• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI. PELAKSANAAN KONSEP AGROPOLITAN

6.3. Kawasan Agropolitan Sawangan

A. Subsistem Penyediaan Prasarana, Sarana dan Teknologi Usahatani

Benih yang digunakan dalam sistem budidaya diusahakan sendiri oleh petani dengan teknologi dan peralatan semi modern. Bantuan bibit dari pemerintah pada umumnya adalah bibit percobaan yang dicobakan di kawasan ini. Bantuan bibit percobaan yang sudah diterima petani antara lain bibit jagung yang diberikan tahun 2008, bibit kubis, bibit tomat dan bibit cabai. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang dan pupuk kimia. Pupuk kandang diperoleh dari integrasi vertikal antara ternak dan tanaman usahatani. Kendala pada subsistem ini adalah ketidakmampuan petani dalam pengadaan teknologi agribisnis yang modern dan keterbatasan modal petani dalam pembelian bibit sapi sehingga tidak

jarang petani menggunakan sistem gaduhan. Sitem gaduhan yang dimaksud adalah petani mendapat bantuan sapi perah dari pihak pemerintah atau swasta yang dipelihara dan diternakkan oleh petani. Kemudian petani mengembalikan sapi tersebut dalam bentuk sapi atau uang setelah sapi tersebut beranak. Kondisi kandang sapi perah yang kurang memenuhi persyaratan juga menjadi kendala dalam subsistem ini.

B. Subsistem Produksi Usahatani

Komoditas pertanian yang diusahakan di kawasan ini adalah komoditas sayuran dataran tinggi dan ternak sapi perah. Komoditas unggulan kawasan agropolitan Sawangan adalah stroberi. Teknologi usahatani yang digunakan adalah teknologi semi modern seperti mulsa plastik dan green house. Kendala yang dihadapi pada subsistem usahatani adalah kerusakan tanaman yang tidak menentu sesuai pergantian musim, kelebihan air di musim penghujan dan kekurangan air di musim kemarau. Usaha untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah telah mengembangkan sistem pendistribusian air dengan teknologi sederhana dan pembangunan klinik agribisnis di setiap desa. Usahatani ternak sapi diusahakan oleh hampir setiap kepala keluarga. Sebagian besar petani memiliki sapi perah sendiri, tetapi ada juga beberapa petani yang memelihara sapi dengan sistem gaduhan. Produksi rata-rata susu sampai tahun 2007 kurang lebih 10 liter/hari/sapi. Bantuan sapi perah dari Pemerintah Daerah kabupaten Magelang sebesar 13-20 ekor per desa. Sistem distribusi sapi perah tersebut secara bergilir kepada semua petani.

C. Subsistem Pengolahan Hasil dan Pascapanen

Kegiatan pascapanen yang dilakukan adalah kegiatan sortasi dan pencucian hasil usahatani secara manual serta industri pengolahan hasil pertanian menjadi produk makanan. Produk makanan yang dihasilkan adalah saus dengan bahan baku tomat dan cabai, dodol stroberi serta susu sapi.

D. Subsistem Pemasaran

Pemasaran produk usahatani dilakukan dengan memasarkan langsung ke STA Kecamatan Sawangan dan STA Sewukan Kecamatan Dukun serta dijual langsung ke supermarket. Penjualan ke tengkulak jarang dilakukan oleh petani di kawasan ini. Ekspansi pasar meliputi kawasan sekitar Kabupaten Magelang dan daerah sekitar Propinsi Jawa Tengah. Pemasaran produk makanan hasil pengolahan produk usahatani dipasarkan melalui distributor atau dipasarkan langsung ke pasar tradisional, toko-toko makanan atau dijajakan langsung oleh petani di kawasan agrowisata Gardu Pandang. Khusus pemasaran susu, sebagian besar petani memasarkan lewat Koperasi Unit Desa (KUD) sehingga berapapun jumlah produksi ada yang menampung karena KUD melayani penjualan susu setiap hari.

E. Subsistem Penunjang

Lembaga keuangan telah ada dan berfungsi cukup baik meskipun dalam sisi jumlah belum memadai. Namun, petani jarang memanfaatkan fasilitas lembaga keuangan tersebut karena prosedur yang rumit serta bunga yang dirasa cukup tinggi. Lembaga keuangan yang sering digunakan oleh petani di kawasan ini yaitu KUD dan bantuan tanpa bunga oleh pemerintah. Kelompok tani ada di setiap dusun dan Gapoktan ada di setiap desa. Pelatihan mandiri oleh kelompok

tani dan Gapoktan sudah berjalan lancar. Selain itu, terdapat juga paguyuban peternak sapi perah yang sering mendapat bimbingan dari penyuluh dapangan. 6.3.2. Sistem Agroindustri

Agroindustri yang terdapat di kawasan ini adalah industri pengolahan produk pertanian menjadi produk makanan seperti dodol stroberi, saus dan susu sapi serta industri pembuatan pupuk kandang. Industri pembuatan dodol stroberi dan perah susu hampir tersebar di setiap desa, dengan skala kecil atau home industry. Industri pembuatan saus tomat hanya ada di Desa Banyuroto dan diusahakan oleh kelompok usaha industri pembuatan saus yang terdiri dari para ibu rumah tangga yang sekaligus tergabung dalam PKK.

Teknologi yang digunakan dalam pembuatan saus dengan alat modern, bantuan dari pemerintah daerah pada tahun 2006 dalam upaya pengembangan agropolitan. Bantuan tersebut diberikan kepada kelompok usaha industri pengolah tomat di Desa Banyuroto. Teknik pembuatan dodol stroberi dengan alat sederhana dan modern. Hampir setiap rumah mengusahakan dodol stroberi dengan teknologi tradisional. Teknik pembuatan dengan cara modern hanya dilakukan oleh kelompok usaha di Desa Banyuroto yang juga mendapat bantuan alat pengolah stroberi modern. Susu sapi yang diperjualkan sampai saat ini baru dalam tahap susu segar dan susu siap minum, belum ada pengolahan variasi produk susu. Proses pengepakan produk dodol stroberi menggunakan plastik mika tidak berlabel. Pengepakan saus menggunakan botol plastik dan sudah berlabel. Sementara itu, pengepakan susu hanya dengan plastik-plastik dan belum berlabel.

Pemasaran produk-produk tersebut sebagian besar dipasarkan langsung oleh pengusaha di kawasan agrowisata Gardu Pandang yang berada di Desa Ketep

Kecamatan Sawangan, pasar-pasar tradisional dan toko-toko makanan. Ekspansi pemasaran dodol stroberi dan saus belum sampai keluar pulau ataupun ekspor. Khusus pemasaran susu sebagian besar dipasarkan di KUD yang ada di masing-masing desa. Industri pembuatan pupuk kandang sudah dilakukan dengan teknik modern oleh kelompok-kelompok tani. Alat-alat modern tersebut merupakan bantuan dari pemerintah daerah dan hanya berada di Desa Gantang. Sebelum diolah di Desa Gantang, pupuk-pupuk tanaman yang akan diolah dikumpulkan di bangunan pengumpul pupuk tanaman yang tersebar di tiga desa. Proses pengepakan pupuk dengan karung plastik dan sudah berlabel. Proses pemasaran sebagian besar dengan tujuan pasar lokal dan pasar luar daerah seperti Semarang dan Yogyakarta. Kendala pada sistem agroindustri adalah kesulitan penjualan bagi pengrajin produk makanan berskala kecil yang terbiasa memasarkan langsung produk-produk tersebut tanpa label. Padahal, dengan adanya label nilai jual produk bisa lebih tinggi.

6.3.3. Sistem Agrowisata

Keberadaan agrowisata Gardu Pandang dan Air Terjun Kedung Kayang di kawasan agropolitan Sawangan sangat menguntungkan masyarakat sekitar. Proses perijinan pendirian usaha hanya diperbolehkan untuk masyarakat sekitar obyek wisata sedangkan masyarakat luar tidak diijinkan untuk mengusahakannya. Ketika agropolitan dicanangkan, pemerintah memberikan bantuan bibit kopi dan jeruk kepada petani yang memiliki lahan di pinggir jalan menuju daerah obyek wisata dan bantuan tempat berjualan. Mulai tahun 2007, masyarakat mulai mengembangkan obyek wisata Kebun Stroberi Petik Sendiri.

6.4. Kawasan Agropolitan Ngablak

Dokumen terkait