BAB II PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DIGITAL DAN
C. Karya Cipta Digital Yang Dilindungi Di Indonesia
Dalam karya-karya yang dihasilkan dari atau oleh media digital, skill manusia dapat ditemukan masing-masing pada diri orang yang memasukkan informasi ke
dalam komputer untuk menghasilkanoutputatau pada karya cipta yang menyangkut penulisan program yang digunakan atau kombinasi keduanya.73 Dari banyaknya kasus karya cipta digital yang dihasilkan dari media digital menimbulkan kesulitan- kesulitan untuk menyatakan secara tegas apakah karya itu berpengarang seorang manusia atau bukan.74
Contoh-contoh dari karya cipta yang dihasilkan dengan bantuan teknologi media digital diantaranya: dokumen-dokumen yang dihasilkan dengan menggunakan sistemword processing, CAD (Computer Aided Designs), musik yang ditulis dengan memakai suatu program yang dirancang untuk membantu komposisi musik; atau suatu laporan keuangan yang dihasilkan dengan menggunakan programspreadsheet dan sebagainya. Dari karya yang dihasilkan tersebut, orang yang mengoperasikan sistem tersebut menggunakan teknologi media digital untuk mencapai hasil-hasil yang ingin diperolehnya. Media program seperti itu semata-mata hanya alat yang memungkinkan operator menggunakan daya kreatifitas dan imajinasi seluas-luasnya dan efisien. Contoh-contoh karya cipta berbasis digital di atas sesungguhnya telah mendapat perlindungan hukum karena mencakup75:
a. buku, program komputer, pamphlet, perwajahan (layout) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
b. ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomime;
73
David I. Bainbridge,Op.Cit, hal. 39
74
Ibid.
75
f. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
g. arsitektur; h. peta; i. seni batik; j. fotografi; k. sinematografi;
l. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.
Untuk spesifikasi ciptaan yang menggunakan / berbasis teknologi mutakhir juga telah diatur oleh UUHC yang mana dalam Pasal 28 ayat (1) menyatakan: “ciptaan-ciptaan yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi, khususnya di bidang cakram optic (optical disc), wajib memenuhi semua peraturan perizinan dan persyaratan produksi yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang”. Jika seseorang dinyatakan melanggar Pasal 28 UUHC tersebut akan dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/denda paling banyak seratus lima puluh miliar rupiah.76
Isu yang terkait dengan teknologi digital dan internet dengan materi yang dilindungi Hak Cipta diimplikasikan oleh dua agenda yakniThe World Intellectual Property Organization (WIPO) Copyright Treaty dan WIPO Performances and Phonograms Treatyyang telah diratifikasi melalui Keputusan Presiden (Keppres) RI Nomor 19 Tahun 1997. Standar pengaturan kedua agenda tersebut yang sering disebut dengan Digital Agenda sebenarnya memperluas perlindungan hak
76
ekonomi (economic right) dari pencipta atau pemegang Hak Cipta dan pemegang hak terkait dengan Hak Cipta:77
1. Memperluas hak untuk mengkomunikasikan (the right of communication to the public)yang terdapat dalamBerne Convention, yakni termasuk mengumumkan dalam bentuk teks dan citra (text and image).
2. Menambahkan adanya hak penyediaan secara memadai bagi masyarakat (the right of making available to the public) karena penentuan akses tidak lagi tergantung pada pencipta tapi terserah pada pengguna internet.
3. Memberikan perlindungan dari tindakan yang bersifat penyalahgunaan teknologi.
4. Melindungi dari tindakan penghapusan atau penghilangan hak pengelolaan informasi secara elektronik yang melekat pada karya cipta (terkait dengan sarana teknologi).
Standar ini juga diterapkan bagi ciptaan pertunjukan dan karya rekaman suara yang ditampilkan secara digital atau melalui media internet. Maraknya aktifitas mengunduh musik digital yang paling banyak saat ini yang biasanya dalam format MP3 dengan memanfaatkan media internet. Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai pelanggaran Hak Cipta apabila perbuatan tersebut melanggar hak eksklusif dari pencipta atau pemegang Hak Cipta. Hak eksklusif dalam hal ini adalah hak untuk mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan. Perbuatan mengunduh
77
Rahmi Jened, “Tantangan Internet dan Teknologi Digital Bagi Perlindungan Hak Cipta”, http://rjparinduri.wordpress.com/2010/08/07/tantangan-internet-dan-teknologi-digital-bagi-perlind- hak-cipta/, diakses tanggal 5 Juni 2012.
ataudownloadkarya cipta digital berformat MP3 melalui internet jika tujuannya untuk disebarluaskan atau untuk kepentingan komersial, maka hal tersebut termasuk pelanggaran Hak Cipta sebagaimana diatur Pasal 72 ayat (1) UUHC. Demikian pula, jika perbuatan mengunduh karya cipta digital MP3 tujuannya adalah untuk kepentingan sendiri, maka perbuatan tersebut juga dapat dikategorikan pelanggaran Hak Cipta apabila merugikan kepentingan ekonomi yang wajar dari pencipta atau pemegang Hak Cipta.
Royalti merupakan pembayaran yang dilakukan atas penggunaan suatu ciptaan kepada pemegang Hak Cipta. Para pengguna yang wajib meminta izin dan membayar royalti adalah pihak-pihak yang memperdengarkan lagu-lagu dan mempertunjukkan lagu pada kegiatan-kegiatan yang bersifat komersial. Apabila suatu karya cipta digunakan untuk kepentingan sendiri tidak ada kewajiban untuk membayar royalti. Yang dapat dituntut dalam hal ini adalah pembayaran atas produk karya, bukan atas Hak Cipta, sehingga tidak terkait dengan royalti. Sebagai tambahan, pembelian suatu karya atau lagu adalah dalam pembelian produk lagu itu saja, bukan Hak Cipta atas lagu tersebut.
Perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Unsur-unsur perbuatan melawan hukum adalah:
1) adanya perbuatan; perbuatan tersebut melawan hukum, 2) adanya kerugian,
4) adanya hubungan sebab akibat (kausalitas) antara perbuatan melawan hukum dengan akibat / kerugian yang ditimbulkan.
Melawan hukum adalah melanggar hak subjektif orang lain. Mengunduh karya cipta digital melalui internet dapat dikatakan melanggar hak ekonomi pemegang Hak Cipta yang memiliki hak eksklusif untuk mengeksploitasi hal-hak ekonomi yang terkadung dalam suatu Hak Cipta. Pasal 1365 KUHPerdata yang mengatur mengenai perbuatan melawan hukum adalah pasal yang bersifat umum dan setiap orang dapat saja menggunakan pasal ini untuk menuntut seseorang yang dianggap telah melakukan perbuatan yang melawan hukum dan menimbulkan kerugian bagi dirinya, termasuk perbuatan mengunduh lagu-lagu yang dilakukan oleh pengunduh.
Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta juga telah mengatur sedemikian rupa mengenai gugatan ganti rugi bagi pelanggaran Hak Cipta. Gugatan ganti rugi dapat diajukan oleh pencipta atau pemegang Hak Cipta kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran hak ciptanya, berdasarkan ketentuan Pasal 56 ayat (1) UUHC dan berhak meminta penyitaan terhadap benda hasil perbanyakan ciptaan itu. Pelanggar Hak Cipta dapat dikenakan sanksi pidana yaitu pidana penjara minimal satu bulan dan / atau denda minimal Rp 1.000.000 (satu juta rupiah), atau pidana penjara maksimal tujuh tahun dan / atau denda maksimal Rp. 5.000.000.000 (lima miliar rupiah).78
Karya cipta digital lainnya yang sering dimanfaatkan adalah e-booksebagai suatu karya tulis yang disimpan dalam media digital adalah merupakan suatu ciptaan
78
yang dilindungi sebagaimana diatur dalam Pasal 12 UUHC. Bila dikaitkan dengan hak dari penulis yang dalam hal ini penulise-book sebagai pencipta disebutkan dalam Pasal 1 ayat (4) UUHC bahwa “Pemegang Hak Cipta adalah pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.” Maka berdasarkan UUHC seorang penulise-bookadalah pencipta yang memiliki Hak Cipta darie-bookciptaannya. Sedangkan Pasal 2 ayat (1) UUHC menyatakan bahwa: “Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UUHC hanya pencipta atau pemegang Hak Cipta yang berhak mengumumkan atau memperbanyake-booktersebut, atau untuk mengumumkan atau memperbanyake- booktersebut haruslah dilakukan atas seizin dari pencipta atau pemegang Hak Ciptae-booktersebut.
Dalam dunia akademik, karya tulis merupakan media penyampaian konsep yang berisi ide atau gagasan. Obyek perlindungan Hak Cipta meliputi karya ilmu pengetahuan, termasuk buku dan karya seni (literary and artistic works). Konvensi Bern menempatkan buku sebagai salah satu jenis ciptaan yang dilindungi. Perlindungan hukum diberikan untuk selama waktu tertentu memiliki hak eksklusif berdasarkan kaidah-kaidah, norma dan etika yang berlaku. Karena dianggap pula sebagai media untuk sarana komunikasi, buku memiliki format tertentu yang harus
diperhatikan dan dipatuhi oleh penulisnya. Buku dan karya tulis juga mengenal bentuk, format dan sistematika79, seperti buku yang telah berformat menjadie-book.
Secara kategoris buku dikelompokkan dalam karya tulis ilmiah80 dan non ilmiah atau yang lazim disebut buku popular.81 Karya ilmiah ditulis dengan mendasarkan pada aturan dan teknik tertentu. Dalam kerangka pengaturan Hak Cipta, karya semacam itu lazim disebutlierary works, yaitu ciptaan selain karya drama atau musik yang diwujudkan secara tertulis, atau diucapkan atau didendangkan, yang meliputi pula tabel dan kompilasi data, (di luardatabase), program komputer, berikut persiapan desain materi untuk program komputer.82 Maka dari itu ciptaan berupa karya tulis atau buku yang dihasilkan dalam media atau format berteknologi tinggi dilindungi oleh hukum nasional maupun internasional.