• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penegasan Istilah

Dalam dokumen KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK (Halaman 172-183)

BAB I PENDAHULUAN

E. Penegasan Istilah

Dalam usaha menghindari terjadinya persepsi lain mengenai istilah-istilah yang ada, oleh karena itu perlu adanya penjelasan mengenai definisi istilah dan batasan-batasannya, dalam upaya mengarahkan penelitian ini.

Adapun definisi dan batasan istilah yang terkait dengan judul penelitian ini sebagaimana berikut:

1. Konsep

Merupakan ide umum atau kerangka dasar. Harsja W. Bachtiar menjelaskan, bahwa konsep adalah suatu pengertian abstrak yang didasarkan atas seperangkat konsepsi, yaitu pengertian terhadap sesuatu yang terkait dengan sesuatu tertentu. Konsepsi bisa mengalami perubahan

akhlak-nya dan sebagainya. Dalam konteks ini, peneliti tertarik untuk mengungkap kembali pemikiran Ibnu Miskawaih dan Imam al-Ghazali di bidang pendidikan akhlak dengan tujuan barangkali dijumpai pendapat yang layak untuk dihidupkan kembali dan diimplementasikan dalam pendidikan akhlak masa sekarang dan masa mendatang.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut, maka merupakan suatu alasan yang mendasar apabila penulis membahas permasalahan tersebut dalam penelitian yang berjudul Konsep Pendidikan Akhlak (Studi Komparatif Ibnu Miskawaih dan Imam al-Ghazali):

1. Bagaimana konsep pendidikan akhlak menurut Ibnu Miskawaih?

2. Bagaimana konsep pendidikan akhlak menurut Imam al-Ghazali?

3. Bagaimana komparasi konsep pendidikan akhlak Ibnu Miskawaih dan Imam al-Ghazali terhadap peserta didik?

C.Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan konsep pendidikan akhlak menurut Ibnu Miskawaih.

b. Mendeskripsikan konsep pendidikan akhlak Imam al-Ghazali

c. Mengurai komparasi konsep pendidikan akhlak Ibnu Miskawaih dan Imam al-Ghazai.

skill, kecakapan penalaran yang dilandasai dengan keluhuran moral dan kepribadian yang unggul, sehingga pendidikan Islam akan mampu mempertahankan relevansinya di tengah-tengah laju pembangunan dan pembaruan paradigm sekarang ini. Dengan demikian, pendidikan Islam akan melahirkan manusia yang belajar terus (long life education), mandiri, disiplin, terbuka, inovatif, mampu memecahkan dan menyelesaikan berbagai problem kehidupan, serta berdayaguna bagi kehidupan dirinya dan masyarakat.

Idealnya para pelajar itu seharusnya menjadi suri tauladan atau contoh bagi masyarakat, akan tetapi hal tersebut tidak diterapkan dalam diri para pelajar bahkan sebaliknya para pelajar melakukan pelanggaran terhadap nilai-nilai tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kepincangan dalam dunia pendidikan. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami gagasan pendidikan fundamental dari seorang tokoh: Ibnu Miskawaih dan Imam al-Ghazali yakni tentang pendidikan akhlak yang dijadikan sebagai konsep dalam pembangunan sumber daya manusia.

Dari pemikiran Ibnu Miskawaih dan Imam al-ghazali, dapat dijadikan sebagai masukan dalam memberikan solusi alternatif terhadap persoalan-persoalan yang terjadi dalam pendidikan.

Sebenarnya sistem pendidikan Islam yang menekankan aspek akhlak telah banyak dikemukakan, baik oleh para pakar Islam klasik maupun modern, seperti Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali, Prof. Dr. Ahmad Amin, Dr.

Miqdad Yaljan, Syed Muhammad Naquib Al-Attas dengan konsep pendidikan

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Dalam dunia pendidikan saat ini Akhlak adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan dan diterapkan. Akhlak harus dimiliki sekaligus diamalkan oleh manusia sebagai khalifah di muka bumi ini pada satu sisi dan manusia sebagai hamba Allah pada sisi lain. Sebagai khalifah, manusia bukan saja diberi kepercayaan untuk menjaga, memelihara, dan memakmurkan alam ini, tetapi juga dituntut untuk berlaku adil dalam segala urusannya sebagai hamba Allah, manusia selayaknya berusaha mencapai kedudukan sebagai hamba yang tunduk dan patuh terhadap segala perintah dan larangan Allah.

Oleh karena itu, dalam konteks kehidupan saat ini manusia dituntut menjalankan akhlak vertical dengan baik, sekaligus tidak mengabaikan akhlak horizontalnya, baik menyangkut pergaulannya dengan sesama manusia, hewan, maupun tumbuh -tumbuhan.

Menurut Islam pendidikan akhlak adalah faktor penting dalam membina suatu umat membangun suatu bangsa.Kita bisa melihat bahwa bangsa Indonesia yang mengalami multi krisis juga disebabkan kurangnya pemahaman akhlak. Secara umum pembinaan pemahaman akhlak remaja sangat memprihatinkan. Pendidikan Islam harus berorientasi kepada pembangunan dan pembaruan, pengembangan kreativitas, intelektualitas, life

“ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia".(Kementrian Agama RI 1990 : 427).

Ayat di atas diperkuat oleh hadits sebagai berikut:

ْﻴَﻠَﻋ ُﷲا ﻰَﻠَﺻ ﱠِﱯﱠﻨﻟا ُﺖْﻟَﺄَﺳ : َلﺎَﻗ ُﻪْﻨَﻋ ُﷲا َﻲِﺿَر ٍدْﻮُﻌْﺴَﻣ ِﻦﺑ ِﷲا ِﺪْﺒَﻋ ِﻦَْﲪﱠﺮﻟا ِﺪْﺒَﻋ ْ ِﰊَأ ْﻦَﻋ ِﻪ

َو ﻰَﻠَﻋ ُةَﻼﱠﺼﻟا َلﺎَﻗ ؟ َﱃﺎَﻌَـﺗ ِﷲا َﱃِإ ﱡﺐَﺣَأ ِﻞَﻤَﻌْﻟا ﱡيَأ : َﻢﱠﻠَﺳَو : َلﺎَﻗ ؟ ﱡيَأ ﱠُﰒ : ُﺖْﻠُـﻗ ﺎَﻬِﺘْﻗ

:ُﺖْﻠَـﻗ ِﻦْﻳَﺪِﻟاَﻮْﻟا ﱡﺮِﺑ ﻪﻴﻠﻋ ﻖﻔﺘﻣ ) ِﷲا ِﻞْﻴِﺒَﺳ ْ ِﰲ ُدﺎَﻬِﳉَا َلﺎَﻗ ؟ ﱡيَأ ﱠُﰒ

(

Artinya :

"Diriwayatkan dari Ibnu Mas‟ud, berkata: saya bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling dincintai oleh Allah?? Nabi menjawab sholat pada waktunya, kemudian setelah itu?? Rasulullah menjawab berbuat baik kepada kedua orang tuanya, selanjutnya Rasulullah??

Rasulullah menjawab jihad di jalan Allah".(Mutafakku ilaih Mukhtaru al-Ahadist al-Nabawiyah 2000:233 ).

Menurut penulis

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia dari sejak lahir sampai dewasa, bahkan sampai mau meninggal masih membutuhkan yang namanya pendidikan.Oleh sebab itu, pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu seseorang dalam mengembangkan kualitas, potensi dan bakat diri.

Pendidikan membentuk manusia dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari kobodohan, dan dari kurang paham menjadi lebih paham. Intinya bahwa pendidikan membentuk jasmani dan rohani manusia menjadi lebih baik dari sebelum mengenyam pendidikan.

Sebagaimana UU RI NO. 20 TH. 2003 terhadap susunan SISDIKNAS, BAB II Pasal 3 dinyatakan:

Melihat dari permasalahan ini, Ibnu Miskawah dan Imam al-Ghazali memberikan analisis bahwa yang menjadi penyebab para pelajar melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Islam bersumber dari kurangnya pembinaan pendidikan akhlak terhadap peserta didik baik yang bersifat formal maupun non formal.

Menurut Abuddin Nata menyatakan :

"bahwa banyak dari para orang tua mengeluhkan terhadap ulah perilaku para pelajar yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, sering berbuat keonaran, sering melakukan kemaksiatan, tawuran, mabuk-mabukan, bergaya seperti gayanya orang Barat, banyaknya pemerkosaan, dan perilaku penyimpangan penyimpangan yang lain".

Maksudnya bahwa seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan gencarnya globalisasi membuat keagamaan remaja mulai terdesak dan berkurang, kepercayaan kepada Tuhan Yang membentak dan membantah perintah orang tua. Padahal dalam al-Qur‟an sendiri melarang membantah dan membentak orang tua.

Seperti firman Allah dalam Qs. Al-Isra,17:23 yaitu:

َو َﻗ َﺾ َر ﱡﺑ َﻚ َا ﱠﻻ َـﺗ ْﻌ ُﺒ ُﺪ ْو َا ا ﱠﻻ ِا ﱠﻳ ُﻩﺎ َو ِﺑ ْﻟ ﺎ َﻮ ِﻟا َﺪ ْﻳ ِﻦ ِا ْﺣ َﺴ َﻧﺎ ِا ﺎ ﱠﻣ َـﻳ ﺎ ْـﺒ ُﻠ َﻐ ﱠﻦ ِﻋ ْﻨ َﺪ َك ْﻟا ِﻜ َـﺒ َﺮ َا َﺣ َﺪ َُﳘ ﺎ

َا ْو ِﻛ َﻠ ُﻬ َﻤ َﻓ ﺎ َﻼ َـﺗ ُﻘ ْﻞ َُﳍ َﻤ ﺎ ُا ﱟف َو َﻻ َـﺗ ْـﻨ َﻬ ْﺮ َُﳘ َـﻗ ﺎ ْﻮ ًﻻ َﻛ

ِﺮ َْﳝ ﺎ

Terjemahannya :

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan

pendidikan, sekalipun diketahui bahwa kemajuan yang dicapai dunia pendidikan selalu di bawah kemajuan yang dicapai dunia industri yang memakai produk lembaga pendidikan.

Pendidikan akhlak sangat penting bagi peserta didik dalam menumbuhkembangkan hubungan antara peserta didik dengan Sang Pencipta, hubungan antara peserta didik dengan manusia lainnya sehingga memunculkan suatu sikap yang harmonis di antara sesamanya. Pernyataan ini sesuai dengan Bukhari Umar bahwa “pendidikan akhlak adalah proses pembinaan budi pekerti anak sehingga menjadi budi pekerti yang mulia (akhlaq karimah). Proses tersebut tidak terlepas dari pembinaan kehidupan beragama peserta didik secara totalitas”.

Apabila pendidikan akhlak tidak ditanamkan dalam diri peserta didik sejak kecil, maka tidak menutup kemungkinan akan menjerumuskan peserta didik pada sesuatu yang tidak diinginkan oleh masyarakat luas. Misalkan ada seorang pelajar membentak, memukul, bahkan membunuh orang tuanya, menjadi pelacur, saling adu jotos sama teman-temannya, dan lain sebagainya. Hal seperti inilah yang tidak kita inginkan, lebih-lebih bagi orang tua.

Belakangan ini umat Islam dilanda berbagai masalah terutama dalam pendidikan akhlak terhadap peserta didik. Permasalahan tersebut disebabkan karena dua faktor, yaitu internal dan eksternal, yang menuntut adanya solusi yang terbaik dalam memecahan permasalahan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia Sementara itu Mahmud As-Sayid Sulthan sebagaimana dikutip oleh Toto Suharto mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan Islam harus memenuhi beberapa karakteristik, seperti kejelasan, universal, integral, rasional, aktual, ideal dan mencakup jangkauan untuk masa yang panjang.

Atau dengan bahasa sederhananya, pendidikan Islam harus mencakup aspek kognitif (fikriyyah ma‟rifiyyah), afektif (khuluqiyah), psikomotor (jihadiyah), spiritual (ruuhiyah) dan sosial kemasyarakatan (ijtima‟iyah).

Tanpa pendidikan, maka diyakini manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau. Secara ekstrim bahkan dapat dikatakan, bahwa maju mundurnya atau baik buruknya peradaban suatu masyarakat, suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut.

Dalam konteks tersebut, maka kemajuan peradaban yang dicapai umat manusia dewasa ini, sudah tentu tidak terlepas dari peran-peran pendidikannya. Diraihnya kemajuan ilmu dan teknologi yang dicapai bangsa-bangsa diberbagai belahan bumi ini, telah merupakan akses produk suatu

M. Solihin dan Rayid Anwar. 2005. Akhlak Tasawuf. Bandung: Nuansa.

Majidi, Busyairi. 1995. Ibnu Miskawaih Pemikirannya Tentang Psikologi dan Pendidikan. Jurnal AL-JAMIAH, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. No.

Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Bandung: CV Jumanatul „Ali.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. 1997. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.

Djatnika, Rahmat. 1987. Sitem Etika Islam; Akhlak Mulia. Surabaya: Pustaka.

Farid Nu‟man. Akhlak dalam Islam. (http:www.artikel.com).

Fathani, Abdul Halim. 2008. Ensiklopedi Hikmah. Yogyakarta: Darul Hikmah.

Hakim, Imam. tt. Mustadrak „ala al-Shahihain. Beirut: Dar Al-Kutb Al-.Arabi.

Halim Mahmud, Ali Abdul. 2003. Tarbiyah Khuluqiyah: Pembinaan Diri Menurut Konsep Nabawi. Solo: Media Insani Press.

Hamdani Jamil. Filsafat Akhlak Ibnu Miskawaih Dalam Perspektif Historis.

(http:www.google.blogspot.com).

Hamid Yunus, Abd. tt. Da‟irah al-Ma.arif II. Cairo: Asy-Syab.

Hasan Sulaiman, Fathiyah. 1986. Sistem Pendidikan Versi Al-Ghazali. Bandung:

Al-Ma.arif.

Irfan. Ibnu Miskawaih dan Filsafatnya. (http:www.blogspot.com).

--- . IBNU MISKAWAIH: Sejarah Hidup dan Falsafat Al-Faid.

(http:www.google.artikel.com).

Ismail, Faisal. 1998. Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis. Yogyakarta: Tiara Ilahi Press.

Masruri, Hadi. 2007. Pendidikan Etika dalam Perspektif Ibnu Miskawaih. Jurnal Khaeruman, Badri. 2004. Otentisitas Hadits; Studi Kritis Kajian Hadits

Kontemporer. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kholiq, Abdul dkk. 1999. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Latif, Abdul. 2009. Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: Refika Aditama.

M. Natsir. 1973. Kapita Selekta. Jakarta: Bulan Bintang.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Abdul Mujieb, M. dkk. 2009. Ensiklopedi Tasawuf Imam Al-Ghazali Mudah Memahami dan Menjalankan Kehidupan Spiritual. Jakarta: Hikmah Mizan Publik Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta:

Amzah.

Abdurrahman, Soejono. 1999. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Al-Bukhari, Imam. 2008. Al-Adab Al-Mufrad; Kumpulan Hadits-hadits Akhlak. Terj.

Moh. Suri Saudari dan Yasir Maqosid. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Al-Ghazali, Imam. tt. Mau‟idhatun Al-Mu’minin min Ihya‟ Ulumuddin. Surabaya:

Maktabah Al-Hidayah.

Al-Thoumy Al-Syaibaniy, Omar Mohammad. 1979. Filsafat Pendidikan Islam.

Jakarta: Bulan Bintang.

Amin, Ahmad. 1975. Etika: Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang.

An-Nahlawi, Abdurrahman. 1992. Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat.BandungCV.

Anton Bakker & Achmad Charris Zubair. 1990. Metode Penelitian Filsafat.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Asmaran. 1994. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Daulay, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Dalam dokumen KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK (Halaman 172-183)

Dokumen terkait