• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Kualitas Terjemahan dari Aspek Keterbacaan dalam Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh karya Mahjiddin Jusuf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian Kualitas Terjemahan dari Aspek Keterbacaan dalam Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh karya Mahjiddin Jusuf"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

Penilaian Kualitas Terjemahan dari Aspek Keterbacaan dalam

Al Qur

an Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh

karya Mahjiddin Jusuf

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh

DALIPAH RAHMAH

1112024000014

PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

(2)

ii LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dalipah Rahmah

N I M : 1112024000014

Program Studi : Tarjamah (Bahasa Arab)

Fakultas : Adab dan Humaniora

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Maret 2016

(3)
(4)
(5)

v PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt, sang Maha

Pengasih lagi Penyayang, karena berkat Kemurahan-Nya Peneliti diberi kemudahan dalam

menyelesaikan skripsi ini. Di samping kemurahan yang diberikan Allah Swt, berkat kasih

cinta orang-orang di sekitar Peneliti pula skripsi ini dapat terselesaikan.

Shalawat serta salam tercurah kepada kekasih Allah, junjungan umat manusia seluruh

alam Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan semoga kita semua

mendapat syafaatnya di hari pengadilan nanti. Dengan segala kerendahan hati, tak lupa

Peneliti haturkan beribu terima kasih kepada sejumlah nama yang turut serta menyukseskan

dan memberi kemudahan bagi Peneliti dalam proses penyelesaian skripsi.

Dalam kesempatan ini pula, Peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh civitas

akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya kepada: Bapak Prof. Dr. Sukron

Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora. Bapak Dr. Moch. Syarif

Hidayatullah, M. Hum selaku ketua Jurusan Tarjamah sekaligus dosen pembimbing, dan Ibu

Rizqi Handayani, MA selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah yang telah memberikan

kemudahan dalam pengurusan administrasi penulisan Skripsi ini, serta kepada seluruh dosen

Jurusan Tarjamah yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan selama

mengikuti perkuliahan serta menjadikan kami lebih berguna dengan ilmu yang telah

diberikan. Tak lupa peneliti berterima kasih kepada seluruh staf TU khususnya Fakultas Adab

dan Humaniora yang telah banyak membantu dan mengurus segala administrasi.

Terima kasih juga peneliti ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ahmad Satori Ismail, MA

Bapak Drs. Ikhwan Azizi, MA selaku dosen penguji sidang skripsi, peneliti mengucapkan

(6)

vi untuk membaca, mengoreksi, dan memberikan referensi, serta memotivasi peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih berbalut cinta yang tak terhingga peneliti hanturkan kepada kedua

orangtua tercinta, Ayahanda M. Jalil dan Ibunda Nurma, yang tak kenal lelah memberikan

dorongan, dukungan, motivasi baik berupa moril maupun materil. Terimakasih atas setiap

cinta yang terpancar serta doa dan restu yang selalu mengiring tiap langkah peneliti. Kepada

kakek dan nenek yang sudah peneliti anggap orang tua kedua selama diperantauan yaitu Prof.

M. Dien Madjid dan Drs. Siti Sahara. Karena merekalah peneliti dapat menjangkau dunia

pendidikan hingga saat ini. Tak lupa peneliti ucapkan terima kasih kepada abang-abang

peneliti M. Jailani dan Hardiansyah, S. HI yang telah mendukung, memotivasi dan membantu

baik secara moril maupun materil sehingga dapat terselesainya penulisan skripsi ini. Teruntuk

adik-adik Peneliti, Alda Syahputra, Hultari Agustina dan Fasya Alfata peneliti haturkan

banyak doa dan terima kasih atas segala doa, dukungan, canda, tawa dan macam-macam

bantuan dalam menyelesaikan Skripsi ini. semoga semua usaha peneliti dapat menjadi

motivasi tak terhingga agar adik-adik tercinta dapat menggapai hal yang sama bahkan lebih

demi kebahagiaan dan kebanggaan kedua orang tua tercinta.

Kepada sahabat-sahabat terbaik, Ayu Rahmadhani, Monatria, Naya, Intan, Hikmah,

Wardatul, Annida. Amel, Riyanti dan Elfa, yang senantiasa ada untuk memberikan dukungan,

melantunkan doa serta mengusahakan segala macam bantuan terkait penyelesaian Skripsi ini.

Kemudian kepada kerabat seperjuangan, Tarjamah amgkatan 2012 Terima kasih untuk

kebersamaannya selama 4 tahun kita berjuang di bangku perkuliahan, jatuh bangun, pahit

manis, kita rasakan bersama-sama.

Semoga skripsi yang sederhana ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu

(7)

vii kajian penerjemahan. Terakhir, Peneliti hendak menyapa setiap nama yang tidak dapat

Peneliti cantumkan satu per satu, terima kasih atas doa yang senantiasa mengalir tanpa

sepengetahuan Peneliti. Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang turut

bersuka cita atas keberhasilan Peneliti menyelesaikan Skripsi ini. Alhamdulillah.

Sebagai manusia biasa, tentunya Peneliti masih memiliki banyak kekurangan

pengetahuan dan pengalaman pada topik yang diangkat dalam Skripsi ini, begitu pula dalam

penulisannya yang masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, peneliti akan sangat

senang jika menerima berbagai masukan dari para pembaca baik berupa kritik maupun saran

yang sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan di masa yang akan

datang.

Ciputat, 28 April 2016

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... xi

PETUNJUK PEMBACAAN BAHASA ACEH ... xvi

ABSTRAK ... xix

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Kajian Terdahulu ... 5

F. Metodologi Penelitian ... 8

G. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KERANGKA TEORI A. Konsep Umum Penerjemahan Alquran ... 11

1. Pengertian Terjemahan Alquran ... 11

2. Macam-macam Terjemahan Alquran ... 11

(9)

ix

B. Penilaian Terjemahan ... 16

1. Pokok-pokok Penilaian ... 16

a. Struktur (Gramatikal) ... 16

b. Pemakaian Ejaan ... 16

c. Diksi ... 17

d. Efektivitas Kalimat ... 18

2. Pedoman Penilaian Terjemahan ... 19

a. Rochayah Machali... 19

b. Moch. Syarif Hidayatullah ... 25

c. Syihabuddin ... 27

d. Benny Hoedoro Hoed ... 29

C. Keterbacaan ... 32

1. Masalah Keterbacaan Teks ... 33

2. Faktor yang Menentukan Tingkat Keterbacaan Teks ... 34

3. Faktor Keterbacaan dalam Penerjemahan ... 34

D. Sintesis Pustaka ... 36

BAB III GAMBARAN UMUM AL QUR’AN AL KARIM TERJEMAHAN BEBAS BERSAJAK DALAM BAHASA ACEH A. Seputar Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh 37 B. Tentang Penerjemah ... 39

1. Riwayat Hidup Mahjiddin Jusuf ... 39

2. Aktivitas Agama dan Sosial Mahjiddin Jusuf ... 40

(10)

x BAB IV ANALISIS PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN AL QUR’AN AL KARIM TERJEMAHAN BEBAS BERSAJAK DALAM BAHASA ACEH

SURAH Al- QALAM

A. Analisis Penilaian Kualitas Terjemahan Al Qur’an Al Karim Terjemahan

Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh dari Aspek Keterbacaan ... 45

B. Hasil dan Penilaian Terjemahan Al Qur’an Al Karim Terjemahan C. Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh dari Aspek Keterbacaan ... 70

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Saran-saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(11)

xi PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi

ini berdasarkan pedoman transliterasi Arab-Latin dalam buku “Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padannya dalam aksara latin.

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا

Tidak dilambangkan

B be

T te

Ts ted an es

ج

J je

ح

H h dengan garis bawah

Kh ka dan ha

د

D De

Dz de dan zet

ر

R er

ز

Z zet
(12)

xii

ش

Sy es dan ye

ص

S es dengan garis di bawah

D de dengan garis di bawah

T te dengan garis di bawah

ظ

Z zet dengan garis di bawah

‘ koma terbalik di atas

hadap kanan

Gh ge dan ha

ف

F Ef

ق

Q Ki

K Ka

L El

M Em

N En

W We

ه

H Ha

ء

, Apostrof
(13)

xiii 2. Vokal

Vokal dalam bahasa arab, seperti vokal bahasa indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggul, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ـــــــ

A fathah

ـــــــ

I kasrah

ـــــــ

U dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

----

Ai a dan i

و

----

Au a dan u

Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa arab dilambangkan

harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

اــ

 â dengan topi di atas

ــ

dengan topi di atas

وــ

Û û dengan topi di atas

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا,

dilahirkan menjadi huruf /L/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf qomariyah. Contoh:

(14)

xiv 4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah

tanda )ـــ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf , yaitu dengan menggandakan

huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang

menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf

syamsiyyah. Misalnya, kata ةرور لا tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah, demikian

seterusnya.

5. Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal

yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2

di bawah). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf

tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3)

No Kata Arab Alih Aksara

1 ةقير tarîqah

2 ةيماسإا ة ماجلا al-jâmi’ah al-islâmiyyah

3 دوجولا ةدحو wahdat al-wujûd

6. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, anatara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih

(15)

xv Jika menurut EYD, juduk buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari

bahasa arab. Misalnya ditulis, Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî;

Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

7. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara

terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

ا سأا به

dzahaba al-ustâdzu

جأا ت ث

tsabata al-ajru

ي ص لا ك لا

al-harakah al-‘asriyyah

ه اا هلا ا أ د شأ

asyahdu an lâ ilâha illâ Allâh

حلاصلا ك م اناوم

Maulânâ Malik al-Sâlih

ه مك ثؤي

yu’ats-tsirukum Allâh

ي لا ها لا

al-mazâhir al-‘aqliyyah

ينو لا ايآا

al-âyât al-kauniyyah

ةر

لا

حي ت

(16)

xvi PETUNJUK PEMBACAAN BAHASA ACEH

Petunjuk pembacaan Bahasa Aceh ini berpedoman pada Kamus Umum Bahasa

Aceh-Indonesia M. Hasan Basri cetakan pertama tahun 1994. Namun, dalam penulisan bahasa

Aceh dalam Al-Qur’an Al Karim Terjemahan Bebas Bersaja dalam Bahasa Aceh ejaan yang

digunakan adalah Ejaan P3KI 1992 yang telah disempurnakan dan tidak mengunakan tanda

tambahan (diakritik) agar memudahkan penulisan.

Dasar Sistem Ejaan Bahasa Aceh (EBA) adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD),

kecuali bila terdapat “lafal khas Aceh”, maka kata-kata dimaksud memiliki tanda dan huruf

tambahan (huruf majemuk dan konsonan rangkap) yang sedikit banyak menggunakan nilai

fonetik.

A. Tanda Tambahan

1. Aksen tirus (Accent aigu) pada huruf E, e sehingga berbunyi, Ӗ, ȇ dalam kata sate,

mente, perlente, secara fonetik ditulis (e), seperti:

Lah(lahir, melahirkan)

Pẻt (pejam, memejamkan)

2. Aksen rendah (accent grave) pada E,e sehingga berbunyi, seperti Ӗ,ẻ pendek

dalam kata ejek, ember, secara fonetik tertulis (ɛ). Seperti halnya kata di atas,

tetapi lebih pendek pengucapannya.

3. Huruf E,e yang dilafalkan dalam bentuk (∂̈) yang dilafalkan, seperti emas, kalem.

Contohnya:

Le (banyak)

(17)

xvii

4. Diftong yang khas Aceh eu, eu dilafalkan antara bunyi i, o, u dengen e pepet

dengan u tidak bertekanan , ini berbeda dengan lafal eu dalam bahasa Sunda

ataupun Prancis, seperti:

Beukah (koyak, rusak, pecah, terbit (matahari), celah)

Beuneung ( benang)

5. Diftong ie, oe, ue, dilafalkan antara bunyi i, o, u dengen e pepet ditutup atau

didominasi oleh bunyi e, seperti:

Ie (air, sesuatu yang cair, cahaya)

Rugoe (rugi, kerugian)

Ue (tersumbat, tercekik, kerongkongan, macet)

6. Diftong EU ditambah lagi dengan vocal e pepet menjadi EUE, dilafalkan antara

bunyi EU dengan E, didominasi dan tutup dengan e pepet, seperti:

Bateue (batal, tidak sah, tidak berlaku)

Peute (empat)

7. Tanda trema (¨) pada huruf , dilafalkan, seperti bunyi o dalam fotokopi, yudo.

Secara fonetik ditulis (o), seperti:

Bӧt (mencabut, mengeluarkan, menarik, mengangkat)

Lӧn (Peneliti)

8. Huruf o, o (tanpa trema) dilafalkan seperti bunyi o dalam orang, botol. Dalam

lambing fonetik (o), seperi:

Boh (buah, buah-buahan, kemaluan pria)

(18)

xviii B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap ialah 2 bunyi konsonan yang dilafalkan sebagai satuan, tajam

dan jelas, seperti:

KL Klo (bisu, kelu)

TH That (sangat, amat, luar biasa)

C. Huruf dengan Lafal Khas Aceh

Huruf Rr, Ss dan Tt dilafalkan dengan khas Aceh seperti berikut ini:

Rr dilafalkan dengan anak tekak atau langit-langit lembut (uvular) seperti bunyi ghain

bahasa Arab ( ( atau dalam bahasa Prancis venir, rue. Lafal ini banyak digunakan

di sebagian Aceh Besar dan Aceh Barat.

Ss dilafalkan seperti bunyi “th” dalam bahasa Inggris think atau dalam bahasa Arab

(ث).

Tt dilafalkan dengan ujung lidah menyentuh langit-langit di pangkal gigi seri.

D. Semi Vokal

Semi vocal Y y dan W w di tengah suku kata saja, seperti:

Siya (rasa sakit karena terbakar)

(19)

xix ABSTRAK

DALIPAH RAHMAH

Penilaian Kualitas Terjemahan dari Aspek Keterbacaan dalam Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh karya Mahjiddin Jusuf

Keterbacaan yaitu derajat kemudahan sebuah tulisan untuk mudah dipahami maksudnya, semakin tinggi keterbacaan akan semakin mudah tulisan dipahami, dan semakin rendah keterbaacaan akan semakin sulit untuk dipahami maksudnya.

Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana kualitas terjemahan dari aspek keterbacaan yang dilakukan oleh penerjemah pada setiap kata, frasa, klausa dan kalimat yang terdapat dalam Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh karya

Mahjiddin Jusuf. Evaluasi dan analisis yang dilakukan merujuk kepada beberapa faktor

keterbacaan dalam penerjemahan. Faktor-faktor itu antara lain: konkret, tegas, jelas, dan popular. Hasil-hasil evaluasi tersebut akan dimasukkan ke dalam tabel hitungan matematis yang akan dijumlahkan untuk mengetahui kualitas dan nilai terjemahan.

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penerjemahan adalah usaha mereproduksi pesan dari bahasa sumber (BSu) ke dalam

bahasa sasaran (BSa) dengan hasil semirip mungkin, baik dalam makna maupun gaya bahasanya.

Sebuah karya terjemahan harus mempengaruhi pembaca dengan cara yang sama seperti karya

aslinya. Seorang penerjemah harus bisa menjamin bahwa apa yang disampaikan kepada

pembacanya adalah benar-benar seperti apa yang dimaksud penulis asli. Tentunya ini bukan

persoalan mudah, apalagi menerjemahkan teks dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.

Kegiatan penerjemahan sesungguhnya bukan hal yang baru dalam peradaban manusia.

Di era globalisasi ini komunikasi lintas bahasa dalam bentuk penerjemahan masih eksis, bahkan

cenderung semakin penting. Tak terkecuali kegiatan penerjemahan dari bahasa Arab ke dalam

bahasa Indonesia juga semakin marak seiring dengan meningkatnya ghirah ‘semangat’

keberagamaan umat Islam di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya buku terjemahan,

terutama yang berhubungan dengan khazanah keislaman, seperti Alquran, Hadis, tafsir, fikih,

akhlak, akidah, tasauf dan lain-lain.1

Penilaian terjemahan sangat penting disebabkan dua alasan: (1) untuk menciptakan

hubungan dialektik antara teori dan praktik penerjemahan; (2) untuk kepentingan kriteria dan

standar dalam menilai kompetensi penerjemah, terutama apabila kita menemui beberapa versi

teks bahasa sasaran (Bsa) dari teks bahasa sumber (Bsu) yag sama.2

(21)

2 Menilai terjemahan juga meliputi tiga alasan : (1) untuk melihat keakuratan; (2) untuk

mengukur kejelasan; (3) untuk menimbang kewajaran suatu terjemahan. Keakuratan berarti

sejauh mana pesan dalam Tsu disampaikan dengan benar dalam Tsa. Kejelasan berarti sejauh

mana pesan yang dikomunikasikan dalam Tsa dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca Tsa.

Pesan yang ditangkap pembaca Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa.

Kewajaran berarti sejauh mana pesan dikomunikasikan dalam bentuk yang lazim, sehingga

pembaca Tsa merasa bahwa teks yang dibacanya adalah teks asli yang ditulis dalam Bsa.

Karenanya, aspek yang dinilai adalah: (1) pesan tersampaikan atau tidak; (2) kewajaran dan

ketepatan pengalihan pesan; (3) kesesuaian hal-hal teknis dalam kerja penerjemahan dengan tata

bahasa dan ejaan yang berlaku.3

Sebagai sebuah produk, terjemahan tentunya mempunyai tingkatan kualitas yang bisa

ditentukan oleh beberapa faktor. Pada umumnya, kualitas suatu terjemahan bisa diukur dari

factor keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan dari terjemahan tersebut. Keakuratan suatu

terjemahan ditentukan oleh keutuhan makna dalam terjemahan tersebut. Keberterimaan menjadi

aspek penting dari suatu terjemahan karena menentukan kepantasan suatu terjemahan dilihat dari

bahasa sasaran. Sedangkan aspek keterbacaan erat kaitannya dengan target pembaca dari suatu

teks.4

Keterbacaan ialah derajat kemudahan sebuah tulisan untuk mudah dipahami maksudnya.5

Dan tingkat keterbacaan ini bersinggungan dengan aspek-aspek linguistik, semisal penggunaan

kategori sintaksis (verba, nomina, ajektiva, pronomina, numeralia), penempatan fungsi sintaksis

3 Moch Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer (Tangerang: UIN PRESS, 2014), h. 142.

4 http://www.penerjemah-online.com/2012/11/tiga-aspek-penentu-kualitas-terjemahan.html (diakses pada tanggal 03 November 2015).

(22)

3 (subjek, predikat, objek, keterangan, pelengkap), serta pemilihan diksi, preposisi, kopula,

kolokasi, pungtuasi, dan semacamnya.6

Tujuan praktis penerjemahan seperti yang telah disebutkan di atas, acapkali terlupakan

oleh penerjemah. Ada terjemahan yang sudah secara setia menyampaikan pesan teks bahasa

sumber ke dalam bahasa sasaran, tetapi bahasa yang digunakan tidak bisa dipahami oleh

pembaca dengan baik. Ada pula terjemahan yang tampak “cantik” dan wajar, tetapi pesannya

menyimpang jauh dari pesan teks aslinya.

Fakta di atas tadilah yang mendorong peneliti untuk meneliti kualitas terjemahan dari

aspek keterbacaan pada Alquran terjemahan bahasa Aceh, hingga peneliti melakukan penelitian

dengan judul: “Penilaian Kualitas Terjemahan dari Aspek Keterbacaan dalam Al Qur’an

Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh karya Mahjiddin Jusuf”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Mengingat banyaknya surat di dalam Alquran maka peneliti akan membatasi surat yang

akan diteliti. Untuk mempermudah pembahasan supaya lebih terarah, maka peneliti

memfokuskan dan membatasi penelitian ini hanya pada surat al- Qalam, dalam Al Qur’an

Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh karya Mahjiddin Jusuf dan

diterbitkan melalui penerbit Pusat Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Islam (P3KI), dengan

menganalisis tingkat keterbacaan hasil terjemahan tersebut kepada bahasa sasaran yaitu bahasa

Aceh yang baik dan benar.

(23)

4 Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah kualitas terjemahan dalam Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bebas

Bersajak dalam Bahasa Aceh jika dilihat dari segi aspek keterbacaan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan:

1. Mengetahui kualitas dan mengevaluasi tingkat keterbacaan dalam penyampaian

pesan dalam pengalihan teks-teks pada bahasa sumber kepada bahasa sasaran

menurut kaidah penerjemahan, dalam terjemahan Al Qur’an Al Karim

Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah khasanah penelitian penerjemahan yang telah ada dan menambah

pengetahuan seputar penilaian karya terjemahan.

2. penelitian ini diharapkan dapat menjadikan inspirasi dan motivasi bagi teman-teman

mahasiswa tarjamah untuk melakukan penelitian penilaian kualitas terjemahan

dengan objek yang lain.

(24)

5 3. Kajian Terdahulu

Setelah peneliti mencari dan menelaah bebagai karya-karya ilmiah baik melalui

perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora maupun perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, sepengetahu peneliti ada beberapa kajian skripsi yang memiliki kesamaan subtansi

dengan penelitian ini, salah satu diantaranya adalah skripsi dari:

Tatam Wijaya (2008) menulis tentang “Kritik atas Terjemahan hadits: Studi Kasus

Hadist-Hadist Zakat Mukhtasar Shahih Bukhary”. Batasan permasalahan yang diteliti oleh

peneliti hanya terfokus pada bab Zakat saja. Salah satu yang menjadi pertimbangan mengapa

pada bab Zakat yang dipilih oleh peneliti sebagai sasaran utamanya karena sering dijumpai kata

قا نإ, ةاكز ,قدصت yang pada kesemuannya memiliki arti yang sama dan serupa, yaitu; zakat. Jika

seorang penerjemah tidak mampu dan hati-hati dalam memahami konteks pada Bsu maka akan

terjadi kekeliruan dalam menerjemahkan.

Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang kritik atas terjemahan yang dibagi dari

dua segi, yaitu kritik internal dan kritik eksternal. Keritik internal hanya fokus pada isi atau

materi terjemahan kitab Mukhtashar shahih Al-Bukhari dengan melakukan kritik juga penilaian

secara objektif terhadap terjemahan tersebut. Sedangkan kritik eksternal hanya focus kepada

penyajian hasil buku terjemhan kitab Mukhtashar shahih Al-Bukhari dari segi artistik dan grafis.

Penelitian merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Moch Syarif Hidayatullah. Alasannya,

teori ini dianggap lebih mudah untuk memproleh nilai secara matematis.

Amir Hamzah (2011 M/ 1436 H) yang menulis tentang “ Penilaian Kualitas Terjemahan

(Studi kasus terjemahan Fiqh Al islam wa Adillatuh bab salat pasal I karya Dr Wahbah

(25)

6 pada bab Salat saja. Sedangkan rumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti adalah

ketepatan, kejelasan, dan kewajaran dalam mengalihkan pesan. Dalam penelitiannya, peneliti

merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Rochayah Machali. Kriteria yang digunakan oleh

peneliti dalam melakukan proses penilaian adalah pokok-pokok penilaian dan struktur gramatika.

Struktur gramatika tertuju pada pembahasan tentang morfologis dan sintaksis. Kedua bidang

tersebut memang berbeda, tetapi keduanya adalah bidang tataran linguistic yang secara

tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. 7

Sintaksis dan morfologis sangat berpengaruh terhadap proses penerjemahan. Apabila

terjadi kesalahan dalam pengalihan makna, maka akan berpengaruh terhadap makna yang

dihasilkan. Sedangkan morfologis padanannya sesuai tetapi tidak berubah nilai rasa. Dalam

kajian linguistik morfologis adalah ilmu yang membahasa tentang struktur internal kata,

sedangkan sintaksis adalah ilmu yang membicarakan kata dengan hubungannya dengan kata lain,

atau unsur-unsur lain sebagai satuan ujaran.8

Hilman Ridha (2011 M/1436 H) yang menulis tentang “ Kualitas mesin penerjemah

statistik studi terhadap terjemahan dokumen berita Aljazeera.net menurut ahli dan pembaca

awam”. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan desain studi kasus

terpancang (embedded case study research). Penelitian ini mengkaji terkait aspek afektif atau

sama dengan tanggapan pembaca ahli dan pembaca awam terhadap terjemahan dan juga

menganalisis kualitas penerjemahan mesin (machine translation)

Abdul Rosyid (2014) yang menulis tentang “ Studi Komparatif Penilaian Kualitas

Terjemahan Kitab Safinatun najaat antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda. Dalam

(26)

7 penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan berlandaskan

penelitian terhadap teks kitab “Safiinatun Najaat” serta terjemahannya sebagai objek penelitian.

Kemudian beliau membandingkan kualitas terjemahannya, yaitu antara terjemahan Sunda dan

Indonesia tersebut.

Syafa’at Maulana (2014) yang menulis tentang “ Penilaian Kualitas Terjemahan dari

Aspek Keterbacaan dalam Kitab al-Muqaddimah al-Hadramiyyah Penerbit Ar-Roudho”.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan deskriptif dengan pendekatan analisis

ekuivalensi (fokus pada bahasa sasaran dalam menggunakan teks-teks yang ada dalam kitab

al-Muqaddimah al-Hadramiyyah dengan mengeksplorasi aspek keterbacaan yang meliputi kosa

kata, susunan kalimat, dan lepadatan kata dalam kalimat). Pedoman yang digunakan dalam

penulisan skripsi tersebut adalah yang dikemukakan oleh Moch. Syarif Hidayatullah.

Skripsi Abdul Rosyid, Amir Hamzah, Tatam Wijaya dan Syafa’at Maulana melakukan

penilaian kualitas terjemahan terhadap teks buku dan kitab. Sementara Hilman Ridha melakukan

penilaian kualitas terjemahan melalui media, yaitu kualitas mesin penerjemah statistik.

Sementara dalam skripsi ini akan mencoba menganalisis terjemahan Alquran. Sehingga menurut

peneliti, penelitian ini signifikan dan patut dilakukan.

Perbedaan dengan yang akan diteliti adalah, mengamati hasil terjemahan dari aspek

keterbacaan, baik dari segi ketepatan (yaitu dengan melihat sejauh mana pesan itu tersampaikan),

segi kejelasan (yaitu melihat struktur kalimat, pemilihan diksi, dan pemakain ejaan yang sesuai

dengan padanan pada bahasa sasaran) juga meliputi struktur bahasa, pemakaian ejaan, pemilihan

dan diksi yang digunakan. Korpus yang digunakan berbeda dengan peneliti diatas yaitu Al

(27)

8 4. Metodologi Penelitian

a. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam menilai kualitas terjemahan adalah metode

kualitatif deskriptif. Terfokus pada bahasa sasaran dalam Al Qur’an Al Karim Terjemahan

Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh dengan mengeksplorasi ketepatan, kejelasan dan kewajaran

terjemahan meliputi struktur bahasa, pemakaian ejaan, pemilihan diksi, dan keefektipan kalimat

yang digunakan. yaitu dengan cara mengamati dan menganalisis teks-teks yaitu TSu dan TSa

pada surah al Qalam, kemudian peneliti menjelaskan dan menguraikan hingga tercapai tujuan

penelitian yang telah dirumuskan sehingga data hasil penelitian bisa diambil manfaatnya.

b. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini memiliki sumber primer dan skunder. Adapun sumber

primernya adalah Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh.

Sumber skunder adalah literatur-literatur yang mendukung peneliti dalam penelitian ini yaitu,

seperti buku-buku semantik, linguistik, kamus-kamus dalam bahasa Arab, kamus bahasa Aceh

maupun Kamus Umum Bahasa Indonesia, data-data dari internet dan lain-lain.

c. Teknik pengumpulan data

Data yang diambil oleh peneliti dalam melakukan proses penelitian berupa teks-teks arab

yang terdapat dalam Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bahasa Bersajak dalam bahasa Aceh.

Proses penelitian Pertama, mencari sumber data yaitu Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bahasa

Bersajak dalam bahasa Aceh. Kedua, membaca beberapa surat dari sumber tersebut. Ketiga,

memilih surat yang dijadikan corpus dalam penelitian. Keempat, menganalisis data dan

kemudian menguraikan hingga tercapai tujuan penelitian yang telah dirumuskan sehingga hasil

(28)

9

d. Analisis data

Adapun dalam penelitian ini menganalisis sejumlah ayat yang terdapat dalam Al Qur’an

Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh pada surat al- Qalam, meliputi

struktur bahasa, pemakaian ejaa, pemilihan diksi, dan keefektifan kalimat yang digunakan,

kemudian menguraikan.

Dalam hal ini, penelitian menggunakan teori penilaian yang dikemukakan oleh Moch.

Syarif Hidayatullah sebagai rujukan pertama dalam proses penelitian, peneliti lebih memilih teori

tersebut karena perhitungan matematisnya sudah sangat jelas, juga dalam pembahasannya

dijelaskan secara detail nilai-nilai yang mendukung kriteria dalam proses penilaian terjemahan.

Penelitian juga menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan library research

(penelitian/studi pustaka) dengan menggunakan data-data yang berkaitan dengan penelitian.

Di luar itu, untuk menunjang materi dan keilmiahan penelitian, peneliti melakukan

konsultasi dengan ahli yang terkait. Merujuk sumber-sumber lain yang mempunyai keterkaitan

dengan penelitia ini seperti, buku-buku semantik, linguistik, data-data dari internet, dan

lain-lain.

Kemudian dalam penyusunan dan tekhnik penulisan skripsi, peneliti berpedoman pada

buku Pedoman Penulis Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang di keluarkan oleh

Center of Quality Development an Assurance (CeQDA) Universitas Islam Negeri Syarif

(29)

10 5. Sistematika Penulisan

Guna mendapat pemahaman yang terarah dan komprenshif dalam pembahasa masalah

ini, peneliti perlu merumuskan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, mencakup: latar belakang permasalahan, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian terdahulu, kerangka teori, metodologi

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Kerangka Teori, bab ini adalah kelanjutan dari bab sebelumnya, berisi tentang

teori-teori yang penulis gunakan dalam menganalisis permasalahan yang peneliti angkat dalam

skripsi ini, yaitu berupa teori-teori penilaian terjemahan yang mencakup: penerjemhan dan

penilaian terjemahan.

Bab III Gambaran umum Al Qur’an Al Karim Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa

Aceh. Bab ini merupakan gambaran mengenai biografi, riwayat hidup, aktivitas agama dan

social, serta karya-karya penerjemah.

Bab IV Analisis penilaian terhadap penilaian terjemahan Al Qur’an Al Karim

Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh yang ditinjau dari perspektif aspek keterbacaan

terjemahan, yang meliputi: konkret, tegas, jelas, dan populer.

Bab V Penutup, bab ini terdiri dari kesimpulan disertai saran-saran serta rekomendasi

(30)

11 BAB II

KERANGKA TEORI

A. Konsep Umum Penerjemahan Alquran

1. Pengertian Terjemahan Alquran

Secara harfiah, terjemahan berarti menyalin atau memindahkan suatu pembicaraan dari

suatu bahasa ke bahasa lain, atau singkatnya mengalih bahasakan. Terjemahan, berarti salinan

bahasa, atau alih bahasa dari suatu bahasa ke bahasa lain.9 Terjemah, yang dalam bahasa Inggris

dikenal dengan istilah translation, dan dalam literatur Arab diikenal dengan tarjamah, ialah

usaha menyalin atau menggantikan suatu bahasa melalui bahasa lain supaya dipahami oleh orang

lain yang tidak mampu memahami bahasa asal atau aslinya.

Secara etimologis, terjemah berarti menerangkan atau menjelaskan, seperti dalam

ungkapan: “

اكلا مج ت

”,

maksudnya “

هحض هنيب

menerangkan suatu pembicaraan dan

menjelaskan maksudnya.10 Orang yang menerjemahkan sesuatu, termasuk Alquran dalam bahasa

Indonesia disebut penerjemah, juru terjemah atau juru bahasa, sedangkan dalam bahasa Arab,

disebut dengan mutarjim, tarjuman, atau turjuman.

2. Macam-macam Terjemahan Alquran

Munculnya persoalan-persoalan baru seiring dengan dinamika masyarakat yang progresif

mendorong umat Islam untuk mencurahkan perhatian yang besar dalam menjawab problematika

9 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, 1989), h. 938.

(31)

12 kontemporer yang semakin kompleks dari masa kemasa. Untuk itu peneliti akan menjelaskan

beberapa model dalam menerjemahkan Alquran sebagai berikut:

a. Terjemahan harfiah

Terjemahan harfiah juga secara umum disebut dengan terjemahan lafzhiah11 ialah

terjemahan yang dilakukan dengan apa adanya, bergantung dengan susunan dan struktur bahasa

asal yang diterjemahkan. Karenanya, bisa juga disebut dengan terjemah leterlek.12 Terjemah

harfiah begiu identik dengan terjemah leterlek atau terjemah lurus dalam bahasa Indonesia, yakni

terjemahan yng dilakukan dengan cara menyalin kata demi kata atau word for word translation.

Menurut Husain al-Dzahabi, membedakan terjemahan harfiah menjadi dua model:

 Terjemah harfiah bi al-mitsl

Ialah terjemahan yang dilakuakan apa adanya, terikat dengan susunan dan struktur bahasa

asal yang diterjemahkan.

 Terjemah bighair al-mitsl

Ialah terjemahan yang pada dasarnya sama dengan terjemah harfiah bi al-mitsl, hanya

saja sedikit lebih longgar keterangannya dari susunan dan struktur bahasa asal yang

diterjemahkan.

b. Terjemahan tafsiriah

Terjemahan tafsiriah juga yang lazim disebut dengan terjemah maknawiyah, ialah

terjemahan yang dilakukan mutarjim dengan lebih mengedepankan maksud atau isi kandungan

yang terdapat dalam bahasa asal yang diterjemahkan. Terjemah tafsiriah/maknawiyah tidak amat

terikat dengan susunan dan struktur gaya bahasa yang diterjemahkan. Dengan kata lain terjemah

tafsiriah/maknawiyah sama persis dengan istilah terjemahan bebas yang lebih mengedepankan

11Anshori, Ulumul Qur’an (Depok: Rajagrafindo Persada, 2013) cetakan ke-1, h. 19.

(32)

13 pencapaian maksud. Terjemah tafsiriah itu tetap berbeda dengan tafsir. Atau terjemahan tafsiriah

bukan tafsir. Menurut Muhammad Husain al-Dzahabi:

Pertama, terletak pada kedua bahasa yang digunakan. Bahasa tafsir dimungkinkan

sama dengan bahasa asli-katakanlah Alquran yang ditafsirkan, sedangkan terjemah tafsiriah pasti

menggunakan bahasa yang berbeda dari bahasa asli yang diterjemahkan.

Kedua, dalam tafsir, pembaca kitab/buku tafsir dimungkinkan melacak buku (teks)

aslinya manakala ada keraguan didalamnya; jadi berbeda dengan terjemah tafsiriyah yang tidak

mudah untuk mengecek aslinya manakala ada keraguan atau kesalahan yang dijumpai pembaca.

Untuk lebih mudah membedakan kedua metode penerjemahan ini, maka perhatiak

ilustrasi terjemahan ayat berikut:

ْبت ا ك نع ىلإ ًةلولْغم دي ْلعْجت ا

م دعْتف طْسبْلا َلك ا ْطس

اًًوسْْم اًمول

Jika ayat tersebut diterjemahkan secara harfiah, maka pengetiannya berarti Allah

melarang seseorang membelenggu atau mengikat tangannya di atas pundaknya. Padahal, yang

dimaksud oleh ayat 29 surat Al-Isra’ [17] di atas adalah larangan bersikap pelit dalam

membelanjakan harta di samping melarang bersikap boros.

Kebenaran statement al-Dzahabi di atas tentang kemustahilan penerjemahan Alquran

secara harfiah, dapat diterima sepanjang terjemahan yang dilakukan mutarjim bermaksud untuk

merangkai isi kandungan Alquran yang sangat luas. Akan tetapi, boleh jadi tidak tepat apabila

sasaran yang dituju atau motivasi penerjemah hanya sebatas memperkenalkan makna kosa-kata

Alquran secara utuh dan menyeluruh (holistik) dengan cara menerjemahkannya secara tahlili

(33)

14

3. Syarat-syarat Penerjemah Alquran

Penerjemahan alquran adalah mengalih pesan Alquran, ke bahasa asing selain bahasa

Arab, agar dapat dikaji oleh masyarakat yang tidak menguasai bahasa Arab, sehingga dapat

dimengerti maksud dari firman Allah tersebut sesuai pemahaman umum yang diterima oleh

umat Islam.

Seorang penerjemah Alquran juga harus memenuhi syarat-syarat, seperti: 13

(a) Harus seorang muslim, sehingga tanggung jawab keislamannya dapat dipercaya;

(b) Harus seorang yang tidak fasik;

(c) Menguasai bahasa sasaran dengan teknik penyusunan kata. Ia harus mampu menulis

dalam bahasa sasaran dengan baik;

(d) Berpegang teguh pada prinsip-prinsip penafsiran Alquran dan memenuhi kriteria sebagai

mufasir, karena penerjemah pada hakikatnya adalah seorang mufasir.

Pada saat melakukan kerja penerjemahan Alquran, seseorang harus memenuhi

syarat-syarat berikut:

a. Dalam menerjemahkan seorang penerjemah harus berpedoman pada syarat-syarat

penafsiran yang dapat diterima oleh akal sehat;

b. Penerjemah harus memperhatikan ketepatan terjemahan baik ketika melakukan

terjemahan kata per kata dengan memperhatikan aspek keterpahaman hasil

terjemahan maupun terjemahan makna dengan penjelasan yang dapat

menggambarkan makna tersebut dan memberi beberapa penjelas tambahan atas

pilihan makna;

(34)

15

c. Menjelaskan kebenaran pemilihan makna terjemahan dan berusaha menjelaskan

dengan dalil;

d. Dalam penerjemahan harus terkonsentrasi pada redaksi dan makna Alquran, bukan

pada bentuk susunan Alquran, karena system susunan tersebut merupakan mukjizat

yang tak terjemahkan;

e. Hendaknya penerjemahan makna Alquran dengan metode terjemahan yang benar;

f. Gaya penerjemahan dengan bahasa yang mudah dicerna, dan sesuai dengan

kemampuan umum pembaca;

1. Hati-hati dalam mencarikan padanan yang tepat dari kalimat-kalimat yang ada

dalam Alquran;

2. Menuliskan makna ayat dengan sempurna;

3. Memohon bantuan pada ahli Bsa untuk mendapatkan koreksi.

g. Menjadikan tafsir sebagai rujukan dalam penerjemahan;

h. Harus memberikan keterangan pendahuluan yang menyatakan bahwa terjemahan

Alquran tersebut bukanlah Alquran, melainkan tafsir Alquran.

Selain strategi di atas, ada teknik umum yang harus pula diketahui seorang yang hendak

menerjemahkan Alquran, seperti berikut:

(1) Penerjemahan ayat sebaiknya ditulis miring;

(2) Penerjemahan informasi ayat ditulis sesuai dengan kelaziman yang dipakai, seperti (QS

Al-Baqarah [2]: 33). Namun demikian, penulisan ini bisa disesuaikan dengan gaya

selingkung yang berlaku;

(35)

16

(4) Penerjemah harus mengacu pada penerjemahan lain yang telah disepakati keakuratannya

oleh banyak kalangan, meskipun tetap dibenarkan melakukan penyuntingan bahasa,

bukan isi terjemahan;

(5) Penerjemahan Alquran di dalam teks lain, biasanya didahului dengan klausa Allah Swt.

Berfirman. ini bukanmerupakan keharusan. Penerjemah bisa memodifikasinya.

B. Penilaian Terjemahan

Penilaian terjemahan merupakan bagian penting dalam konsep teori penerjemahan.

Karena itu kriteria/aspek penilaian terjemahan membawa pada konsep terjemahan yang

berbeda-beda dan penilaian yang berberbeda-beda pula. Namun hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian

bukanlah sekadar dari segi benar-salah, bagus-buruk, harfiah-bebas.14 Ada beberapa kriteria

dalam penerjemahan yang harus dipertimbangkan dalam penilaiannya.15 Kriteria penilaian

tersebut akan dijabarkan sebagai berikkut.

1. Pokok-Pokok Penilaian

a. Struktur (Gramatikal)

Tata bahasa atau gramatika setiap bahasa mencakup kaidah-kaidah sintaksis yang

mencerminkan pengetahuan penutur bahasa atas fakta-fakta tersebut. Misalnya, setiap kalimat

merupakan rangkaian kata, tetapi tidak semua rangkaian kata adalah kalimat.16

Rangkaian kata yang memenuhi kaidah sintaksis disebut apik (well-formed) atau

gramatikal. Sebaliknya, yang tidak memenuhi kaidah sintaksis disebut tidak apik (ill-formed)

atau tidak gramatikal.

14Frans Sayogie, Penerjemahan Bebas Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian

UIN, 2008), h. 145.

(36)

17

b. Penggunaan Ejaan

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan

bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam

suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan

kata, dan penggunaan tanda baca.17

c. Diksi

Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan

sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang

maupun dalam dunia tutur setiap hari. Kata yang tepat akan membantu seseorang

mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di

samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan

kata-kata itu.18

Ada lima tingkat dalam memilih diksi. Berikut lima tingkat tersebut:19

1. Literal

Pemilihan makna kata yang didasarkan semata-mata pada makna kata tersebut di kamus,

tapi dengan memperhatikan lingkungan leksikal dan lingkungan maknanya.

2. Sintaktikal

Pemilihan diksi yang didasarkan pada susunan tata-bahasa dalam bahasa sumber dengan

memperhatikan lingkungan gramatikalnya.

3. Idiomatikal

Pemilihan kata yang didasarkan pada kesepadanan idiom pada bahasa sasaran.

17 Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 21.

18 Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Akademika Presindo, 2010), h. 28.

(37)

18

4. Estetikal

Pilihan kata yang sudah harus benar-benar mempertimbangkan mutu kesastraan, seperti

konotasi dan irama, tentu saja sebisa mungkin setia dengan mutu kesastraan naskah asli.

5. Etikal

Pemilihan kata yang didasarkan pada prinsip kepatutan yang berlaku pada penutur bahasa

sasaran.

d. Efektivitas Kalimat

Kalimat efektif, yaitu kalimat yang menimbulkan daya khayal pada pembaca, minimal

mendekati apa yang dipikirkan penulis. Bukan hanya memiliki syarat-syarat komunikatif,

gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup

menimbulkan daya khayal pada diri pembacanya.20

Sebuah kalimat terdiri dari isi dan bentuk. Yang dimaksud dengan isi adalah pemikiran

penulis, sedangkan bentuk ialah kata-kata yang mewakili pikiran penulis. Jadi, isi dan bentuk

menjadi kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam sebuah bangun kalimat.

Widyamartaya dalam bukunya Seni Menerjemahkan menyebutkan ciri-ciri kalimat efektif

sebagai berikut:21

1. Mengandung kesatuan gagasan

Sebuah kalimat dianggap memiliki kesatuan gagasan apabila (1) memiliki subjek dan

predikat yang jelas; (2) tidak rancu, mengandung pleonasme atau tautology, dan membenarkan

apa yang sudah benar; (3) ditandai dengan penggunaan tanda yang tepat dan sesuai kaidah yang

telah disepakati.

(38)

19

2. Mampu mewujudkan koherensi yang baik dan kompak

Kalimat yang mampu mewujudkan koherensi yang baik biasanya ditandai dengan (1)

penggunaan kata ganti (pronominal) yang tepat; (2) penggunaan kata depan (preposisi) yang

benar.

3. Memperhatikan asas kehematan

Menurut Widyamarta, penerjemah harus memperhatikan efesiensi kata. Sebab, dalam

penerjemahan tidak setiap kata harus diterjemahkan apabila memiliki maksud dan tujuan yang

sama.

2. Pedoman penilaian Terjemahan a. Rochayah Machali

Menurut Rochayah Machali penilaian dapat dilakukan melalui tiga tahap: 22

Tahap Pertama: penilaian fungsional, yakni kesan umum untuk melihat apakah tujuan

umum penulisan menyimpang. Bila tidak, penilaian dapat berlanjut ke tahap kedua. Tahap

kedua: penialaian terperinci berdasarkan segi-segi dan kriteria. Tahap ketiga: penilaian terperinci

pada tahap kedua tersebut digolong-golongkan dalam suatu skala/kontinum dan dapat diubah

menjadi nilai.

Penilaian Umum Terjemahan

1. Segi-segi yang yang perlu diperhatikan dalam proses penilaian

Perlu diperhatikan dalam setiap melakukan proses penilaian bukan hanya sekedar melihat

dari benar-salah, baik buruk, dan harfiah-bebas saja. Tetapi ada beberapa segi yang harus

(39)

20 diperhatikan dalam melakukan proses penilaian. Sebagai bahan perbandingan, berikut

contoh beberapa versi teks23:

- TSu:

Some focal points of crises in the present day world are of a longstanding nature.

- TSa (terjemahan Autentik):

a. Beberapa persoalan krisis penting yang ditemukan di dunia saat ini sudah bersifat

kronis.

b. Beberapa persoalan krisis utama di dunia ini sebetulnya merupakan masalah lama.

c. Beberapa hal penting yang merupakan hal krisis dunia dewasa ini adalah mengenai

pelestarian alam.

Dari tiga hasil terjemahan di atas, ada beberapa hal yang menunjukkan adanya

pembanding. Pada Tsa, dari segi ketepatan pemadanannya terdapat aspek linguistik yaitu

semantik pragmatik.24

Aspek pemadanan linguistik (struktur gramatikal) dari ketiga versi terjemahan di atas

menunjukkan bahwa adanya perbedaan dari kadar ketepatannya dalam menyatakannya kembali

makna yang terkandung dalam Bsu.25 Kemudian perbedaan prosedur transposisi yang mendasar

pada teks C yaitu kata World sebagai frasa dari kata in the world menjadi frasa nominal yang

disatukan dengan kata crises. Sehingga seolah-olah teks aslinya berubah menjadi crises.26

Kemudian aspek semantiknya, terdapat penyimpangan yang mendasar pada teks C. yaitu

pada frasa pelestarian alam yang menunjukkan adanya distorsi makna referensial. Sehingga

seolah-olah kata nature pada tataran kalimatnya dipadankan dengan alam.

(40)

21 Apabila dari ketiga versi terjemahan di atas dibandingkan dari segi gaya bahasanya, maka

penerjemahan teks A harus berupaya untuk mereproduksi gaya bertenaga tersebut dengan

menggunakan kata penting dan kronis. Dan penerjemahan pada teks B berubah menjadi gaya

bahasa yang biasa atau netral.27

2. Kriteria Penilaian

Suatu penilain harus mengikuti prinsip validitas dan reliabitas. Tetapi dalam proses

penilaian terjemahan bersifat relatif. Maka validitas penilaiannya dipandang dari aspek content

validity dan face validity. Alasannya karena menilai suatu terjemahan berarti berarti melihat

aspek atau content sekaligus melihat aspek yang menyangkut tentang keterbacaan seperti ejaan

atau face.28

Perlu diperhatikan, yang menjadi pembantas dalam kretiria dasar adalah terjemahan yang

salah (tidak berterima) dan terjemahan yang berterima. Kriteria pertama adalah; tidak boleh ada

penyimpangan makna referensil yang menyangkut maksud dari penulis aslinya. Kriteria lain

menyangkut segi-segi ketepatan pemadanan linguistik, semantik, dan pragmatik. Kemudian segi

[image:40.612.66.548.274.670.2]

kewajaran dalam penggunaan ejaan.29

Tabel 1. Kriteria Penilaian

Segi dan Aspek Kriteria

A. Ketepatan reproduksi makna

1. Aspek linguistik

a. Transposisi

b. Modulasi Benar, jelas, wajar

(41)

22

c. Leksikon (kosa kata)

d. Idiom

2. Aspek semantik

a. Makna referensial

b. Makna interpersonal

i. Gaya bahasa

ii. Aspek interpersonal lain (misalnya,

konotatif-denotatif)

3. Aspek pragmatis

a. Pemadanan jenis teks (termasuk

maksud/tujuan penulis)

b. Keruntutan makna pada tataran kalimat

dengan teks

Menyimpang? (lokal/total)

Berubah? (lokal/total)

Menyimpang? (lokal/total)

Berubah? (lokal/total)

B. Kewajaran ungkapan Wajar dan/atau harfiah?

(dalam arti kaku)

C. Peristilahan Benar, baku, jelas

D. Ejaan Benar, baku

Catatan untuk tabel kriteria penilaian:30

1. “Lokal” maksudnya adalah menyangkut beberapa kalimat dalam perbandingannya

dengan jumlah kalimat seluruh teks (persentase).

(42)

23 2. “Total” maksudnya adalah menyangkut 75% atau lebih apabila dibandingkan dengan

jumlah kalimat seluruh teks.

3. “Runtut” maksudnya adalah sesuai/cocok dalam hal makna.

4. “Wajar” maksudnya adalah alami, tidak kaku.

5. “penyimpangan” maksudnya adalah selalu menyiratkan kesalahan, dan tidak demikian

halnya untuk “perubahan”

3. Cara penilaian

Ada dua cara dalam melakukan proses penilaian yaitu cara umum dan cara khusus.

Secara umum, secara relatif bisa digunakan pada setiap jenis teks terjemahan, sedangkan cara

khusus hanya bisa digunakan khusus untuk teks terjemahan tertentu. Minsalnya teks hukum,

[image:42.612.66.549.271.705.2]

teks-teks yang bersifat estetis.31

Tabel 2. Rambu-rambu Penilaian

Kategori Nilai Indikator

Terjemahan hampir

Sempurna

86-90

(A)

Penyampain wajar, hampir tidak terasa seperti terjemahan,

tidak ada kesalahan ejaan, tidak ada penyimpangan tata bahasa,

dan tidak ada kekeliruan penggunaan istilah.

Terjemahan sangat

Bagus

76-85

(B)

Tidak ada distorsi makna, tidak ada terjemahan harfiah yang

kaku, tidak ada kekeliruan penggunaan istilah, terdapat satu

atau dua kesalahan tata bahasa ejaan (untuk bahasa Arab tidak

boleh ada kesalahan ejaan).

Terjemahan baik 61-75 Tidak ada distorsi makna, ada terjemahan harfiah yang kaku

(43)

24

(C) tetapi tidak relatif lebih dari 15% dari keseluruhan teks

sehingga tidak terasa seperti terjemahan, terdapat kesalahan

tata bahsa dan idiom yang relatif tidak lebih dari 15% dari

keseluruhan teks, ada satu atau dua kesalahan ejaan

Terjemaahan cukup 46-60

(D)

Terasa seperti terjemahan, ada distorsi makna, terdapat

beberapa terjemahan harfiah yang kaku relatif tidak melibihi

25% keseluruhan teks. Ada beberapa kesalahan idiom dan tata

bahasa tetapi tidak lebih dari 25% dari teks keseluruhan, ada

satu atau dua penggunaan istilah yang tidak baku/tidak

umum/kurang jelas.

Terjemahan buruk 20-45

(E)

Sangat terasa seperti terjemahan, terlalu banyak terjemahan

harfiah yang kaku, distorsi makna dan kekeliruan dalam

penggunaan istilah lebih dari 25% dari keseluruhan teks.

Penilaian Khusus

Penilaian khusus berhubungan dengan teks-teks khusus baik dalam hal jenisnya, seperti

puisi dan dokumen hukum. Kemudian dalam hal fungsinya seperti eksprensif dan vokatif.32

Dokumen hukum yang berbentuk akta tentu akan berbeda bentuk dengan dokumen yang

berisikan tentang kontrak. Dalam suatu akta notaris biasanya pada awal kalimat diawali dengan

“hari ini telah datang menghadap saya…”. Maka bentuknya pun harus dipertahankan dalam

(44)

25 penerjemahan. Hal yang sama berlaku juga untuk puisi. Minsalnya suatu puisi berima estetis

tertentu tidak bisa sekedar diterjemahkan menjadi puisi tanpa rima.33

Fungsi teks-teks dalam golongan tersebut harus diperhatikan sebagai teks yang sifatnya

juga bentuknya khusus. Oleh karena itu, fungsinya pun juga tentunya khusus. Dengan demikian

dalam proses penilaian teks-teks khusus ini harus diikut sertakan segi-segi penilaian yaitu;

bentuk, sifat dan fungsi. 34

b. Moch. Syarif Hidayatullah

Menilai kualitas suatu terjmahan merupakan salah satu aktivitas penting dalam

melakukan proses penerjemahan. Alasan seorang penerjemah menilai suatu terjemahan yaitu:

melihat keakuratan, mengukur kejelasan, dan menimbang kewajaran.35

Menurut Hidayatullah dalam bukunya, menilai kualitas suatu terjemahan selain dilakukan

dengan cara membaca cermat juga dapat dilakukan dengan cara perhitungan matematis. Hal ini

dikarenakan penilaian terhadap suatu terjemahan perlu dilakukan secara matematis walaupun

penilaian tersebut bersifat subjektif-relatif.36 Berikut tabel penilaian yang ditawarkan oleh

[image:44.612.67.547.256.712.2]

Hidayatullah.

Tabel 3. Penilaian

No. Kesalahan Pengurangan Poin

1 Kalimat tidak diterjemahkan 10

2 Metode yang dipilih tidak sesuai dengan peruntukan teks 9

33 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 158. 34 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 158.

35 Moch Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer (Tangerang: UIN PRESS, 2014), h.142.

(45)

26

3 Klausa tidak diterjemahkan 8

4 Terjemahan tidak sesuai topik 7

5 Padanan budaya tidak tepat 6

6 Nama diri, peristiwa sejarah, dan kata-kata asing yang

tidak tepat

5

7 Tata bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah Bsa 4

8 Terjemahan frasa, idiom, atau makna figuratif tidak tepat 3

9 Diksi, konotasi, atau kolokasi tidak tepat 2

10 Kesalahan ejaan, penyingkatan, dan tanda baca 1

Untuk menggunakan model penilaian tersebut, penilai harus memperhatikan tahap

penilaian sebagai berikut:37

1. Penialaian di atas dipergunakan untuk tiap 10 kalimat.

2. Setiap 10 kalimat hasil terjemahan diberi skor awal 100 poin.

3. Skor kesalahan dihitung sesuai dengan pedoman di atas.

4. Jumlahkan semua skor kesalahan dalam setiap 10 kalimat yang dinilai.

5. Skor awal (100 poin) tiap 10 kalimat kemudian dikurangi skor kesalahan.

6. Hasil dari pengurangan tersebut, dijadikan nilai yang dipergunakan untuk

mengelompokkan apakah hasil terjemahan tersebut termasuk terjemahan istimewa

(90-100), sangat baik (80-89), baik (70-79), sedang (60-69),kurang (50-59), buruk

(0-49).

(46)

27 Untuk melihat hasil terjemahan yang lebih dari 10 kalimat, semisal ada 50 kalimat yang

hendak dinilai kualitas terjemahannya. Lalu setelah dilakukan penilaian, masing-masing per 10

kalimat mendapat hasil 61, 74, 78, 80, 85. Setelah dijumlahkan, hasil keseluruhannya menjadi

378, kemudian dibagi 5 (sesuai jumlah keseluruhan kalimat dibagi 10), sehingga nilai akhirnya

adalah 75,6 (baik).

c. Syihabuddin

Berbagai kualifikasi yang perlu dipenuhi oleh seorang penerjemah dimaksudkan agar

para pembaca dapat memahami terjemahan dengan mudah, karena terjemahan itu memiliki

tingkat keterpahaman yang tinggi, memenuhi keseluruhan makna dan maksud teks sumber, dan

bersipat otonom. Menurut az-Zarqani, yang dimaksud dengan otonom ialah bahwa tejemahan itu

dapat menggantikan teks sumbernya. Singkatnya, kualifikasi itu ditetapkan supaya terjemahan

yang dihasilkan berkualitas.

Sesungguhnya kualitas terjemahan berkaitan dengan keterpahaman terjemahan. Kualitas

itu dapat bersifat intrinsik, yaitu bertalian dengan ketepatan, kejelasan, dan kewajaran teks.

Namun, dapat pula bersifat ekstrinsik, yaitu berkenaan dengan tanggapan pembaca dan

pemahamannya terhadap terjemahan.38

Dalam telaah tentang teks, kualitas intrinsik tersebut diistilahkan dengan keterbacaan,

keterpahaman, dan atau ketegasan. Sakri, menggunakan ketiga istilah tersebut secara bergantian

dan mendefenisikannya sebagai derajat kemudahan sebuah teks untuk dipahami maksudnya.

Keterpahaman ini ditentukan oleh ketegasan, dan ketegasan itu sendiri ditentukan oleh jumlah

kata dalam kalimat, penempatan informasi, penempatan panjang ruas kalimat, ketaksaan

informasi yang terkandung, dan pemakaian gaya kalimat.

(47)

28 Kualitas intrinsik nas identik dengan tingkat keterbacaan nas, dan keterbacaan itu sendiri

bertalian dengan keterpahaman dan kejelasan. Istilah keterpahaman terfokus pada tingkat

kemudahan nas untuk dipahami maknanya, sedangkan kejelasan terfokus pada kejelasan

penampilan nas itu dilihat dari segi bentuk huruf, lebar kertas, lembar sembir, jarak antara

paragraf, dan hal-hal lain yang mengandung kejelasan penglihatan.

Kualitas eksternal berkaitan dengan bebagai pandangan pembaca terhadap sebuah nas

terjemahan. Pandangan yang dijadikan perhatian dalam telaah kualitas ekstrinsik ialah hal-hal

yang bertalian dengan kualitas intrinsik terjemahan.

Nida dan Taber, menyataka bahwa kualitas terjemahan dapat diukur dengan beberapa

teknik berikut:

(a) Menggunakan teknik rumpang;

(b) Meminta tangapan pembaca terhadap nas terjemahan;

(c) Mengetahui reaksi para penyimak terhadap pembacaan nas terjemahan; dan

(d) Membaca terjemahan dengan nyaring sehingga dapat diketahui apakah pembacanya itu

lancar atau tersendat-sendat.

Larson, membicarakan masalah penilaian kualitas terjemahan dari empat aspek, yaitu:

(a) Alasan dilakukan penilaian;

(b) Orang yang menilai;

(c) Cara melakukan penilaian; dan

(d) Pemanfaatan hasil penilaian.

Penilaian dilakukan untuk mengetahui ketepatan, kejelasan, dan kewajaran terjemahan.

Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh penerjemah sendiri, penilai khusus, konsultan, dan peninjau.

(48)

29

(a) Membandingkan terjemahan dengan nas sumbernya;

(b) Menerjemahkan kembali nas sumber;

(c) Menilai keterpahaman terjemahan;

(d) Mengukur keterbacaan nas; dan

(e) Menilai konsistensi terjemahan.

d. Benny Hoedoro Hoed

Telah dikemukakan bahwa betul-salah dalam penerjemahan bersifat relatif. Bagaimana

kita menilai suatu terjemahan kalau betul-salah itu relatif? Dapat kita banyangkan betapa sulitnya

menilai suatu terjemahan. Newmark menyebutkan, dari sifatnya, ada empat cara menialai

terjemahan.

1. Translation as a science

Kita melihat dari segi kebahasaan murni, yakni yang hasilnya dapat dinilai betul-salahnya

berdasarkan kriteria kebahasaan.

2. Translation as a craft

Terjemahan dipandang sebagai hasil suatu kiat, yakni upaya penerjemahan untuk

mencapai padanan yang cocok dan memenuhi aspek kewajaran dalam Bsa.

3. Translation as an art

Menyangkut penerjemahan estetis, yakni apabila penerjemah tidak merupakan proses

pengalihan pesan,tetapi juga “penciptaan” (contextual-creation) yang biasanya terjadi pada

(49)

30 4. Translation as a taste

Menyangkut terjemahan yang bersifat pribadi, yakni apabila pilihan terjemahan

merupakan hasil pertimbangan berdasarkan selera.

Keempat golongan penerjemahan dapat kita letakkan pada sebuah continumm yang

[image:49.612.69.503.255.452.2]

berkisar dari “non-pribadi A” ke “pribadi B” sebagai berikut.39

Tabel 4.Contoh pemberian nilai

“science” “Craft” “art” “taste” Hasil Perhitungan

1 2 3 4

Contoh:

80 x 6 =

480

Contoh:

75 x 3 =

225

Contoh:

80 x 2 =

160

Contoh:

50 x 1 =

50

915/4= 228.75/3=

76,25

Catatan: (1) Nilai 0-100; (2) nilai untuk kolom 2 s.d. 4 diberikan bersarkan pertanggung

jawaban/argumentasi (biasanya lisan) peserta ujian yang dapat diterima oleh pengajar; (3) nilai

diberikan kepada setiap kelompok kasus (“science”, “Craft”,“art”, “taste”) berdasarkan

persentase. Jadi kolom 1-80, artinya 80% dari semua kasus Translation as a science “benar”,

kolom 3 = 80 artinya 80 % dari semua kasus Translation as an art dapat dipertanggung

jawabkan.

Dengan membedakan empat tolak ukur, yakni melihat penerjemahan sebagai (1) science,

(2) craft, (3) art, (4) taste, diharapkan tidak dapat memberikan suatu penilaian yang didasari

objektivitas atau mengurangi subjektivitas dalam memberikan penilaian atas sebuah terjemahan.

(50)

31

Kita dapat menyimpulkan bahwa betul-salah dapat “pasti” pada (1), tetapi makin “relatif” pada

(2), (3), dan (4) sehingga tidak mudah bagi kita untuk menilainya. Di sini berlaku konsep “baik

-benar”. Biasanya pada tiga jenis yang terakhir kita harus bertanya apa alasan penerjemah

memilih tejemahannya atau diminta kepada penerjemahannya atau memberikan catatan tentang

dasar pilihan terjemahannya.

3. Nilai Terjemahan

Penilaian terjemahan disamping dapat dilakukan secara langsung mengamati dan

membaca secara cermat, juga dapat dilakukan dengan cara memberi penilaian secara matematis.

Meski hasil terjemahan itu bersifat relatif, tetapi penilaian secara matematis perlu dilakukan

untuk memberi penilaian kepada hasil terjemahan.

Di bawah ini beberapa kategori penilaian matematis dari sebuah terjemahan:

a. Terjemahan Hampir Sempurna

Penyampaian wajar, hampir tidak terasa seperti terjemahan, tidak ada kesalahan ejaan,

tidak ada kesalahan atau penyimpangan tata bahasa, tidak ada kekeliruan penggunaan istilah.

Nilai terjemahan ini berkisar antara 90-100.

b. Terjemahan Sangat Bagus

Tidak ada distorsi makna, tidak ada terjemahan harfiah yang kaku, tidak ada kekeliruan

penggunaa istilah, ada kesalah satu-dua tata bahasa atau ejaan (untuk bahasa Arab tidak boleh

ada kesalahan ejaan). Nilai yang dimiliki terjemahan ini berkisar antara 80-89.

c. Terjemahan Baik

Tidak ada distorsi makna, ada terjemahan harfiah yang kaku, tetapi relatif tidak lebih dari

(51)

32 satu-dua kesalahan tata ejaan (untuk bahasa Arab tidak boleh ada kesalahan ejaan). Nilai yang

dimiliki terjemahan ini berkisar antara 70-79.

d. Terjemahan Cukup

Terasa sebagai terjemahan, ada beberapa terjemahan harfiah yang kaku, tetapi relatif

tidak lebih dari 25% dari keseluruhan teks. Ada satu dua penggunaan istilah yang tidak baku atau

tidak umum dan kurang jelas. Nilai yang dimiliki terjemahan ini berkisar antara 60-69.

e. Terjemahan Kurang

Sangat terasa sebagai terjemahan, terlalu banyak terjemahan harfiah yang kaku (relatif

lebih dari 25 % dari keseluruhan teks) distorsi makna dan kekeliruan penggunaan istilah lebih

dari 25% dari keseluruan teks. Nilai yang dimiliki terjemahan ini kisaran antara 50-59.

f. Terjemahan Buruk

Sangat terasa sebagai terjemahan, terlalu banyak terjemahan harfiah yang kaku (relatif

lebih dari 40% dari keseluruhan teks) distorsi makna dan kekeliruan penggunaan istilah dan

ejaan lebih dari 40% dari keseluruhan teks. Nilai yang dimiliki terjemahan ini kisaran antara

0-49.

C. Keterbacaan

Keterbacaan, atau dalam bahasa Inggris disebut readability, merujuk pada derajat

kemudahan sebuah tulisan untuk dipahami maksudnya. Defenisi yang hampir sama juga

Gambar

Tabel 1. Kriteria Penilaian
Tabel 2. Rambu-rambu Penilaian
Tabel 3. Penilaian
Tabel 4. Contoh pemberian nilai
+5

Referensi

Dokumen terkait

Baada ya kufundishwa kwa Lugha ya Kiingereza wanafunzi walifaulu kwa asilimia 13%, na baada ya kufundishwa kwa Kiswahili ufaulu ulikuwa ni asilimia 57%, kama Grafu namba

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mutu pelayanan yang diukur dari lima dimensi (tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy)

secara logis) dan jelas kepada teman-temannya, guru dan orang lain; (3). Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematis

Kesehatan Pelaksana 62.932 Perawat Pelaksana 80.000 Sanitarian Pelaksana II/c Pengatur II/c Pengatur II/c Pengatur II/c Pengatur II/c Pengatur II/d Pengatur Tk.I 83.115 Bidan

Jika Rangkaian dan penyambungan anda benar, maka akan muncul tulisan seperti dibawah ini, jika masih ada error silahkan cek kondisi IC Mikro dan penyambungannya sudah betul belum1.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui pengaruh pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS terhadap prestasi belajar pada materi Minyak Bumi siswa kelas

Kabupaten Gresik memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi, hal ini dimanfaatkan oleh pelaku ritel untuk menarik perhatian masyarakat Kabupaten Gresik

pipeline yakni korosi CO 2. Baja karbon sebagai material yang umum digunakan sebagai material untuk pipeline maupun flowline untuk proses pengolahan gas alam memiliki masalah