• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karet EPDM awalnya dipublikasikan di Amerika secara komersil tahun 1962.

Hingga saat ini karet EPDM adalah karet yang memiliki pertumbuhan yang paling cepat yaitu mencapai 6% per tahunnya. Dimana berat molekul dari elastromer ini telah banyak dinyatakan sebagai suatu viskositas money. Adapun viskositas money paling minimum dari karet EPDM adalah 20 dan paling maksimum 100 (Morton, 1987).

Karakteristik dari karet sintesis EPDM ialah memiliki berat molekul yang tinggi dan merupakan suatu elastromer berwujud padat. Karet EPDM mempunyai nilai viskositas larutan yang encer 1,6-2,5 yang dapat dihitung dengan 0,2 gram karet

EPDM per desiliter toluene pada suhu 250C. Karet EPDM mempunyai nilai kekuatan tarik sekitar 800-1800 psi dan sifat kemulurannya mencapai 60% (Baituk, 1976).

Gambar 2.2 Struktur Karet Sintesis EPDM

2.5 Komposit

Penggunaan komposit pada bidang industri bukan lagi menjadi hal yang asing. Karakteristiknya yang dapat digunakan telah sesuai dengan kebutuhan dan juga proses manufaktur yang sudah relatif murah, untuk pembuatan bahan komposit menjadi bahan yang sering dimanfaatkan pada industri sekarang ini. Dimana densitas dari material komposit sangat minimum sehingga massanya lebih ringan jika dibandingkan dengan logam, akan tetapi karakteristik secara mekanik dari material komposit dapat menyerupai atau bahkan melampaui material dari logam (Arif, 2019).

Komposit merupakan suatu material yang terbentuk dari proses penggabungan dua atau lebih komponen yang berbeda. Komposit termasuk plastik yang diperkuat dengan serat, logam, keramik, dan kopolimer plastik yang berpengisi ataupun campuran dua atau lebih material untuk menghasilkan bahan yang baru (Kroschwitz et al, 1987).

2.5.1 Sifat Papan Komposit

Adapun sifat maupun karakteristik dari komposit menurut Matthew, 1999 : 1. Material yang menjadi penyusun komposit

Sifat dari komposit dapat diketahui berdasarkan sifat bahan penyusun sesuai rule of mixture sehingga dapat berbanding secara proporsional.

2. Bentuk dan penyusunan struktur dari penyusun

Bentuk dari cara penyusunan komposit yang dapat mempengaruhi sifat dari komposit itu sendiri.

3. Interaksi antar penyusun dan bila terjadi interaksi antara penyusun maka dapat meningkatkan sifat dari komposit itu sendiri.

2.5.2 Pembagian Komposit

a. Berdasarkan matriksnya komposit dibagi menjadi 3 bagian yakni :

1. Metal matrix composite (MMC) yaitu komposit dengan menggunakan matriks logam.

2. Ceramic matrix composite (CMC) ialah komposit dengan menggunakan matriks keramik.

3. Polymer matrix composite (PMC) ialah komposit dengan menggunakan matriks polimer.

b. Berdasakan jenis penguatnya :

1. Material komposit serat ialah suatu komposit yang disusun oleh serat dan bahan dasar yang diproses secara fabrikasi, contohnya serat dengan resin sebagai bahan perekat, misalnya FRP (Fiber Reinforce Plastic) plastik yang diperkuat dengan serat dan umunya digunakan disebut dengan fiber glass.

2. Komposit lapis ialah komposit yang terdiri dari lapisan dan material penguat, misalnya polywood, laminated glass yang umumnya dipergunakan untuk bahan bangunan.

3. Komposit partikel ialah komposit yang terdiri dari partikel dan material penguat misalnya, butiran (batu dan pasir) yang dapat diperkuat dengan semen yang telah sering kita kenal dengan beton.

2.6 Selulosa

Selulosa adalah suatu bahan polimer berbentuk linier yang memiliki unit monomer berupa glukosa. Selulosa umumnya banyak diperoleh di alam diantaranya ada pada kayu dan juga daun. Selulosa mempunya peran yang besar di berbagai industri sebagai emulsifer (senayawa pengemulsi), pengental (thickener), senyawa anti penggumpalan dan sebagainya. (Rochmadi, 2015).

Berdasarkan derajat polimerisasi dan kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida (NaOH) 17,5% selulosa digolongkan kedalam 3 jenis yakni :

1. Selulosa α (alpha cellulose) merupakan selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan derajat polimeri sasi 600-1500. Selulosa α dipakai sebagai penduga atau penentu tingkat kemurnian selulosa. Selulosa α merupakan kualitas selulosa yang paling ting gi (murni).

2 Selulosa β (betha cellulose) merupakan selulosa berantai pende, larut dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan derajat polimerisasi 15-90, dapat mengendap bila dinetralkan.

3. Selulosa γ (gamma cellulose) merupakan sama dengan selulosa β, tetapi dera jat polimerisasinya kurang dari 15. Bervariasinya struktur kimia selulosa (α, β, γ) mempunyai pengaruh yang besar pada reaktivitasnya. Gugus-gugus hi droksil yang terdapat dalam daerah-daerah amorf sangat mudah dicapai dan mudah bereaksi,sedangkan gugus-gugus 9 hidroksil yang terdapat dalam dae rah-daerah kristalin dengan berkas yang rapat dan ikatan antar rantai yang kuat mungkin tidak dapat dicapai sama sekali. Pembengkakan awal selulosa diperlukan baik dalam eterifikasi (alkali) maupun dalam esterifikasi (asam) (Shofianto, 2008).

2.7 Polistirena

Pertama kalinya polistirena diteliti pada tahun 1839 oleh Eduard Simon, seorang apoteker berkebangsaan Jerman. Polistirena merupakan sebuah polimer dengan monomernya stirena, sebuah hidrokarbon cair yang dapat dibuat secarakomersial dari minyak bumi. Pada suhu ruangan polistirena umumnya bersifat termoplastik padat, tidak mudah patah dan tidak beracun serta dapat juga mencair pada suhu yang lebih tinggi (Anonim, 2012).

Polistirena adalah suatu bahan baku penting dalam berbagai produk polimer.

Dari jumlah stirena yang dihasilkan, hamper 50% dapat digunakan untuk membuat polistirena. 20% untuk elastromer, resin tremoset dan juga disperse polimer, 15%

dalam kopolimer ABS dan SAN, 10% dalam polistiren yang diperluas (EPS), serta sisanya dalam berbagai kopolimer dan bahan khusus (Wunsch, 2000).

Polistirena juga sangat mudah untuk diproses. Kestabilan dan alirannya dibawah kodisi cetakan suntik membuat polistirena menjadi polimer yang ideal dalam teknik ini. Sifat-sifat optiknya seperti warna, kejernihan dan lain sebagainya

sangatlah baik, dan tingginya indeks refraksinya (1,60) dapat membuat polistirena sangat berguna untuk komponen optik yang berbahan plastik. Polistirena adalah suatu isolator listrik yang baik dan memiliki dielektrik yang rendah. Kekuatan tariknya mencapai sekitar 8000 Psi. Akan tetapi polistyrena dapat diserang dengan mudah oleh berbagai jenis pelarut, termasuk bahan pembersih. Kestabilannya terhadap cuaca luar sangat rendah polistirena akan berubah warna menjadi kuning.

Dua kekurangan utama sifat mekanik dari polistirena ialah kerapuhannya dan kerelatifannya mengalami pembelokan panas pada suhu rendah dari 82 – 880C,Oleh karena itu polistirena tidak dapat disterilkan (Billmeyer, 1984).

Tabel 2.2 Sifat-sifat Polistirena

Sifat Fisik Ukuran

Densitas 1050 kg/m3

Densitas EPS 25-200 kg/m3

Spesifik Gravitasi 1,05

Konduktivitas Listrik (s) 10-16 S/m

Modulus Young (E) 3000-3600 MPa

Xilena ialah suatu hidrokarbon aromatik yang tersusun oleh cincin benzena yang memiliki dua subsituen metil. Xilena mempunyai tiga buah isomer dimetilbenzena dengan rumus kimia C6H4(CH3)2 akan tetapi struktur molekulnya berbeda pada penempatan gugus metilnya. Xilena merupakan suatu cairan yang tidak berwarna, memiliki titik leleh sekitar -47,870C dan memiliki kerapatan 0,87 g/ml, bersifat mudah terbakar dan titik didihnya sekitar 1400C. Adapun struktur dari xilena dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.3 Struktur Xilena

Campuran bahan xilena komersia adalah tidak memiliki warna, tidak kental, dan mudah terbakar, juga cairan yang beracun yang tidak dapat larut didalam air akan tetapi dapat larut dengan baik dalam pelarut organik.

Berikut ini merupakan tabel 2.3 Sifat Fisika Xilena

Sifat Fisika Ukuran

Berat Molekul 106.16 g/mol

Densitas 0,864 g/cm3 (200C)

Klorobenzena merupakan suatu senyawa yang berasal dari golongan benzena dengan rumus kimianya C6H5Cl. Senyawa klorobenzena ini umumnya diperoleh dengan cara mereaksikan senyawa fenol dengan fosfor pentaklorida, Senyawa ini tidak dapat larut dalam air dan mempunyai titik lebur yaitu -450C dan titik didihnya 1310C. Berikut ini adalah merupakan gambar struktur dari senyawa klorobenzena (Ayu, 2021).

Gambar 2.4 Klorobenzena

Dokumen terkait