• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hari/Tanggal: Waktu: Tempat: Pelaku: Peristiwa:

menjalankan humas, termasuk di dalamnya. Pada level pimpinan organisasi, informan utama dalam penelitian ini adalah mantan anggota Lembaga Humas dan Publikasi, sekretaris umum, hingga sekretaris yang bertanggungjawab terhadap pelaksanan humas. Informan pendukung terdiri atas para pimpinan maupun sumber lain yang dianggap relevan terkait dengan penerapan humas oleh PPA pra dan paska Muktamar ke-46 sesuai dengan kebutuhan peneliti saat berada di lapangan. Secara spesifik, berdasarkan penelusuran awal peneliti, para informan dari jajaran eksekutif puncak tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Chamamah Soeratno: Saat ini mengemban amanah sebagai ketua PPA yang berkonsentrasi pada hubungan luar negeri. Meskipun demikian, ia adalah ketua umum PPA pra Muktamar ke-46 yang bertugas untuk mengendalikan organisasi secara keseluruhan termasuk humas.

b. Siti Noordjannah Djohantini: Saat ini mengemban amanah sebagai ketua umum PPA yang bertugas mengendalikan organisasi secara keseluruhan termasuk sekretaris yang menangani mekanisme pelaksanaan humas paska Muktamar ke-46.

c. Dyah Siti Nur’aini: Saat ini mengemban amanah sebagai sekretaris umum yang bertanggungjawab mengelola mekanisme humas sesuai dengan keputusan pleno pertama paska Muktamar ke-46.

d. Trias Setiawati: Saat ini mengemban amanah sebagai sekretaris yang secara khusus menangani mekanisme pelaksanaan humas.

e. Twediana Budi Hapsari: Saat ini tidak terlibat dalam kepengurusan ‘Aisyiyah tingkat pusat. Namun, pra Muktamar ke-46, ia merupakan anggota

aktif lembaga humas dan publikasi. Mantan Ketua Lembaga Humas dan Publikasi sendiri, Siti Hariti Sastriani, sudah meninggal dunia pada trimester pertama tahun 2012.

f. Witriani: Saat ini mengemban amanah sebagai anggota lembaga pengembangan dan penelitian. Namun, seperti Hapsari, ia merupakan anggota aktif lembaga humas dan publikasi sebelum Muktamar ke-46.

Keseluruhan informan di atas tidak bersifat baku. Pada saat penelitian berlangsung, informan yang diwawancara bisa saja berubah dengan menghormati faktor tanggung jawab informan pada organisasi maupun rekomendasi dari informan awal yang diwawancara.

6. Metode Analisis Data

Peneliti sebagai instrumen pokok penelitian akan mendeskripsikan secara konstruktif data yang dikumpulkan untuk kemudian dianalisis guna mengetahui bagaimana model – model humas diterapkan oleh PPA, pra dan paska Muktamar ke-46. Dengan kata lain, penelitian ini mengikuti kajian secara konstruktivis yang dikembangkan oleh para peneliti kasus yang bercorak naturalistik. Hal ini memungkinkan periset untuk menggabungkan deskripsi objektif dan interpretasi personalistik dalam menganalisis data, disertai dengan sikap hormat dan rasa keingintahuan serta sikap empatik pada fenomena yang sedang diteliti.

Secara umum strategi analisis studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyandaran pada proposisi – proposisi teoritis (relying on theoretical propositions). Proposisi – proposisi teoritis utama dalam penelitian ini merujuk pada The Hunt Grunig Model yang sudah dioperasionalisasikan pada kerangka pemikiran di atas. Proposisi – proposisi tersebut akan membantu peneliti dalam memprioritaskan data yang dianalisis untuk dikategorikan dalam dimensi – dimensi penerapan humas, digolongkan dalam tipologi atau model tertentu dan dikaji latar belakangnya. Meskipun demikian, dalam proses analisis penelitian ini juga tetap terbuka terhadap perspektif teoritis yang lain jika fakta di lapangan ternyata berbeda sama sekali dengan proposisi-proposisi The Hunt Grunig Model.

Secara khusus, teknik yang digunakan adalah pattern matching di mana peneliti memasukkan data yang terkumpul dalam kategori-kategori tertentu sesuai dengan kemiripan pola – pola data tersebut dengan teori yang dirujuk untuk kemudian diinterpretasi dan diambil kesimpulannya. Secara detail, tahap – tahap pengolahan analisis data tersebut terdiri atas:

a. Editing: pada tahap editing, data yang telah terkumpul ditranskrip dan dibaca kembali dengan memperhatikan kelengkapan dan kesempurnaan data, kejelasan tulisan, pemahaman catatan, konsistensi data, keseragaman satuan yang digunakan dalam data dan kesesuaian jawaban.

b. Koding: pemberian kode pada data untuk memudahkan analisis. Dalam hal ini, data yang telah terkumpul diberi kode atau dimasukkan dalam kategori tertentu. Peneliti menggunakan tiga kategori dan empat sub-kategori. Tiga kategori tersebut adalah model penerapan humas, faktor – faktor yang

mempengaruhi penerapan humas serta karakteristik tambahan penerapan humas PPA yang tidak termasuk dalam kategori sebelumnya. Adapun empat sub-kategori terdiri atas empat dimensi penerapan humas yakni komunikasi satu arah versus dua arah, efek komunikasi asimetris versus asimetris, bentuk komunikasi interpersonal versus termediasi dan dimensi etis.

c. Tabulasi data: penyajian atau diskripsi data dalam bentuk tabel atau daftar yang mendiskripsikan data secara kronologis berdasarkan kategori-kategori yang telah dibuat untuk memudahkan pengamatan dan evaluasi.

d. Interpretasi data: penafsiran yang dilakukan dengan menghubungkan data mengenai pola-pola penerapan humas yang sudah diperoleh dengan teori – teori terkait topik penelitian yang diadaptasi.

e. Kesimpulan: pemberian konklusi atas interpretasi data sebagai hasil penelitian.

7. Limitasi Penelitian

Agar lebih fokus dan terarah, peneliti membatasi penelitian ini pada penerapan humas oleh Lembaga Humas dan Penerbitan (LHP) pra Muktamar Ke-46 dan oleh sekretaris PPA paska Muktamar ke-46. Dalam hal ini, pelaksanaan humas oleh sekretaris PPA atau paska Muktamar Ke-46 tersebut ditandai dengan keluarnya keputusan rapat pleno yang mensub-ordinasi tugas-tugas LHP pada sekretariat PPA pada Juli 2010 hingga peneliti turun ke lapangan untuk melakukan penelitian. Dengan demikian, hal sejenis yang

mungkin dilakukan selain oleh ‘Aisyiyah tingkat pusat, seperti Pimpinan Wilayah, Daerah, Cabang maupun Ranting ‘Aisyiyah lewat beragam bagian strukturnya, tidak termasuk dalam lingkup yang akan dijangkau oleh penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga tidak menjangkau pelaksanaan humas yang bisa jadi juga dilakukan oleh bagian lain dalam struktur PPA di luar LHP dan sekretaris.

Dokumen terkait