kehidupan mereka tidak akan hilang dan
mudah habis.
Selamatan suku Dayak Agabag ini hanya dilaksanakan pada malam hari
kerena pada malam hari orang-orang yang diundang bisa hadir semua. Acara
selamatan suku Dayak Agabag ini merupakan acara sederhana saja karena bentuk
2.8. Pemahaman Kematian Menurut Suku Dayak Agabag
Upacara adat bagi suku Dayak Agabag dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1). Ritual adat Selamatan ialah ritual yang berhubungan dengan kesenangan atau
kegembiraan misalnya : pesta perkawinan, pesta ulang tahun,naik rumah baru,
mendapat rezeki, melahirkan dan sebagainya.
2). Ritual Irau berhubungan dengan kesedihan atau ritual kematian atau pemakaman
dan juga untuk memperat hubungan tali kekeluargaan antara desa satu dengan
desa yang lainnya dan antar kecamatan digabung menjadi satu dalam
melestarikan budaya suku Dayak Agabag yang ada secara turun-menurun agar
tidak punah.
Kematian adalah perpisahan antara roh dengan tubuh manusia. Roh kembali
pada Sang Pencipta (Tuhan). Sedangkan tubuh kembali pada asal mulanya yaitu
tanah dan debu. Kematian menurut suku Dayak Agabag adalah terpisahnya roh
manusia dari tubuh manusia dan kembali ke alam jagad raya dimana disana dia akan
tentram untuk selamanya dan bersama-sama dengan roh-roh yang telah terdahulu,
kembalinya emas untuk sampai alam gaib dimana kehidupan sama tetap menjalin
2.9. Tahap-tahap Pelaksanaan Proses Ritual Kematian Suku Dayak Agabag
Dalam kepercayaan Amakan yang menyatakan apabila seorang yang baru
saja meninggal dunia, orang tersebut benar-benar telah dianggap mati dan kembali ke
alamnya dimana asal mulanya ia diciptakan dan jenazahnya tidak boleh langsung
dikuburkan. Tetapi harus melalui tahap-tahap ritual dalam tata cara yang telah
digariskan oleh kepercayaan Amakan. Tahap-tahap ritual ini tadak berdasarkan atasa
stratifikasi dalam masyarakat kerana tidak mempunyai tingkatan yang berbeda dalam
pelaksanaan ritualnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, syarat-syarat ketentuan ajaran-ajaran
kepercayaan Amakan, maka proses ritual adat kematian suku Dayak Agabag dapat
diklasifikasikan atas beberapa bagian yaitu :
1. Angingkula, ilau
Ritual ini merupakan ritual acaranya sangat meriah dan membutuhkan waktu
yang cukup lama.
Dalam ritual Angaju Da Ulun Matoi selanjutnya dilakukan lagi 5 (lima) tahapan
yaitu :
a). Amambadu da bangkay, (Artinya kasih baju jenazah yang sudah meninggal
b). Ulun muoy antangi, (Artinya orang dari Desa yang lain datang menangis)
c). Amuluy da uwong da mato,(Menyimpan uang dimata orang yang sudah
meninggal)
d). Amonsoy Da pati,Artinya (Membuat peti jenazah)
f). Angulid,(Artinya kasih naik hantu di rumah duka
2. Amungkak, amika
Ritual ini dilaksanakan hanya sehari dan waktu pelaksanaannya pada siang hari.
Dalam ritual ini masih dijabarkan lagi atas delapan 8 (delapan) tahapan yaitu :
a). Amonsoy da baloy abuat (Membuat rumah panjang atau lamin)
b). Sumaluang(orang datang memberi sembako berupa barang atau uang
c). Gilapas kajang(Melompat-melompat)
d). Angkayou da kampung banyanyi sibalos(Berkunjung di desa lain sambil
bernyanyi berbalas-balasan)
e). Aginum Angilad-gilad(Minum bersama-sama tamu)
f). Anapap da baloy abuat(memukul rumah panjang Atau lamin)
g). Agalap da umau da ayu sibalos(Memberi minyak di muka orang
berbalas-balasan
h). Angintilu( meniru gaya orang)
3. Andukou
Ritual ini dilaksanakan pada malam hari dan waktu pelaksanaannya setiap malam
sampai jenazah di kebumikan. Dalam ritual ini masih dijabarkan menjadi 2 (dua)
yaitu :
1). Amunak (Orang Datang memberi suka duka kepada keluarga yang
berduka
2). Apasak da gampuan (Kasih naik hantu dirumah duka apabila api biru
2.10. Definisi Konsepsional
Adapun yang menjadi definisi konsepsional dalam penelitian ini adalah :
1.) Kematian suku Dayak Agabag adalah acara memakamkan jenazah, namun bagi
suku Dayak Agabag ritual ini merupakan hal yang sangat sakral.
2.) Suku Dayak Agabag adalah salah satu suku yang mendiami di Kalimantan Utara.
Dimana lampau Tanah Dayak Agabag hidup tujuh bersaudara Tuju Aga-aka
3.1. Jenis Penelitian
Berdasarkan bentuk atau format judul penelitian ini, maka dapat
dikategorikan bahwa jenis dari penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memaparkan dan bertujuan
memberi gambaran serta menjelaskan dari variabel yang diteliti.
Metode kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan
orang-orang perilaku yang di amati Bogdan dan Tailor dalam Maleong (2001 : 3).
Deskriptif adalah data yang dikumpul berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Dari pendapat ini, dijelaskan penelitian deskriptif dalam
penyajian data lebih kepada, kata-kata, kalimat atau pun gambar, juga berupa
naskah wawancara, catatan lapangan, videotape, dokumen pribadi, dokumen
resmi atau memo. Hasil ini disebabkan oleh karena adanya penerapan metode
kualitatif.
Dapat disimpulkan bahwa pendapat diatas, dalam penelitian ini
masyarakat umum lebih cenderung bersifat menggambarkan dan selanjutnya
memaparkan fakta-fakta tentang proses ritual adat kematian suku Dayak
3.2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah pengertian konsep yang terdiri dari
unsur-unsur yang terkait satu dengan yang lain sehingga satu pengertian dari objek
yang akan diteliti.
Menurut Masri Singarimbun dan soyyan Effendi (1989 : 28) bahwa
konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak, kejadian kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian
ilmu tersebut.
Berdasarkan teori diatas dan sesuai dengan judul penelitian ini yaitu :
Studi tentang proses ritual adat kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban
Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan. Maka penelitian ini memilih
indikator-indikator yaitu :
1. Proses ritual adat kematian suku Dayak Agabag di desa Tetaban
Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan.
2. Proses ritual sebelim ritual pemakaman ialah kegiatan ritual yang
dilakukan pada saat sebelum memakamkan Jenazah dan jenzah masih
ada dirumah.
3. Proses ritual pada saat ritual pemakaman ialah suatu kegiatan ritual
yang dilakukan pada saat memakamkan jenazah.
4. Proses ritual sesudah ritual pemakaman ialah suatu kegiatan yang
5. Faktor-faktor penyebab kurang terlaksananya proses ritual kematian
Semunad, Sekikilan, Kalunsayan, Tembalang, Salang, Tinampak I, Tinampak
II, Tau Baru, Naputih dan Balatikon. Selain desa-desa yang terbesar di kedua
sungai di atas, juga terdapat Desa Pembeliangan yang terletak di sungai Sebuku
dan Desa Makmur dan Sanur yang terletak diwilayah pengembangan
transmigrasiSP I dan SP II,Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. Dipilihnya
Desa Tetaban Kecamatan Sebuku sebagai tempat penelitian dikarenakan
7. Desa Lulu
8. Desa Sujau
Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan sumber data yang diambil dari
narasumber yang memnuhi kriteria atau orang-orang yang berkompeten untuk
ditunjuk sebagai informasi, untuk menghindari informasi data yang tidak
objektif.
Adapun jenis data dalam penelitian ini meliputih :
1. Data primer : Merupakan data yang diperoleh melalui informan dengan cara
melakukan tanya jawab secara langsung dan dipandu melalui pedoman
wawancara sesuai dengan fokus penelitian yang diteliti. Informan menurut
Moleong (2002 : 90) adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang peneliti. Informan
berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim walaupun bersifat
informan.
2. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Key informan yang dipilih
melalui metode Purposiv sampling, yaitu pemilihan sekolompok sobjek atas
ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut
yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya sedangkan informan nya adalah beberapa orang masyarakat
setempat di Desa Tetaban, Kepala Desa dan Toko Masyarakat, yang dipilih
yang direkomendasikan oleh Key informan sehingga diharapkan dapat
memperoleh data yang valid dan lengkap.
3. Data Sekunder : Merupakan data yang diperoleh dari dokumen dan arsip
yang ada.
Tabel I : Daftar Nama yang menjadi sumber data primer
No Jabatan Jumlah Keterangan
1. Kepala Desa 1 Informan
menggunakan teknik tertentu untuk memperoleh data yang sesuai dengan objek
penelitian ini data-data yang penulis kumpulkan adalah data yang berhubungan
langsung dengan proses ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa
Untuk memudahkan dan mendapatkan data-data atau bahan-bahan yang
diperlukan dalam kegiatan penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data yang relavan dengan menggunakan metode antara
lain, yaitu :
1. Teknik Observasi
Teknik Observasi yang di maksud dalam penelitian in adalah berupa
pengumpulan data-data dengan cara penelitian secara langsung untuk turun
ke lapangan atau ke tempat penelitian guna untuk mengumpulkan
data-data yang didapat atau diperoleh dari pihak-pihak yang ada di tempat
penelitian.
2. Wawancara
Teknik Wawancara yang dimaksud adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan dilakukan oleh peneliti dengan cara subyek penelitian
dan kepada para informan dengan terlebih dahulu memohon kesediaan
waktu untuk percakapan itu. Dalam melakukan wawancara, maka
pengumpulan data dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder,
gambar brosul dan lain-lain yang dapat memperlancarkan proses
wawancara tersebut. Adapun langkah-langkah wawancara adalah :
a) Menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan.
b) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang menjadi bahan wawancara.
c) Melangsungkan alur wawancara.
e) Mengidentifikasi tidak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
f) Teknik ini dipergunakan untuk penelitian, terutama Tomas (Tokoh
Masyarakat)
3. Dokumentasi
Untuk menunjang data yang diperoleh melalui wawancara dan
obsevasi, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan dokumentasi. Dalam hal ini penulis memperoleh informasi dari
berbagai sumber antara lain berupa catatan pribadi, surat-surat, dokumentasi
resmi, keterangan-keterangan, laporan dan foto-foto tentang proses ritual Adat
Kematian Suku Daya Agabag di Desa Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten
Nunukan.
3.4 Analisis Data
Yang dimaksud dalam analisis data adalah Analisis data deskriptif
Kualitatif, yaitu menganalisa berdasarkan hasil wawancara tentang proses
ritual adat suku Dayak Agabag di Tetaban Kecamatan Sebuku Kabupaten
Nunukan. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Milles dan Huberman
(1992 : 16) bahwa dalam penelitian analisis data kualitatif terdiri dari empat
komponen yaitu :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah data pertama dan masih bersifat mentah yang
2. Penyederhanaan Data (Data Reduction) adalah proses memilih,
memfokuskan, menterjemahkan dengan membuat catatan yang telah
disortil atau diperiksa. Tahap ini merupakan tahap analisis data yang
mempertajam atau memuaskan, membuat dan sekaligus dapat dibuktikan.
3. Penyajian Data (Data display) adalah menyusun informasi dengan cara
tertentu sehingga diperlukan memungkinkan penarikan kesimpulan dan
tindakan. Penyajian data didalam penelitian akan dituangkan dalam bentuk
grafik, jaringan, atau bagan. Semuanya dirancang menggabungkan
informasi yang tersusun dalam bentuk padu, mudah diraih dan dipahami.
4. Penarikan Kesimpulan (Conclution Drawing) adalah merupakan langkah
ketiga meliputi makna yang telah disederhanakan, disajikan dalam
pengujiandata dengan cara mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan
secara logis dan metodelogi, konfigurasi yang memungkinkan dipreeksi
hubungan sebab akibat hukum-hukum empiris.
Jelaskan data kualitatif merupakan analisis data yang terdiri dari
pengumpulan data,reduksi data atau penyederhaan data, penyajian data dan
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi Data
Kesimpulan/verifiuk Gambar : 1 Bagan Analisis data Model interaktif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Sekilas Gambar Desa Tetaban
Dalam meleksanakan penelitian, mengatahui kondisi yang akan diteliti
merupakan hal yang sangat penting yang harus terlebih dahulu diketahui oleh
peneliti. Adapun lokasi yang akan diteliti oleh peneliti Desa Tetaban Kecamatan
Sebuku Kabupaten Nunukan .Sehubungan dengan penelitian ini, maka yang harus
diketahui oleh peneliti adalah kondisi geografis, demografis, keadaan sosial ekonomi
Sdan gembaran subyek peneliti.
1. Kondisi geografis
a. Letak Desa
Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah Desa tetaban Kecamatan
Sebuku Kabupaten Nunukan. Desa Tetaban termasuk wilayah yang terletak pada
dataran rendah, dimana sebagian wilayah sebelah utaratermasuk wilayah dataran
tinggi dan sebagian wilayah sebelah selatantermasuk pada dataran sedang. Untuk
mencapai daerah satu Desa ke desa yang lainnya jaraknya berjauhan sehingga untuk
mencapai daerah satu ke daerah yang lain harus menggunakan kenderaan. Kenderaan
yang bisa digunakan adalah kendaraan air berupa long boat atau ketinting, selain itu jalan darat yaitu kendaraan roda dua. Jarak antara desa ke kota letaknya cukup jauh.
Tabel 4. 1 jarak desa ke kota
No Keterangan Jarak Waktu Tempuh
1 Dari Desa Ke Kecamatan 50km 3 Jam
2 Dari Desa Ke Kabupaten - 6 Jam
Sumber data :profil Desa Tetaban
a. Batas Desa
Tetaban terletak didahulu bagian sungai kecamatan Sebuku yang langsung
berbatasan dengan desa lain yang masih dalam satu kecamatan. Desa Tetaban terletak
disebalah kanan mudik dari pusat Kecamatan, adapun batas Desa Tetaban dengan
Desa lainnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. 2 Batas Desa
Desa Batas Desa
Tetaban
Utara Tulid Onsoi dan SP, Trans
Selatan Kecamatan Sembakung
Pusat Statistik) Kabupaten Nunukan Tahun 2016, Luas wilayah Desa Tetaban adalah
daratan rendah dan sebagian daerah daratan tinggi, serta memiliki rawah yang cukup
luas.
1. Demografis
Adapun jumlah penduduk Desa Tetaban menurut Jenis Kelamin dapat
dilahat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 jumlah penduduk menurut jenis kelamin
No Jenis kelamin Jumlah (orang)
1 Laki-laki 281
2 Perempuan 245
Jumlah 526
Sumber Data : Rekapitulasi Penduduk Desa Tetaban
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bawah jumlah penduduk
Desa Tetaban tahun 2016 sebanyak 526 jiwa terdiri dari Laki-laki 281 orang dan
perempuan 245 orang.
a. Mata Pencarian
Mata pencarian penduduk Desa Tetaban mayoritas adalah betani badan
umumnya jenis tanaman yang ditanam adalah singkiong (yang merupakan makanan
pokok masyarakat setempat) dan beberapa jenis tanaman seperti padi, jagung, dan
kacang-kacangan ini merupakan tanaman semusim. Beberapa pekerjaan lain dari
masyarakt dinataranya adalah: Guru sekolah, pedagan, tukang bangunan, penjaga
sarang burung wallet, pencari kayu gaharu, pencari ikan yang bersifat untuk
Memasang Jerat (perangkap) untuk menangkap buruan. Penduduk Desa tetaban
adalah penduduk yang hemogen, namun demikian penduduk yang mayoritas di Desa
Tetaban adalah Suku Dayak Agabag.
Berikut ini merupakan tabel mengenai jumlah desa Tetaban menurut mata
pencarian.
Tabel 4.4 jumlah Penduduk Menurut Mata pencarian (pekerjaan) No Mata pencaharain Jumlah (orang)
1 Polri 2
2 Tenaga Honor 29
3 Tukang 30
4 Petani 210
5 Pensiunan 19
6 Pedagang 19
7 Swasta 50
8 Staf Desa 5
9 PNS 20
10 Karyawan Perusahan 90
11 Pencari kayu Gaharu 30
12 Pencari Rotan 13
Jumlah 526
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Tetaban
Berdasarkan mata pencahrian tahun 2016, Porli 2 % orang, Honor 29% orang,
Tukang 30% orang, Petani 210% orang, Pensiunan 19% orang, Pedagang 19% orang,
Swasta 50% orang, Staf Desa 5% orang, PNS 20% orang, Keryawan perusahan 90%
orang, Pencari Gaharu 30% orang, Pencari Rotan 13% orang.
b. Tingkat Pendidikan
Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, penduduk desa
Tetaban juga mempunyai peran dalam bidang pendidikan sesuai dengan program
yang dianjurkan oleh pemerintah. Hal ini didukung dengan berdirinya sarana
pendidikan yaitu SDN 003 Sebuku di Desa Tetaban.
Walaupun sarana pendidikan tercukupi, tetapi ada pula beberapa orang yang masih
putus bersekolah. Hal ini disebabkan oleh factor rendahnya kesedaran penduduk
terhadap pentingnya pendidikan itu sendiri dan factor ekonomi yang serba
kekurangan sehingga cenderung untuk memilih bekerja.
Untuk lebih jelas tentang keadaan penduduk Desa Tetaban yang bersekolah
berdasarkan tingkat pendidikan dapa dilahat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 jumlah penduduk Menurut tinggi pendidikan.
No Tingkat pendidikan Jumlah
1 2 3
1 Perguruan Tinggi 20
2 Belum Tamat SD 200
Lanjutan tabel 4.5
1 2 3
4 Tamat SMP 50
5 Tamat SMA 27
6 Tidak Sekolah 88
Jumlah 526
Sumber data: Monografi Kantor Kepala Desa Tetaban
Dari tabel diatas dapat ketahui bahwa jumlah penduduk Desa Tetaban
berdasarkan tingkat pendidikan Tahun 2016, Perguruan Tinggi 20 orang, belum
Tamat SD 200 orang, Tamat SD 141 orang, Tamat SMP 50 orang, Tamat SMA 27
orang, Tidak bersekolah 88 orang.
c. Agama
Sebagian besar penduduk Desa Tetaban dominan menganut Agama Kristen
protestan.Hal ini ditunjang dengan adanya gereja yang digunakan untuk
melaksanakan kewajiban selaku umat yang beriman bertakwa Kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Disamping itu juga ada penganut Agama lain, yaitu Agama Islam.
Walaupun dengan keanekaragaman dalam menganut keyakinan yang berada di Desa
Tetaban akan tetapi merka hidup secara berdampingan atas dasar saling
Tabel 4.6 jumlah penduduk menurut Agama dan kepercayaan
No Agama Jumlah (orang)
1 Kristen Protestan 363
2 Kristen Khatolik 159
3 Islam 4
4 Hindu -
5 Budha -
Jumlah 526
Sumber data: Monografi Kantor Kepala Desa Tetaban
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk desa Tetaban
berdasarkan Agama Tahun 2016, Kristen Kahtolik 159 orang, Kristen Protestan 363
orang, dan Islam 4 Orang.
4.2. Proses Ritual Adat Kematian Suku Dayak Agabag di Desa Tetaban
Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan
Menurut penjelasan Bapak Iskandar dan bapak Kuasi sebagai Tokoh Maysrakat Desa Tetaban. Bahwa pelaksanaan ritual kematian suku dayak Agabag dilatar belakangi oleh kepercayaan nenek moyang (Akion) yang dikenal dengan nama Amakan( Belau). (Wawancara 10 Juni 2016.
Adapun pelaksanaan ritual adat Kematian yang dilakukan oleh suku Dayak Agabag
4.2.1. Ritual Adat Awal Kematian
a. Antigug Agung
Antigug Aguung yaitu memukul gong dengan pukulan khusus. Tujuan memukul gong tersebut memberi tanda atau informasi kepada masyarakat desa-desa lain, bahwa pada
saat itu ada orang yang baru saja meninggal dunia di desa asal gong yang dibunyikan
tadi.
Bagi masyarakat yang mendengar suara gong tersebut bisa memberi informasi
kepada desa lain termasuk keluarga orang yang baru meninggal tadi yang berjahuan
tempat tinggalnya (di desa lain). Bagi masyarakat dari desa lain yang mendengar
maupun mengetahui hal tersebut akan datang melihat jenazah dan masing-masing
membawah sumbangan bagi keluarga duka yang berupa sembako (sembilan bahan
pokok) dan uang untuk disumbangkan kepada keluargah sebagai tanda penghormatan
dan turut berduka cita.
Pada saat adanya orang meninggal tadi apabila dari masyarakat lain maupun
keluarga yang tidak mendengar atau tidak mengetahui adanya orang meninggal, maka
pada saat mereka melaksanakan aktivitas seperti: berburu maupun bekerja dikebun
dalam hal menanam benih dan tiba-tiba pada waktu bersamaan ada yang meningal
dunia, maka bagi yang berburu binatang buruan nya akan hilang tiba-tiba bahkan
hidup kembali setelah dubunuhnya, karena roh-roh alus dari semua nenek moyang
masuk dalam tubuh binatang buruan tadi, terutama roh orang yang baru meningal
tersebut. Bagi petani hasil tidak memuaskan bahkan tidak tumbuh apabila pada saat
bersamaan dengan meningal nya orang tersebut tidak tumbuh begitu bagus bakan
mati karena, menurut keyakinan nenek moyang Dayak Agabag tanaman yang kita
tanaman akan mengikuti orang yang meningal begitu saja. Hal ini bisa terjadi apabila
kita tidak mengetahui adanya orang yang meningal dunia.
Dengan adanya pemberitahuan melalui informasi pukulan dari suara gong tadi
baik petani maupun si pemburu akan tau bahwa ada orang yang baru saja meninggal
dunia, dengan sepegetahuannya ada orang meningal maka pemburu tadi tidak akan
kehilangan hasil buruannya. Petani juga merasakan hasil panennya, karena mereka
sempat mengucapkan: kami lagi menanam ini kasihkan kami hasil panen yang banyak. (Wawancara Bapak Bakuas sebagai ketua Adat Desa Tetaban 19 Juni 2016)
b. Angaju da bangkai
Angaju da bangkai yaitu memandikan mayat yang baru saja meniggal dunia. Hal ini dilakukan karena sudah menjadi tradisi dan sangat perlu, karena dengan
dimandikan mayat tersebut samapai bersih untuk memasuki dunia barunya di alam
jagat raya di mana dia akan memasuki hidup dan berpindah alam bersama-sama