HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Kayu Mahoni
Tabel 2, nilai rata-rata intensitas serangan (IS) 12,69%, intensitas serangan di kisaran 7-27% termasuk ke dalam kelas II dan selang intensitas serangannya termasuk tahan dan nilai rata-rata luas permukaan yang ditutupi teritip 91,16 cm².
Kayu mahoni yang terserang teritip dapat dilihat pada Gambar 9 dan kayu yang terserang T. Navalis dapat dilihat pada gambar 10.
A C
B
B C A
Gambar 9.Mahoni 1 (A), mahoni 2 (B), mahoni 3 (C)
Gambar 10.Mahoni 1(A), mahoni 2(B), mahoni 3(C)
Kayu yang mengalami kerusakan tinggi adalah kayu mahoni dikarenakan kayu tersebut biasa digunkan untuk, alat musik, lemari dan perbotan rumah tangga lainnya sehingga kayu ini tidak cocok untuk kostruksi bangunan di daerah perairan mangrove dikarenakan setelah dihitung dengan parameter SNI101-7207-2006 dihasilkan bahwa kayu mahoni termasuk ke dalam kelas II rata-rata intensitas serangan 7-27% rata-rata IS 12,69% dan rata-rata luas permukaan yang ditutupi teritip 91,16 cm².
C B
A
A B C
Analisis Kimia Kayu
Pengujian sifat kimia pada ketiga kayu disini meliputi, pengujian lignin, selulosa, hemiselulosa, kandungan ekstraktif dan abu. Hasil pengujian sifat kimia kayu yang meliputi pengujian lignin, selulosa, hemiselulosa, kandungan ekstraktif dan abu pada ketiga jenis kayu yang direndam di kawasan mangrove memiliki perubahan pada sifat kimia kayunya.
1. Lignin
Gambar 11. menunjukkan bahwa ketiga jenis kayu tersebut mengalami penurunan kadar lignin yang relatif kecil dan tidak jauh berbeda pada setiap jenis kayu.
Gambar 11. Grafik Rata-Rata Nilai Kandungan Lignin pada 3 Jenis Kayu.
Untuk kandungan lignin yang terbesar terdapat pada kayu meranti sebesar 38,18% pada kayu kontrol dan penurunan kadar lignin terbesar juga terjadi pada kayu meranti yaitu sebesar 3,92%, kayu damar mengalami penurunan sebesar 0,48%, sementara penurunan kadar lignin terkecil terjadi pada kayu mahoni yaitu
32.07 33.62
sebesar 0,35%, namun kayu meranti juga masih memili kadar lignin yang terbesar setelah direndam yaitu sebesar 34,26%. Perbedaan ini disebabkan setiap jenis kayu memiliki kadar lignin awal yang berbeda yang terdapat pada kayu kontrol dan memang secara karakteristik kayunya juga berbeda pula antara kayu daun jarum dan kayu daun lebar. Kayu daun jarum biasanya memiliki rata-rata persentase kadar lignin sebesar 25-35%, dan kayu daun lebar memiliki rata-rata persentase kadar lignin sebesar 20-30%. Penurunan kadar lignin disini terjadi karena adanya beberapa faktor, diantaranya disebabkan karena adanya mikroor ganisme yang menyerang kayu yang mengandung lignin sehingga menyebabkan degradasi lignin pada ketiga jenis kayu yang diuji pada penelitian ini. Faktor lain yang juga menyebabkan penurunan kadar lignin pada penelitian ini adalah kandungan lignin didalam kayu yang diuji pada penelitian ini ikut terlarut oleh air di kawasan perairan mangrove.
Kayu damar yang masuk kedalam kelompok softwood memiliki persentase kandungan lignin rata-ratanya sekitar 25-35% dan bisa dikatakan sesuai dengan persentase rata-rata, sementara kayu mahoni dan kayu meranti merupakan kayu daun lebar yang seharusnya persentase rata-rata kadar ligninnya sekitar 20-30%, tetapi pada Gambar 11. persentase kayu kontrol untuk mahoni adalah sebesar 32,07% dan 38,18% pada kayu meranti. Hal ini disebabkan lignin sangat stabil dan sulit dipisahkan dan mempunyai bentuk yang bermacam-macam, disamping susunan lignin yang pasti didalam kayu tetap tidak menentu. Penurunan kadar lignin pada ketiga jenis kayu diatas bisa dikatakan relatif kecil karena lignin juga berpengaruh dalam mempertinggi sifat racun kayu yang membuat kayu tahan terhadap serangan cendawan dan serangga (Haygreen.J.G, 1987).
2. Selulosa
Gambar 12. menunjukkan bahwa terjadi perbedaan antara 3 jenis kayu, ada yang mengalami peningkatan kadar selulosa, ada pula yang mengalami penurunan kadar selulosa. Bisa dilihat pada Gambar 12. kandungan selulosa terbesar terdapat pada kayu damar yaitu sebesar 42,69% dan mengalami peningkatan kandungan selulosa hingga mencapai 43,28% setelah direndam di kawasan mangrove yang menjadikan kayu ini memiliki kandungan selulosa yang paling tinggi daripada kedua jenis yang lainnya.
Gambar 12. Grafik Rata-Rata Nilai Kandungan Selulosa pada 3 Jenis Kayu.
Pada kayu mahoni terjadi penurunan kadar selulosa yaitu sebesar 1,40%, sementara pada kayu damar dan kayu meranti mengalami peningkatan, yaitu sebesar 0,59% pada kayu damar, dan 2,48% pada kayu meranti.Bahan dasar selulosa ialah glukosa, dengan rumus C6H12O6. Molekul glukosa disambung menjadi molekul-molekul besar, panjang dan berbetuk rantai dalam susunan menjadi selulosa. Pengaruh dari organisme dan kondisi lingkungan yang ada di kawasan mangrove menyebabkan terjadinya perbedaan hasil persentase antara
39.61 42.69
kayu mahoni, damar, meranti. Organisme yang menyerang ketiga jenis kayu (T.
navalis) adalah penyebab meningkatnya kandungan selulosa pada kayu damar dan meranti dikarenakan organisme ini memproduksi enzim selulase untuk melunakkan kayu ketika proses pencernaan. Faktor ini yang menyebabkan terjadinya peningkatan kadar selulosa terhadap kayu damar dan meranti, karena setelah dilakukannya perendaman, kerusakan yang dialami oleh kayu damar dan meranti jauh lebih sedikit daripada kayu mahoni dan ketika kedua jenis kayu ini diangkat dari perairan mangrove masih banyak organisme (T. navilis) yang mengkonsumsi selulosa tersebut masih menempel di bagian dalam kayu sehingga memungkinkan untuk terjadi penambahan kadar selulosa pada kedua jenis kayu ini. Dalam berbagai bentuk pulp, selulosa mewakili bahan baku untuk produksi berbagai tipe kertas dan karton, dan juga menghasilkan produk-produk selulosa yang dimodifikasi (Sjostrom, 1995).
3. Hemiselulosa
Gambar 13. menunjukkan nilai kadar hemiselulosa pada ketiga jenis kayu yang telah direndam di kawasan mangrove maupun kayu yang dijadikan sebagai kontrol. Untuk mendapatkan kadar hemiselulosa, perlu dilakukan pengurangan antara holoselulosa dengan selulosa.Terjadi perbedaan nilai kadar hemiselulosa pada ketiga jenis kayu, ada yang mengalami peningkatan, ada pula yang mengalami penurunan.
Gambar 13. Grafik Rata-Rata Nilai Kandungan Hemiselulosa pada 3 Jenis Kayu.
Terjadinya peningkatan kadar hemiselulosa hanya terjadi pada kayu mahoni yang sekaligus menjadikan kayu ini memiliki kandungan hemiselulosa yang paling besar diantara kedua jenis kayu lainnya yaitu sebesar 30,96% sebagai kayu kontrol dan mengalami peningkatan menjadi 31,09% setelah direndam, sementara terjadi penurunan pada kedua jenis kayu lainnya yaitu damar dan meranti. Pada kayu mahoni terjadi peningkatan kadar hemiselulosa sebesar 0,13%, pada kayu damar terjadi penurunan kadar hemiselulosa sebesar 1,42%, dan pada kayu meranti terjadi penurunan yang cukup signifikan sebesar 4,36%.
Kadar hemiselulosa berbeda pada jenis kayu daun jarum dan kayu daun lebar (Achmadi, 1990). Pada dasarnya kandungan hemiselulosa di dalam kayu berkisar antara 20-35% dan terdapat pada dinding sel kayu.
Hemiselulosa adalah polisakarida yang bukan selulosa, tesusun dari senyawa karbon yang terdiri dari 5 – 6 asam. Seperti halnya selulosa kebanyakan hemiselulosa berfungsi sebagai bahan pendukung dalam dinding sel (Sjostrom,
30.96
1995)
.
Hemiselulosa larut dalam alkali dan relative lebih mudah didegradasi oleh hidrolisa asam membentuk gula-gula sederhana. Hemiselulosa berfungsi sebagai pelapis antar serat sehingga degradasi hemiselulosa menyebabkan rendahnya kekuatan antar serat, kandungan hemiselulosa dalam pulp akan mempermudah pelunakan dan pembentukan fibril serat (fibrilasi) selama penggilingan dan gelatinnya memudahkan terbentuknya sifat hidrofilik pulp sehingga memudahkan terjadinya ikatan antar serat (Fengel dan Wegener, 1995). Hal ini disebabkan oleh struktur non kristal, berat molekul yang rendah dan rantai yang bercabang.Struktur non bercabang juga akan menyebabkan hemiselulosa lebih reaktif terhadap alkali dan hidrolisis asam dibandingkan dengan selulosa. Hal tersebut diatas yang menyebabkan terjadinya perbedaan dan perubahan nilai kadar hemiselulosa pada ketiga jenis kayu yang diuji pada penelitian ini, 1 jenis mengalami peningkatan, dan 2 lainnya mengalami penurunan. Faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan kadar hemiselulosa pada kayu mahoni karena terjadi depolimerisasi selulosa yang diurai oleh organisme (T. navilis) dengan menggunakan enzim selulase yang mereka produksi untuk mencerna selulosa yang mereka konsumsi.