• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.6 Keabsahan Data (Validity)

Penelitian kualitatif harus mengungkap penelitian yang objektif. Oleh karena keabsaahan data dalam sebuah penelitiansangatlah penting. Melalui proseskeabsahan data makavaliditas penelitian dapat tercapai. Dalam penelitianini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Menurut Moleong (207,330) “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu atau keperluanpengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.

Triangulasi dilakukan berdasarkan wawancara dengan informan. Teknik pengumpulan data juga dilakukan untuk melengkapi data primer dan data sekunder. Adapun teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Triangulasi Data

Menggunakan berbagai sumber data seperti hasil wawancara dan hasil dokumentasi. Penulis mewawancarai staf atau pustakawan perpustakaan Methodist Medan. Penulis juga melakukan kegiatan pengumpulan berbagai informasi dandata dari beberapa dokumen yaitu melalui buku , majalah,jurnal, hasilseminar maupun artikel.

2. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada Bab II untuk dipergunakan pada pembahasan penelitian dan menguji terkumpulnya data tersebut serta diperkuat dengan artikel jurnal,buku yangmengurastetang sistem automasi perpustakaan.

3. Triangulasi Metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara metode dokumentasi, serta metode observasi. Metode yang dapat digunakan pada penelitian ini ialah wawancara ke sumber penelitian dan

observasi. Peneliti melakukan analisa dari hasil wawancara dan hasil observasi yang dilakukan langsung oleh peneliti terhadap staf atau pustakawan Methodist Medan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Data

Informan dalam penelitian ini adalah kepala perpustakaan serta staf pegawai yang bekerja pada setiap divisi perpustakaan Universitas Methodist Indonesia Medan. Adapun karakteristik informan penelitian pada perpustakaan Universitas Methodist Indonesia Medan sebagai berikut :

Tabel 4. 1 Identifikasi Informan

Informan Jabatan Lokasi Pendidikan

I1 Kepala Perpustakaan UMI Kampus 1 UMI Sarjana (S1) I2 Penanggung jawab Sistem Kampus 1 UMI Sarjana (S1) I3 Penanggung jawab Sistem Kampus 2 UMI Sarjana (S1) I4 Penanggung jawab Sistem Kampus 3 UMI Sarjana (S1)

Iforman pertama (I1) adalah informan yang berhasil diwawancari dengan pendekatan perkenalan terlebih dahulu.Begitu juga dengan informan kedua (I2, I3, I4), kemudian diminta waktunya bersedia diwawancarai, dengan menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan dari penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode wawancara. Wawancara dilakukan di dalam perpustakaan dan langsung menemui Wawancara informan pada hari yang berbeda. Informan I1 pada Rabu,

10 Mei 2017 untuk informan I2 pada hari Selasa, 30 Mei 2017 dan informan I3, I4 pada hari Senin 13 Juni 2017

Wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat dan pelaksanaan wawancara dilakukan secara langsung oleh penelitian kepada informan penelitian.

4.1.1 Deskripsi Data

Data diperoleh dari sumber data, yaitu informan utama yang telah ditentukan. Data hasil wawancara dan observasi diolah berdasarkan kategori yang telah dibuat oleh peneliti yaitu dengan menggunakan metode End User Computing (EUC). Metode EUC terdiri dari: content, accuracy, format, ease of use, timeliness. Analisis menggunakan EUC dilakukan guna mengetahui sistem automasi yang ada pada perpustakaan Universitas Methodist Indonesia Medan sesuai atau tidak dengan kebutuhan perpustakaan.

4.1.2 Temuan Penelitian

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di perpustakaan Universitas Methodist Indonesia Medan, peneliti menemukan hasil bahwa sistem automasi yang diterapkan oleh perpustakaan Methodist Indonesia belum berjalan optimal terlihat dari sistem yang sering error dan cakupannya belum familiar terutama skripsi, kelengkapan input data dalam database, biaya pengelolaan yang cukup mahal serta feedback untuk memberikan informasi kepada pemustaka masih lambat.

4.2 Hasil Analis

Berdasarkan hasil wawancara, peneliti menyusun kerangka awal analisis sebagai acuan pedoman menggunakan Metode EUC. Dengan pedoman ini, peneliti membaca kembali transkip wawancara, memilih data yang relevan dengan judul penelitian.

Metode EUC terdiri dari:

1. Content (Cakupan/isi) 2. Accuracy (Akurasi) 3. Format ( Alur)

4. Ease of Use (Desain yang Flexibel) 5. Timeliness (Kecepatan)

4.2.1 Content (Cakupan/ isi)

Indikator pertama yang digunakan ialah content. Dimensi content mengukur kepuasan pengguna ditinjau dari sisi isi dari suatu sistem. Isi dari sistem biasanya berupa fungsi dan modul yang dapat digunakan oleh pengguna sistem dan juga informasi yang dihasilkan oleh sistem. Dimensi content juga mengukur apakah sistem menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Semakin lengkap modul dan informatif sistem maka tingkat kepuasan dari pengguna akan semakin tinggi. Setelah dibangun perpustakaan yang terautomasi yang pertama sekali dilihat ada isi. Bagaimana cakupan sistemnya bukan hanya sekedar isi akan tetapi dapat memebuhi kebutuhan pengguna sesuai dengan visi dan misi.

Gambar 4.1 Tampilan Content dari New Spektra

Content merupakan bagian yang terpenting di dalam perpustakaan.

Kegiatan entri data dan pengolahan bahan pustaka kedalam sistem dilakukan oleh staf perpustakaan dilakukan untuk mencapai visi dan misi oleh pustakawan.

Untuk semua bahan pustaka seperti buku, jurnal dan skripsi mahasiswa serta kertas karya orang lain. Content dapat dinilai dari persis seperti yang diinginkan oleh pengguna. Hal ini dapat dilihat dari jawaban informan I2, I3 dan I4 yang menyatakan sebagai berikut:

I2 :“Content dalam sistem informasi Spektra masih belum memenuhi yang menggunakan sistem”.

I3 : Isinya sudah dapat memenuhi kebutuhan.

I4 : Contentnya memenuhi tapi tidak lengkap.

Sistem automasi perpustakaan Universitas Methodist Indonesia dibangun untuk mendukung kinerja perpustakaan. Namun, sistem automasi ini masih belum sempurna. Hal ini terbukti dari pernyataan informan I2, I3, I4 yang merupakan penanggung jawab sistem keseluruhan di perpustakaan Universitas Metodist Indonesia yang menyatakan bahwa :

“Dengan kondisi sistem informasi yang ada cakupan belum dapat memenuhi kebutuhan pengguna.”

Ketidaksempurnaan sistem perpustakaan Universitas Methodist Indonesia Medan saat ini bukan hal yang berdampak negatif. Ketidaksempurnaan sistem automasi tersebut tetap menjadi perhatian perpustakaan, untuk lebih diperbaiki melalui pembaharuan sistem yang mengikuti dengan perkembangan dan kebutuhan pemustaka pada perpustakaan Universitas Methodist Indonesia. Untuk itu, ketidaksempurnaan sistem automasi yang telah dicanangkan pihak perpustakaan untuk diperbaharui memiliki sisi positif bagi perpustakaan.

Perpustakaan akan terus memperbaiki sistem automasi perpustakaan Universitas Methodist Indonesia, guna peningkatan kinerja perpustakaan dan pelayanan kepada penggguna ke arah yang lebih baik lagi sehingga sesuai dengan visi dan misi perpustakaan. Kondisi sistem automasi yang akan diperbaiki dan diperbaharui dinyatakan oleh informan :

I1 : Akan mencoba versi yang terbaru atau aplikasi baru

I2 :“Akan ada terus pembaharuan sistem mengikuti dengan perkembangan dan kebutuhan pengguna.”

Pembaharuan content dilakukan perpustakaan Universitas Methodist Indonesia Medan berdampak terhadap pengguna untuk mencari informasi. Hal ini terlihat dari jumlah pengunjung yang datang ke perpustakaan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan yang dikemukakan oleh informan I1, dan I2 yang menyatakan bahwasannya content yang sesuai kebutuhan pengguna dapat meningkatkan jumlah pengunjung.

Dari pernyataan informan diatas maka tampak jelas bahwa terjadi peningkatan mencari informasi diperpustakaan dengan cakupan yang tersedia.

Peningkatan ini terjadi karena penyesuaian content dengan kebutuhan serta permintaan perpustakaan. Hal ini terbukti dari pernyataan informan oleh I1 dan I2 yang menyatakan bahwasannya content dari sistem automasi dibangun sesuai dengan kebutuhan atau permintaan dari perpustakaan Methodist Medan.

Pernyataan informan di atas menunjukkan bahwa perpustakaan Universitas Methodist Indonesia Medan mengalami peningkatan pengunjung dengan sistem atomasi yang digunakan.

1. Sebagai pengguna sistem. Content sudah dapat dikatakan sesuai kebutuhan perpustakaan akan tetapi masih kurang update. Dari pernyataan informan maka tampak jelas bahwa terjadi peningkatan mencari informasi diperpustakaan dengan cakupan yang tersedia. Peningkatan ini terjadi karena penyesuaian content dengan kebutuhan serta permintaan perpustakaan. Content dari sistem automasi dibangun sesuai dengan kebutuhan atau permintaan dari perpustakaan Methodist Medan Namun, dalam memenuhi kebutuhan pemustakanya kinerja perpustakaan dengan sistem automasi yang ada belum maksimal.

4.2.2 Accuracy (Akurasi)

Dimensi Accuracy mengukur kepuasan pengguna dari sisi keakuratan data ketika sistem menerima input kemudian mengolahnya menjadi informasi.

Keakuratan sistem diukur dengan melihat seberapa sering sistem menghasilkan output yang salah ketika mengolah input dari pengguna, selain itu dapat dilihat pula seberapa sering terjadi error atau kesalahan dalam proses pengolahan data.

Indikator kedua ialah Information (Informasi). Informasi berkaitan dengan akurasi dan relevansi informasi yang diberikan oleh perpustakaan maupun yang diterima perpustakaan. Informasi dapat menjadi bias atau menyesatkan bila informasi yang diberikan tersebut tidak akurat atau sumbernya tidak jelas.

Informasi yang relevan dapat bermanfaat bagi pihak pemustaka maupun pihak pengelola. Pengorganisasian data, pembajakan dan keamanan data harus dikelola dengan baik agar data atau informasi yang dimiliki perpustakaan dapat tersimpan dengan baik.

Informasi yang dilayankan oleh perpustakaan Universitas perpustakaan Methodist Indonesia Medan kepada pemustakanya relevan dan sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Hal ini dilihat ketika input data saat temu balik informasi.

Hal ini terlihat dari informan I2, I3 dan I4 yang menyatakan bahwa :

I2 :“Keakuratan pada sistem Spektra oleh perpustakaan Methodist Indonesia Medan lumayan bagus tergantung data yang di input.

I3 : akurat sesuai data yang telah input

I4 : Sesuai dengan daftar pencarian

Gambar 4.2 Akurasi data saat temu balik

Menurut pernyataan I2,I3 dan I4. Menurut mereka, koleksi yang dilanyakan memang relevan hanya saja belum up date terlihat dari koleksi skripsi masih banyak yang belum di entri. Hal ini terlihat dari jawaban I2 dan I3 yang menyatakan bahwa koleksi skripsi dan disertasi belum di entri.

I2: “Untuk keakurat data lumayan baik tergantung jaringannya saja. Kalau jaringannya lambat maka.”

I4: “Ya tergantung jaringan saja. Karena sistemnya masih localhost.”

Dari jawaban diatas maka dapat diketahui bahwa persamaan pernyataan antara dan I2, I3 dan I4. Keakuratan sistem tergantung jaringan. Ketepatannya dan terjadi error saat akses terletak pada jaringan.

Dalam sistem di perpustakaan Universitas Methodist Medan Informasi yang didapat dinilai oleh pengguna dalam penggunaan sistem tersebut. Sesuatu yang

dapat dinilai dari sini adalah data yang akurat dapat membantu kinerja dalam proses kegiatan perpustakaan serta menghasilkan informasi yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan informan sebagai berikut :

I3 :Informasi yang dihasilkan cukup cepat dan akurat.

I2 : Informasi yang dihasilkan akurat.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa informasi yang dihasilkan sudah cukup cepat dan akurat dalam menghsilkan informasi yang dibuhkan oleh pustakawan.Dari pernyataan diatas dapat kita lihat bahwa dalam sebuah sistem terdapat sebuah data yang dapat menghasilkan informasi. Maka, yang akan dibahas disini adalah kedua pustakawan menyatakan data yang diterima sudah cukup cepat dan akurat dalam menerima informasi.

Pada kenyataannya keakuratan sistem belum dapat dikatakan penuhi kriteria karena sistem masih localhost. Namun sistem sudah dapat membantu kinerja. Pada layanan web perpustakaan, koleksi skripsi juga belum di input.

4.2.3 Format

Dimensi format mengukur kepuasan pengguna dari sisi tampilan dan estetika dari antar muka sistem, format dari laporan atau informasi yang dihasilkan oleh sistem apakah antarmuka dari sistem itu menarik dan apakah tampilan dari sistem memudahkan pengguna ketika menggunakan sistem sehingga

secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap tingkat efektifitas dari pengguna.

Maksudnya disini adalah informasi yang dihasilkan sudah memenuhi keinginan pengguna/user atau tidak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan ketiga informan berikut ini :

I2: “Masih belum memenuhi beberapa dari bibliografi.”

I3 : “Informasi yang belum memenuhi kebutuhan tapi sudah dapat dikatakan standar”.

I4 : “Sudah dapat dikatakan standar tapi masih kurang”

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa format belum memberikan hasil yang baik. Dapat kita ketahui bahwa dalam sebuah sitem hendaklah memiliki format yang lengkap supaya setiap pengguna dapat mencari informasi sesuai apa ayang dibutuhkan. Maka yang akan dibahas disini adalah ketiga

informan masih kurang dalam menilai format sitem tersebut. Informasi yang dihasilkan dapat berupa hal-hal yang berhubungan dengan bibliografi.

Suatu sistem harus mempunyai format yang jelas, yaitu data yang telah diolah menghasilkan informasi dari sistem informasi oleh pustakawan. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan kedua informan sebagai berikut :

I2 :formatnya susah dipahami

I3 : format belum terlalu familiar tapi masih dapat dimengerti I4 : Formatnya terlalu rumit

Dari pernyataan di atas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu format sistemnya tidak umum terlihat dari ketiga informan mengatakan bahwa formatnya tidak umum. Seperti halnya dalam penggunaan sistem telah menghasikan suatu informasi baik itu benar maupun salah. Maka, yang akan dibahas disini adalah foramt informasi yang telah ditanyakan kepada ketiga informan masih kurang paham. Disini maksudnya adalah dari penggunaan sistem yang ada format sistemnya belum bersifat umum sehingga lumayan rumit diterima oleh user(pustakawan).

4.2.4 Easy of Use ( Kemudahan menggunakan)

Dimensi Ease of Use mengukur kepuasan pengguna dari sisi kemudah pengguna atau user friendly dalam menggunakan sistem seperti proses memasukkan data, mengolah data dan mencari informasi yang dibutuhkan.

Maksudnya disini yaitu user (pustakawan) dalam menggunakan sebuah sistem informasi perpustakaan yang sedang berjalan saat ini. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap informan sebagai berikut :

I1 : Terlalu Rumit dan untuk perawatannya sulit,

I2 : Mempelajari kualitas sistem dengan memperhatikan jenis sistem yang digunakan serta sudah memiliki pengalaman dalam mengunakannya.

I3 : Kurang tahu menggunakannya karena belum permah pelatihan

I4 : Sistem perpustakaan yang digunakan saat ini mudah dipelajari dengan tersedianya fitur-fitur yang jelas dan mudah dalam pengoperasiannya.

Dari penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa user memperhatikan jenis sistem dan memiliki pengalaman dan tersedia fitur-fitur yang tidak jelas namun tidak terlalu kesulitan untuk menggunakannya karena dua dua orang diantra informan sudah pernah mengukuti pelatihan memakai aplikasi New Spektra. Dari pernyataan di atas dapat kita lihat bahwa menggunakan sistem informasi perpustakaan memerlukan suatu pelajaran yang berhubungan dengan perpustakaan. Maka, yang akan dibahas disini adalah tentang user (pustakawan) yang memiliki pengalaman dan mudah mempelajarinya. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa pustakawan sudah memiliki kemampuan yang dimilikinya sejak mempelajari ilmu tentang perpustakaan tersebut khususnya menggunakan sistem.

Selain itu kontrol lebih ditekankan kepada pengelola sistem automasi perpustakaan. Analisis ini meliputi pengawasan dan pengendalian dari sistem yang diterapkan. Sistem automasi Perpustakaan Methodist Indonesia memiliki sistem keamanan sendiri akan tetapi tidak terlalu proteksi karena yang menggunakan sistem hanyalah pustakawan. Namun pengelola harus dapat mengendalikan sistem dari kejahatan data seperti pembajakan, serangan virus yang dapat merusak data/informasi, serta kemudahan akses untuk pengamanan sistem.

Pengendalian yang dilakukan pada perpustakaan Perpustakaan Methodist Indonesia Medan belum dapat memberikan kepuasan kepada pemustaka.

Pengendalian sistem automasi yang seharusnya dapat meningkatkan kinerja layanan perpustakaan belum berjalan dengan baik dan menghindari dari kejahatan.

Keamanan sistem automasi yang dibangun hanya dapat diketahui oleh pengelola saja tidak diorientasikan kepada pemustaka. Hal ini bersifat privasi dan tertutup karena merupakan bagian pengawasan dan pengendalian dari sistem yang diterapkan. Seperti peryataaan informan I1 yang menyatakan :

“Sistem control berada ditangan setiap penganggung jawab sistem. Saya hanya mengontrol pekerjaan seluruh staf karena disetiap kampus sistem dan sandi berbeda.”

Hal diatas juga dibenarkan oleh I2. Bahwa pemegang control ialah kepala setiap penanggung jawab setiap perpustakaan cabang.

Setiap membangun sistem yang baru tentu memiliki kendala bagi setiap instansi termasuk perpustakaan. Membangun sistem automasi tentunya juga menyiapkan server dan hardware yang sesuai. Perpustakaan Perpustakaan Methodist Indonesia Medan tidak luput dari kendala dalam penerapan sistem automasi mereka. Seperti pernyataan I1, bahwa kendala utama perpustakaan Perpustakaan Methodist Indonesia ialah server dan jaringan. Kendala tersebut terjadi karena kurang perawatan server dan jaringan perpustakaan sama dengan server dan jaringan lembaga yang menaunginya.

Kendala ini sangat mengganggu aktifitas dari perpustakaan. Apabila jaringan rusak, maka perpustakaan tidak dapat melaksanakan aktifitasnya dengan maksimal. Hanya divisi pengembalian yang dapat menjalankan pekerjaannya. Hal ini dibenarkan dengan pernyataan informan I2 yang menyatakan sebagai berikut :

“Bila jaringan rusak, perpustakaan bekerja tidak maksimal. Hanya bagian sirkulasi pengembalian yang berjalan.”

Hal lain yang menjadi kendala ialah data yang ada di perpustakaan tidak dapat ditampung sepenuhnya yang menyebabkan penyimpanan data kurang maksimal. Hal ini diutarakan oleh informan I1 bahwasannya selain jaringan yang menjadi kendala ialah server penyimpanan data.

4.2.5 Timeness ( Waktu)

Dimensi Timeliness mengukur kepuasan pengguna dari sisi ketepatan waktu sistem dalam menyajikan atau menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Sistem yang tepat waktu dapat dikategorikan sebagai sistem real- atau input yang dilakukan oleh pengguna akan langsung diproses dan output akan ditampilkan secara cepat tanpa harus menunggu lama.

Maksudnya adalah pelayanan yang dikelola sistem dalam pencarian suatu informasi. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan kedua informan sebagai berikut :

I2 :Cepat menanggapi kebutuhan yang diperlukan.

I4 :Memiliki respon yang baik dalam menanggapi kebutuhan pengguna

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa ketepatan waktu dalam sistem tersebut cepat dan memiliki respon yang baik. Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa sistem yang digunakan memiliki kemampuan atau memiliki kecepatan. Maka, yang akan dibahas adalah bahwa sistem tersebut cepat menanggapi dan memiliki respon yang baik dalam menanggapi kebutuhan pengguna. Maksudnya adalah ketika pustakawan menggunakan suatu sistem informasi, sistem tersebut telah menghasilkan informasi yang cepat dan merespon dengan baik sehingga kedua pustakawan mampu menggunakan sistem tersebut sebaik mungkin.

Yaitu bagaimana sistem yang berjalan dapat melayani pengguna dan mendapatkan hasilnya. Dapat kita ketahui bahwa kecepatan respon dalam melayani pengguna sangat penting karena akan memberikan kualitas bagi sistem. Hal tersebut dapat kita lihat dari pernyataan informan sebagai berikut :

I1 : cepat dan mudah ditangani

I2 : kualitas layanan memberikan respon yang baik dan cepat

Dari penjelasan di atas dapat diketahi bahwa kecepatan responya cukup cepat dan mudah ditangani.Dapat kita ketahui bahwa kecepatan adalah salah satu hal yang biasa kita dengar agar pelayanan dapat berjalan lancar.Dari pernyataan kedua informan di atas maka dapat kita bahas bahwa kecepatan respon dari suatu sistem sudah baik dan cepat.Itu membuktikan bahwa dalam penggunaan sistem pasti cepat dan mudah menangani kebutuhan pengguna hanya saja kendalanya bahwa informasi yang di dapat tidak ada.

Sistem automasi pada perpustakaan Perpustakaan Methodist Indonesia Medan memberikan effisiensi kepada pemustakanya. Hal ini terlihat dari jawaban I1, I2, I3 dan I4 yang menyatakan bahwa sistem autoamsi memberikan kurang efisien layanan kepada pemustaka dengan layanan automasi perpustakaan yang ada.

Penerapan sistem automasi bertujuan untuk mengoptimalkan interaksi perpustakaan dengan pemustaka. Dengan kemajuan teknologi dan informasi, pemustaka tidak perlu datang lagi keperpustakaan dan pemustaka tidak kesusahan

lagi dalam mencari informasi yang ada di perpustakaan. Pemustaka dapat mengakses dari luar perpustakaan melalui web perpustakaan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan observasi yang telah peneliti lakukan, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa evaluasi sistem automasi pada perpustakaan Universitas Methodist Indonesia Medan tidak terlalu baik. Hal ini berdasarkan analisis yang telah peneliti lakukan dengan menggunakan Metode End User Computing (EUC) terdiri dari: content, accuracy, format, ease of use, timeliness.

Banyak hal yang perlu ditingkatkan dari penerapan sistem automasi perpustakaan Universitas Methodist Indonesia Medan diantaranya Upgrade ke versi yang lebih mudah dipahami dan pemeliharaan server serta open access perpustakaan yang masih kurang. Disamping Perpustakaan UMI tidak punya programer Khusus dan juga pengadaan server khusus untuk kedepannya Perpustakaan UMI mencoba Aplikasi baru.

Berikut kesimpulan hasil analisis yang diperoleh oleh peneliti :

1. Content pada sistem Perpustakaan Universitas Methodist Medan masih bisa digunakan dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Akan tetapi masih ada kekurangan sehingga proses yang akan dijalankan menjadi lambat.

2. Informasi yang dihasilkan sudah cukup cepat dan akurat dalam menghasilkan informasi yang dibuhkan oleh pustakawan karena sebuah sistem terdapat sebuah data yang dapat menghasilkan

informasi. Pada kenyataannya keakuratan sistem belum dapat dikatakan penuhi kriteria karena sistem masih localhost. Namun sistem sudah dapat membantu kinerja. Pada layanan web perpustakaan, koleksi skripsi juga belum di input.

3. Format masih standar. Hal ini dikarenakan programnya belum update.

Suatu sistem harus mempunyai format yang jelas, yaitu data yang telah diolah menghasilkan informasi dari sistem informasi oleh pustakawan. fitur-fitur yang standar tidak terlalu sulit.

4. Untuk penguna New Spektra sudah baik dan lumayan mahir karena para pustakawan sudah dapat pelatihan. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa pustakawan sudah memiliki kemampuan yang dimilikinya sejak mempelajari ilmu tentang perpustakaan tersebut khususnya menggunakan sistem.

5. Kecepatan responya cukup cepat dan mudah ditangani. Dari pernyataan informan maka dapat dikatakan kecepatan respon dari suatu sistem sudah baik dan cepat.Itu membuktikan bahwa dalam penggunaan sistem pasti cepat dan mudah menangani kebutuhan pengguna hanya saja kendalanya bahwa informasi yang di dapat tidak ada.

5.2 Saran

Dari kesimpulan pang peneliti lakukan maka peneliti memberikan saran bagi perpustakaan Universitas Methodist Indonesia Medan sebagai berikut : Hendaknya perpustakaan Universitas Methodist Indonesia Medan membangun komunikasi dua arah melalui web perpustakaan sehingga pemustaka mendapatkan

Dari kesimpulan pang peneliti lakukan maka peneliti memberikan saran bagi perpustakaan Universitas Methodist Indonesia Medan sebagai berikut : Hendaknya perpustakaan Universitas Methodist Indonesia Medan membangun komunikasi dua arah melalui web perpustakaan sehingga pemustaka mendapatkan

Dokumen terkait