• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Kawasan suaka alam;

2. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya; 3. Kawasan pantai berhutan bakau;

4. Taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam; dan 5. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

E. Kawasan rawan bencana alam, terdiri dari :

1. Kawasan rawan letusan gunung api; 2. Kawasan rawan gempa bumi; 3. Kawasan rawan tanah longsor;

4. Kawasan rawan gelombang pasang; dan 5. Kawasan rawan banjir.

F. Kawasan lindung geologi, terdiri dari;

1. Kawasan cagar alam geologi; 2. Kawasan rawan bencana geologi;

3. Kawasan keunikan bentang alam (karst); dan

4. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah; G. Kawasan lindung lainnya, terdiri dari :

1. Cagar biosfer; 2. Ramsar; 3. Taman buru;

4. Kawasan perlindungan plasma nutfah; 5. Kawasan pengungsian satwa;

6. Terumbu karang; dan

7. Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.

Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan Undang-Undang tentang Penataan Ruang menjelaskan bahwa penentuan kawasan lindung didasarkan atas beberapa kriteria fisik tanah meliputi ketinggian, kelerengan, daerah resapan air, dan sifat khusus lainnya sehingga dapat digolongkan ke dalam kawasan yang harus dilindungi.

Pada prinsipnya pengendalian atau pengelolaan kawasan lindung, adalah di dalam kawasan lindung dilarang melakukan kegiatan budidaya, kecuali yang tidak

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 30 mengganggu fungsi lindung. Pada kawasan suaka alam dan cagar budaya dilarang melakukan kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem yang ada. Flora dan fauna yang ada di dalam kawasan lindung, perlu dilindungi dan dipertahankan kelestariannya.

Perlu adanya rehabilitasi hutan atau reboisasi pada unit lahan pada hutan lindung yang saat ini tidak berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan cagar alam, hutan lindung atau dalam kawasan hutan yang pada kondisi sekarang sudah berubah fungsi, maka langkah selanjutnya

pemerintah daerah dan instansi terkait harus segera memproses untuk mengembalikan fungsi kawasan dengan pertimbangan karakteristik wilayah kepulauan.

Kawasan Hutan Lindung

Sebaran lokasi kawasan hutan lindung di Kabupaten Wakatobi, dapat dibagi kedalam 2 (dua) kawasan, yaitu: (i) kawasan lindung darat dan (ii) kawasan lindung laut. Kawasan lindung darat yaitu semua kawasan lindung yang ditetapkan sebagai hutan lindung di daratan, sedangkan kawasan lindung laut, yaitu kawasan perairan laut yang ditetapkan sebagai kawasan lindung yang termasuk didalamnya adalah pulau-pulau tak berpenghuni.

Penetapan kawasan hutan lindung di Kabupaten Wakatobi mengacu pada Keputusan Menteri Kehutanan Nomor S. 465/Menhut- II/2011, tanggal 9 Agustus 2011 tentang

Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Bukan Hutan seluas + 110.105 Ha dan Perubahan Antar Fungsi Kawasan Hutan seluas + 115.111 Ha di Propinsi Sulawesi Tenggara. Mengacu pada SK Menteri Kehutanan tersebut maka luas kawasan hutan darat di Kabupaten Wakatobi adalah 10.021,76 Ha, dengan pola sebaran hampir di semua pulau. Secara rinci luas dan sebaran kawasan hutan lindung di Kabupaten Wakatobi, meliputi Pulau Wangi-Wangi seluas + 4.587,75 Ha, Pulau Kaledupa + 570,03 Ha, Pulau Tomia seluas + 913,86 Ha, Pulau Binongko seluas + 1.043,95 Ha, sehingga luas kawasan hutan lindung wilayah darat pulau utama adalah + 7.115,60 Ha. Untuk pulau-pulau berpenghuni lainnya, luas kawasan hutan lindung mencakup + 1.250,97 Ha, dengan meliputi Pulau Kapota seluas + 812,27 Ha, Pulau Lentea seluas + 166,35 Ha dan Pulau Darawa seluas + 272,35 Ha, sehingga luas kawasan lindung wilayah darat pulau-pulau berpenghuni adalah 8.366,57 Ha. Sedangkan luasan kawasan hutan lindung pada pulau-pulau tak berpenghuni adalah seluas

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 31 + 1.655,19 Ha, dengan sebaran meliputi Pulau Oroho seluas + 1.134,82

Ha, Pulau Simpora seluas + 97,22 Ha, dan Pulau Lentea Tomia seluas +

423,15 Ha. Berdasarkan luasan kawasan hutan lindung tersebut maka proporsi kawasan hutan lindung yang ada adalah 12,18% dari total luas wilayah darat Kabupaten Wakatobi yaitu seluas 82.300 Ha.

Dengan melihat letak geografis Kabupaten Wakatobi yang merupakan daerah kepulauan, dengan kondisi iklim yang tergolong panas maka

kawasan hutan lindung yang ada perlu dipertahankan keberadaannya. Hal ini sangat penting untuk menjaga kestabilan iklim mikro dan mempertahankan kawasan tangkapan air guna ketersediaan cadangan air tanah sebagai sumber utama air minum di wilayah Kabupaten Wakatobi.

Untuk rencana kawasan hutan lindung di Kabupaten Wakatobi pada dasarnya tetap mengacu pada SK Menteri Kehutanan Nomor S.465/Menhut-II/2001, dengan total luasan areal kawasan hutan lindung adalah + 10.021,76 Ha. Adapun rencana kawasan hutan lindung di Kabupaten Wakatobi akan menyebar pada titik kawasan di masing- masing pulau, yaitu sebagai berikut : a. Kawasan hutan lindung pulau Wangi-Wangi dan sekitarnya,

mencakup bagian Utara, Selatan, Timur dan Tengah Pulau Wangi- Wangi, bagian Tengah Pulau Oroho dan bagian Barat dan Tengah Pulau Kapota di Kecamatan Wangi-Wangi dan Wangi-Wangi Selatan;

b. Kawasan hutan lindung pulau Kaledupa mencakup bagian Timur dan Selatan pulau Kaledupa, bagian Utara Pulau Lentea, bagian Timur dan Selatan Pulau Darawa di Kecamatan Kaledupa dan Kaledupa Selatan;

c. Kawasan hutan lindung pulau Tomia mencakup bagian Barat, Timur, Selatan pulau Tomia dan daratan Pulau Lentea Tomia di Kecamatan Tomia dan Tomia Timur; dan

d. kawasan hutan lindung pulau Binongko mencakup bagian Timur dan Selatan Pulau Binongko di Kecamatan Binongko dan Togo Binongko. Lebih jelasnya mengenai rencana kawasan hutan lindung di Kabupaten Wakatobi menurut wilayah kepulauan disajikan pada Tabel 4.1.

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 32 Tabel 2.7

Rencana Kawasan Lindung Menurut Wilayah Kepulauan Di Kabupaten Wakatobi Tahun 2012 - 2032

No. Pulau Luas Hutan Lindung (Ha) %

1 Binongko 1.043,95 10,42

2 Tomia 1.337,01 13,34

3 Kaledupa 1.008,73 10,06

4 Wangi-Wangi 6.632,06 66,18

Jumlah 10.021,76 100,00

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2012

Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya Kawasan Resapan Air

Untuk menentukan suatu wilayah ke dalam jenis kawasan dapat dilihat dari jenis batuannya. Untuk wilayah Kabupaten Wakatobi yang memiliki topografi

bukit dengan susunan struktur geologi batuan gamping dominan, potensi daerah resapan air untuk cadangan air sangat tinggi terutama pada goa-goa yang tersebar di setiap kecamatan. Upaya pelestarian terhadap kawasan ini mutlak sangat diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan ekosistem di wilayah ini dan sebagai kawasan penyimpan cadangan air.

Sebagai wilayah yang beriklim panas dan struktur tanah berkapur maka wilayah Kabupaten Wakatobi tergolong daerah yang rawan krisis air minum. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah antisipasi dengan menyediakan lahan cadangan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air (cathmant area), yang mana kawasan-kawasan yang selama ini telah berfungsi sebagai kawasan-kawasan resapan air tetap dipertahankan keberadaan dan fungsinya. Keberadaan kawasan resapan air tersebut sangat penting untuk menyimpan dan menyerap air ke dalam tanah ketika terjadi hujan mengingat wilayah Kabupaten Wakatobi tergolong memiliki curah hujan yang tinggi sehingga dapat menjaga ketersediaan air tanah, Keberadaan kawasan resapan air

ini juga sekaligus dapat menjadi kawasan penyangga karena secara ekologis berperan penting menjaga keseimbangan iklim kawasan serta melindungi kawasan bawahannya dari aliran air permukaan.

Rencana pengembangan kawasan resapan air di wilayah Kabupaten Wakatobi akan diarahkan pada kawasan-kawasan hutan yang selama ini

masih tetap terjaga, terutama pada kawasan yang berada di daerah ketinggian, yang meliputi :

a. kawasan hutan di sekitar Waginopo, Tindoi, Tindoi Timur, Pookambua, Posalu, hutan Ehata, hutan Wabue-bue, Kaendea Teo, hutan Longa di Kecamatan Wangi-Wangi

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 33 dengan luas kurang lebih 714,68 Ha.

b. kawasan hutan di sekitar Matahora dan hutan Sara Liya di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan dengan luas kurang lebih 245,58 Ha.

c. kawasan hutan di sekitar Sandi Kecamatan Kaledupa Selatan dengan luas kurang lebih 72,71 Ha.

Kawasan Perlindungan Setempat A. Kawasan Sempadan Sungai

Sebagian wilayah kabupaten Wakatobi memiliki sungai yaitu di kecamatan Wangi-Wangi, Wangi-Wangi Selatan, Kaledupa dan Kaledupa Selatan. Alur sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten Wakatobi khususnya yang berada di wilayah Kecamatan Wangi-Wangi, Wangi- Wangi Selatan, Kaledupa dan Kaledupa Selatan bentangannya tidak terlalu lebar.

Sungai-sungai tersebut saat ini sebagian telah mengalami kekeringan dan hanya mengalirkan air pada waktu musim penghujan, utamanya yang terdapat di kecamatan Wangi-Wangi dan Wangi-Wangi Selatan. Hal ini disebabkan oleh kegiatan penggundulan hutan pada daerah hulu. Namun demikian mengingat pentingnya fungsi sungai dalam pengaliran air ketika terjadi hujan maka aktivitas masyarakat di sekitar daerah aliran sungai tersebut tetap harus dikendalikan dan dibatasi dengan penetapan kawasan sempadan sungai. Langkah ini dilakukan guna mempertahankan kondisi sungai agar tetap berfungsi dengan baik dan tidak terganggu oleh aktivitas pembangunan yang dilakukan oleh manusia, misalnya membuang sampah di badan sungai dan memanfaatkan

sempadan sungai untuk mendirikan bangunan sehingga menyebabkan gangguan fungsi sungai, misalnya sedimentasi dan

penumpukan sampah di badan sungai. Dampaknya adalah terjadinya genangan dan banjir pada saat turun hujan.

Sesuai dengan karakteristik sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten Wakatobi maka penetapan kawasan sempadan sungai juga disesuaikan aktivitas guna lahan di sepanjangn alur sungai. Pada kawasan di luar permukiman kawasan sempadan sungai ditetapkan

sekurang-kurangnya antara 50 - 100 meter di kiri dan kanan sungai. Adapun daerah permukiman seperti di kawasan perkotaan Wangi-Wangi yang mencakup kecamatan Wangi-Wangi dan Wangi-Wangi Selatan maupun di kecamatan

Kaledupa dan Kaledupa Selatan garis sempadan

sungai ditetapkan minimal 10 - 15 meter sebagai daerah bebas dari kegiatan manusia atau aktivitas permukiman penduduk.

Dokumen terkait