• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.9 Keabsahan Data

Dalam setiap penelitian memerlukan standar untuk melihat derajat kepercayaan atas kebenaran dari ahsil penelitian. Dalam penelitian kualitatif standar tersebut dengan keabsahan data :

1. Derajat Kepercayaan ( credibility ) a. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk report, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk report, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian. Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke lapangan, data sudah

benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan dapat diakhiri. b. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direka secara pasti dan sistematis. Dalam peningkatan ketekuna peneliti dapat melakukan penegcekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dokumen dan waktu.

2. Pengujian Transferability

Seperti telah dikemukakan bahwa, transferability ini merupakan validasi eksternal dalam penelitian kualitatif. Validates eksternal menunjukkan derajat ketetapan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga manakala hasil penelitian dapat digunakan dalam situasi lain. Peneliti sendiri tidak menjamin “ validitas eksternal ” ini. Oleh karena itu, supaya orang

lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil tersebut, maka peneliti dalam membuat laporan harus memberikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis dan dapat dipercaya.

3. Pengujian Dependability

Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bias memberikan data. Peneliti seperti ini perlu di uji dependabilitynya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka peneliti tersebut tidak reliable atau dependable. Untuk itu pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.

4. Pengujian Konfirmability

Uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujian dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji

konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada atau dengan cara memanipulasi data.

41

BAB IV

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

4.1 Sejarah pondok Pecel Ponorogo Bu Tari

Usaha yang dimiliki oleh Muhammad Agung Adi P ini mulai berdiri pada tahun 2003 dengan warung tenda. Awalnya usaha ini bukan Agung yang mengolah melainkan ibunya yaitu Bu Tari. Berawal dari usaha kecil – kecilan didepan Rumah Sakit Internasional ( HCOS ) yang hanya berjualan 1.5 kg – 2 kg perhari dan buka hanya pada hari minggu saja.

Dari pelanggan responnya sangat bagus sehingga Agung berniat untuk membantu mengembangkan usaha warung pecel ini. Agung membantu dalam pengembangannya seperti membuat tenda dan membelikan peralatan meja, kursi, dll. Agar tampilan warungnya tampak bersih dan nyaman.

Dan pada akhirnya omzet yang dulu hanya 1.5-2 kg perhari, sekarang bisa mencapai 10kg perhari. Melihat perkembangan yang sangat baik, maka Agung memiliki ide untuk membuka cabang ditahun 2009. Cabang pertama terletak didaerah Rungkut dan berikutnya terletak dibeberapa tempat disurabaya. Hingga omzet per hari minggunya bisa mencapai 30kg. Cabang usaha pecel ini hingga bulan juli 2010 sudah mencapai 7 cabang yang tersebar dikota Surabaya, Gresik, Malang, Sidoarjo, Medan.

Agung tidak pernah berencana hingga bisa berkembang seperti saat ini. Dia hanya berfikir bagaimana memenuhi kebutuhannya sehari – hari, karena pada saat itu orang tua Agung terkena PHK dan tidak ada pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. Sehingga terpaksa Agung harus berjualan pecel agar bisa bertahan dan bisa menghidupi keluarganya. Jadi tidak ada visi misi untuk jangka panjang, hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.

Ketika sudah berjalan dan menemukan peluang yang bagus. Agung mulai mengikuti beberapa training dan seminar tentang wirausaha sehingga membuka wacana – wacana dan mencoba untuk menerapkannya. Dari situlah Agung mempunyai visi dan misi. Visi dan misinya baru dicanangkan pada tahun 2007.

Agung memiliki visi dalam jangka 5 tahun kedepan usahanya sudah mencapai 100 gerai. Dan misinya dapat memperbaiki SDM dan profesionalisme pekerjaan. Dan Agung menyadari bahwa hal ini masih sangat jauh dari apa yang dia lakukan sekarang, menurut Agung perlu banyak evaluasi dalam usahanya.

Pada saat masih aktif kuliah di UNAIR pada tahun 2004 Agung mulai merasakan punya cita – cita bagaimana teman – temannya bisa bekerja dan bisa membuka lapangan pekerjaan untuk teman – temannya. Ketika itu juga Agung berfikir pada saat dia lulus kuliah nanti mencari pekerjaan akan semakin sulit sehingga dia memutuskan untuk membuka lapangan pekerjaan saja agar dapat menampung teman – temannya.

Ternyata hal itu bukan hanya mimpi karena hingga saat ini karyawannya sudah mencapai hingga 50 orang baik itu lulusan SMP, SMA, hingga S1 juga ada. Pada tahun 2006 Agung memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya lagi ingin lebih focus pada usahanya tersebut. Seiring berjalannya waktu Agung ingin melebarkan sayap ke berbagai kota. Dan secara kebetulan ada tawaran dari pelanggan untuk membuka cabang atau rumah makan dikota asal pelanggannya tersebut. Hal itu tidak di sia – siakan oleh Agung karena menurut dia itulah awal dari terbukanya jalan untuk mencapai visi dan misinya. Dalam perjalannya Agung mulai mengembangkan usaha lain yaitu Nasi Bakar Sari Reso pada tahun 2010. Motivasi mendirikan usaha lain ini dari keinginan Agung untuk menambah pemasukan dan refresing.

Agung mengawali usaha ini secara otodidak dan tekat untuk mensejahterakan keluarganya.

44

5.1. Proses Pencatatan Keuangan Pada Pondok Pecel Ponorogo Bu Tari

5.1.1. Pentingnya Pencatatan bagi Pecel Ponorogo Bu Tari

Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil ( Megginson et al, 2000 dalam Pinasti 2007 ). Informasi akuntansi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan ekonomis dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga dan lain – lain. Penyediaan informasi akuntansi bagi usaha kecil juga diperlukan khususnya untuk akses subsidi pemerintah dan akses tambahan modal bagi usaha kecil dari kreditur ( Bank ). Kewajiban penyelenggaraan akuntansi bagi usaha kecil sebenarnya telah tersirat dalam Undang – Undang tentang usaha kecil, mikro dan menengah Bab VI Pasal 19 Nomr 20 Tahun 2008 tentang usaha kecil, mikro dan menengah. Pengembangan dalam bidang sumber daya manusia sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara:

a. Memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan; b. Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial; dan

c. Membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha baru.

Pencatatan yang sudah dilakukan oleh Agung sebenarnya sudah mulai masuk ketahap penerapan laporan keuangan berstandar akuntansi, terbukti dengan wawancara berikut :

“ Diawal 4 tahun pertama sangat tradisional, jadi kita pencatatannya masih sangat manual. Sekarang kita sudah mulai pake’ yaaa… sederhana pake’ excel. Saat ini terus terang saya lagi proses penerapan standar akuntansi lah yang ada neracanya, ada laba ruginya, cash flow dan sekarang sedang melakukan standar itu. ”

Pernyataan Pemilik Pecel Ponorogo Bu Tari ( Agung ) Namun ada pemahaman yang salah dalam pencatatan yang dilakukan oleh Agung yaitu belum sepenuhnya menegrti tentang iaya penyusutan, karena menurut Agung biaya penyusutan sama dengan biaya reparasi. Sehingga di tiap bulannya dia tidak melakukan pencatatan untuk biaya penyusustannya. Seperti yang dikemukakan oleh pendamping UKM berikut ini:

“ Menurut mas Agung biaya penyusutan itu karena ngereparasi peralatan, gitu. ”

Pernyataan pendamping UKM ( Ibu Cahya ) Dapat ditarik kesimpulan bahwa Agung sudah mulai berevolusi dalam melakukan pencatatannya. Sudah mulai memahami pentingnya

pencatatan keuangan bagi usahanya, meskipun ada beberapa hal yang masih belum dipahami oleh Agung.

Demikian juga yang diungkapkan oleh kepala gerai pecel Ponorogo Bu Tari tentang pentingnya pencatatan keuangan selama menjalankan usaha karena untuk mengetahui target usaha kedepannya, kinerja karyawan, berapa seharusnya gaji karyawan, pembelian bahan baku, laba kotor, royalty, dll. Berikut pemaparan yang dikemukakan oleh kepala gerai tersebut :

“ Menurut saya itu juga penting ya, supaya kita tau, kita gaji karyawan itu berapa, beli bahan baku, berapa persen keuntungan kotor, bagi – bagi royaltinya berapa itu kita bisa tau. Total pemasukan 1 bulan 1 minggu kita bisa tahu. ”

Pernyataan kepala gerai ( Amin ) Pernyataan tersebut dipertegas dengan pernyataan pemilik Pecel Ponorogo Bu Tari berikut:

“ ….. sangat penting, berpengaruh besar dalam usaha saya. Kita mungkin tau targetnya juga, kita bisa mengetahui hasilnya perbulan atau hingga tahunan. Kita tau apa yang kita kerjakan uda benar ato ndak…. ”

Pernyataan pemilik Pecel Ponorogo Bu Tari ( Agung ) Walau masih terbilang sederhana, tetapi pencatatan yang dilakukan oleh usaha Pecel Ponorogo Bu Tari ini dapat dikatakan terinci dan rapi karena dapat dibaca oleh pemilik dan yang

berkepentingan dengan laporan tersebut. Seperti yang terungkap berikut ini:

“ Iya, kalo’ saya menulis itu dengan adanya uang. Uangnya segitu ya tak tulis segitu. Pengeluarannya jumlah segitu ya tak tulis segitu. Sistemnya kalo’ ada keperluan buat pengeluaran ya tak tulis pengeluaran, kalo’ ada kas masuk dari penjualan outlet – outlet sama pemesanan ya tak tulis keterangan pemasukan dari outlet – outlet sama dengan pesanan. ”

Pernyataan kepala gerai ( Amin ) Dari pemaparan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pencatatan dalam usaha tersebut adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan karena untuk mengetahui target usaha kedepan, laba rugi perusahaan, dan mengetahui kinerja usaha tersebut dalam jangka panjang.

Pencatatan keuangan usaha jelas sangat penting untuk kelancaran dan kelangsungan usahanya. Namun hal itu terkadang dianggap sepele dalam pencatatannya. Berikut pemaparannya dari kepala gerai :

“ Oh iya pasti ada pencatatan itu tapi mencatatnya ga’ disini, tetapi dihapalkan dulu tadi pengeluarannya apa saja gitu. Bahkan es batu 3000 saja saya ingat. Uda terbiasa kayak gitu kalo’ menunggu catatan, saya nanti ga’ bisa bantu – bantu anak – anak. ”

Dari pemaparan Amin peneliti menyimpulkan bahwa pencatatan keuangan setiap hari pasti dilakukan tetapi ada sedikit keunikan dalam pencatatannya. Setiap transaksi harus dihapalkan terlebih dahulu dan setelah tutup barulah dilakukan pembukuan. Seperti yang diungkapkannya berikut ini :

“ ….. ga’ ada pencatatan secara langsung digerai ini. Dihapalkan nanti kalo’ pulang tutup buku langsung laporan ke pak Agung. Setelah dari pak Agung langsung diserahin kekantor. ”

Kepala gerai ( Amin ) Sayangnya dalam transaksi yang dilakukan digerai maupun didepot belum sepenuhnya menggunakan bukti transaksi seperti bon atau kwitansi, tetapi untuk layanan cattering meraka sudah menerapkan pembayaran dengan memberikan kwitansi sebagai tanda bukti pemesanan. Berikut kutipan wawancaranya :

Ada yang hanya “ berapa mas ” ada juga yang dikasi’ bon, tapi rata – rata uda tau semua karena emang uda langganan.

Pernyataan kepala gerai ( Amin ) Bisnis yang besar tentunya didorong oleh akses permodalan. Salah satunya aspek permodalan adalah peminjaman kredit dari bank, yang mana tentunya bank pun mempunyai syarat – syarat untuk pengajuan kredit, agar UKM menjadi bankable.

“ Pencatatan keuangan itu ya penting, semua usaha itu penting ya bikin laporan keuangan. Supaya si owner itu bisa melihat perkembangan uang yang diinvestasikan. Kalo’ pihak manajemen atau

pengelolahnya sendiri itu laporan keuangan itu penting untuk mengambil langkah – langkah atau kebijakan strategi. Yang penting kebutuhan akan informasi keuangannya itu tercukupi, jadi bentuk laporan keuangan itu biasanya disesuaikan, sebenarnya ada standarnya tapi karena kebetulan baru sampai segitu dan kemampuan SDMnya masih segitu ya sudah itu ga’ pa pa untuk sementara dia buat seperti itu. Tapi nantinya akan menuju ke laporan keuangan yang sesuai dengan SAKnya. ”

Pernyataan pendamping UKM ( Ibu Cahya ) Wajar sekali ketika Ibu Cahya masih memaklumi kondisi para pelaku UKM yang melakukan pencatatan keuangan yang masih sederhana karena yang diketahui oleh pelaku UKM hanya sebatas itu.

Melakukan pencatatan keuangan sangatlah penting bagi pengusaha kecil sehingga dapat mengetahui posisi keuangannya. Tetapi hal tersebut tidaklah mengikat para pengusaha kecil, yang terpenting adalah mereka mengerti labanya dan posisi keuangannya meskipun pencatatan keuangan sederhana.

Mencatat merupakan hal yang wajib dilakukan, tetapi dalam analisis data yang dilakukan terhadap dokumen hasil pencatatan yang dilakukan oleh pemilik Pecel Ponorogo Bu Tari mengindikasikan bahwa sudah adanya kesadaran dalam menerapkan pencatatan keuangan berstandar akuntansi. Meskipun dalam penerapannya dapat dibilang masih sederhana.

5.1.2. Pencatatan Keuangan Sebagai Bentuk Fungsi Kontrol Keuangan

Perusahaan

Tiap bulan dengan catatan keuangan yang selama ini dipakai sebaiknya sebuah perusahaan baik kecil atau besar menggunakan akuntansi untuk mengatur kegiatan keuangan mereka sehingga perusahaan tersebut menciptakan sebuah system akuntansi yang baik guna menunjang kegiatan perusahaan kerena akuntansi adalah bahasa bisnis atau bahasa pengambilan keputusan. Kebanyakan orang beranggapan akuntansi merupakan hal yang rumit dan hanya dibutuhkan oleh perusahaan besar dimana transaksi keuangan yang terjadi sudah demikian kompleknya sehingga dibutuhkan sebuah system yang baik untuk mengaturnya.

Seperti yang diungkapkan kembali oleh Agung, pemilik Pecel Ponorogo Bu Tari berikut ini:

“ Paling tidak itu mulai bisa diketahui bisa mudah untuk membaca kondisi keuangan seperti apa untuk menentukan besok kita harus berbuat apa itu adanya pencatatan yang kita kerjakan sekarang itu adalah cukup membantu. Mungkin masih banyak yang belum kita ketahui. ”

Pernyataan pemilik Pecel Ponorogo Bu Tari ( Agung ) Dengan adanya laporan keuangan ini, perusahaan akan tahu dengan sendirinya berapa keuntungannya selama jangka waktu yang ditentukan. Perusahaan akan tahu keuntungannya dari pelaporan

keuangan yang telah dibuatnya selama ini. Berikut pernyataan dari kepala gerai :

“ ini akan tau sendiri, kita juga bisa mengontrol. Sebenarnya kita hasilnya atau keuntungan perusahaan ini berapa. Jadi kita bisa tau.”

Pernyataan kepala gerai ( Amin ) Dalam perjalanannya pendamping UKM yakin bahwa suatu laporan keuangan dapat mengontrol keuangan perusahaan. Karena dapat berfungsi sebagai tolak ukur bagi perusahaan tersebut. Sudah layak atau belum usahanya tersebut. Berikut pemaparannya:

“ 90% bisa.”

Pernyataan pemdamping UKM ( Ibu Cahya )

Adanya pemisahan antara uang pribadi dan uang perusahaan menunjukkan bahwa Agung sudah memahami pencatatan yang baik dan benar. Karena terkadang banyak usaha kecil yang masih mencampur adukkan antara pengeluaran pribadi ( prive ) dengan pengeluaran perusahaan. Hal itu akan membuat perusahaan tidak dapat mengetahui berapa besar laba yag didapat ditiap bulannya. Seperti yang diungkapkannya berikut ini:

“ Ada pemisahan antara pengeluaran pribadi dengan pengeluaran perusahaan, supaya tahu laba bersihnya dan supaya tahu asset / harga usaha dan pribadi. ”

“ itu juga dimasukkan ke catatan kas keluar. Seperti orang ngamen orang minta – minta ”

Pernyataan kepala gerai ( Amin ) Pencatatan pengeluaran pribadi ( prive ) dalam usaha yang digeluti oleh Agung ini selain dimasukkan ke pengeluaran kas tetapi juga dianggap sebagai piutang karyawan. Dikarenakan pemilik juga ikut bekerja sebagai pengelolah usaha. Berikut penjelasannya :

“ Prive dicatat, sekarang sudah dicatat atau dianggap sebagai piutang karena disini owner itu juga ikut bekerja kan juga itu sebagai pengelolah. Disaat ownernya itu mengambil uang dia merasa punya utang, maka dianggap piutang karyawan. ”

Pernyataan pendamping UKM ( Ibu Cahya ) Dari kutipan – kutipan diatas menggambarkan bahwa ketika perusahaan menginginkan sesuatu yang diwujudkan dalam sebuah tujuan perusahaan atau organisasi, jelaslah perusahaan atau pemilik mempunyai sebuah media untuk patokan dan melihat perkiraan sesungguhnya, apakah tujuan itu sudah tercapai atau belum, sudah baik atau masih perlu adanya perbaikan dalam system keuangannya. Maka diperlukan media yang dinamakan laporan laba rugi. Sehingga ketika pemilik mengetahui ada biaya – biaya yang sekiranya tidak ada kaitannya dengan perusahaan dan lebih mengarah ke pemborosan biaya, pemilik dapat melihat hal tersebut melalui arus kas maupun laporan laba rugi, setelah pemilik mengetahui hal tersebut diharapkan dapat segera mengambil keputusan yang tepat untuk perusahaan

dengan menghentikan aksi – aksi yang dapat merugikan perusahaan tersebut. Inilah pentingnya fungsi laporan keuangan sebagai fungsi control perusahaan.

5.1.3. Penggunaan Pencatatan Keuangan Sebagai Alat Untuk Mencapai

Tujuan Organisasi

Tak sedikit usaha pada skala UKM yang menghadapi kendala usaha disebabkan karena tidak dimilikinya sebuah pencatatan dan pembukuan keuangan. Bahkan ada diantaranya yang sama sekali belum melakukan pembukan secara lengkap keuangan usaha. Tanpa disadari hal tersebut dapat mengakibatkan mereka kesulitan untuk mendapatkan pinjaman ( kredit ) dari lembaga keuangan yang terkait. Sangat disayangkan, kredit ditolak hanya karena usaha tidak memiliki pencatatan atau pembukuan yang lengkap dan jelas. Permasalah ini sangat nyata dan sering kita temui hal seperti ini. Seperti keterangan berkut ini:

“ pengalaman saya laporan keuangan itu hanya formalitas saja. Intinya kerumitan bank / lembaga keuangan itu terletak pada system bank itu sendiri, contohnya : harus ada agunan dan pengembalian ( bunga, denda keterlambatan, biaya – biaya yang tidak jelas ) modal baru diputar kok sudah diminta buga tetap. Ketika usaha mengalami kerugian, pihak lembaga tersebut tutup mata. Sebenarnya masih banyak pihak yang mau pinjami modal dengan system yag lebih adil, aman, dan manusiawi. ”

Dari pernyataan diatas, dapat terlihat adanya suatu penyesalan yang dirasakan oleh Agung. Sehingga menimbulkan rasa keputus asaan terhadap lembaga – lembaga keuangan. Dan Agung memutuskan untuk melakukan tindakan lain selain mengajukan pinjaman kelembaga keuangan yang selama ini dia ketahui hanya mempersulitnya untuk mendapatkan pinjaman ( kredit ) untuk permodalannya. Seperti yang terungkap dalam transkip wawancara berikut ini:

“ ….Pasti, kendala kita dipermodalan. Memang dulu kita berharap sekali dapat modal. Ketika proses permodalan dari pemerintaj cukup sulit akhirnya mau ndak mau pintu permodalan dari perbankan kita tutup sementara, jadi kita tidak optimis untuk masuk kewilayah perbankan sektor yang dijanjikan oleh pemerintah. Karena selama ini begitu rumit persyaratannya….. ketika syarat – syarat tersebut kita ndak bisa masuk otomatis kita harus mencari cara lain untuk mengatasinya salah satunya dengan kerjasama tersebut. ”

Pernyataan pemilik Pecel Ponorogo Bu Tari ( Agung ) Dalam usaha perlu adanya perencanaan untuk mencapai suatu target yang diinginkan. Dan yang dibutuhkan adalah suatu pencatatan. Pencatatan yang baik adalah pencatatan yang berstandar akuntansi dan dapat dimengerti oleh pemilik perusahaan dan orang – orang yeng memiliki kepentingan didalamnya.

“ Sebetulnya seh kurang ya… soalnya orang beli itu apa… kalo’ kadung rame ya rame jadi pencatatannya itu kurang maximal.

Padahal pencatatan itu bisa mengetahui apa yang akan dilakukan besok. ”

Pernyataan kepala gerai ( Amin ) Sebetulnya mereka tahu betul apa fungsi dari laporan keuangan, tetapi dalam perlakuannya terkadang laporan tersebut dianggap masih mempersulit mereka dalam pelayanan terhadap pelanggan.

“ Sebetulnya kalo’ dari segi realitanya sudah, tetapi bukan berdasarkan dari ajang akuntansi itu sendiri atau pencatatan itu. Karena dari segi perkembangan UKM memang membutuhkan organisasi ya ditambah untuk melebarkan sayap, tetapi ya ini mungkin salah satu yang saya butuhkan bagaimana pencatatan yang saya lakukan yang tepat untuk mengembangkan usaha ini.”

Pernyataan pemilik Pecel Ponorogo Bu Tari ( Agung )

“ Setelah kita evaluasi setelah mereka melakukan pencatatan ini hampir 1 bulan ini ya… mereka merasakan hasilnya bahwa untuk pengeluaran mrereka bisa menekan, karena semuanya serba tercatat, serba terkontrol. Ya untuk pengeluarannya terus mereka juga uda punya target. Nah sehingga bisa mencapai sedikit goals-nya. ”

Pernyataan pendamping UKM ( Ibu Cahya ) Kutipan diatas mengidentifikasikan bahwa sangatlah mustahil suatu perencanaan yang dilakukan hanya sebatas pada angan – angan dan tidak melakukan analisis yang terukur melalui media laporan keuangan. Sehingga ketika melakukan sebuah perencanaan, langkah

yan akan diambil dapat lebih matang dan siap. Dan ketika ada laporan keuangan, rencana kedepan yang akan diambil dapat tergambar lebih jelas walaupun itu masih sebatas rencana. Dan langkah – langkah rencana pun dapat dievaluasi pada periode tertentu dimana laporan keuangan tersebut dibuat.

5.1.4. Pengetahuan Mengenai Pencatatan Keuangan

Ilmu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses hidup umat manusia. Sekolah adalah media formal yang disediakan pemerintah untuk tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945. Dewasa ini pendidikan dan ilmu tidak

Dokumen terkait