• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasus ‘aul (pengurangan secara berimbang, proporsional) Dalam ilmu faraidh, terdapat tujuh macam asal masalah ,

BEBERAPA CONTOH KASUS

B. Kasus ‘Aul dan Radd

1. Kasus ‘aul (pengurangan secara berimbang, proporsional) Dalam ilmu faraidh, terdapat tujuh macam asal masalah ,

yaitu: asal masalah 2, 3, 4, 6, 8, 12, dan 24. Masing­masing se­ cara berurutan, pemunculan istilah asal masalah ini, atau Ke-lipatan Persekutuan terkecil (KPT/KPK) dalam ilmu matematika, di hubungkan dengan adanya istilah furudh al muqaddarah yang terdiri dari bilangan­bilangan ½, 1/3, ¼, 1/6, 1/8, dan 2/3. Asal masalah 2 munculnya atas dasar penyebut (maqam) 2 dari ½, asal masalah 3 dari penyebut 3, dan seterusnya, asal masalah 12 muncul karena terdapatnya dua penyebut 3 dan 4, atau 4 dengan 6. Demikian pula asal masalah 24 yang muncul karena penyebut 6 dengan 8.

Dari tujuh macam asal maslaah tersebut, tiga diantaranya terdapat angka ‘aulnya, seperti asal masalah 6, 12, dan 24. Masing­ masing (menurut penyelidikan faradhiyun) dinyatakan bahwa

asal masalah 6 itu ‘aulnya ke angka 7, 8, 9, dan 10. Asal masalah 12

‘aulnya kepada tiga angka ganjilnya, yaitu 13, 15, dan 17, dan asal masalah 24 ‘aulnya hanya ke satu tempat yaitu 27.

Sebelum memberikan illustrasi contoh tentang kasus ‘aul

ini, penulis akan memberikan sedikit penjelasan mengenai mak­ sudnya. ‘Aul adalah satu diantara tiga kemungkinan yang pasti terdapat dalam kaitan penyelesaian kasus­kasus ke warisan.

10 Kecuali Kewarisan Kakek Bersama. Karena persoalaan gender, relasi kese­ taraan, umumnya menyoal tentang hak waris laki­laki dan perempuan dari orang­ orang yang sederajat, dan umumnya adalah antar anak saja. Dari satu sisi, kakek “dihukumkan” seperti saudara laki­laki, yang harus disetarakan dengan saudara perempuan dalam prinsip muqasamahnya. Tetapi di sisi lain, adanya prinsip pe­ nyelesaian kewarisan mereka menurut faraidh sudah menjadi bukti, bahwa makna relasi kesetaraan antara laki­laki dan perempuan itu, tidak hanya dibatasi antar anak pewaris saja.

62 Dra. Hj. Wahidah, M.H.I.

Se cara bahasa, ‘aul bermakna naik, meluap, tinggi, ber tambah, sangat, atau bahkan aniaya. Menurut istilah ilmu faraidh, ‘aul di­ mak sudkan dengan kasus kewarisan yang angka pem bilang nya lebih besar daripada penyebutnya.

Kasus ini, jika diselesaikan menurut ketentuan umum faraidh, maka harta warisan akan kurang (tidak cukup), sehingga angka pembilangnya harus dinaikkan sesuai dengan jumlah angka pe­ nyebutnya. Berikut ini penulis illustrasikan contoh kasus­kasus

‘aul dari tiga asal masalah yang terdapat angka­angka ‘aulnya. Asal Masalah 6 ‘aul ke 7, 8, 9, dan 10. struktur kasusnya adalah:

No Ahli Waris Fardh Asal Masalah 6 ‘aul ke 7

Bagian/Perolehan

1. Suami ½ 3/6 menjadi 3/7

2. 1 orang saudara pe­

rempuan kandung ½ 3/6 menjadi 3/7

3. 1 orang saudara perempuan/laki­ laki seibu*

1/6 1/6 menjadi 1/7

* Pada kasus ini, baik saudara laki­laki atau perempuan yang seibu, oleh faraidh bagiannya sama (lihat al Qur’an surat al Nisa ayat 12)

No Ahli Waris Fardh

Asal Masalah 6 ‘aul ke 8 (al Mubahalah)

Bagian/Perolehan

1. Suami ½ 3/6 menjadi 3/8

2. 1 orang saudara pe­

rempuan kandung ½ 3/6 menjadi 3/8

3. 1 orang saudara perempuan seibu

1/6 1/6 menjadi 1/8

63 Beberapa Contoh Kasus Kewarisan Faraidh

No

Ahli Waris Fardh

Asal Masalah 6 ‘aul ke 9 (al Marwaniyah)

Bagian/Perolehan

1. Suami ½ 3/6 menjadi 3/9

2. 2 orang saudara pe­

rempuan kan dung 2//3 4/6 menjadi 3/9

3. 2 orang saudara

laki­laki seiibu* 1/3 2/6 menjadi 1/9

* Sama halnya bila 2 orang saudara tersebut perempuan. Saudara seibu ini, baik laki­laki atau perempuan, bagiannya tidak dibedakan. Jika ia sendirian, haknya /6 bagian. Tetapi bila berbilang (dua sampai seterusnya ke atas) mereka berhak 1/3 bagian secara bersyarikat.

No Ahli Waris Fardh

Asal Masalah 6 ‘aul ke 10 (al Syuraihiyah)

Bagian/Perolehan

1. Suami ½ 3/6 menjadi 3/10

2. 2 orang saudara

perempuan sebapa 2/3 4/6 menjadi 3/10

3. 2 orang saudara perempuan seibu

1/3 2/6 menjadi 1/10

4. Ibu 1/6 1/6 menjadi 1/10

No Ahli Waris Fardh Asal Masalah 12 ‘aul ke 13

Bagian/Perolehan

1. Istri ¼ 3/12 menjadi 3/13

2. 2 orang saudara pe ­

rempuan kandung 2/3 8/12 menjadi 8/13

64 Dra. Hj. Wahidah, M.H.I.

No Ahli Waris Fardh Asal Masalah 12 ‘aul ke 15

Bagian/Perolehan

1. Istri ¼ 3/12 menjadi 3/15

2. Ibu 1/6 2/12 menjadi 1/15

3. 1 orang saudara pe­ rempuan kandung ½ 6/12 menjadi 6/15 4. 1 orang saudara pe rempuan sebapa 1/6 2/12 menjadi 2/15 5. 1 orang saudara perempuan seibu 1/6 2/12 menjadi 2/15

No Ahli Waris Fardh Asal Masalah 12 ‘aul ke 17

Bagian/Perolehan

1. 3 orang istri ¼ 3/12 menjadi 3/17

2. 2 orang nenek 1/6 2/12 menjadi 1/17

3. 4 orang saudara perempuan seibu 1/3 4/12 menjadi 6/17 4. 8 orang saudara perempuan sebapa 2/3 8/12 menjadi 2/17

No Ahli Waris Fardh Asal Masalah 24 ‘aul ke 27

Bagian/Perolehan 1. Istri 1/8 3/24 menjadi 3/27 2. 1 orang anak perempuan ½ 12/24 menjadi 12/27 3. Ibu 1/6 4/24 menjadi 4/27 4. Bapa 1/6 4/24 menjadi 4/27

65 Beberapa Contoh Kasus Kewarisan Faraidh

5. 1 orang cucu pe­ rempuan (dari anak laki­laki)

1/6*

4/24 menjadi 4/27

* 1/6 ini merupakan “takmilatun li tsulutsain” menyempurnakan 2/3 bagian dengan seorang anak perempuan pewaris. (1/2+1/6 = 3/6+1/6 = 4/6 = 2/3).

Secara umum, di semua kasus ‘aul ini, pengurangan haknya tidak ada kaitannya dengan perbedaan jenis kelamin seorang waris, baik ia laki­laki atau perempuan, karena pengurangannya dilakukan secara berimbang (proporsional) diantara semua ahli waris yang terdapat dalam satu struktur kewarisan. Sehingga di dalam kasus ‘aul ini, tidak ada istilah ketimpangan (ketidakadil­ an) gender dalam konteks hak/bagian yanya diterima semua ahli waris. Seluruh kasusnya tidak ada ahli waris ashobah (penerima sisa).

Penyelesaian kasus kewarisan secara ‘aul ini dilakukan, sebagai solusi terbaik untuk mengatasi kurangnya harta warisan, jika diselesaikan menurut ketentuan furudh al muqaddarah. Sebab tidak ada cara lain yang bisa ditempuh agar ahli waris diberikan haknya sebagaimana tuntunan faraidh. Penyelesaian ini dipilih berdasarkan atas hasil ijma ulama di belasan abad yang silam. Abbas bin Abdul Muthalib, atau Zaid bin Tsabit, ataupun Umar bin Khattab, disebut­sebut sebagai orang yang pertama kalinya membicarakan masalah ini.11

Menurut faradhiyun, ada tiga cara yang bisa ditempuh untuk menyelesaikan kasus­kasus ‘aul tersebut, yaitu: cara pertama, dengan menjadikan jumlah bagian ahli waris sebagai asal masalah

baru. Contoh asal masalah 24 (yang hanya bisa) ‘aul ke 27, harta warisan sejumlah Rp 648.000,­.

11 Meskipun terdapat perbedaan pendapat dari sebagian kalangan, seperti Ibnu Abbas, namun pendapat ini muncul (terbatas) dalam lingkup sejarah dan latar belakang terjadinya kasus ‘aul yang pertama.

66 Dra. Hj. Wahidah, M.H.I.

No Ahli Waris Fardh Asal Masalah 24 ‘aul ke 27

Bagian/Perolehan

1. Istri 1/8 3/24 menjadi 3/27 x Rp.648.000,­

= Rp.72.000,­ 2. 1 orang anak pe­

rem puan ½ 12/24 menjadi 12/27 x Rp.648.000,­ = Rp.288.000,­ 3. Ibu 1/6 4/24 menjadi 4/27 x Rp.648.000,­ = Rp.96.000,­ 4. Bapa 1/6 4/24 menjadi 4/27 x Rp.648.000,­ = Rp. 96.000,­ 5. 1 orang cucu pe­

rempuan (dari anak laki­laki)

1/6* 4/24 menjadi 4/27 x Rp.648.000,­ = Rp.96.000,­* * Rp.72.00 + Rp.288.000 + 96.000 + 96.000 + 96.000 + Rp.648.000,­

Cara kedua12, dilakukan dengan menggunakan asal masalah

pertama. Sisa kurangnya kemudian diambil lagi kepada semua ahli waris yang ada dalam struktur kewarisan dengan cara membandingkan fardh masing­masing ahli waris

No Ahli Waris Fardh Asal Masalah 24 ‘aul ke 27

Bagian/Perolehan 1. Istri 1/8 3/24 x Rp.648.000,­ = Rp.81.000,­ 2. 1 orang anak pe rempuan ½ 12/24 x Rp.648.000,­ = Rp.324.000,­ 3. Ibu 1/6 4/24 x Rp.648.000,­ = Rp.108.000,­ 4. Bapa 1/6 4/24 x Rp.648.000,­ = Rp. 108.000,­

5. 1 orang cucu pe­ rempuan (dari anak laki­laki)

1/6*

4/24 x Rp.648.000,­ = Rp.108.000,­*

67 Beberapa Contoh Kasus Kewarisan Faraidh

* Rp.81.000 + Rp.324.000 + 108.000 + 108.000 + 108.000 = Rp.729.000,­

Jika penyelesaian dilakukan dengan cara ini, terdapat ke­ kurangan harta sebesar Rp.81.000,­ (selisih dari Rp.729.000 – Rp.648.000,­).

Kemudian sisa kurang sebesar Rp. 81.000,­ tadi diambil (di­ keluarkan) lagi kepada semua ahli waris dengan mem ban ding­ kan fardh masing­masing ahli waris. Yaitu, 3 : 12 : 4 : 4 : 4 = 27.

Istri 1/8 3/27 x Rp.81.000,­ = Rp.9.000,­ 1 orang anak perempuan ½ 12/27 x Rp.81.000,­ = Rp.36.000,­ Ibu 1/6 4/27 x Rp.81.000,­ = Rp.12.000,­ Bapa 1/6 4/27 x Rp.81.000,­ = Rp.12.000,­ 1 orang cucu perempuan (dari anak laki­laki) 1/6* 4/27 x Rp.81.000,­ = Rp.12.000,­* * Rp.9.000 + 36.000 + 12.000 + 12.000 + 12.000 = Rp. 81.000,­

Atas dasar tabel pengurangan ini, maka masing­masing ahli waris, yang tadinya mendapat bagian sesuai penyelesaian

asal masalah pertama, kemudian dikurangi (diambil lagi) sebesar angka pengurangan di atas:

Istri 1/8 3/24 x Rp.648.000 = Rp. 81.000 – 9.000 = Rp.72.000,­ 1 orang anak perempuan 1/2 12/24 x Rp.648.000 = Rp.324.000 – 36.000 = Rp.288.000,­ Ibu 1/6 4/24 x Rp.648.000 = Rp.108.000 – 12.000 = Rp.96.000,­ Bapa 1/6 4/24 x Rp.648.000 = Rp.108.000 – 12.000 = Rp.96.000,­

68 Dra. Hj. Wahidah, M.H.I. 1 orang cucu perempuan (dari anak laki­laki) 1/6* 4/24 x Rp.648.000 = Rp.108.000 – 12.000 = Rp.96.000,­ * 72.000 + 288.000 + 96.000 + 96.000 + Rp.96.000 = Rp. 648.000,­

Cara ketiga, merupakan cara termudah dalam penyelesai­ an kasus ‘aul ini, Adapun tahapan yang dilakukan adalah dengan jalan menurut ilmu hitung. Yaitu, dengan mengadakan perbandingan perolehan/hak waris satu sama lain, kemudian bagian tersebut dijumlahkan. Jumlah ini yang kemudian dipakai untuk membagi harta warisan agar diketahui berapa nilai per satu bagiannya. Setelah diketahui, maka akan diketahui bagian mereka masing­masing. Berikut langkahnya: Harta warisan yang akan dibagi, adalah berjumlah Rp.648.000,­ : 27 (jumlah per­ bandingan fardh-fardh ahli waris) = Rp. 24.000,­ (nilai per satu bagian nya), maka langkah terakhirnya adalah, cukup dengan mengalikan nilai per tiap bagiannnya itu kepada fardh masing­ masing ahli waris. Sehingga hasil akhirnya adalah:13

Istri 3 x Rp.24.000,­ = Rp. 72.000,­

Satu orang anak perempuan 12 x Rp.24.000,­ = Rp.288.000,­

Ibu 4 x Rp.24.000,­ = Rp. 96.000,­

Bapa 4 x Rp.24.000,­ = Rp. 96.000,­

1 orang cucu perempuan (dari anak laki­laki)

4 x Rp.24.000,­ = Rp. 96.000,­

Berdasarkan cara­cara penyelesaian kasus ‘aul ini, dapat di­ pahami bahwa terdapat relasi kesetaraan antara laki­laki dan perempuan dalam konteks pengurangan yang dilakukan secara berimbang, karena semua ahli waris, tidak dipandang kepada 13 Ibu dan bapa sebagaimana tabel, adalah ahli waris (laki­laki dan perempuan) yang sama­sama dikurangi hak kewarisannya dengan pengurangan yang sesuai dengan besar kecilnya bagian yang telah mereka terima berdasarkan ketentuan

69 Beberapa Contoh Kasus Kewarisan Faraidh

perbedaan gendernya. Mereka tetap diperlakukan sama­sama dikurangi secara proporsional untuk mendapatkan suatu pe­ nyelesaian kasus yang sesuai dengan tuntunan faraidh.