ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
C. Hasil Analisa Data 1 Korelas
2. Kategorisasi Data
a. Kategorisasi Data Kepedulian
Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor populasi terdistribusi normal dan jumlah subjek termasuk dalam kategori besar, maka dilakukan pengkategorisasian data kepedulian dengan menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal). Deskripsi skor hipotetik data dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 9. Deskripsi skor hipotetik data Kepedulian Skor Hipotetik
Min Maks Mean SD 65 120 91,60 11,591
Berdasarkan tabel 9 skor hipotetik menunjukkan hasil mean hipotetik untuk variabel kepedulian didapat sebesar 91,60 dengan standar deviasi hipotetik sebesar 11,591. Data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma tertentu. Data dikategorikan menjadi tiga kelompok dengan rumus (Azwar, 2004) :
Tinggi = Mean + 1 (SD) ≤ X
Rendah= X < Mean – 1 (SD)
Kategorisasi data keberfungsian keluarga beserta persentase dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10. Kategorisasi Data hipotetik Kepedulian
Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase
Kepedulian 103,191≤ X Tinggi 16 0,16
80,009≤ X <103,191 Sedang 66 0,66
X <80,009 Rendah 18 0,18
Berdasarkan kriteria kategorisasi pada tabel menunjukkan bahwa 16 orang (0,16%) termasuk dalam kepedulian yang tinggi, 0,66 orang (0,66%) termasuk dalam kepedulian yang sedang, dan 18 orang (0,18) termasuk dalam kategori kepedulian yang rendah (0%). Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar kepedulian dari subjek berada dalam kategori sedang.
b. Kategorisasi Data Perilaku Martarombo
Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor populasi terdistribusi normal dan jumlah subjek termasuk dalam kategori besar, maka dilakukan pengkategorisasian data perilaku martarombo dengan menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal). Deskripsi skor hipotetik data dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 11. Deskripsi Skor Hipotetik Data Perilaku Martarombo
Skor Hipotetik
Min Maks Mean SD
Berdasarkan tabel 11 skor hipotetik kematangan emosi menunjukkan hasil mean hipotetik untuk variabel perilaku martarombo didapat sebesar 20,62 dengan standar deviasi hipotetik sebesar 3,861. Berdasarkan kategorisasi data penelitian secara hipotetik, data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma tertentu. Data dikategorikan menjadi tiga kelompok dengan rumus (Azwar, 2004):
Tinggi = Mean + 1 (SD) ≤ X
Sedang= Mean – 1 (SD) ≤ X < Mean + 1 (SD) Rendah= X < Mean – 1 (SD)
Kategorisasi data kematangan emosi beserta persentase dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12. Kategorisasi Data Hipotetik Kepedulian
Variabel Rentang nilai Kategori Frekuensi Persentase Perilaku
Martarombo
24,481≤ X Tinggi 15 0,14
16,759≤ X <24,481 Sedang 78 0,72
X <16,759 Rendah 7 0,14
Berdasarkan kategorisasi pada tabel 12 menunjukkan bahwa 15 orang (0,15%) termasuk dalam perilaku martarombo yang tinggi, 78 orang (0,78%) termasuk dalam perilaku martarombo yang sedang, dan 7 orang (0,07%) termasuk dalam kategori perilaku martarombo yang rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar perilaku martarombo subjek berada dalam kategori sedang.
Setelah mengetahui pengkategorisasian kedua variabel penelitian, hasilnya dapat dimasukkan dalam tabel penyebaran variabel dalam bentuk matriks kategorisasi yang ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 13. Matriks Kategorisasi Variabel Perilaku Martarombo Dengan Kepedulian
Kepedulian Perilaku
Martarombo
Rendah Sedang Tinggi
Jumlah subjek % Jumlah subjek % Jumlah subjek % Rendah 3 0,03 7 0,07 0 0 Sedang 14 0,14 51 0,51 `12 0,12 Tinggi 2 0,2 7 0,07 4 0,04 100 (100%)
Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori tinggi dengan kepedulian juga pada kategori tinggi sebanyak 0,04%. Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori sedang dengan kepedulian pada ketegori tinggi sebesar 0,12%. Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori tinggi, sedangkan kepedulian pada kategori sedang sebanyak 0,07%. Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori sedang dengan kepedulian juga pada ketegori sedang sebesar 0,51%. Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori rendah dengan kepedulian pada ketegori sedang sebesar 0,07%. Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori tinggi dengan kepedulian pada ketegori rendah sebesar 0,02%. Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori sedang dengan kepedulian pada ketegori rendah sebesar 0,14%. Perilaku martarombo yang dimiliki individu pada kategori rendah dengan kepedulian juga pada ketegori rendah sebesar 0,3%.
D. Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa Ha diterima. Hasil pengujian korelasi sebesar r = 0,426 dengan p = 0,000. Tingkat signifikansi korelasi p = 0,000 ( p<0,05) menunjukkan adanya hubungan antara perilaku martarombo dengan kepedulian pada suku Batak Toba.
Hasil perhitungan korelasi tersebut sejalan dengan Leininger (1981) yang menyatakan bahwa budaya mempengaruhi kepedulian untuk mengekspresikannya atau mewujudkannya ke dalam suatu tindakan. Budaya mengendalikan bagaimana aksi atau tindakan tersebut diwujudkan. Penerimaan sosial dan harapan sosial mempengaruhi bagaimana kepedulian diberikan di tempat tertentu.
Suku Batak Toba memiliki budaya yang berfungsi mengatur tingkah laku masyarakatnya dalam menjalani kehidupan dan juga untuk menjaga kelestarian suku Batak Toba. Perilaku martarombo adalah salah satu budaya suku Batak Toba yang diturunkan dari generasi ke generasi. Perilaku martarombo merupakan perilaku mencari atau menentukan titik pertalian darah yang terdekat, dalam rangka menentukan hubungan kekerabatan (Sinaga, 1998). Martarombo dilakukan untuk menentukan posisi marga. Marga merupakan salah satu identitas bangsa Batak Toba ini bertujuan untuk membina kekompakan dan solidaritas sesama anggota marga dan keturunannya dari satu leluhur. Ketika sudah ditentukan hubungan kekerabatan maka lahirlah jiwa kasih yang terikat. Ikatan itu akan menyatukan seseorang dengan yang lainnya dan membentuk karakter sosial. Kegotongroyongan yang ada dalam setiap jiwa individu menjadi landasan terciptanya sifat sosial yang sampai saat ini dimiliki dan terus dipelihara oleh suku Batak Toba. Sifat ini diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan , salah satunya
dengan kepedulian (Tambunan, 1982).
Kepedulian didefinisikan sebagai salah satu cara untuk memelihara hubungan dengan orang lain, dimana orang lain merasakan komitmen dan tanggung jawab pribadi (Swanson, 1999). Kepedulian juga merupakan perasaan yang ditujukan kepada orang lain dan itulah yang memotivasi untuk bertindak seperti berbelas kasih dan menolong (Leininger, 1981).
Perilaku martarombo yang berada pada kategori tinggi sebanyak 15 orang (0,15 %) yang artinya orang Batak Toba yang sering atau bahkan selalu melakukan tarombo yaitu ketika berkenalan dengan sesama Batak Toba menanyakan marga, nomor marga, asal daerah dan akhirnya menentukan hubungan kekerabatan (partuturanna). Perilaku martarombo yang berada pada kategori sedang sebanyak 78 orang (0,78%) yang artinya orang Batak Toba agak sering menanyakan marga, nomor marga, asal daerah, hingga menentukan partuturanna saat berkenalan dengan orang Batak Toba. Perilaku martarombo yang berada pada kategori rendah sebanyak 7 orang (0,07%) yang artinya orang Batak Toba yang jarang menanyakan marga, nomor marga, asal daerah, hingga menentukan partuturanna.
Kepedulian yang berada pada kategori tinggi sebanyak 16 orang (0,16%) yang berarti orang Batak Toba yang berusaha memahami kehidupan orang lain, berbagi perasaan, mau melakukan sesuatu untuk orang lain, memberi perhatian bahkan mendukung keyakinannya. Kepedulian yang berada pada kategori sedang sebanyak 66 orang (0,66%) yang berarti orang Batak Toba cukup memahami orang lain, dapat merasakan perasaan orang lain, tetapi kurang dalam melakukan sesuatu untuk orang lain. Kepedulian yang berada pada kategori rendah sebanyak
18 orang (0,18) yang berart orang Batak Toba yang kurang memahami orang lain bahkan dalam melakukan sesuatu untuk orang lain.
Hasil pengujian korelasi pada penelitian ini menunjukkan r=0,426 pada p=0,00. Berdasarkan kriteria interpretasi harga r menurut Hadi (2004) , hubungan perilaku martarombo dengan kepedulian antar sesama suku Batak Toba menunjukkan korelasi yang rendah. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kepedulian yang tidak dikontrol oleh peneliti seperti keluarga. Keluarga memegang peranan penting dalam mengajarkan budaya dalam kehidupan keluarga (Swanson, 1999). Faktor nilai yang dianut juga mempengaruhi motivasi, maksud ataupun tujuan dari kepedulian tersebut. Kepribadian individu juga dapat mempengaruhi kualitas kepeduliannya terhadap orang lain (Leininger, 1981).
Jika dilihat dari hasil matriks kedua variabel, jumlah orang Batak Toba dengan perilaku martarombo pada kategori tinggi dan kepedulian pada ketagori tinggi hanya 4 orang (0,04%). Orang Batak Toba dengan perilaku martarombo pada kategori tinggi dan kepedulian pada kategori sedang sebanyak 7 orang (0,07%). Bahkan ada orang Batak Toba dengan perilaku martarombo pada kategori tinggi tetapi kepedulian pada ketagori rendah sebanyak 2 orang (0,2%). Hal ini dijelaskan dengan adanya faktor lain seperti yang sudah dijelaskan diatas yaitu keluarga yang berpengaruh besar mengajarkan pentingnya memahami budaya sebagai bentuk melestarikan budaya. Hasil matriks juga menunjukkan orang Batak Toba dengan kepedulian pada ketegori tinggi dan perilaku martarombo pada kategori sedang sebanyak 7 orang (0,07%). Kepedulian orang Batak tersebut tinggi namun tidak begitu dipengaruhi oleh budaya. Hal ini dapat
disebabkan oleh faktor kepribadian yang dimiliki sejak kecil sehingga mempengaruhi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
BAB V