• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

E. Kartu Kredit sebagai Fasilitas Kredit

Mengkaji fungsi kartu kredit sebagai fasilitas yang diberikan oleh Bank dan merupakan bentuk pemberian kredit oleh suatu Bank, sebelumnya dilakukan penilaian atas permohonan kredit tersebut. Maksud penilaian terhadap permohonan kredit itu, pertama untuk meletakkan kepercayaan dan kedua untuk menghindari hal- hal yang tidak diinginkan di kemudian hari bila kredit ternyata disetujui untuk diberikan. Penilaian kredit dilakukan, dengan harapan pemberian kredit tidak berdampak bagi kegagalan usaha debitur atau kemacetan kreditnya.

Menurut Untung (2000:35), prinsip-prinsip yang digunakan dalam penilaian kredit terdiri atas :

1. Prinsip 5 C

Prinsip 5 C terdiri atas watak (character), modal (capital), kemampuan (capacity), kondisi ekonomi (condition of economic) dan jaminan (collateral).

a. Tentang watak (character)

Watak dari calon debitur merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dan merupakan unsur yang terpenting sebelum memutuskan memberikan kredit kepadanya. Bank menyakini benar calon debiturnya memiliki reputasi baik, artinya selalu menepati janji dan tidak terlibat hal-hal yang berkaitan dengan kriminalitas, misalnya penjudi, pemabuk atau penipu. b. Tentang modal (capital)

Bank harus meneliti modal calon debitur selain besarnya juga strukturnya. Hal ini diperlukan untuk mengukur tingkat rasio likuiditas dan solvabilitasnya.

Rasio ini diperlukan berkaitan dengan pemberian kredit untuk jangka pendek atau jangka panjang.

c. Tentang kemampuan (capacity)

Bank harus mengetahui secara pasti atas kemampuan calon debitur dengan melakukan analisis usahanya dari waktu ke waktu. Pendapatan yang selalu meningkat diharapkan kelak mampu melakukan pembayaran kembali atas kreditnya. Sedangkan bila diperkirakan tidak mampu, bank dapat menolak permohonan dari calon debitur.

d.Tentang kondisi ekonomi (condition of economic)

Kondisi ekonomi ini perlu menjadi sorotan bagi Bank karena akan berdampak baik secara positif atau negatif terhadap usaha calon debitur. Dapat terjadi dalam kurun waktu tertentu misalnya pasaran tekstil yang biasanya menerima barang-barang tersebut menghentikan impornya.

e. Tentang jaminan (collateral)

Jaminan yang diberikan oleh calon debitur akan diikat suatu hak atas jaminan sesuai dengan jenis jaminan yang diserahkan. Dalam praktik perbankan, jaminan merupakan langkah terakhir bila debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya lagi. Jaminan tersebut dapat diambil-alih, dijual atau dilelang oleh Bank setelah mendapatkan pengesahan dari pengadilan.

2.Prinsip 5 P

Prinsip 5 P terdiri atas penggolongan peminjam (party), tujuan (purpose), sumber pembayaran (payment), kemampuan memperoleh laba (profitability) dan perlindungan (protection).

a. Tentang penggolongan peminjam (party)

Bank perlu melakukan penggolongan calon debitur berdasarkan watak, kemampuan dan modal. Hal ini untuk memberikan arah bagi analis Bank untuk bersikap dalam pemberian kredit.

b.Tentang tujuan (purpose)

Pemberian kredit Bank terhadap calon debitur patut untuk dipertimbangkan dampak positifnya dari sisi ekonomi dan sosial.

c. Tentang sumber pembayaran (payment)

Analis kredit setelah mempertimbangkan tentang dampak positif ekonomi dan sosialnya, kemudian harus dapat memprediksi pendapatan yang akan diperoleh calon debitur dari hasil penggunaan kredit. Pendapatan calon debitur harus cukup untuk pengembalian pokok kredit (sekaligus atau diangsur) dan bunga serta biaya-biaya lainnya.

d.Tentang kemampuan memperoleh laba (profitability)

Merupakan kemampuan calon debitur untuk memperoleh keuntungan dari usahanya. Kemampuan ini diukur dari jumlah kewajiban, baik angsuran, bunga dan biaya-biaya kredit yang harus dibayar calon debitur. Bila diperlukan mampu untuk mengatasinya, maka calon debitur dipandang memiliki kemampuan memperoleh keuntungan.

e. Tentang perlindungan (protection)

Analis kredit perlu memperhatikan agunan yang diberikan calon debitur. Yang nilainya bukan saja nilai pasar dari agunan yang disertahkan tetapi dipertimbangkan pula pengaman yang telah dilakukan tetapi dipertimbangkan

pula pengaman yang telah dilakukan terhadap agunan, misalnya telah diikat dengan hak tanggungan.

3. Prinsip 3 R

Prinsip 3 R terdiri atas hasil yang dicapai (returns atau returning), pembayaran kembali (repayment) dan kemampuan untuk menanggung risiko (risk bearing

ability).

a.Tentang hasil yang dicapai (returns atau returning)

Analisis yang dilakukan adalah sejauh mana calon debitur dapat diperkirakan (diestimasikan) memperoleh pendapatan yang cukup untuk mengembalikan kredit beserta kewajibannya (bunga dan biaya-biaya).

b. Tentang pembayaran kembali (repayment)

Kemampuan calon debitur untuk mengembalikan kredit harus dapat diperkirakan oleh analis kredit.

c. Tentang kemampuan untuk menanggung risiko (risk bearing ability)

Kemampuan calon debitur untuk menanggung risiko, dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya kegagalan atas usaha debitur. Pengandaian dari seorang analis, apakah calon debitur akan mampu menutup seluruh kerugian yang mungkin timbul karena hal-hal yang tidak diperkirakan semula. Langkah untuk menghindari kerugian ini dengan jaminan yang diberikan calon debitur atau dengan menutup asuransi.

Menurut Tjoekam (2000:65) berdasarkan prinsip-prinsip pemberian kredit di atas, penulis merujuk atas salah satu diantaranya yaitu prinsip 5C. penulis menitikberatkan analisis yang patut dilakukan oleh pihak penerbit kartu kredit atau Bank, dengan prinsip dimaksud sebagai berikut:

1. Character atau watak. Menentukan watak seseorang pemohon adalah hal yang

cukup sulit. Walaupun pihak Bank mendapatkan hak untuk melakukan penelusuran dari sumber-sumber yang berkepentingan, untuk meyakini pemohon yang tidak tercatat atau nasabah relatif baru, harus melakukan silang data dengan aktivitas keuangan lainnya yang dapat dipercaya bahwa pemohon memiliki watak yang diyakini adalah baik. Jika pemohon telah tercatat sebagai debitur, penilaian tidak sulit.

2. Capital atau modal. Hal ini tidak dipersoalkan oleh Bank sebagai penerbit atau

mediasi penerbit kartu kredit.

3. Capacity atau kemampuan calon debitur untuk membayar atas tagihan ditinjau

dari jumah penghasilan yang diterimanya setiap bulan, harus dilakukan analisis sesuai dengan statusnya, baik karyawan atau wiraswasta dengan kondisi keuangannya. Kondisi keuangan dapat dipantau dari rekening-rekening yang ditata-bukukan pada Bank dan pola hidup pemohon, cenderung konsumtif atau dapat mengelola keuangan dengan baik.

4. Condition of economic atau ekonomi calon debitur sangat berpengaruh dengan

kewajiban membayar tagihan. Jika perusahaan tempat bekerja atau usaha dari seorang wiraswasta cenderung labil terhadap kondisi ekonomi makro, akan sangat berpengaruh terhadap kesanggupan membayarnya.

5. Collateral atau jaminan. Bagi pemohon yang memiliki fasilitas kredit di Bank,

Penerbitan kartu kredit dapat merupakan satu kewajiban secara silang dengan jaminan atau collateral yang ada pada Bank tersebut, sedangkan bagi pemohon yang tidak memiliki fasilitas kredit, Bank patut mewaspadai terhadap ingkar janji dari pemohon untuk membayar tagihannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan kartu kredit yang direkomendasikan oleh pihak Bank merupakan suatu kredit dengan pemberian batas/pagu atau plafond kredit. Kecenderungan dalam pemasaran kartu kredit yang bersaing sangat ketat untuk merebut pangsa pasar, nampaknya mengabaikan prinsip-prinsip yang melandasi operasional perbankan.

Dokumen terkait