• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN INTERPRETASI

3. Kategorisasi hasil penelitian

Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara work engagement dengan supervisory coaching behaviour pada salesperson. Dalam penelitian ini peneliti akan mengkategorisasikan data penelitian berdasarkan mean hipotetik. Mean hipotetik digunakan untuk melihat posisi relative individu berdasarkan norma skor ideal skala yang dibuat oleh peneliti.

a. Kategorisasi Skor Skala Work Engagement

Setelah dilakukan uji reabilitas pada skala work engagement diperoleh 23 aitem yang memenuhi persyaratan untuk kemudian dianalisa menjadi data penelitian dengan rentang nilai 1-5 sehingga menghasilkan skor minimal 23 dan skor maksimal 115.

Berdasaran hasil penelitian diperoleh skor total maksimum 97 dan skor minimum 65. Hasil perhitungan rata-rata empirik dan rata-rata hipotetik work engagement dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8

Nilai Empirik dan Hipotetik Work Engagement

Minimum Maksimum Rata-rata SD

Nilai Empirik 65 97 86,73 6,391

Berdasarkan tabel maka diperoleh nilai rata-rata empirik (X)work engagement sebesar 86,73 dengan standar deviasi (SD) empirik (s) 6,391 dan nilai rata-rata hipotetik (µ) sebesar 69 dan standar deviasi (SD) hipotetik (σ) sebesar 15,3 . Jika dilihat dari perbandingan rata-rata empirik (X) dengan rata-rata hipotetik (µ), maka diperoleh rata-rata empirik yang lebih besar daripada rata-rata hipotetik (86,73> 69). Hal ini berarti, salesperson memiliki work engagement yang tergolong dalam kategori tinggi.

Dari rata-rata hipotetik sebesar 69 dan standar deviasi sebesar 15,3 dapat dibuat kategorisasi work engagement seperti tabel dibawah ini:

Tabel 9

Kategorisasi Work Engagement Mean Hipotetik

Variable Rentang Nilai Kategori Jumlah Persentase

Work Engagement X< 53,7 Rendah 0 Orang 0% 53,7 < X ≤ 84,3 Sedang 0 Orang 0% X ≥ 84,3 Tinggi 100 Orang 100% Total 100 Orang 100%

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki work engagement rendah sebanyak 0 orang (0%), subjek yang memiliki work engagement sedang sebanyak 0 orang (0%), dan subjek yang memiliki work engagement tinggi sebanyak 100 orang (100%).

b. Kategorisasi Skor Skala Supervisory Coaching Behaviour

Setelah dilakukan uji reabilitas terhadap skala supervisory coaching behaviour diperoleh 18 aitem yang memenuhi persyaratan untuk dianalisa menjadi data penelitian dengan rentang nilai 1-5 sehingga menghasilkan skor minimal 18 dan skor maksimal 90. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh skor total maksimum 90 dan skor minimum 21. Hasil perhitungan rata-rata empirik dan rata-rata hipotetik supervisory coaching behaviour dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 10

Nilai Empirik dan Hipotetik Supervisory Coaching Behaviour

Minimum Maksimum Rata-rata SD

Nilai Empirik 21 90 57,75 14,46

Nilai Hipotetik 18 90 54 12

Berdasarkan tabel maka diperoleh nilai rata-rata empirik supervisory coaching behaviour sebesar 57,75 dengan standar deviasi 14,46 dan nilai rata-rata hipotetik sebesar 54 dan standar deviasinya 12. Jika dilihat dari perbandingan antara rata-rata empirik dengan rata-rata-rata-rata hipotetik, maka diperoleh rata-rata-rata-rata empirik lebih besar dari rata-rata hipotetik (57,75> 54). Hal ini menunjukkan salesperson menilai atasan sering menunjukkan supervisory coaching behaviour. Dari rata-rata hipotetik sebesar 54 dan standar deviasi 12 dapat dibuat kategorisasi supervisory coaching behaviour seperti tabel dibawah ini:

Tabel 11

Kategorisasi Supervisory Coaching Behaviour Mean Hipotetik

Variable Rentang

Nilai

Kategori Frekuensi Persentase

Supervisory Coaching Behaviour X<42 Jarang 1 1% 42< X ≤ 55 Kadang-kadang 16 16% X ≥ 55 Sering 83 83% Total 100 100%

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 83 orang (83%) karyawan menilai atasan sering menunjukkan supervisory coaching behaviour, 16 orang (16%) menilai atasan kadang-kadang menunjukkan supervisory coaching behaviour, dan 1 orang (1%) orang menilai atasan jarang menunjukkan supervisory coaching behaviour.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian pada sampel salepersons yang bekerja di Medan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara supervisory coaching behaviour dengan work engagement pada salesperson, yaitu dengan kuat hubungan 0,278. Hubungan antara supervisory coaching behaviour dengan work engagement bernilai positif, artinya bahwa ketika semakin sering supervisory coaching behavior atasan ditunjukkan maka semakin tinggi pula work engagement, demikian sebaliknya, jika semakin jarang supervisory coaching behaviour yang

ditunjukkan atasannya maka semakin rendah work engagement. Terujinya hipotesis ini menunjukkan bahwa perilaku coaching yang ditunjukkan oleh supervisor memang berhubungan dengan work engagement. Semakin sering supervisor menunjukkan perilaku coaching, maka akan memberikan peluang perilaku engaged itu semakin berkembang dalam diri individu.

Pemimpin memiliki peran yang sangan penting dalam menciptakan engagement pada karyawannya.Di dalam membangun engagement, peran pemimpin adalah dapat meningkatkan motivasi, kepuasan kerja dan komitmen serta dapat mengurangi tingkat stress kerja karyawan (Mujiasih & Ratnaningsih, 2012).

Supervisor adalah salah satu pemimpin di perusahaan yang bertanggung jawab langsung pada operasional di lapangan (Tobing & Napitupulu, 2011).Supervisor menghubungankan manajemen yang lebih tinggi kepada karyawan dan supervisor bertanggungjawab untuk memperlakukan karyawan secara adil, membuat instruksi yang jelas, dan membawa keluhan karyawan kepada manajemen yang lebih tinggi (Certo, 2007).

Dari hasil kategorisasi dapat dilihat bahwa tingkat supervisory coachingbehaviour lebih banyak berada pada kategorisasi sering yaitu 83 orang (83%), subjek yang berada pada kategori kadang-kadang 16 orang (16%), dan sisanya yaitu 1 orang (1%) termasuk dalam kategori jarang. Dalam penelitian ini hanya ada 1 orang (1%) yang menilai atasan jarang menunjukkan supervisory coaching behaviour, hal ini dikarenakan para salesperson menganggap supervisor mereka telah menunjukkan perilaku coaching yang di tandai dengan kemampuan

mendengarkan, peka dengan kondisi, dapat menngarahkan dan memberikan umpan balik sehingga mereka menikmati pekerjaan mereka.Seperti yang ditemukan oleh Bakker dan Schaufeli (2008) bahwa dengan adanya interaksi positif antara karyawan dengan supervisornya dapat meningkatkan level engagement. Dengan kata lain pemimpin akan memiliki pengaruh kuat dalam menciptakan engagement.

Berdasarkan kategorisasi work engagement diperoleh hasil bahwa tingkat work engagement pada salesperson semua berada pada kategori tinggi, yaitu sebesar 100 orang (100%). Dengan memperhatikan skor subjek yang tinggi pada supervisory coaching behaviour, dan demikian juga diikuti dengan skor yang tinggi pada work engagement, diperoleh bahwa data ini turut mendukung hipotesis penelitian bahwa supervisory coaching behaviourakan berpengaruh positif terhadap work engagement.

Dari hasil penelitian ini juga dapat diketahui bahwa diperoleh nilai rata-rata empirik work engagement yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata hipotetiknya. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata-rata-rata salesperson dapat dikatakan engaged dengan pekerjaannya. Menurut Schufeli dan Bakker (2003) work engagement adalah keadaan motivasional yang positif yang di karakteristikkan oleh vigor, dedication, dan absorption. Schaufeli (2002) menyebutkan bahwa karyawan yang engagedakan memiliki dedikasi yang kuat kepada organisasi yang ditandai dengan adanya keterlibatan yang tinggi dalam usaha-usaha kemajuan organisasi. Dari hasil kategorisasi dapat dilihat tidak ada salesperson yang berada pada kategori work engagement rendah dan hanya ada 1

orang (1%) yang menilai atasan jarang menujukkansupervisory coaching behaviour. Artinya adalah bahwa supervisory coaching behaviour yang di berikan oleh supervisor sesungguhnya sudah cukup baik, namun dalam hal ini harus tetap di pertahankan bahkan lebih ditingkatkan lagi, sehingga salespersondi perusahaan dapat memiliki hubungan yang baik dengan pimpinannya dan menikmati pekerjaannya sehingga dapat bekerja dengan produktif (mencapai target).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran bagi penelitian di masa yang akan datang.

Dokumen terkait