• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB I 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Pembangunan bidang sanitasi selama ini belum menjadi perhatian penting untuk menjadi kegiatan yang diprioritaskan. Hal ini terlihat bahwa Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai pentingnya Sanitasi masih rendah. Pembangunan Sanitasi di Indonesia masih berada di urutan terbawah di antara negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Di samping itu, memperhatikan kondisi Sanitasi saat ini, perlu keberlanjutan dan keterpaduan berbagai program agar Sanitasi di daerah dapat lebih baik. Untuk itu penetapan target pembangunan Sanitasi mutlak diperlukan agar upaya pembangunan tersebut dapat diselenggarakan dengan lebih terarah.

Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Kabupaten Wakatobi adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kota yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi Kabupaten Kabupaten Wakatobi dengan tujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan.

Guna menghasilkan strategi sanitasi kabupaten sebagaimana tersebut di atas, maka diperlukan suatu kerangka kerja yang menjadi dasar dan acuan bagi penyusunan strategi sanitasi kabupaten dengan tujuan agar strategi sanitasi tersebut memiliki dasar hukum yang jelas dan dapat diimplementasikan. Kerangka kerja strategi sanitasi Kabupaten Kabupaten Wakatobi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Wakatobi. Kerangka kerja sanitasi ini merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh kelompok kerja sanitasi.

Pengembangan layanan sanitasi kabupaten harus didasari oleh suatu rencana pembangunan sanitasi jangka menengah (3 sampai 5 tahunan) yang komprehensif dan bersifat strategis. Rencana jangka menengah yang juga disebut Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) itu memang dibutuhkan mengingat kabupaten/kota di Indonesia akan memerlukan waktu bertahun-tahun (multi years) untuk memiliki layanan sanitasi yang memenuhi prinsip

(2)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB I 2

layanan Sanitasi menyeluruh. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) juga dibutuhkan sebagai pengikat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD-SKPD) dan para pelaku pembangunan sanitasi lainnya untuk dapat terus bersinergi mengembangkan layanan sanitasi kabupaten/kotanya. Setelah disepakati, Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) akan

diterjemahkan ke dalam rencana tindak tahunan (annual action plan). Isinya, informasi lebih

rinci dari berbagai usulan kegiatan (program atau proyek) pengembangan layanan sanitasi kabupaten yang disusun sesuai tahun rencana pelaksanaannya.

Dalam penyusunan dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Kabupaten Wakatobi yang sebelumnnya telah menyusun dokumen SSK tahun 2013 dilaksanakan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Kabupaten Wakatobi dibentuk dan dikoordinir oleh Bappeda Kabupaten Kabupaten Wakatobi dan menjadi titik pusat dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi sanitasi. Pokja Sanitasi Kabupaten Kabupaten Wakatobi secara struktural dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Kabupaten Wakatobi Nomor 462 Tahun 2008 Tanggal 1 Agustus 2012 tentang Pembentukan Tim Koordinasi/Pengarah dan Pelaksana Sanitasi Kabupaten Wakatobi. Keputusan Bupati ini memuat tugas dan kewajiban baik tim pengarah maupun tim pelaksananya, yang terdiri dari Unsur Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten Kabupaten Wakatobi, Sekretaris : Asisten Administrasi Umum Setdakab Kabupaten Wakatobi, Bidang-Bidang , meliputi : Bidang Perencanaan, Bidang Pendanaan, Bidang Teknis, Bidang Kesehatan, Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Monitoring dan Evaluasi dan Sekretariat.

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Kabupaten Wakatobi berisi visi, misi, dan tujuan pembangunan sanitasi Kabupaten Kabupaten Wakatobi berikut strategi-strategi pencapaiannya. Tiap-tiap strategi kemudian diterjemahkan menjadi berbagai usulan kegiatan berikut komponen-komponen kegiatan indikatifnya. Cakupan suatu Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) akan meliputi :

Aspek Teknis; mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan sektor sanitasi yang terdiri dari (a) layanan sub sektor air limbah domestik, (b) layanan sub sektor persampahan, dan (c) sub sektor drainase lingkungan, serta sektor air bersih dan aspek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Aspek Pendukung; mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan komponen (a) Kebijakan Daerah dan Kelembagaan, (b) Keuangan (c) Komunikasi, (d) Keterlibatan Pelaku Bisnis, (e) Pemberdayaan Masyarakat, aspek Jender dan Kemiskinan, (f) Monitoring dan evaluasi

(3)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB I 3

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) yang disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Kabupaten Wakatobi ini mengacu kepada 4 karakteristik utama yang akan tercermin dalam prosesnya maupun produknya, yaitu:

1. Intersektor dan terintegrasi

2. Mensinkronkan pendekatan ‘top down’ dengan bottom up’ 3. Skala kota (city wide)

4. Berdasarkan data empiris (dari studi-studi pendukung Buku Putih Sanitasi)

Agar diperoleh strategi yang tepat, pemutakhiran strategi sanitasi kabupaten (SSK Kabupaten Wakatobi) ini sangat penting untuk dijadikan sebagai pedoman semua pihak dalam mengelola sanitasi secara komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif guna memperbaiki perencanaan dan pembangunan sanitasi dalam rangka mencapai target-target pencapaian layanan sektor sanitasi Kabupaten Kabupaten Wakatobi. Untuk itu, dipandang perlu menyusun Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Kabupaten Wakatobi Tahun 2016 – 2020.

Ruang lingkup lokasi (cakupan Pemutakhiran SSK) adalah terdapat pada 8 wilayah kecamatan Kabupaten Kabupaten Wakatobi, dimana dalam penentuan wilayah kajian dari penyusunan Pemutakhiran SSK adalah dengan penentuan target area dilakukan secara geografi dan demografi dan kesepakatan Pokja Sanitasi Kabupaten Kabupaten Wakatobi.

Maksud penyusunan Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah tersusunnya dokumen perencanaan strategis sanitasi kabupaten yang dapat dijadikan rujukan perencanaan pembangunan sanitasi Kabupaten Kabupaten Wakatobi dalam jangka menengah (5 tahunan).

Tujuan dari penyusunan dokumen kerangka kerja Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini adalah:

a. Tujuan Umum

Kerangka kerja Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini disusun sebagai rencana pembangunan sektor sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi Kabupaten Kabupaten Wakatobi Tahun 2016 - 2020.

b. Tujuan Khusus

1) Kerangka kerja Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini dapat

memberikan gambaran tentang arah kebijakan pembangunan Sanitasi Kabupaten Kabupaten Wakatobi selama 5 tahun yaitu Tahun 2016 - 2020..

(4)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB I 4

2) Dipergunakan sebagai dasar penyusunan strategi dan langkah-langkah

pelaksanaan kebijakan, serta penyusunan program jangka menengah dan tahunan sektor sanitasi.

3) Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi,

masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Kabupaten Wakatobi.

Hubungan Dokumen Startegi Sanitasi Kabupaten dengan RPJMD

RPJMD sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dipergunakan sebagai sumber dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten. Oleh karena itu, Strategi Sanitasi Kabupaten ini merupakan penjabaran operasional dari RPJMD khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sanitasi yang bersifat lintas sektor, komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif sesuai dengan konsep dasar pemikiran RPJMD. Munculnya isu kerusakan lingkungan, ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan prinsip-prinsip penataan ruang, maupun tumpang tindih penataan ruang menjadikan pengelolaan tata ruang wilayah kabupaten yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dijadikan sebagai Misi Kedua Pembangunan Pemerintahan Kabupaten Kabupaten Wakatobi untuk periode 2016-2021 yang tertuang dalam RPJMD.

Hubungan Dokumen Startegi Sanitasi Kabupaten dengan Renstra SKPD

Renstra SKPD sebagai penjabaran dari RPJMD juga dipergunakan sebagai bahan penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten. Renstra SKPD dipergunakan sebagai dasar dari penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten ini, maka implementasi pembangunan sanitasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan SKPD yang terkait dengan sanitasi.

Hubungan Dokumen Startegi Sanitasi Kabupaten (SSK) dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kabupaten Wakatobi

Dokumen Startegi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Wakatobi dipergunakan sebagai

salah satu bahan dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten, dimana untuk rencana tahun 2016 perkiraan jumlah penduduk dan volume sektor sanitasi diperhitungkan sesuai dengan perkiraan dan prediksi dalam RTRW. Strategi Sanitasi Kabupaten mengarah pada operasionalisasi teknis khususnya sektor yang terkait sanitasi

(5)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB I 5

dari RTRW, agar pada saat pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, terlaksana pula implementasi dari Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK).

Hubungan Dokumen Startegi Sanitasi Kabupaten (SSK) dengan Rencana Aksi Daerah (RAD) Sustainable Development Goals (SDGs)

Salah satu tujuan disusunnya Strategi Sanitasi Kabupaten adalah memberikan bahan dasar penetapan kebijakan daerah dalam pengelolaan sanitasi di masa yang akan datang berdasarkan target prioritas yang disepakati bersama yang tertuang dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) Sustainable Development Goals (SDGs). Pencapaian target 7 Goal, dan berdasarkan salah satu indikatornya, yaitu : Rumah tangga yang memanfaatkan akses sanitasi dasar (pengolahan air limbah, pengelolaan sampah, sistem drainase) pada tahun 2019 meningkat menjadi 81% dari tahun 2015 sebesar 76,17%.

Gambar 1.1.

Skematik Posisi SSK dan Kaitannya Dengan Dokumen Perencanaan Lain

1.2.

Metodologi Penyusunan

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Wakatobi ini disusun oleh Pokja Sanitasi secara partisipatif dan terintegrasi lewat diskusi, lokakarya dan pembekalan baik yang dilalukan oleh Tim Pokja sendiri maupun dengan dukungan fasilitasi dari Tim Konsultan PPSP (PF Provinsi Sulawesi Tenggara dan CF Kabupaten Kabupaten Wakatobi). Metode yang digunakan dalam penyusunan Pemutakhiran SSK ini menggunakan beberapa pendekatan dan

(6)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB I 6

alat bantu yang secara bertahap untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap. Serangkaian kegiatan dan metode dilakukan bersama pokja baik lokakarya dan pelatihan, diskusi dan pembekalan. Metode penyusunan Pemutakhiran SSK ini, terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Melakukan penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi kota saat ini (dari review Buku Putih

Sanitasi dan SSK), untuk belajar dari fakta sanitasi guna menetapkan kondisi sanitasi yang tidak diinginkan. Pada tahap ini Pokja mengkaji kembali Buku Putih Sanitasi Kabupaten dan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten yang sebelumnya untuk memastikan kondisi yang ada saat ini, khususnya kondisi yang tidak diinginkan atau permasalahan-permasalahan yang ada dalam pengelolaan sanitasi Kabupaten Kabupaten Wakatobi. Kondisi semua sub sektor layanan sanitasi yang terdiri; sub sektor air limbah, sub sektor persampahan, sub sektor drainase lingkungan dan sektor air bersih serta aspek pendukung. Metode yang digunakan adalah kajian data sekunder dan kunjungan lapangan untuk melakukan verifikasi informasi.

2. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang dituangkan kedalam visi, misi

sanitasi kabupaten/kota, dan tujuan serta sasaran pembangunan sanitasi kabupaten. Dalam perumusan bagian ini tetap mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan dokumen perencanaan lainnya yang ada di Kabupaten Kabupaten Wakatobi.

3. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan. Analisis

kesenjangan digunakan untuk mendiskripsikan issue strategis dan kendala yang mungkin akan dihadapi dalam mencapai tujuan.

4. Merumuskan pemutakhiran strategi sanitasi kabupaten yang menjadi basis penyusunan

program dan kegiatan pembangunan sanitasi kabupaten jangka menengah (5 tahunan). Dengan alat analisis SWOT mengkaji kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman dan Diagram Sistem Sanitasi.

Adapun proses penyusunan Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Kabupaten Wakatobi tersebut, yaitu:

1. Jenis dan Sumber Data

a. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing

dinas/badan/kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta.

(7)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB I 7

b. Data-data sekunder meliputi Kabupaten Kabupaten Wakatobi Dalam Angka, Kecamatan

Dalam Angka, produk perencanaan lainnya yang terkait yang ada Kabupaten Kabupaten Wakatobi seperti RTRW, RPIJM, RPJMD, PDRB, Profile Kabupaten dan lain-lain.

2. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data yang dilakukan yaitu menggunakan berbagai teknik antara lain :

a. Desk Study (kajian literatur, data sekunder)

b. Field Research (observasi, wawancara responden)

3. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penyusunan Pemutakhiran SSK ini yaitu dengan merumuskan program dan kegiatan pembangunan sanitasi kabupaten jangka menengah Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Wakatobi (5 tahunan). Alat analisis yang digunakan adalah analisis SWOT mengkaji kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Gambar 1.2.

(8)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB I 8

1.3.

Dasar Hukum

Dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten berlandaskan pada beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional atau pusat, provinsi maupun daerah. Program Pengembangan Sanitasi Permukiman di Kabupaten Kabupaten Wakatobi didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi :

UNDANG-UNDANG

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene.

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pengelolaan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya

Air

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah

Daerah.

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah.

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang.

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan

Sampah.

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan

dan Kawasan Pemukiman.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang

Pengaturan Air.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang

Pengendalian Pencemaran Air.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin

(9)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB I 9

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan.

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim

Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang

Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

KEPUTUSAN MENTERI

1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor

35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.

2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001

tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

907/Menkes/SK/IV/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun

2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik.

5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor

1205/Menkes/Per/X/2004 tentang pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. PERDA KABUPATEN WAKATOBI

1. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang

Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Wakatobi (Lembaran Daerah Kabupaten Wakatobi Tahun 2008 Nomor 3);

2. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata

Kerja Dinas dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Wakatobi (Lembaran Daerah Kabupaten Wakatobi Tahun 2008 Nomor 5) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Wakatobi (Lembaran Daerah Kabupaten Wakatobi Tahun 2010 Nomor 21);

3. Peraturan daerah No. 1 Tahun 2010 tentang pengelolaan keuangan daerah

(Lembaran Daerah kabupaten Wakatobitahun 2010 Nomor 1)

4. Peraturan Daerah No. 14 Tahun 2010 tentang Pajak Air tanah

5. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Wakatobi Tahun Anggaran 2016;

6. Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi Nomor 3 Tahun 2012 tentang retribusi

(10)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB I 10

1.4.

Sistematika Penulisan

Pembahasan Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Kabupaten Wakatobi dalam dokumen ini terdiri dari 6 (Enam) Bab. Bab 1, 2 dan 3 dari Dokumen SSK ini merupakan Arah Pembangunan Sanitasi Kabupaten atau sering juga disebut sebagai Kerangka Kerja Sanitasi yang memberikan arahan jangka panjang (20 tahunan), dan jangka menengah (5 tahunan) untuk pembangunan sanitasi kabupaten secara komprehensif, yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengadvokasi para pengambil keputusan di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat. Sedangkan Bab 4, 5 dan 6 memberikan gambaran rinci tentang substansi upaya-upaya strategis yang akan dilakukan.

Adapun muatan dari masing-masing Bab dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Kabupaten Wakatobi, adalah :

Bab 1 Pendahuluan, dengan uraian berupa ; Latar Belakang, Metodologi Penyusunan, Dasar Hukum dan Sistematika Penulisan.

Bab 2 Profil Sanitasi Saat Ini, memberikan penjelasan tentang Gambaran umum wilayah, Kemajuan pelaksanaan SSK, Profil sanitasi saat ini, Area beresiko dan Permasalahan mendesak.

Bab 3 Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi , menjelaskan tentang Visi dan Misi sanitasi, Tahapan pengembangan sanitasi, Tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi serta Skenario pencapaian sasaran dalam pembangunan sanitasi.

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi, memaparkan tentang Program dan kegiatan percepatan pembangunan sanitasi setiap sektor sanitasi, yaitu : sektor Air Limbah Domestik, Persampahan, Drainase dan PHBS terkait sanitasi.

Bab 5 Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi, menjelaskan tentang Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi, Kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber pendanaan pemerintah, Kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber pendanan non pemerintah.

Bab 6 Monitoring Dan Evaluasi Capaian SSK, menjelaskan tentang strategi Monev yang akan dilakukan sebagai Implementasi SSK 5 (lima) tahun kedepan.

(11)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 11

BAB II

PROFIL SANITASI SAAT INI

2.1 GAMBARAN WILAYAH

Kondisi Geografis :

Kabupaten Wakatobi merupakan kabupaten baru yang terbentuk berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2003, yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Buton.

Kabupaten Wakatobi terletak dikepulauan Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian Selatan garis khatulistiwa, memanjang dari Utara ke Selatan

diantara 5.000-6.250 Lintang Selatan (sepanjang ± 160 km) dan membentang dari Barat ke

Timur diantara 123.340-124,640 Bujur Timur (sepanjang ± 120 km).

Secara administratif batas wilayah kawasan kabupaten Wakatobi adalah sebagai berikut :

a. Batas sebelah Utara : Kabupaten Buton dan Muna

b. Batas sebelah Selatan : Laut Flores

c. Batas sebelah Barat : Kabupaten Buton

d. Batas sebelah Timur : Laut Banda

Administrasi

Luas wilayah Kabupaten Wakatobi adalah sekitar 19.200 km², terdiri dari daratan seluas

± 823 km² atau hanya sebesar 3,00 persen dan luas perairan (laut) ± 18.377 km2 atau

sebesar 97,00 persen dari luas Kabupaten Wakatobi. Atas dasar kondisi tersebut, maka potensi sektor perikanan dan kelautan serta sektor pariwisata berbasis wisata laut/bahari menjadi sektor andalan daerah Kabupaten Wakatobi.

Kabupaten Wakatobi terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan, yaitu Kecamatan Wangi-Wangi, Wangi-Wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Tomia, Tomia Timur, Binongko dan Kecamatan Togo Binongko. Wilayah kecamatan terluas adalah kecamatan Wangi-Wangi dengan luas 241 km² atau 29,40 persen yang sekaligus merupakan wilayah ibu kota kabupaten. Sedangkan kecamatan yang wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Kaledupa, yaitu seluas 45,50 km² atau 5,53 persen dari total luas wilayah daratan Kabupaten Wakatobi. Luas Wilayah Kebupaten Wakatobi menurut kecamatan disajikan pada Tabel 1.

(12)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 12

(13)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 13

Tabel 2.1 : Nama dan Luas Wilayah per-Kecamatan serta Jumlah Kelurahan

Nama

Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah

Luas Wilayah Administrasi Terbangun (Ha) (%) thd total administrasi (Ha) (%) thd luas Terbangun (%) thd luas administrasi Kecamatan Wangi-Wangi 20 24.198 29% 2.568,00 29% 11% Kecamatan Wangi-Wangi Selatan 21 20.602 25% 2.219,00 25% 11% Kecamatan Kaledupa 16 4.550 6% 519,00 6% 11% Kecamatan Kaledupa Selapan 10 5.850 7% 630,00 7% 11% Kecamatan Tomia 10 4.710 6% 511,00 6% 11% Kecamatan Tomia Timur 9 6.790 8% 732,00 8% 11% Kecamatan Binongko 9 9.310 11% 984,00 11% 11% Kecamatan Togo Binongko 5 6.290 8% 658,00 7% 10% T O T A L 100 82.300 100% 8.821,00 100% 86% Kependudukan

Penduduk Kabupaten Wakatobi berdasarkan data Statistik tahun 2015 berjumlah 118.199 jiwa.,dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,7 persen per tahun

Berikut ini merupakan jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi yang kemudian dilakukan perhitungan proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi tahun 2015 sampai 2020 per kecamatan di Kabupaten Wakatobi dengan tahun dasar tahun 2014.Jumlah Kepala Keluarga (KK) pada tahun 2015 telah mencapai 23.861 dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) terbanyak terdapat pada kecamatan Wangi-Wangi Selatan sebesar 6.297 KK. Secara keseluruhan jumlah Penduduk dan kepala keluarga (KK) saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun kedepan dapat dilihat pada table dibawah ini :

(14)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 14

Tabel 2.2 :Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga saat ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun

Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk

Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total (Perkotaan dan Perdesaan)

Tahun Tahun Tahun

2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020 Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Kecamatan Wangi-Wangi 14.201 3.55 0 14.257 3.56 4 14.31 2 3.57 8 14.36 8 3.59 2 14.42 4 3.606 9.921 2.480 9.959 2.490 9.998 2.500 10.037 2.509 10.076 2.519 24.122 6.030 24.21 6 6.05 4 24.31 0 6.07 8 24.40 5 6.10 1 24.50 0 6.12 5 Kecamatan Wangi-Wangi Selatan 14.773 3.69 3 14.810 3.70 2 14.84 7 3.71 2 14.88 4 3.72 1 14.92 1 3.730 10.416 2.604 10.442 2.611 10.468 2.617 10.494 2.624 10.521 2.630 25.189 6.297 25.25 2 6.31 3 25.31 5 6.32 9 25.37 8 6.34 5 25.44 2 6.36 0 Kecamatan Kaledupa 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 10.195 2.549 10.202 2.551 10.209 2.552 10.217 2.554 10.224 2.556 10.195 2.549 10.20 2 2.55 1 10.20 9 2.55 2 10.21 7 2.55 4 10.22 4 2.55 6 Kecamatan Kaledupa Selapan 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 6.790 1.697 6.799 1.700 6.807 1.702 6.816 1.704 6.825 1.706 6.790 1.697 6.799 1.70 0 6.807 1.70 2 6.816 1.70 4 6.825 1.70 6 Kecamatan Tomia 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 7.047 1.762 7.054 1.763 7.060 1.765 7.066 1.767 7.073 1.768 7.047 1.762 7.054 1.76 3 7.060 1.76 5 7.066 1.76 7 7.073 1.76 8

Kecamatan Tomia Timur 0

- 0 - 0 - 0 - 0 - 8.598 2.150 8.603 2.151 8.608 2.152 8.614 2.153 8.619 2.155 8.598 2.150 8.603 2.15 1 8.608 2.15 2 8.614 2.15 3 8.619 2.15 5 Kecamatan Binongko 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 8.656 2.164 8.669 2.167 8.682 2.170 8.695 2.174 8.708 2.177 8.656 2.164 8.669 2.16 7 8.682 2.17 0 8.695 2.17 4 8.708 2.17 7 Kecamatan Togo Binongko 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 4.846 1.212 4.855 1.214 4.865 1.216 4.874 1.218 4.883 1.221 4.846 1.212 4.855 1.21 4 4.865 1.21 6 4.874 1.21 8 4.883 1.22 1

Sumber : Wakatobi Dalam Angka 2014 - 2015

(15)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 15

Tabel 2.3 : Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun

Kecamatan Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk

(orang/Ha) 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Kecamatan Wangi-Wangi 0,39% 0,39% 0,39% 0,39% 0,39% 0,39% 1,00 0,25 1,00 0,25 1,00 0,25 Kecamatan Wangi-Wangi Selatan 0,25% 0,25% 0,25% 0,25% 0,25% 0,25% 1,22 0,31 1,23 0,31 1,23 0,31 Kecamatan Kaledupa 0,07% 0,07% 0,07% 0,07% 0,07% 0,07% 2,24 0,56 2,24 0,56 2,24 0,56 Kecamatan Kaledupa Selapan 0,13% 0,13% 0,13% 0,13% 0,13% 0,13% 1,16 0,29 1,16 0,29 1,16 0,29 Kecamatan Tomia 0,09% 0,09% 0,09% 0,09% 0,09% 0,09% 1,50 0,37 1,50 0,37 1,50 0,37 Kecamatan Tomia Timur 0,06% 0,06% 0,06% 0,06% 0,06% 0,06% 1,27 0,32 1,27 0,32 1,27 0,32 Kecamatan Binongko 0,15% 0,15% 0,15% 0,15% 0,15% 0,15% 0,93 0,23 0,93 0,23 0,93 0,23 Kecamatan Togo Binongko 0,19% 0,19% 0,19% 0,19% 0,19% 0,19% 0,77 0,19 0,77 0,19 0,77 0,19 Jumlah 1,33% 1,33% 1,33% 1,33% 1,33% 1,33% 10,08 2,52 10,10 2,52 10,11 2,53

(16)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 16

Sumber data jumlah penduduk miskin Kabupaten Wakatobi diambil dari data Kecamatan se Kabupaten Wakatobi. Sumber data kemiskinan lainnya hanya

menyajikan data penduduk miskin tingkat rekapan Kecamatan dan tingkat kabupaten, sehingga sumber data tersebut tidak dapat digunakan pada penyusunan buku putih sanitasi Kabupaten Wakatobi.

Tabel 2.4 Kemiskinan Kabupaten Wakatobi menurut kecamatan

Nama Kecamatan

Jumlah keluarga miskin (KK)

Kec. Binongko 582

Kec. Togo Binongko 344

Kec. Tomia 472

Kec. Tomia Timur 293

Kec. Kaledupa 1.159

Kec. Kaledupa Selatan 577

Kec. Wangi-Wangi 1.69

Kec. Wangi-Wangi Selatan 2.516

Sumber : TPKD Kab. Wakatobi tahun 2016

Kebijakan Pembangunan

a. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Wakatobi

1 Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten

desa pusat pertumbuhan sebagai pusat pelayanan lingkungan (PPL) adalah kawasan perdesaan dengan desa pusat yang berfungsi sebagai pusat distribusi barang, jasa dan informasi, didukung adanya potensi dominan yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan perkembangan kawasan dan mempunyai akses memadai. PPL setiap kecamatan dikembangkan 1 (satu) pusat pelayanan lingkungan dengan jangkauan pelayanan antar desa. Penghubung jaringan antara PPK dan PPL dan antar PPL dengan PPL adalah jalan lokal primer.

2 Fungsi Pusat Pelayanan

Penentuan fungsi pusat pelayanan bertujuan untuk mengetahui fungsi yang diemban oleh tiap kota. Oleh karena itu pengembangan kota diarahkan sebagai pusat-pusat pelayanan regional sebagai :

(17)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 17

 Pusat administrasi wilayah Kabupaten

 Pusat perdagangan, jasa dan pemasaran

 Pusat perhubungan dan komunikasi

 Pusat produksi industri pengolahan

 Pusat pelayanan sosial.

Selanjutnya kelengkapan dalam penyediaan sarana dan prasarana baik sosial maupun ekonomi pada dasarnya tergantung pada hirarki kota yang bersangkutan. Selain itu, terdapat fungsi kota sebagai pusat administrasi pemerintah yang mempunyai sifat pelayanan hirarki menurut status administrasi (ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan).

Penentuan fungsi kota didasari oleh kelengkapan fasilitas pusat pelayanannya yang akan dikembangkan di tiap kota. Adapun fungsi kota didasari oleh alasan tertentu, yaitu:

 Fungsi pusat pelayanan sosial dan ekonomi bagi wilayah belakang dari

keberadaan kota sebagai pusat pengumpul atau simpul kegiatan

perdagangan.

 Fungsi pusat komunikasi dan hubungan dilihat dari keberadaan transportasi utama (terminal darat) dan akses jaringan transportasi utama.

 Fungsi pusat kegiatan industri dilihat dari perkembangan dan

dominasi kegiatan sektor dimasing-masing wilayah dan kemudahan hubungan ke pusat komunikasi dan perhubungan.

Untuk menetapkan sistem perkotaan di Kabupaten Wakatobi sesuai dengan masing-masing orde/hirarki yang direncanakan dalam kurung waktu 20 tahun yang akan datang, maka perlu arahan fungsi masing- masing kota di

Kabupaten Wakatobi sampai dengan akhir tahun perencanaan.

Disamping fungsi pusat pelayanan pada umumnya,

terdapat pula kota-kota kecamatan yang akan diberi beban khusus menjadi

pusat pemerintahan/Ibukota kabupaten. Lebih jelasnya mengenai

penentuan pusat-pusat kegiatan dan fungsi pelayanannya dapat dilihat pada

Tabel 3.1. Sedangkan kebutuhan sarana dan prasarana

wilayah yang dikembangkan untuk mendukung fungsi dari pusat-pusat kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3.2.

(18)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 18 Tabel 2.5

Rencana Sistem Pusat-Pusat Kegiatan Di Kabupaten Wakatobi Tahun 2012-2032

No. Hirarki Kawasan/Wilayah Fungsi Pelayanan Wilayah Pelayanan 1 Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp)

Kawasan Perkotaan Wangi-Wangi sebagai ibukota kabupaten yang mencakup Kecamatan Wangi-Wangi dan Wangi- Wangi Selatan

 Pusat pemerintahan kabupaten

 Pusat pelayanan sosial  Perdagangan dan jasa  Simpul pelayanan

jaringan transportasi wilayah/perhubungan dan komunikasi

 Kota pendukung pusat kegiatan wilayah

 Pusat pelayanan kegiatan Pariwisata/

Tourism Service Center

Seluruh wilayah kabupaten (regional) 2 Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Kawasan Usuku di

Kecamatan Tomia Timur yang mencakup Kelurahan Tongano Barat, Tongano Timur, Bahari dan Kelurahan Patipelong dan Desa Timur

 Pusat pemerintahan lokal

 Pusat pelayanan sosial  Perdagangan dan jasa  Pusat pelayanan

kegiatan Pariwisata/

Tourism Service Center

 Simpul pelayanan jaringan transportasi wilayah/perhubungan dan komunikasi

 Kota pendukung pusat kegiatan wilayah Sebagian wilayah kecamatan sebelah selatan wilayah kabupaten (regional)

(19)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 19

3 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)  Ambeua sebagai Ibukota Kecamatan Kaledupa  Langge sebagai Ibukota Kecamatan Kaledupa Selatan  Waha sebagai Ibukota

Kecamatan Tomia  Rukuwa sebagai Ibukota Kecamatan Binongko  Popalia sebagai Ibukota Kecamatan Togo Binongko  Pusat pemerintahan lokal

 Pusat pelayanan sosial  Perdagangan dan jasa  Simpul pelayanan

jaringan transportasi wilayah/perhubungan dan komunikasi

 Kota pendukung pusat kegiatan lokal

Wilayah pulau dan kecamatan (sub regional)

(20)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 20 No. Hirarki Kawasan/Wilayah Fungsi Pelayanan Wilayah

Pelayanan 4 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)  Desa Waha di Kecamatan Wangi- Wangi  Desa Liya Mawi di Kecamatan Wangi- Wangi Selatan  Kelurahan Buranga di Kecamatan Kaledupa  Desa Peropa di Kecamatan Kaledupa Selatan  Desa Patua di Kecamatan Tomia  Desa Kahianga di Kecamatan Tomia Timur  Desa Lagongga di Kecamatan Binongko  Desa Waloindi di Kecamatan Togo Binongko  Pusat pemerintahan lokal

 Pusat pelayanan sosial  Perdagangan dan jasa  Simpul pelayanan jaringan transportasi antar desa Wilayah Kecamatan dan antar desa (Lokal)

(21)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 21 Tabel 2.6

Kebutuhan Sarana dan Prasarana Wilayah (PKWp, PKLp, PPK dan PPL) Di Kabupaten Wakatobi

No. Jenis Keterangan Pelayanan Primer (PKWp) Pelayanan Primer (PKLp) Pelayanan Sekunder (PPK) Pelayanan Tersier (PPL) 1 Sarana Wilayah Fasilitas Pendidikan TK, SD/Ibtidaiyah, SLTP/Tsanawiyah, SMU/Aliyah Perguruan Tinggi TK, SD/Ibtidaiyah. SLTP/Tsanawiyah, SMU/Aliyah Perguruan Tinggi TK, SD/Ibtidaiyah. SLTP/Tsanawiyah, SMU/Aliyah TK, SD/Ibtidaiyah. SLTP/Tsanawiyah 2 Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit, Apotek, Rumah Bersalin, Puskesmas Rumah Sakit, Apotek, Rumah Bersalin, Puskesmas Apotek, Rumah Bersalin, Puskesmas Puskesmas Pembantu 3 Fasilitas Ibadah

Mesjid, Langgar Mesjid, Langgar Mesjid, Langgar Mesjid, Langgar

4 Fasilitas Perdagangan Pusat Perbelanjaan dan Niaga, Pusat Perbelanjaan Lingkungan, Pertokoan, Pasar Induk Pusat Perbelanjaan dan Niaga, Pusat Perbelanjaan Lingkungan, Pertokoan, Pasar Pusat Perbelanjaan Lingkungan, Pertokoan, Pasar Pertokoan, Pusat Pelayanan Lingkungan

(22)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 22 No. Jenis Keterangan Pelayanan Primer

(PKWp) Pelayanan Primer (PKLp) Pelayanan Sekunder (PPK) Pelayanan Tersier (PPL) 5 Fasilitas Pendukung Pembangkit Listrik, Pengolahan Air Bersih, Telekomunikasi, Drainase Pembangkit Listrik, Pengolahan Air Bersih, Telekomunikasi, Drainase Jaringan Listrik, Jaringan Air Bersih, Jaringan

Telekomunikasi, Drainase

Jaringan Listrik, Jaringan Air Bersih, Jaringan Telekomunikasi, Drainase 6 Prasarana Wilayah Prasarana Perhubungan Terminal, Pelabuhan Barang dan Penumpang, Bandar Udara Terminal, Pelabuhan Barang dan Penumpang, Bandar Udara Pelabuhan/ Dermaga, Terminal Terminal 7 Prasana Jalan Jalan Kolektor, Jalan Lokal Jalan Kolektor, Jalan Lokal

Jalan Lokal Jalan Lokal

8 Ruang Terbuka Hijau Taman dan Lapangan Olahraga, Jalur Hijau Taman dan Lapangan Olahraga, Jalur Hijau Taman dan Lapangan Olahraga, Jalur Hijau Taman, Jalur Hijau

(23)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 23 3 Rencana Sistem Pengembangan Kawasan Perkotaan dan

Perdesaan

A. Rencana Pengembangan Sistem Permukiman Perkotaan

Sistem permukiman perkotaan pada dasarnya merupakan faktor pembentuk perkembangan wilayah atau sebagai pengembangan ekonomi wilayah. Sistem permukiman perkotaan ini disebut juga dengan sistem kota-kota. Dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah, sistem pengembangan sistem kota-kota ini lebih ditekankan pada fungsi dan peranan yang akan diemban serta sistem hirarki kota-kota.

Sistem kota-kota di Kabupaten Wakatobi yang direncanakan

sebagai berikut :

 Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) Wangi-Wangi

Kota dengan hirarki paling tinggi (hirarki dalam skala Kabupaten Wakatobi) adalah Wangi-Wangi yaitu sebagai Ibukota Kabupaten Wakatobi saat ini.

Kota tersebut diharapkan dapat melayani kota- kota yang memiliki

hirarki pelayanan lebih rendah dibawahnya dalam wilayah Kabupaten Wakatobi. Wangi-Wangi menjadi pusat orientasi pergerakan simpul jasa

dan pusat pelayanan regional Kabupaten Wakatobi. Dalam

pengembangannya hirarki tertinggi harus dilengkapi dengan sarana dan

prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kotanya sebagai

pusat pelayanan jasa dan pemerintahan.

 Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Usuku

Kawasan Usuku yang direncanakan/promosi dengan hirarki Pusat Kegiatan Lokal (hirarki dalam skala Kabupaten Wakatobi) sebagai pusat pelayanan

wilayah Selatan Kabupaten Wakatobi dengan

pertimbangan wilayah dengan karakteristik kepulauan dan

memperpendek rentang/jarak pelayanan. Kawasan Usuku

diharapkan dapat melayani kota-kota yang memiliki hirarki

pelayanan lebih rendah dibawahnya di wilayah Selatan Kabupaten Wakatobi. Kawasan Usuku menjadi pusat orientasi pergerakan simpul jasa dan pusat pelayanan regional Kabupaten Wakatobi wilayah Tengah/Selatan. Dalam pengembangannya hirarki tertinggi harus dilengkapi dengan sarana

dan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kotanya sebagai

pusat pelayanan jasa dan pemerintahan.  Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

Pusat pelayanan kawasan yaitu kota yang juga berfungsi sebagai ibukota kecamatan di wilayah Kabupaten Wakatobi sebagai pusat

(24)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 24

pelayanan skala kawasan. Kota tersebut diharapkan dapat melayani wilayah yang memiliki hirarki pelayanan lebih rendah dibawahnya dalam skala kawasan.

 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Pusat Pelayanan Lingkungan yaitu sebagai desa/kelurahan pusat pertumbuhan wilayah yang berfungsi sebagai pusat pelayanan skala antar desa. desa/kelurahan diharapkan dapat melayani wilayah yang memiliki hirarki pelayanan lebih rendah dibawahnya.

Sistem hirarki perkotaan yang terbentuk seperti di atas

dikarenakan terdapatnya dua aspek utama yaitu, pertama kemampuan pelayanan suatu

kota yang diperlihatkan oleh ukuran besarnya kota (masa kota), kedua kemampuan

kemudahan pelayanan (orientasi) yang diperlihatkan oleh tingkat aksesibilitas terhadap kota-kota yang ada dan karakteristik wilayah kepulauan. Atas dasar hal tersebut diatas, guna menetapkan sistem hirarki kota-kota di Kabupaten Wakatobi hingga tahun 2032 harus dipertimbangkan beberapa hal, yaitu :

a. Berpijak pada kebijakan spasial di tingkat Provinsi dan Kabupaten (RTRWP dan RTRWK).

b. Berpedoman pada kebijaksanaan spasial di tingkat kebijakan daerah dalam pengembangan perkotaan (dalam hal ini mengacu pada RPJM dan RPJP).

c. Berdasarkan atas penilaian ukuran besarnya kota sesuai indeks pertumbuhan penduduk, dan indeks tingkat aksesibilitas.

d. Harus mencerminkan adanya pusat-pusat permukiman yang

berfungsi sebagai pusat pemasaran dan pelayanan sosial yang hirarki.

e. Kota sebagai pusat permukiman tersebut harus mempunyai

kelengkapan fasilitas sosial ekonomi dan berorienatasi pasar dan cenderung memiliki jumlah penduduk banyak. Dalam hal ini ibukota- ibukota kecamatan dapat dikembangkan sebagai pusat permukiman.

B. Rencana Pengembangan Sistem Permukiman Perdesaan

Wilayah perdesaan sebagai daerah hinterland kota, perlu

diintegrasikan dengan sistem kota-kota yang ada agar wilayah perdesaan juga dapat tumbuh dan berkembang selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan kawasan

perkotaan. Berdasarkan sistem hirarki kota-kota yang telah disebutkan di

atas, untuk mengintegrasikan kawasan perdesaan terhadap kawasan

perkotaan, Wilayah Kabupaten Wakatobi perlu dikembangkan menjadi beberapa kawasan pengembangan dalam hal ini dapat dibentuk beberapa desa-desa dari tiap-tiap kecamatan yang

(25)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 25

sekitarnya (desa pusat pertumbuhan/DPP). Desa-desa pusat pertumbuhan tersebut

menjadi orientasi pelayanan dalam skala lingkungan bagi

desa-desa sekitarnya. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa pelayanan skala desa yang dilakukan, terdapat desa-desa yang diproyeksikan menjadi pusat permukiman skala desa/lingkungan, yang memegang peranan dan fungsi strategis di masing-masing kecamatan di Wilayah Kabupaten Wakatobi meliputi :

a. Kecamatan Wangi-wangi, desa pusat pelayanan: Desa Waha

b. Kecamatan Wangi-wangi Selatan, desa pusat pelayanan: Desa Liya Mawi.

c. Kecamatan Kaledupa, desa pusat pelayanan: Kelurahan Buranga. d. Kecamatan

Kaledupa Selatan, desa pusat pelayanan: Desa Peropa. e. Kecamatan Tomia, desa

pusat pelayanan: Desa Patua.

f. Kecamatan Tomia Timur, desa pusat pelayanan: Desa Kahianga. g. Kecamatan Binongko, desa pusat pelayanan: Desa Lagongga. h. Kecamatan Togo Binongko, desa pusat pelayanan: Desa Waloindi.

3.2 Rencana Sistem Jaringan Transportasi

Transportasi merupakan hal pokok bagi aktivitas dan mobilitas masyarakat yang dapat berpengaruh terhadap penyediaan barang dan jasa, kebutuhan konsumsi serta kualitas hidup. Sistem transportasi yang ada di Kabupaten Wakatobi belum menunjukkan adanya pengelolaan yang maksimal, dimana dipengaruhi terbatasnya

sarana dan prasarana transportasi, sehingga perlu adanya perencanaan

pembangunan prasarana dan sarana transportasi yang dapat mendukung kelancaran pola interaksi antar maupun inter wilayah baik transportasi darat, laut maupun udara.

Fungsi utama sistem prasarana transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain. Sistem transportasi berfungsi untuk menjembatani keterkaitan fungsional antar kegiatan

sosio-ekonomi di Kabupaten Wakatobi. Sesuai dengan fungsi tersebut,

maka kebijakan pengembangan sistem transportasi diarahkan

untuk menunjang pengembangan wilayah di Kabupaten Wakatobi. Tujuan pengembangan sistem transportasi adalah :

a. Meningkatkan pertumbuhan wilayah Kabupaten Wakatobi agar dapat berkembang secara serasi bersama-sama dengan wilayah yang ada di sekitarnya, dengan sasarannya adalah:

(26)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 26

Wakatobi;

 meningkatkan interaksi antar dan inter wilayah Kabupaten

Wakatobi; dan

 menunjang perkembangan sektor-sektor kegiatan utama di

Kabupaten Wakatobi.

b. Pengembangan sistem transportasi yang bertujuan untuk mendukung pemerataan pembangunan, yaitu dengan sasaran :

 memperlancar koleksi dan distribusi arus barang dan jasa serta meningkatkan mobilitas penduduk di Kabupaten Wakatobi; dan

 meningkatkan keterhubungan ke wilayah-wilayah potensi yang masih terisolasi. c. Pengembangan sistem transportasi yang bertujuan untuk mendukung kegiatan

pariwisata, yaitu dengan sasaran:

 meningkatkan hubungan kawasan pariwisata dengan dunia luar (asing maupun domestik).

 mempertinggi aksesibilitas dan mobilitas pergerakan penumpang dan barang. Rencana pengembangan infrastruktur moda transportasi darat, laut dan udara adalah :

1. Mengembangkan sistem jalan lingkar setiap pulau, Pulau Wangi- Wangi, P. Kaledupa, P. Tomia dan P. Binongko untuk mengakses wilayah di sekeliling pulau utama;

2. Meningkatkan/membuka jalan jalur antar kecamatan sebagai upaya

membuka aksesibilitas pergerakan manusia dan barang sekaligus dalam upaya

membuka daerah terisolir serta mempercepat

pembangunan wilayah;

3. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi jalan Lokal Primer sebagai penghubung antar

PKWp, PPK dan PPL, seperti Ibukota Kecamatan Kaledupa

dengan Ibukota Kecamatan Kaledupa Selatan (P. Kaledupa) dan antar ibukota kecamatan di setiap pulau;

4. Meningkatkan jalan kolektor primer sebagai penghubung antara Ibukota kabupaten dengan outlet (bandara udara dan pelabuhan ferry);

5. Meningkatkan fungsi bandara udara di Pulau Wangi-Wangi sebagai pintu masuk bagian Barat Kabupaten Wakatobi dan Pulau Tomia sebagai pintu masuk bagian Selatan Kepulauan Wakatobi;

(27)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 27

Sumber : RTRW Kabupaten Wakatobi

(28)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 28 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi, merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara yang dijabarkan dalam bentuk pola pemanfaatan ruang yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan struktur tata ruang wilayah Kabupaten Wakatobi. Pola ruang meliputi; rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya

Secara umum materi yang terkandung dalam rencana pola ruang

wilayah adalah sebagai berikut; (i) arahan

pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya, (ii) pengembangan kawasan permukiman, kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan,

perindustrian, pariwisata dan kawasan lainnya, dan (iii) rencana

pengembangan permukiman perdesaan dan perkotaan.

Pada dasarnya ketentuan teknis dalam pola ruang wilayah secara makro didasarkan pada kondisi fisik dasar wilayah perencanaan. Dengan kondisi karakteristik fisik wilayah, maka dapat diketahui deliniasi antara kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Rencana Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup

sumberdaya alam serta sumberdaya buatan guna pembangunan

berkelanjutan, yang juga dapat diartikan bahwa kawasan lindung

apabila dijamah akan berakibat terhadap daerah bawahannya atau daerah sekitarnya.

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, maka perlu dilakukan penetapan kawasan lindung.

Pada dasarnya, penetapan kawasan lindung merupakan

perwujudan dan pengembangan struktur tata ruang yang berdasarkan pada prinsip pembangunan berkelanjutan. Kawasan-Kawasan Lindung seperti yang dimaksud di atas disesuaikan dengan Keppres No. 32 Tahun

1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung meliputi :

A. Kawasan hutan lindung

B. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, terdiri dari :

1. Kawasan bergambut; dan

2. Kawasan konservasi dan resapan air.

(29)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 29

1. Sempadan pantai; 2. Sempadan sungai;

3. Kawasan sekitar danau/waduk; dan 4. Kawasan sekitar mata air.

D. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, terdiri dari :

1. Kawasan suaka alam;

2. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya; 3. Kawasan pantai berhutan bakau;

4. Taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam; dan 5. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

E. Kawasan rawan bencana alam, terdiri dari : 1. Kawasan rawan letusan gunung api;

2. Kawasan rawan gempa bumi; 3. Kawasan rawan tanah longsor;

4. Kawasan rawan gelombang pasang; dan 5. Kawasan rawan banjir.

F. Kawasan lindung geologi, terdiri dari; 1. Kawasan cagar alam geologi;

2. Kawasan rawan bencana geologi;

3. Kawasan keunikan bentang alam (karst); dan

4. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah;

G. Kawasan lindung lainnya, terdiri dari : 1. Cagar biosfer;

2. Ramsar; 3. Taman buru;

4. Kawasan perlindungan plasma nutfah; 5. Kawasan pengungsian satwa;

6. Terumbu karang; dan

7. Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.

Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan Undang-Undang tentang Penataan Ruang menjelaskan bahwa penentuan kawasan lindung didasarkan atas beberapa kriteria fisik tanah meliputi ketinggian, kelerengan, daerah resapan air, dan sifat khusus lainnya sehingga dapat digolongkan ke dalam kawasan yang harus dilindungi.

Pada prinsipnya pengendalian atau pengelolaan kawasan lindung, adalah di dalam kawasan lindung dilarang melakukan kegiatan budidaya, kecuali yang tidak

(30)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 30

mengganggu fungsi lindung. Pada kawasan suaka alam dan cagar budaya dilarang melakukan kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem yang ada. Flora dan fauna yang ada di dalam kawasan lindung, perlu dilindungi dan dipertahankan kelestariannya.

Perlu adanya rehabilitasi hutan atau reboisasi pada unit lahan pada hutan lindung yang saat ini tidak berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan cagar alam, hutan lindung atau dalam kawasan hutan yang pada

kondisi sekarang sudah berubah fungsi, maka langkah selanjutnya

pemerintah daerah dan instansi terkait harus segera

memproses untuk mengembalikan fungsi kawasan dengan pertimbangan karakteristik wilayah kepulauan.

Kawasan Hutan Lindung

Sebaran lokasi kawasan hutan lindung di Kabupaten Wakatobi, dapat dibagi kedalam 2 (dua) kawasan, yaitu: (i) kawasan lindung darat dan (ii) kawasan lindung laut. Kawasan lindung darat yaitu semua kawasan lindung yang ditetapkan sebagai hutan lindung di daratan, sedangkan kawasan lindung laut, yaitu kawasan perairan laut yang ditetapkan sebagai kawasan lindung yang termasuk didalamnya adalah pulau-pulau tak berpenghuni.

Penetapan kawasan hutan lindung di Kabupaten Wakatobi

mengacu pada Keputusan Menteri Kehutanan Nomor S. 465/Menhut- II/2011,

tanggal 9 Agustus 2011 tentang

Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Bukan Hutan seluas

+ 110.105 Ha dan Perubahan Antar Fungsi Kawasan Hutan seluas + 115.111 Ha di Propinsi Sulawesi Tenggara. Mengacu pada SK Menteri Kehutanan tersebut maka luas kawasan hutan darat di Kabupaten Wakatobi adalah 10.021,76 Ha, dengan pola sebaran hampir di semua pulau. Secara rinci luas dan sebaran kawasan hutan lindung di Kabupaten Wakatobi, meliputi Pulau Wangi-Wangi seluas + 4.587,75 Ha, Pulau Kaledupa + 570,03 Ha, Pulau Tomia seluas + 913,86 Ha, Pulau Binongko seluas + 1.043,95 Ha, sehingga luas kawasan hutan lindung wilayah darat pulau utama adalah + 7.115,60 Ha. Untuk pulau-pulau berpenghuni lainnya, luas kawasan hutan lindung mencakup + 1.250,97 Ha, dengan meliputi Pulau Kapota seluas + 812,27 Ha, Pulau Lentea seluas + 166,35 Ha dan Pulau Darawa seluas + 272,35 Ha, sehingga luas kawasan lindung wilayah darat pulau-pulau berpenghuni adalah 8.366,57 Ha. Sedangkan luasan kawasan hutan lindung pada pulau-pulau tak berpenghuni adalah seluas

(31)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 31

+ 1.655,19 Ha, dengan sebaran meliputi Pulau Oroho seluas + 1.134,82 Ha, Pulau Simpora seluas + 97,22 Ha, dan Pulau Lentea Tomia seluas +

423,15 Ha. Berdasarkan luasan kawasan hutan lindung tersebut maka proporsi kawasan hutan lindung yang ada adalah 12,18% dari total luas wilayah darat Kabupaten Wakatobi yaitu seluas 82.300 Ha.

Dengan melihat letak geografis Kabupaten Wakatobi yang

merupakan daerah kepulauan, dengan kondisi iklim yang tergolong panas maka

kawasan hutan lindung yang ada perlu dipertahankan

keberadaannya. Hal ini sangat penting untuk menjaga kestabilan iklim mikro dan mempertahankan kawasan tangkapan air guna ketersediaan cadangan air tanah sebagai sumber utama air minum di wilayah Kabupaten Wakatobi.

Untuk rencana kawasan hutan lindung di Kabupaten Wakatobi pada dasarnya tetap mengacu pada SK Menteri Kehutanan Nomor S.465/Menhut-II/2001, dengan total luasan areal kawasan hutan lindung adalah + 10.021,76 Ha. Adapun rencana kawasan hutan lindung di Kabupaten Wakatobi akan menyebar pada titik kawasan di masing- masing pulau, yaitu sebagai berikut :

a. Kawasan hutan lindung pulau Wangi-Wangi dan sekitarnya,

mencakup bagian Utara, Selatan, Timur dan Tengah Pulau Wangi- Wangi, bagian Tengah Pulau Oroho dan bagian Barat dan Tengah Pulau Kapota di Kecamatan Wangi-Wangi dan Wangi-Wangi Selatan;

b. Kawasan hutan lindung pulau Kaledupa mencakup bagian Timur dan Selatan pulau Kaledupa, bagian Utara Pulau Lentea, bagian Timur dan Selatan Pulau Darawa di Kecamatan Kaledupa dan Kaledupa Selatan;

c. Kawasan hutan lindung pulau Tomia mencakup bagian Barat, Timur, Selatan pulau Tomia dan daratan Pulau Lentea Tomia di Kecamatan Tomia dan Tomia Timur; dan

d. kawasan hutan lindung pulau Binongko mencakup bagian Timur dan Selatan Pulau Binongko di Kecamatan Binongko dan Togo Binongko. Lebih jelasnya mengenai rencana kawasan hutan lindung di Kabupaten Wakatobi menurut wilayah kepulauan disajikan pada Tabel 4.1.

(32)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 32 Tabel 2.7

Rencana Kawasan Lindung Menurut Wilayah Kepulauan Di Kabupaten Wakatobi Tahun 2012 - 2032 No. Pulau Luas Hutan Lindung (Ha) %

1 Binongko 1.043,95 10,42

2 Tomia 1.337,01 13,34

3 Kaledupa 1.008,73 10,06

4 Wangi-Wangi 6.632,06 66,18

Jumlah 10.021,76 100,00

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2012

Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya Kawasan Resapan Air

Untuk menentukan suatu wilayah ke dalam jenis kawasan dapat dilihat dari

jenis batuannya. Untuk wilayah Kabupaten Wakatobi yang memiliki topografi

bukit dengan susunan struktur geologi batuan gamping

dominan, potensi daerah resapan air untuk cadangan air sangat tinggi terutama pada goa-goa yang tersebar di setiap kecamatan. Upaya pelestarian terhadap kawasan ini mutlak sangat diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan ekosistem di wilayah ini dan sebagai kawasan penyimpan cadangan air.

Sebagai wilayah yang beriklim panas dan struktur tanah berkapur maka wilayah Kabupaten Wakatobi tergolong daerah yang rawan krisis air minum. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah antisipasi dengan menyediakan lahan cadangan yang

berfungsi sebagai daerah tangkapan air (cathmant area), yang mana

kawasan-kawasan yang selama ini telah berfungsi sebagai kawasan-kawasan resapan air tetap dipertahankan keberadaan dan fungsinya. Keberadaan kawasan resapan air tersebut sangat penting untuk menyimpan dan menyerap air ke dalam tanah ketika terjadi hujan mengingat wilayah Kabupaten Wakatobi tergolong memiliki curah hujan yang tinggi sehingga dapat menjaga ketersediaan air tanah, Keberadaan kawasan resapan air

ini juga sekaligus dapat menjadi kawasan penyangga karena

secara ekologis berperan penting menjaga keseimbangan

iklim kawasan serta melindungi kawasan bawahannya dari aliran air permukaan. Rencana pengembangan kawasan resapan air di wilayah Kabupaten Wakatobi akan diarahkan pada kawasan-kawasan hutan yang selama ini

masih tetap terjaga, terutama pada kawasan yang berada di daerah

ketinggian, yang meliputi :

a. kawasan hutan di sekitar Waginopo, Tindoi, Tindoi Timur, Pookambua, Posalu, hutan Ehata, hutan Wabue-bue, Kaendea Teo, hutan Longa di Kecamatan Wangi-Wangi

(33)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 33

dengan luas kurang lebih 714,68 Ha.

b. kawasan hutan di sekitar Matahora dan hutan Sara Liya di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan dengan luas kurang lebih 245,58 Ha.

c. kawasan hutan di sekitar Sandi Kecamatan Kaledupa Selatan dengan luas kurang lebih 72,71 Ha.

Kawasan Perlindungan Setempat A. Kawasan Sempadan Sungai

Sebagian wilayah kabupaten Wakatobi memiliki sungai yaitu di kecamatan Wangi-Wangi, Wangi-Wangi Selatan, Kaledupa dan Kaledupa Selatan. Alur sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten Wakatobi khususnya yang berada di wilayah Kecamatan Wangi-Wangi, Wangi- Wangi Selatan, Kaledupa dan Kaledupa Selatan bentangannya tidak terlalu lebar.

Sungai-sungai tersebut saat ini sebagian telah mengalami

kekeringan dan hanya mengalirkan air pada waktu musim penghujan, utamanya yang terdapat di kecamatan Wangi-Wangi dan Wangi-Wangi Selatan. Hal ini disebabkan oleh kegiatan penggundulan hutan pada daerah hulu. Namun demikian mengingat pentingnya fungsi sungai dalam pengaliran air ketika terjadi hujan maka aktivitas masyarakat di sekitar daerah aliran sungai tersebut tetap harus dikendalikan dan dibatasi dengan penetapan kawasan sempadan sungai. Langkah ini dilakukan guna mempertahankan kondisi sungai agar tetap berfungsi dengan baik dan tidak terganggu oleh aktivitas pembangunan yang dilakukan

oleh manusia, misalnya membuang sampah di badan sungai dan memanfaatkan

sempadan sungai untuk mendirikan bangunan

sehingga menyebabkan gangguan fungsi sungai, misalnya sedimentasi dan

penumpukan sampah di badan sungai. Dampaknya adalah terjadinya

genangan dan banjir pada saat turun hujan.

Sesuai dengan karakteristik sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten Wakatobi maka penetapan kawasan sempadan sungai juga disesuaikan aktivitas guna lahan di sepanjangn alur sungai. Pada kawasan di luar permukiman kawasan sempadan sungai ditetapkan

sekurang-kurangnya antara 50 - 100 meter di kiri dan kanan sungai. Adapun daerah permukiman seperti di kawasan perkotaan Wangi-Wangi yang mencakup kecamatan Wangi-Wangi dan Wangi-Wangi Selatan maupun di kecamatan

Kaledupa dan Kaledupa Selatan garis sempadan

sungai ditetapkan minimal 10 - 15 meter sebagai daerah bebas dari kegiatan manusia atau aktivitas permukiman penduduk.

B. Kawasan Sempadan Mata Air

(34)

PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN WAKATOBI | BAB II 34

mata air goa. Mata air tersebut selama ini menjadi sumber air utama bagi sebagian besar masyarakat pada keempat pulau di kabupaten Wakatobi. Karena itu sebagai sumber air utama yang dipergunakan penduduk untuk keperluan air bersih khususnya air minum, maka keberadaannya perlu dijaga agar tidak terganggu oleh berbagai aktivitas yang dapat menyebabkan penurunan fungsi dan kualitas airnya sebagai sumber air baku bagi penduduk.

Upaya yang dilakukan untuk menjaga dan mempertahankan fungsi kawasan mata

air tersebut adalah dengan menetapkan kawasan

sempadan mata air pada setiap mata air yang selama ini dipergunakan sebagai sumber air baku, baik yang dikelola oleh PDAM maupun mata air yang hanya dipergunakan oleh masyarakat lokal sebagai sumber air.

Secara umum penetapan kawasan sempadan mata air di

Kabupaten Wakatobi mengacu pada peraturan normatif yaitu Keppres 32

Tahun 1990. Adapun rencana kawasan sempadan mata air pada sumber- sumber mata air utama yang terdapat di Kabupaten Wakatobi ditetapkan radius minimal 200 meter dari mata air Wa Gehe-Gehe dan mata air Longa di Kecamatan Wangi-Wangi, mata air Te’e Bete, Te’e Liya, Hu’u, Kampa, Balande dan Te’e Fo’ou di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, mata air Batambawi dan mata air Lenteaoge di Kecamatan Kaledupa Selatan, mata air He’ulu dan mata air Te’e Luo di Kecamatan Tomia Timur, dan mata air Lia Meangi di Kecamatan Togo Binongko.

C. Kawasan Sempadan Pantai

Kabupaten Wakatobi sebagai wilayah perairan dan kepulauan dimana sebagian besar aktivitas permukiman tumbuh dan berkembang di wilayah pesisir pantai.

Perkembangan aktivitas permukiman di wilayah pesisir tersebut membawa

konsekuensi terganggunya fungsi pantai sebagai

ruang publik. Hal ini karena akses masyarakat menuju ke kawasan pantai menjadi terbatas karena terhalang aktivitas bangunan permukiman penduduk.

Untuk meningkatkan fungsi pantai sebagai ruang publik serta menjada fungsi ekologis dan nilai estetis pantai maka diperlukan upaya mempertahankan fungsi kawasan pantai, dengan pembatasan berbagai aktivitas pembangunan fisik di

sekitar pantai melalui menetapkan kawasan sempadan pantai.

Kawasan sempadan pantai merupakan kawasan di sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian

fungsi pantai. Lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi

fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan sempadan pantai di Kabupaten Wakatobi terdapat di semua kecamatan pada setiap pulau yang lebarnya proporsional atau disesuaikan dengan peraturan dan ketentuan yang ditetapkan di daerah setempat.

Adapun rencana kawasan sempadan pantai yang ditetapkan di Kabupaten Wakatobi, meliputi :

Gambar

Tabel 2.3 : Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Gambar 2.2 : Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Wakatobi
Tabel 2.9 : Kemajuan SSK Sektor Persampahan
Tabel 2.10: Kemajuan SSK Sektor Drainase
+7

Referensi

Dokumen terkait

The risk of the new tools is having many disparate sources of data — and perhaps multiple instances of Hadoop or other systems offering analytics operating inefficiently — which in

GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

attention to these indicators in the context of sustainable transportation evaluation.. the other hand, passenger convenience, level of emission, proportion of

PENGKAJIAN ESAI KRITIK SASTRA DALAM MAJALAH HORISON (2010-2014) DAN PEMANFAATANNYA UNTUK PEMBELAJARAN KRITIK SASTRA DI PERGURUAN TINGGI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN FACIAL FOAM PADA PRIA BERDASARKAN JENIS KULIT BERBASIS WEB..

HM, Jogiyanto, 1999, Analisis dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, ANDI Yogyakarta, Yogyakarta.. Kennedy,

Berbagai media penyuluhan dapat digunakan untuk megemas informasi dan teknologi yang akan disampaikan kepada petani sebagai pengguna teknologi seperti : media

Selanjutnya, dengan data yang sama tetapi distribusi frekuensi yang berbeda apa yang dapat Anda simpulkan mengenai rata-rata, kelas median, dan kelas modus dari kedua