• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM AL Q UR’AN AL KARIM TERJEMAHAN BEBAS

3. Karya-karya Mahjiddin Jusuf

Tgk. Mahjiddin Jusuf adalah satu dari sedikit ulama Aceh yang mampu menuangkan ide- idenya dalam bentuk buku. Di samping menulis buku syair dan hikayat dalam bahasa Aceh, ia juga menulis buku-buku teks pelajaran untuk murid Sekolah Rakyat Islam (SRI). Bidang yang ia

44 tulis adalah pelajaran tafsir dan bahasa Arab yang kesemua bukunya ditulis dalam huruf Arab Melayu (Jawoe). Buku yang ia tulis menjadi buku teks pelajaran di sekolah ibtidaiyah pada tahun lima puluhan. Namun karya yang paling monumental dari tangan Tgk. Mahjiddin Jusuf adalah terjemahan Alquran ke dalam bahasa Aceh dalam bentuk syair yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Islam (P3KI) IAIN Ar-Raniry pada tahun 1999.

Berikut contoh terjemahan Surat Ali Imran, ayat 106 dan 107 yang ia terjemahkan ke dalam bahasa Aceh dengan bentuk syair:

Bak uroe dudoe nyang puteh muka Ngon itam muka dua kaphilah Nyang itam muka teuma geutanyong

‘Oh lheuh meuiman kakaphe di kah

Jino karasa azeub bukon le Sebab kakaphe raya that salah

Nyang puteh muka teuma that seunang Bandum ureungnyan lam rahmat Allah Keukai disinan sepanjang masa.

Ia juga mengarang beberapa hikayat meskipun belum diterbitkan. Ia pernah mengisahkan tentang orang tuanya dalam sebuah karya yang berjudul “Fakir Yusuf: Penulis Hikayat Aceh” tahun 1984.

45 BAB IV

ANALISIS PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN AL QUR’AN AL KARIM TERJEMAHAN BEBAS BERSAJAK DALAM BAHASA ACEH SURAH AL QALAM

A. Analisis Penilaian Kualitas Terjemahan Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh dari Aspek Keterbacaan

Alquran sebagaimana yag kita ketahui, telah diturunkan secara berangsur-angsur dalam berbagai kesempatan, sesuai dengan pristiwa dan masalah yang menimpa kaum Muslim. Karenanya, demi menyelesaikan problematika tersebut, satu atau beberapa ayat dan kadang kala satu surah diturunkan. Sangat jelas bahawa ayat-ayat yang diturunkan pada setiap kesempatan, berkaitan dan membahas peristiwa tersebut. Karenanya, jika terdapat ketidak jelasan atau muncul masalah dalam lafazh atau makna, maka untuk menyelesaikannya harus dengan cara mengidentifikasi latar belakang peristiwa yang tejadi. Untuk mengetahui makna dan tafsir setiap ayat secara utuh, langkah yang harus ditempuh adalah melihat sebab turunya setiap ayat agar

memperoleh kejelasan yang sempurna.52

Surah al-Qalam

(م قلا)

ini tergolong surah Makiyyah.53 Dilihat dari urutan turun surah ini

diturunkan sesudah surah al-Alaq dan sebelum surah al-Muzzammil, namun secara urutan surah, surah ini berada pada urutan ke-68 dari 114 surah dalam alquran. Surah ini terdiri atas 52 ayat. Surah Al-Qalam berarti pena, hakikat pena di dalam surat al-Alaq, menurut imam an Naisabury memberi falsafah bahwa pena adalah pemburu ilmu. Surah ini diberi nama al-Qalam (pena), karena di dalamnya Allah bersumpah dengan alat tulis, yakni Qalam. Dengan demikian,

52M. Hadi Ma’rifat, Sejarah Al-Quran (Jakarta: Al-Huda,2007), h.94.

46

penamaan surah ini dengan al-Qalam sebagai penghormatan terhdap “pena”, karena dalam

penciptaannya itu terdapat petunjuk kepada hikmah yang agung dan berbagai manfaat yang tidak terhingga. Dilihat dari kandungan, kata Imam al-Qurthubi, sebagaian besar ayat dalam surah ini turun berkaitan dengan Al-Walid bin al- Mughirah dan Abu Jahal.

Pada bab ini saya akan memberi evaluasi serta nilai dari hasil terjemahan Al Qur’an

Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh pada surah al-Qalam. Analisis yang

peneliti lakukan berpedoman pada teori penilaian penerjemahan yang dikemukakan oleh Moch. Syarif Hidayatullah. Selanjutnya, analisis dan penelitian ini dilakukan dengan mengamati hasil terjemahan dari aspek keterbacaan yang meliputi beberapa faktor yaitu: konkret (yaitu dengan melihat sejauh mana pesan itu tersampaikan secara konkret dan tidak abstrak), tegas (yaitu dengan melihat sejauh mana pesan itu tersampaikan secara tegas dan tidak bertele-tele), jelas (yaitu dengan melihat sejauh mana pesan itu tersampaikan jelas dan lengkap), popular (yaitu dengan melihat sejauh mana pesan itu tersampaikan dengan bahasa yang popular dan lazim).

Berikut ini analisa peneliti mengenai hasil terjemahan Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bebas

Bersajak dalam Bahasa Aceh:

1.

م قلا

(al-Qalam)

Kalam

Penilaian yang dapat peneliti berikan untuk terjemahan di atas yaitu peneliti menemukan kata

م قلا

pada nama surah diterjemahan sebagai kalam, surah ini populer dengan nama Surah al-Qalam, juga Surah Nun.54 Berdasarkan pedoman transliterasi Arab-Latin dalam buku

47 “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan pedoman

transliterasi Arab-Latin Kementrian Agama Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987,

huruf apabila ditulis latin menjadi huruf Q, sehingga dengan kesalahan memilih padanan

dalam huruf latin menyebabkan perubahan makna,

م قلا

berarti pena.55 Pena menurut KBBI

adalah alat untuk menulis dengan tinta, dibuat dari baja, yang runcing dan belah.56 Beda halnya

apabila diterjemahkan sebagai kalam, adapun arti dari kalam itu senndiri adalah firman,

perkataan, sabda, tuturan dan ujaran57, sangat jauh berbeda antara pena dan perkataan tuhan.

Jadi, terjemahan tersebut tidak memenuhi faktor keterbacaan dalam sebuah penerjemahan, karena adanya kesalahan dalam pemilihan padanan sehingga menimbulkan terjemahan yang abstrak dan ambigu.

2.

ميح لا ن ح لا ه مسب

Ngon nama Allah lonpuphon surat Dengan nama Allah Tuhan Hadharat nyang Maha Murah Yang Maha Pemurah, Tuhanku sidroe geumaseh that-that Yang Maha Penyayang. Donya akherat rahmat Neulimpah

Dari terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya kejanggalan dalam penerjemahan,

ميح لا ن ح لا ه مسب

pada terjemahan di atas terdapat Donya akherat rahmat neulimpah, jika

diartikan ke dalam bahasa Indonesia Dunia akhirat rahmat melimpah. Pada Tsu tidak terdapat

kalimat yang mengharuskan penerjemah menambahkan terjemahan Dunia akhirat rahmat

55 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996), h. 1469.

56 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 847.

57 Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa ( Bandung: Mizan Pustaka, 2009), h. 269.

48

melimpah. Jika merujuk ke tafsir

ميح لا ن ح لا

, kata ar-Raḫmân sebagai sifat Allah swt.

Yang mencurahkan rahmat yang bersifat sementara di dunia ini, meliputi seluruh makhluk, tanpa

terkecuali dan tanpa membedakan antara mukmin dan kafir. Sedang ar-Raḫĭm adalah rahmat-

Nya yang bersifat kekal adalah rahmat-Nya di akhirat, tempat kehidupan yang kekal, yang hanya

akan dinikmati oleh makhluk-makhluk yang mengabdi kepada-Nya.58

ميح لا ن ح لا

diterjemahkan nyang Maha Murah, geumaseh that-that, kata

ن ح لا

mengikuti bentuk kata

اعف

yang berasal dari akar kata

مح

dan

ميح لا

mengikuti bentuk kata

ليعف

dari akar kata

yang sama. Orang Arab seringkali membentuk kata benda dari kata kerja

لع ي لعف

atas

اعف,

seperti perkataan

ا كس, ش ع ش عي ش ع,

غ ب غي ب غ كسي كس

demikian

pula kata

ن ح مح ي مح .

Adapun bentuk kata

ميح

karena dia pujian, yang orang Arab jika

menyebut kata benda yang berindikasi pujian atau celaan maka penyeseaiannya dengan bentuk

kata

ليعف,

minsalnya dari akar kata

م ع

adalah

مل ع

dan

مي ع

.59 Pada terjemahan di atas

peneliti juga menemukan adanya kesalahan pada penulisan huruf kapital N pada kata Neulimpah.

Jadi, menurut peneliti terjemahan tersebut belum memenuhi faktor keterbacaan dalam sebuah penerjemahan, karena adanya pemborosan kata. Terjemahan pada kata ini menggunakan model

terjemahan tafsiriah namun menurut peneliti jika diterjemahkan secara tafsiriah lebih tepatnya

jika diperincikan lagi apa-apa sajakah yang termasuk kedalam rahmat neulimpah yang ada di

donya akherat. Jadi, cukup diterjemahkan secara sederhana saja, lebih mudah untuk dipahami

58 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Tangerang: Lentera Hati, 2002), h. 23.

49

yaitu, Ngon nama Allah, nyang Maha Murah, nyang Maha geumaseh. Sudah bisa dikatakan

memenuhi faktor keterbacaan dalam penerjemahan.

3.

ْسي م م قْلا

Nun Nûn

Peue meukeusud Nun bak awal ayat Demi qalam dan apa yang

Tuhan Hadharat hana Neupeugah Mereka tuliskan.

Demi na kalam ngon nyang jih surat (Qs. Al-Qalam, 68:1)

Pada terjemahan di atas, peneliti menemukan terjemahan terlalu banyak pemborosan kata

atau bertele-tele, seperti pada terjemahan diterjemahkan (Peue meukeusud Nun bak awal ayat,

Tuhan Hadharat hana Neupeugah), adalah huruf yang tidak dapat menerima I’rab. Jika ia

adalah kata yang sempurna, maka ia akan diberikan I’rab, sebagaimana lafazh

م قْلا

diberikan I’rab. Dengan demikian, ia adalah huruf hijaiyah (abjad) seperti semua huruf yang terdapat di

awal surah. Pada Tsu juga tidak terdapat kata yang bisa menimbulkan terjemahan seperti Peue

meukeusud Nun bak awal ayat, Tuhan Hadharat hana Neupeugah, terlalu banyak penambahan

atau pemborosan terjemahan sehingga membingungkan pembaca Tsa. Peneliti juga menemukan kesalahan dalam menulis padanan transliterasi arab-indonesia, dalam penulisan

م قلا,

Berdasarkan pedoman transliterasi Arab-Latin dalam buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan pedoman transliterasi Arab-Latin

Kementrian Agama Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987, huruf apabila ditulis

latin menjadi huruf Q, sehingga dengan kesalahan memilih padanan dalam huruf latin

50

menemukan adanya kesalahan dalam penulisan huruf kapital, H dan N pada kata Hadharat dan

Neupeugah. Menurut peneliti pada ayat ini cukup diterjemahkan sebagai berikut: Nun, Demi na kalam ngon nyang jih surat. Menurut peneliti terjemahan tersebut tidak bertele-tele dan lebih

mudah untuk dipahami oleh pembaca, dan bisa dikatakan sudah memenuhi faktor keterbacaan dalam penerjemahan.

4.

نْج ب كّب ْعنب تْنأ م

Gata kon meuhat lagee jih peugah Berkat nikmat Tuhanmu,

Nikmat Po gata gata kon gila Bukanlah kau seorang majnun.

(Qs. Al-Qalam, 68:2)

Pada terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya kata yang tidak diterjemahkan yaitu

كّب

, jika kata tersebut tidak diterjemahkan maka kita sebagai pembaca Tsa akan menimbulkan

pertanyaan maksud dari terjemahan tersebut nikmat dari siapa? Firman Allah ini merupakan

jawab qasam (jawab sumpah). Dalam hal ini perlu diketahui bahwa orang-orang musyrik itu

pernah berkata kepada Nabi bahwa beliau gila dan ada syetannya. Oleh karena itu, Allah menurunkan bantahan terhadap mereka, sekaligus pernyataan bahwa ucapan mereka adalah

dusta. Firman Allah

نْج ب كّب ْعنب تْنأ م

maksudnya disini adalah karena rahmat

Tuhanmu, sebab makna Ni’mah di sini adalah rahmat. Jika kata

كّب

tidak diterjemahkan maka

pembaca Tsa tidak mengetahui bantahan dan sumpah yang terdapat dalam firman Allah ini

diturunkan oleh Allah yang ditunjukkan kepada orang-orang musyrik. Kata

كّب

lebih baik

51 pertanyaan di benak pembaca Tsa. Pada terjemahan di atas peneliti juga menemukan adanya

kesalahan pada penulisan huruf kapital P pada kata Po.

5.

نْ م ْيغ ا ْجأ كل إ

Nyang le di gata phala bak Allah Bagimu sungguh ada pahala Han peutoh-peutoh phala keu gata yang besar yang tiada habisnya. (Qs. Al-Qalam, 68:3)

Pada terjemahan di atas, peneliti tidak menemukan adanya kesalahan dalam terjemahan, baik dari pemilihan diksi maupun keefektifitasan kalimat. Tidak ada terjemahan yang berlebih atau yang dikurangi. Hanya saja, peneliti menemukan ketidak konsistenan penerjemah dalam menggunakan kata Allah dan Tuhan. Pada beberapa ayat sebelumnya, penerjemah ada menggunakan kata tuhan dan juga kata Allah. Pada dasarnya kata Tuhan dan Allah berbeda.

Menurut KBBI kata Tuhan, berarti sesuatu yang diyakini, dipuji, dan disembah oleh manusia

sebagai yang Mahakuasa,60 Tuhan biasanya lebih umum dan digunakan oleh orang-orang yang

non Islam. Kata Allah dalam KBBI diartikan sebagai, nama Tuhan dalam bahasa Arab, pencipta alam semesta yang sempurna, tuhan yang maha Esa yang disembah oleh yang beriman, dan biasanya mayoritas orang muslim menggunalan kata Allah.

6.

ني تْ ْل ب م ْعأ ه ه ي س ْنع لض ْن ب م ْعأ ه كب إ

Po gata keubit Neuteupeue that-that Sungguh, tuhanmulah yang lebih tahu Soe nyang bit sisat jalan ka salah Siapa tersesat dari jalannya

Neuteupeue that soe nyang na peutunyok Dan ialah yang maha tahu

Nyang ka geujak cok jalan got leupah Orang-orang yang mendapat petunjuk (Qs. Al-Qalam, 68:7)

52 Dari terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya kelebihan atau pemborosan dalam menerjemahkan, adanya kalimat yang tidak menggambarkan maksud dari ayat tersebut, yaitu

kalimat Nyang ka geujak cok jalan got leupah (Yang mengambil jalan yang baik sekali),

menurut peneliti kata tersebut tidak seharusnya dimasukkan dalam penerjemahan ayat ini. Jika kita lihat terjemahan secara kata perkata (KPK) juga tidak ada Tsu yang bisa diartikan dengan tambahan terjemahan tersebut. Pada terjemahan di atas peneliti juga menemukan adanya

kesalahan pada penulisan huruf kapital N pada kata Neuteupeue. Menurut peneliti cukup

diterjemahkan sebagaimana maksud dan makna dalam ayat ini, kalimat Po gata keubit

Neuteupeue that-that, soe nyang bit sisat jalan ka salah, neuteupeue that soe nyang na peutunyok, sudah mewakili maksud dari ayat ini.

7.

نهْ يف نهْ ت ْ ل ا

Napsujih gata meugot-got ngon jih Mereka menginginkan kamu bersikap lunak Sang-sang bit di jih got-got that leupah Supaya mereka pun bersikap lunak

(Qs. Al-Qalam, 68:9)

Pada ayat di atas, peneliti menemukan adanya kesalahan pilihan diksi dari kata pada

terjemahan di atas menggunakan kata napsujih, menurut peneliti penggunakan kata tersebut tidak

tepat, yang artinya menginginkan atau menghendaki.61 Menurut peneliti lebih tepat jika

menggunakan kata menginginkan, sangat jauh berbeda antara menginginkan dan napsujih,

napsujih sendiri artinya nafsu menurut KBBI keinginan (kecenderungan, dorongan) dorongan

hati yang kuat karena kecewa. Menurut tafsir ayat ini, Al Farra’ dan Al Kalbi mengatakan,

makna dari firman Allah itu adalah jika engkau bersikap lunak (kepada mereka), lalu merekapun

61Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia (Yogyakarta: Multi Karya

53

akan bersikap lunak kepadamu. Sebab Al Idhaan adalah bersikap lunak terhadap orang yang

tidak semestinya bersikap lunak terhadap mereka.62

8.

ميثأ تْعم ْي ْ ل نم

Atra jeh di jih bek sagai leupah Yang menghalangi segala yang baik, Meunyo buet nyang got di jih kriet jih that Yang melampaui batas lagi banyak dosa Keubit jeuheut that jipubuet salah

(Qs. Al-Qalam, 68:12)

Dari terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya ketidak selarasan peralihan pesan dari Tsu ke Tsa, karena dalam terjemahan terlalu bebas tanpa memperhatikan struktur dari ayat itu, ada kata yang begitu saja dibuang tanpa diterjemahkan, dalam terjemahan di atas hanya

mengalihkan maksud ayat lebih ke tafsir dan bukan terjemahan. Seperti

ْي ْ ل نم

diartikan

Atra jeh di jih bek sagai leupah (Hartanya jangan sampai lepas), sedangkan jika kita melihat

terjemahannya adalah yang banyak menghalangi perbuatan baik. Dalam terjemahan tersebut

sudah sangat luas dijabarkan dan lebih ke tafsir. Menurut Al Hasan maksud dari kata tersebut adalah ‘ Barang siapa dari kalian yang akan memeluk agama Muhammad, niscaya aku tidak akan memberikan sedikitpun manfaat kepadanya selamnya”.63

9.

مين كل ْعب ّلتع

Keujam jih geuthee laen nibak nyan Seorang yang kasar dan kejam,

(Qs. Al-Qalam, 68:13) Dan selain itu lancung pula.

62 Muhammad Ibrahim Al Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al Qurthubi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008),h. 77.

63 Muhammad Ibrahim Al Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al Qurthubi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008),h. 84.

54

Dari terjemahan di atas, peneliti menemukan ada kata yang tidak diterjemahkan yaitu

ْعب

مين كل

dan selain itu lancung pula”.64

مين

menurut Hb Jassin diterjemahkan sebgai lancung.

Yang dimaksud lancung adalah tidak jujur atau curang.65

مين

Zanĭm terambil dari kata

ن

Zanamah yaitu kulit yang mengulur ke bawah telinga kambing sebagai giwang, atau sesuatu

yang dipotong sebagai tanda pada telinga unta dan dibiarkan terulur. Ada perbedaan pendapat ulama tentang maksud kata tersebut pada ayat ini. Ada yang mengartikan sebagai perangai buruk

yang telah melekat pada diri seseorang sehingga ia populer dengan keburukan itu,66 ada juga

yang memahaminya dalam arti seseorang yang dinisbahkan kepada satu komunitas padahal dia bukan dari mereka, dengan kata lain dia adalah anak haram. Tidak ada seorang pun yang disifati Alquran dengan gabungan sifat buruk dengan sedemikian banyak. Dengan demikian, Jika ketiga kata tersebut tidak diterjemahkan maka ayat ini ketika dibaca oleh pembaca Tsa maka akan abstrak dan tidak tersampaikan pesannya ke pada pembaca.

10.

نيح ْصم نم

ْصيل ا سْقأ ْ إ نجْلا ح ْصأ نْ ب ك ْمه نْ ب نإ

Dilee awaknyan ka kamoe ujoe Sungguh kami telah uji mereka Lagee meuujoe kawom nyang sudah (musyrikin Mekah) sebagaimana Sinan na lampohjih di kawom nyan Telah kami uji pemilik kebun, Teuma watee nyan ka jimeusumpah Ketika mereka bersumpah, akan Singoh ban beungoh tajak pot ase memetik (hasil)nya di pagi hari. (Qs. Al-Qalam, 68:17)

Dari terjemahan di atas, penenliti menemukan adanya kelebihan terjemahan yaitu Sinan

na lampohjih di kawom nyan (di sana ada kebun kaum itu), firman Allah

نْ ب ك ْمه نْ ب نإ

نيح ْصم نم ْصيل ا سْقأ ْ إ نجْلا ح ْصأ

diterjemahkan Dilee awaknyan ka kamoe ujoe

64 HB Jasin, Bacaan Mulia (Yayasan, 1942),h. 800.

65 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 633.

55

lagee meuujoe kawom nyang sudah Teuma watee nyan ka jimeusumpah, sudah memenuhi faktor

keterbacaan. Tanpa penambahan kalimat Sinan na lampohjih di kawom nyan ke dalam

terjemahan juga pembaca Tsa sudah bisa memahami dan mengerti maksud dari ayat tersebut. Penambahan terjemahan bisa menimbulkan kesalah pahaman pembaca tentang ayat ini, jika merujuk ke tafsir dari ayat ini, maksud dari ayat ini adalah menerangkan bahwa Allah telah memberi orang-orang musyik Mekah nikmat yang banyak yang berupa kesenangan hidup di dunia dan kemewahan dengan maksud untuk mengetahui apakah mereka mau mensyukuri nikmat yang telah diberikan dengan cara mengeluarkan hak-hak orang miskin, dan tunduk kepada seruan Rasul yang menyerukan ke jalan yang benar, atau malah sebaliknya dengan nikmat yang Allah berikan mereka malah lalai dan menumpuk harta, menantang seruan Rasul dan keluar dari jalan yang benar? Allah akan menimpakan kepada mereka azab yang pedih dan melenyapkan nikmat-nikmat yang pernah Allah berikan kepada mereka dengan cara mencabut

nimat pemilik-pemilik kebun tersebut.67

Jadi, menurut peneliti, ayat ini jika diterjemahakan secara sederhana tanpa pemborosan kata dan bertele-tele dengan banyaknya penambahan juga sudah cukup mudah dimengerti dan dipahami maksud dan tujuannya.

11.

ئ ن ْمه كّب ْنم فئ ْي ع ف ف

Meu troh treuk keunan ureueng diarah Maka datanglah ke sana berputar- Teungoh teungeutjih ureueng nyan teuku putar malapetaka (Azab) dari

Nibak Po gata sideh geulangkah tuhanmu, ketika mereka sedang tidur

(Qs. Al-Qalam, 68:19)

Dari terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya kesalahan dalam memilih diksi,

yaitu pada kata

فئ ْي ع ف ف

diterjemahkan Meu troh treuk keunan ureueng diarah (Maka

datanglah kesana orang merampok) disini kata

فئ

diartikan sebagai perampok. Kata

ف

thâfa pada mulanya digunakan dalam arti mengelilingi. Dari sini lahir kata thawaf. Kata

فئ

thâ’if biasanya digunakan untuk menunjuk bencana. Sebagaian ulama juga mengatkan bahwa

56 kata ini juga tidak digunakan kecuali bagi yang datang di malam hari. Ayat di atas tidak menjelaskan apa jenis bencana itu bisa jadi kebakaran, bisa juga aneka bencana, ataupun hama

yang menimpa tumbuh-tumbuhan. Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud dari kata Ath-Thaa’if

pada firman Allah itu adalah : Gulunglah (kebun itu) karena (perintah) dari tuhanmu. Sedangkan

menurut Qatadah maksud dari kata Ath-Thaa’if adalah azab dari Tuhanmu. Menurut Ibnu Juraij

maksud dari kata Ath-Thaa’if adalah leher api yang keluar dari lembah neraka Jahanam.68 Dari

beberapa pendapat para ulama di atas bahwa kata

فئ

itu sendiri bukanlah perampok akan

tetapi azab dari tuhan secara umum bukan hanya perampok. Pada terjemahan di atas peneliti juga

menemukan adanya kesalahan pada penulisan huruf kapital P pada kata Po.

12.

مي صل ك ْتح ْصأف

Jeuet treuk lampoh nyan ka lagee arang Maka jadilah (kebun itu)

Ka seupot itam anco dum bicah Hitam seperti malam gelap gulita (Qs. Al-Qalam, 68:20)

Pada terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya kesalahan pemilihan diksi yaitu

مي ص

lagee arang (seperti arang), kata

مي ص

sedangkan menurut para ahli, menurut Syamir

مي ص berarti malam, namun

مي ص

juga berarti siang. Yakni, ini (siang) terpisah dari itu, (malam)

dan itu (malam) terpisah dari ini (siang). Menurut satu pendapat, malam dinamakan shariim

(yang gelap), sebab kegelapannya memutus/menghentikan aktivitas. Jika berdasarkan kepada

pendapat ini, maka kata yang sesuai dengan wazan faa’ilun (Shariimun) itu mengandung makna

faa’ilun (shaarimun).69

مي ص

kata ini juga ada sebagian ulama yang memahaminya dalam arti

debu hitam, sementara yang lain memahaminya dalam arti pasir yaitu lahan kebun itu menjadi

68 Muhammad Ibrahim Al Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al Qurthubi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008),h. 106-107.

69 Muhammad Ibrahim Al Hifnawi dan Mahmud Hamid Utsman, Tafsir Al Qurthubi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008),h. 106-109.

57

seperti pasir yang tidak dapat ditumbuhi. Pemilihan kata ini oleh Alquran untuk mengisyaratkan

bahwa pemilik kebun itu benar-benar telah diliputi oleh bencana dan kerugian yang beraneka ragam. Apapun jenis bencana itu, yang jelas dia bersumber dari Allah yang oleh ayat di atas

ditunjuk dengan kata Tuhanmu.

13.

ني ق ْ ح ى ع اْ غ

Jijak treuk laju padahai di jih Merekapun pergi pagi hari

Ek jibri le jih peue-peue nyang mudah Bertekat kuat menghalangi (orang-orang (Qs. Al-Qalam, 68:25) miskin) padahal mereka mampu

(menolongnya)

Pada terjemahan di atas terdapat pemilihan diksi yang kurang sesuai yaitu dari kata

ْ ح

di terjemahkan jibri ( memberi) padahal pada dasarnya arti dari

ْ ح

itu adalah menghalangi,

atau tekat yang kuat, atau ketegasan dan juga amarah.70 Makna-makna ini menggambarkan

Dokumen terkait