• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGEMUKAN MENGANDUNG LIMBAH

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, karunia dan ridho-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penelitian serta penulisan skripsi yang berjudul Komposisi Potongan Komersial Karkas Domba Garut Umur Sebelas Bulan dengan Ransum Penggemukan Mengandung Limbah Tauge dan Indigofera sp. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi besar kita Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabatnya dan umatnya.

Domba Garut adalah salah satu plasma nutfah Indonesia yang menjadi simbol dalam kebudayaan sunda berupa adu ketangkasan domba Garut. Domba ini terdapat dua tipe yaitu tipe laga dan tipe pedaging sehingga domba Garut ini selain dijadikan sebagai domba laga juga dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia. Domba Garut dengan potensi genetik yang baik diharapkan dapat menghasilkan persentase karkas yang cukup tinggi sehingga didapat bobot daging yang tinggi.

Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam proses penggemukan, hal ini berkaitan dengan biaya produksi yang akan dikeluarkan selama proses penggemukan. Pemanfaatan Indigofera sp. dan limbah tauge yang kaya akan protein diharapkan dapat mengganti sebagian besar konsentrat sehingga dapat menekan biaya produksi. Indigofera sp. banyak di tanam di daerah-daerah tropis sehingga dapat dikembangkan di Indonesia dan potensi limbah tauge yang dihasilkan dari sisa-sisa pengayakan untuk konsumsi yang cukup banyak hingga mencapai 1,5 ton/hari. Nutrisi yang terkandung dalam legum Indigofera sp. dan limbah tauge diharapkan dapat memenuhi kebutuhan domba pada fase pertumbuhan sehingga menghasilkan domba muda dengan performa yang baik dan daging yang empuk, rendah kolesterol serta tidak berbau prengus.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skrisi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi kepada pembaca.

Bogor, Juli 2012 Penulis.

v DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN ... i ABSTRACT ... ii RIWAYAT HIDUP ... ivii KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... v DAFTAR TABEL ... vii DAFTAR GAMBAR ... viii DAFTAR LAMPIRAN ... ix PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 Manfaat ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Domba Garut ... 3 Pakan Domba ... 4 Limbah Tauge ... 4 Indigofera sp. ... 5 Konsumsi Pakan ... 5 Pertambahan Bobot Badan ... 6 Karkas ... 6 Potongan Komersial Karkas ... 7 Komposisi Fisik Karkas ... 8 Daging ... 8 Tulang ... 8 Lemak ... 9 MATERI DAN METODE ... 10 Lokasi dan Waktu ... 10 Materi ... 10 Ternak Percobaan ... 10 Kandang ... 10 Bahan dan Alat ... 10 Prosedur ... 10 Persiapan Bahan Pakan ... 10 Persiapan Kandang dan Peralatan ... 12 Pemeliharaan Domba ... 12 Pemotongan Ternak ... 13

vi Penguraian Karkas ... 13 Rancangan dan Analisis Data ... 14 Rancangan ... 14 Analisis Data ... 14 Peubah yang Diamati ... 15 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17 Keadaan Umum Penelitian ... 17 Sifat-sifat Karkas Domba Garut ... 20 Bobot Potong ... 21 Bobot Tubuh Kosong ... 22 Bobot Karkas Segar ... 22 Bobot Karkas Dingin ... 22 Persentase Karkas ... 23 Tebal Lemak ... 23 Luas Udamaru ... 24 Komposisi Jaringan Karkas ... 24 Daging ... 25 Lemak ... 25 Tulang ... 26 Rasio Daging terhadap Lemak dan Daging terhadap Tulang .. 26 Distribusi Jaringan Karkas ... 27 Distribusi Otot pada Potongan Komersial ... 27 Distribusi Lemak pada Potongan Komersial ... 29 Distribusi Tulang pada Potongan Komersial ... 31 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32 Kesimpulan ... 32 Saran... 32 UCAPAN TERIMA KASIH ... 33 DAFTAR PUSTAKA ... 34 LAMPIRAN ... 37

vii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rataan Bobot Lahir, Bobot Sapih dan Pertambahan Bobot

Badan (PBB) Prasapih Domba Garut ... 3 2. Pengaruh Ransum terhadap Performans Karkas Domba

Priangan Jantan ... 7 3. Komposisi Bahan Ransum Penelitian ... 11 4. Rataan Suhu Harian Kandang ... 18 5. Konsumsi Bahan Kering Ransum dan Pertambahan Bobot Badan

Harian (PBBH) Domba Garut Umur Sebelas Bulan ... 19 6. Sifat-sifat Karkas Domba Garut Umur Sebelas Bulan dengan

Ransum Penggemukan yang Berbeda ... 21 7. Komposisi Jaringan Karkas Domba Garut Umur Sebelas Bulan

dengan Ransum Penggemukan yang Berbeda ... 25 8. Distribusi Bobot Jaringan Karkas Domba Garut Umur Sebelas

Bulan dengan Ransum Penggemukan yang Berbeda ... 28 9. Persentase Distribusi Jaringan Karkas Domba Garut Umur

viii DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Limbah Tauge dan Indigofera sp. dalam keadaan Segar dan

Kering ... 12 2. Potongan Komersial Karkas ... 16 3. Kandang Penggemukkan (a) dan Kandang Individu (b) ... 17 4. Domba Garut ... 18

ix DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Uji Analisis Ragam Bobot Potong Berdasarkan Ransum

yang Berbeda ... 38 2. Hasil Uji Analisis Ragam Bobot Tubuh Kosong Berdasarkan

Ransum yang Berbeda ... 38 3. Hasil Uji Analisis Ragam Bobot Karkas Segar Berdasarkan

Ransum yang Berbeda ... 38 4. Hasil Uji Analisis Ragam Bobot Karkas Dingin Berdasarkan

Ransum yang Berbeda ... 38 5. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Karkas Segar Berdasarkan

Ransum yang Berbeda ... 39 6. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Karkas Dingin Berdasarkan

Ransum yang Berbeda ... 39 7. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Karkas terhadap Bobot tubuh

Kosong Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 39 8. Hasil Uji Analisis Ragam Tebal Lemak Berdasarkan Ransum yang

Berbeda ... 39 9. Hasil Uji Analisis Ragam Luas Udamaru Berdasarkan Ransum

Yang Berbeda ... 39 10. Hasil Uji Analisis Ragam Daging pada Karkas Berdasarkan

Ransum yang Berbeda ... 40 11. Hasil Uji Analisis Ragam Lemak pada Karkas Berdasarkan

Ransum yang Berbeda ... 40 12. Hasil Uji Analisis Ragam Tulang pada Karkas Berdasarkan

Ransum yang Berbeda ... 40 13. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Daging pada Karkas

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 40 14. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Lemak pada Karkas

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 41 15. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Tulang pada Karkas

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 41 16. Hasil Uji Analisis Ragam Rasio Daging terhadap Lemak

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 41 17. Hasil Uji Analisis Ragam Rasio Daging terhadap Tulang

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 41 18. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Otot pada Bagian Neck

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 42 19. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Otot pada Bagian Shoulder

x Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 42 20. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Otot pada Bagian Rack

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 42 21. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Otot pada Bagian Loin

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 42 22. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Otot pada Bagian Leg

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 42 23. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Otot pada Bagian Breast

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 43 24. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Otot pada Bagian Flank

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 43 25. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Otot pada Bagian Shank

Depan Ransum yang Berbeda ... 43 26. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Otot pada Bagian Neck

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 43 27. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Otot pada Bagian Shoulder

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 44 28. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Otot pada Bagian Rack

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 44 29. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Otot pada Bagian Loin

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 44 30. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Otot pada Bagian Leg

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 44 31. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Otot pada Bagian Breast

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 45 32. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Otot pada Bagian Flank

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 45 33. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Otot pada Bagian Shank

Depan Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 45 34. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Lemak pada Bagian Neck

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 45 35. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Lemak pada Bagian Soulder

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 46 36. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Lemak pada Bagian Rack

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 46 37. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Lemak pada Bagian Loin

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 46 38. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Lemak pada Bagian Leg

xi 39. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Lemak pada Bagian Breast

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 47 40. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Lemak pada Bagian Flank

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 47 41. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Lemak pada Bagian Shank

Depan Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 47 42. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Lemak pada Bagian Neck

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 47 43. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Lemak pada Bagian

Shoulder Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 48 44. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Lemak pada Bagian Rack

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 48 45. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Lemak pada Bagian Loin

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 48 46. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Lemak pada Bagian Leg

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 48 47. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Lemak pada Bagian Breast

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 48 48. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Lemak pada Bagian Flank

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 49 49. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Lemak pada Bagian Shank

Depan Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 49 50. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Tulang pada Bagian Neck

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 49 51. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Tulang pada Bagian Shoulder

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 49 52. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Tulang pada Bagian Rack

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 50 53. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Tulang pada Bagian Loin

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 50 54. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Tulang pada Bagian Leg

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 50 55. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Tulang pada Bagian Breast

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 50 56. Hasil Uji Analisis Ragam Distribusi Tulang pada Bagian Shank

Depan Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 50 57. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Tulang pada Bagian Neck

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 51 58. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Tulang pada Bagian

xii 59. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Tulang pada Bagian Rack

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 51 60. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Tulang pada Bagian Loin

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 51 61. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Tulang pada Bagian Leg

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 52 62. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Tulang pada Bagian Breast

Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 52 63. Hasil Uji Analisis Ragam Persentase Tulang pada Bagian Shank

Depan Berdasarkan Ransum yang Berbeda ... 52 64. Batas-batas Potongan Komersial Karkas ... 53 65. Foto-foto Penelitian ... 54

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki banyak manfaat. Semua hasil dari ternak ini dapat dimanfaatkan mulai dari bulu, daging, tulang hingga kotorannya. Domba Garut merupakan salah satu domba yang ada di Indonesia dengan memiliki sifat prolifik yaitu memiliki tingkat kesuburan yang tinggi (Mansjoer et al., 2007). Domba Garut terdiri dari dua strain atau tipe yaitu domba tipe pedaging dan domba tipe petarung atau domba laga. Sifat prolifik yang dimiliki domba garut ini dapat menjadikan peluang untuk dikembangkan, domba tipe pedaging dapat digunakan untuk penggemukan dengan harapan produksi karkas dan daging yang cukup baik.

Daging adalah salah satu sumber protein hewani, menurut Purbowati et al. (2009) pada domba dengan perlakuan pakan komplit berkadar protein dan energi yang berbeda memiliki daging dengan kandungan protein sebesar 16,62%-17,24%. Umur potong ternak domba di masyarakat umumnya pada umur tua, hal ini disebabkan karena daging ternak domba masih belum banyak digunakan atau belum biasa dikonsumsi sehari-hari. Daging domba ini hanya digunakan pada saat-saat tertentu saja seperti pada acara aqiqah dan perayaan Idul Adha. Daging domba muda berasal dari domba yang dipotong dibawah umur satu tahun. Domba muda berada pada masa pertumbuhan dimana diharapkan memiliki produksi daging yang sudah cukup tinggi dengan masa pertumbuhan yang relatif cepat. Kelebihan dari daging domba muda dibandingkan dengan daging domba yang dipotong pada umur tua atau lebih dari satu tahun antara lain lebih empuk serta rendah lemak. Selain itu diyakini domba muda ini akan mempunyai bau prengus yang lebih rendah dibandingkan dengan domba dewasa.

Peningkatan produksi daging dapat dilakukan dengan perbaikan pakan serta manajemen pemeliharaan. Pakan berupa hijauan Indigofera sp. dan limbah tauge memiliki kandungan protein yang cukup tinggi sehingga diharapkan dapat digunakan untuk perbaikan pertumbuhan domba. Indigofera sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, dalam penelitian Simanihuruk dan Sirait (2009) Indigofera sp. mengandung 24,17% protein kasar dengan serat kasar 17,83% bahan kering. Tanaman Indigofera sp. merupakan jenis legum pohon yang cukup adaptif dan juga

2 toleran pada kondisi kering. Hasil penelitian Tarigan (2009) Indigofera sp. dengan perlakuan interval pemotongan 90 hari menunjukkan produksi bahan kering yang cukup tinggi sebesar 28,33 ton/ha/tahun. Limbah tauge memiliki potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan. Menurut survei Rahayu et al. (2010) produksi limbah tauge di Pasar Bogor sebesar 1,5 ton/hari. Dalam bentuk limbah tauge diketahui kandungan protein kasar sebesar 13,63% dengan serat kasar 49,44% bahan kering.

Penggunaan hijauan Indigofera sp. dan limbah tauge sebagai pakan ternak sudah mulai dikembangkan. Penelitian Tarigan (2009) pada kambing Boerka yang diberi pakan Indigofera sp. dengan taraf pemberian 45% menunjukkan pertambahan bobot harian mencapai 53,38 gram/ekor/hari. Hasil penelitian Wandito (2011) menunjukkan bahwa domba dengan pemberian pakan campuran konsentrat dan limbah tauge dengan persentase yang berbeda memiliki rataan pertambahan bobot badan harian sebesar 114,97 gram/ekor/hari. Dengan demikian penggunaan hijauan Indigofera sp. dan limbah tauge sebagai pakan ternak domba muda diharapkan dapat memberikan respon baik terhadap pertambahan bobot badan domba selama periode penggemukan.

Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan sifat-sifat karkas, komposisi jaringan otot, lemak dan tulang dan distribusinya pada potongan komersial karkas domba garut umur sebelas bulan yang diberi ransum penggemukan Indigofera sp dan limbah tauge.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat informasi bagi peternak mengenai manfaat Indigofera sp. dan limbah tauge sebagai pakan sumber protein. Limbah tauge yang memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi diharapkan dapat meningkatkan produksi daging pada ruminansia kecil seperti domba Garut, dengan ini dapat memberikan efisiensi dalam biaya pakan yang dikeluarkan.

3 TINJAUAN PUSTAKA

Domba Garut

Domba Garut merupakan salah satu plasma nutfah yang dimiliki Jawa Barat yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Perkembangan pemeliharaan Domba Garut mengarah pada dua sasaran utama, yaitu sebagai penghasil daging (tipe daging) dan sebagai ternak fancy, untuk kesenangan atau hobi, sasaran yang terakhir ini kemudian dikenal dengan domba Garut tipe tangkas atau domba laga/domba aben. Domba Garut padaging jantan maupun betina memiliki ciri-ciri muka lurus, bentuk mata normal, bentuk telinga hiris dan rubak, garis punggung lurus, bentuk bulu lurus dengan warna dasar dominan putih, jantan bertanduk dan betina kebanyakan tidak bertanduk (Riwantoro, 2005).

Hasil penelitian Riwantoro (2005) mengemukakan bahwa sistem pemeliharaan domba Garut, khususnya domba Garut Tangkas diperoleh dari pengalaman para peternak selama bertahun-tahun. Sebagai contoh anak domba Garut yang baru lahir selalu di butrik (pencukuran bulu pada bagian sekitar pangkal tanduk, kadang-kadang sampai dikerok) dan domba Garut jantan sering diibunkan mulai dari pukul 05.00 atau 06.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB dan dikeluarkan lagi pada pukul 16.00 hingga 19.00 atau 20.00 WIB. Pakan yang diberikan oleh peternak di Kabupaten Garut berupa rumput gajah, rumput lapang, rumput raja, daun kaliandra, kaliandra putih, gamal dan daun nangka. Domba Garut juga diberi pakan tambahan seperti gaplek, dedak dan limbah sayuran. Domba Garut tipe tangkas diberi perlakuan yang lebih istimewa seperti halnya pemberian pakan tambahan berupa konsentrat, gula, susu, telur, madu, jahe dan biji matahari sebagai sumber protein. Rataan bobot sapih domba Garut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Rataan Bobot Lahir, Bobot Sapih dan Pertambahan Bobot Badan (PBB) Prasapih Domba Garut

Jenis Kelamin Bobot Lahir (kg) Bobot Sapih (kg) PBB prasapih (g/hari)

Jantan 2,22 ± 0,62 11,91 ± 2,97 107,40 ± 32,50

Betina 2,14 ± 0,59 11,15 ± 2,53 99,20 ± 22,70

4 Pakan Domba

Penyusunan ransum untuk ternak ruminansia menurut Anggorodi (1984) perlu memperhatikan energi, protein, mineral (terutama Ca dan P) dan vitamin (terutama vitamin A dan D). Kebanyakan pakan ternak dapat dikelompokan menjadi dua jenis yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan ditandai dengan kandungan serat kasarnya yang relatif tinggi pada bahan keringnya sedangkan konsentrat mengandung serat kasar lebih rendah daripada hijauan dan mengandung kerbohidrat, protein dan lemak yang relatif tinggi tetapi jumlahnya bervariasi dengan kandungan air yang relatif sedikit (Williamson dan Payne, 1993). Kebutuhan nutrient anak domba dengan bobot 20 kg berdasarkan National Research Council (1985) adalah TDN 78%; PK 16,9%; Ca 0,54%; P 0,24%; vitamin A 940 IU/kg; vitamin E 20 IU/kg.

Limbah Tauge

Limbah tauge adalah salah satu limbah dari hasil produksi tauge berupa kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge. Potensi limbah tauge dapat dilihat dari sangat banyaknya produksi tauge yang tidak mengenal musim terutama untuk pengrajin tauge. Menurut survei Rahayu et al. (2010), total produksi tauge di daerah Bogor sekitar 6,5 ton/hari dan berpeluang untuk menghasilkan limbah tauge sebesar 1,5 ton/hari

Tauge seperti yang diketahui memiliki manfaat diantaranya sebagai sumber vitamin E. Pada kecambah yang sedang tumbuh menurut Okoronkwo et al. (2010) Trypsin inhibitor activity (TIA) rendah sehingga dapat meningkatkan kecernaan protein dan bioavailabilitas. Dijelaskan dalam Mubarak (2005) bahwa zat antinutrisi di dalam tauge dapat diturunkan dengan adanya proses pengolahan seperti dengan dehulling, perendaman, pengecambahan, perebusan, autoclaving dan microwave cooking. Komposisi kimia tauge menurut Mubarak (2005) terdiri dari protein kasar 27,5 g, lemak kasar 1,85 g, serat kasar 4,63 g, abu 3,76 g, total karbohidrat 62,3 g, air 9,75 g (dalam 100 g bobot kering). Dalam bentuk limbah tauge dapat diketahui pula bahwa kandungan airnya adalah 63,35%; abu 7,35%; lemak 1,17%; protein kasar 13,63%; serat kasar 49,44% dan kandungan TDN adalah 64,65% (Rahayu et al., 2010).

5 Indigofera sp.

Indigofera merupakan salah satu genus dari sekitar 700 spesies yang tersebar di kawasan Afrika, Asia, Australia, Amerika Utara dan Amerika Selatan. Menurut Forman 1975 dalam Hassen et al. (2007) beberapa spesies di Afrika dan Asia telah dilaporkan dapat digunakan sebagai pakan ternak (I. hirsuta, I. pilosa, I. schimperi syn., I. oblongifolia, I. Spicata, I. subulata syn., dan I. trita). Tipe dari legum Indigofera ini toleran terhadap kekeringan, genangan dan salinitas. Legum ini juga memiliki kandungan protein yang cukup tinggi

Beberapa jenis indigofera memiliki zat anti nutrisi berupa hepatotoxic amino acid yaitu indospicine, Hassen et al. (2008) melaporkan bahwa konsentrasi indospicine dalam daun Indigofera adalah berkisar antara 2-750 mg/Kg bahan kering dengan kandungan indospicine tertinggi berada pada Indigofera vicioides. Level Indospicine merupakan indikator yang berguna untuk melihat potensi toksik dari pakan melalui pengujian. Zat antinutrisi ini yang merupakan hasil metabolit sekunder dapat mempengaruhi palatabilitas dan intake pakan pada ternak.

Hasil penelitian Tarigan (2009) terhadap kualitas nutrisi Indigofera sp. dengan interval pemotongan yang berbeda menunjukkan kandungan bahan organik tertinggi sebesar 90,68%. Kandungan protein kasar berkisar mulai dari 21,12% sampai 25,81% bahan kering, kalsium sekitar 1,30%-1,57% bahan kering dan fosfor sekitar 0,63%-1,11% bahan kering. Komposisi kimia Indigofera sp. yang didapat Simanihuruk dan Sirait (2009), yaitu protein kasar sebesar 24,17%; serat kasar 17,83%; dan lemak kasar 6,15%. Kandungan mineral yang terkandung dalam legum Indigofera sp. yang ditanam pada musim semi, yaitu Ca 16,1 g-21,2 g/kg BK; P 2,1 g-2,9 g/ kg BK; Mg 4,5 g-6,1 g/BK; Cu 9,62 mg-11,8 mg/kg BK; Zn 42,2 mg-53,1 mg/kg BK dan Mn 125,8 mg-345,7 mg/kg BK (Hassen et al., 2007).

Konsumsi Pakan

Tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake) adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad libitum. Tingkat konsumsi ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu hewan itu sendiri, makanan yang diberikan dan lingkungan tempat hewan itu dipelihara (Parakkasi, 1999). Dalam penelitian Wandito (2011) pada domba yang diberi perlakuan pakan konsentrat dengan penambahan limbah tauge 50% dan 75% menunjukkan tingkat

6 konsumsi pakan yang tinggi. Tingkat konsumsi domba dengan penambahan limbah tauge 50% dan 70% berturut-turut pada kelompok bobot badan kecil tingkat konsumsi adalah sebesar 1408,4 gram/ekor/hari dan 1521,6 gram/ekor/hari sedangkan pada domba kelompok bobot badan besar tingkat konsumsi pakan sebesar 1308 gram/ekor/hari dan 1818,3 gram/ekor/hari.

Pertambahan Bobot Badan

Bobot badan dapat berguna untuk menentukan tingkat konsumsi pakan bahkan dalam pemasaran ternak pedaging bobot badan menjadi hal penting dalam menentukan harga (Parakkasi, 1999). Pertambahan bobot badan harian (PBBH) domba diperoleh dari perhitungan bobot badan akhir yang didapat dikurangi dengan bobot badan awal dan dibagi dengan lamanya waktu penggemukan. Hasil penelitian Wandito (2011) pada domba Ekor Gemuk jantan yang berumur dibawah satu tahun dengan pemberian pakan campuran konsentrat dan limbah tauge dengan persentase yang berbeda menunjukkan rataan pertambahan bobot badan harian sebesar 114,97 gram/ekor/hari. Tarigan (2009) memperoleh hasil pertambahan bobot badan harian pada kambing Boerka yang diberi pakan Indigofera sp. pada taraf 45 % sebesar 53,38 gram/ekor/hari dan hasil penelitian Simanihuruk dan Sirait (2009) pada Kambing Boerka jantan yang berumur 6-7 bulan dengan pemberian Indigofera sp. pada taraf 50% menunjukkan rataan pertambahan bobot badan harian sebesar 44,29%.

Karkas

Karkas adalah bagian penting dari tubuh ternak setelah dibersihkan dari darah, kepala, keempat kaki bagian bawah dari sendi carpal untuk kaki depan dan sendi tarsal untuk kaki belakang, kulit, organ-organ internal seperti paru-paru, tenggorokan, saluran pencernaan, saluran urin, jantung, limpa, hati, dan jaringan-jaringan lemak yang melekat pada bagian-bagian tersebut (Lawrie, 2003). Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional tahun 2008 karkas domba adalah bagian dari tubuh domba sehat yang telah disembelih secara halal, telah dikuliti, dikeluarkan jeroan, dipisahkan kepala dan kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi dan ambing, ekor serta lemak yang berlebih. Bobot potong yang semakin meningkat menghasilkan karkas yang semakin meningkat pula, sehingga dapat

7 diharapkan bagian dari karkas yang berupa daging menjadi lebih besar (Soeparno,

Dokumen terkait