• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.2 Keadaan Alam

Kelembaban udara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2004 berkisar antara 72% sampai dengan 89% dengan rata-rata perbulan mencapai 81,00%, curah hujan berkisar antara 2,4 mm sampai dengan 460,2 mm, tekanan udara selama tahun 2004 sekitar 1.010,1 MBS. Rata-rata suhu udara selama tahun 2004 di propinsi ini mencapai 27,3 0C dengan rata-rata suhu udara maksimum 31,9 0C dan rata-rata suhu udara minimum 24,1 0C. Suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada bulan Oktober dengan suhu udara 33,1 0C, sedangkan untuk suhu udara minimum terendah terjadi pada bulan Februari dan Maret dengan suhu udara sebesar 23,3 0C.

31 4.2.2 Keadaan iklim

Kepulauan Bangka Belitung memiliki iklim tropis yang dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah selama tujuh bulan sepanjang tahun dan bulan kering selama tiga bulan terus menerus. Tahun 2004 bulan kering terjadi pada bulan Agustus sampai dengan Oktober dengan rata-rata hari hujan 6 hari per bulan. Untuk bulan basah rata-rata hari hujan 19,8 hari per bulan, terjadi pada bulan Januari sampai dengan bulan Juli dan bulan November sampai dengan bulan Desember.

4.2.3 Tipologi

Keadaan alam Propinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan dataran rendah, lembah dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan. Ketinggian dataran rendah rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut dan ketinggian daerah pegunungan antara lain untuk gunung Maras mencapai 699 meter, gunung Tajam Kaki ketinggiannya kurang lebih 500 meter diatas permukaan laut. Sedangkan untuk daerah perbukitan seperti bukit Menumbing ketinggiannya mencapai kurang lebih 445 meter dan bukit Mangkol dengan ketinggian sekitar 395 meter diatas permukaan laut.

4.2.4 Hidrologi

Daerah Kepulauan Bangka Belitung dihubungkan oleh perairan laut dan pulau-pulau kecil. Secara keseluruhan daratan dan perairan Bangka Belitung merupakan satu kesatuan dari bagian dataran Sunda, sehingga perairannya merupakan bagian Dangkalan Sunda (Sunda’s Shelf) dengan kedalaman laut tidaklebih dari 30 meter.

Sebagai daerah perairan, Kepulauan Bangka Belitung mempunyai dua jenis perairan yaitu perairan terbuka dan perairan semi tertutup. Perairan terbuka yang terdapat di sekitar pulau Bangka terletak di sebelah utara, timur dan selatan pulau Bangka. Sedangkan perairan semi tertutup terdapat di selat Bangka dan teluk Kelabat di Bangka Utara. Sementara itu perairan di pulau Belitung umumnya bersifat perairan terbuka.

Disamping sebagai daerah perairan laut, daerah Kepulauan Bangka Belitung juga mempunyai beberapa sungai seperti : sungai Baturusa, sungai

Buluh, sungai Kotawaringin, sungai Kampa, sungai Layang, sungai Manise dan sungai Kurau.

4.3 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Pulau Belitung sudah sejak lama dikenal sebagai pusat usaha pertambangan timah di Indonesia. Pertambangan timah oleh kolonial Belanda di Pulau Belitung dimulai sejak abad 19. Kekayaan tambang yang melimpah ini, telah memanjakan daerah ini hanya bertumpu pada sektor pertambangan. Seiring dengan berjalannya waktu, kandungan timah makin menurun dan diikuti dengan rendahnya harga timah, menyadarkan pemerintah daerah untuk mencari alternatif penggerak ekonomi daerah setempat. Salah satu sektor yang diandalkan adalah sektor kelautan dan perikanan, dimana sektor kelautan dan perikanan diharapkan dapat memegang peranan penting dalam roda perekonomian di Kabupaten Belitung mengingat daerah ini secara geografis merupakan wilayah kepulauan yang memiliki potensi yang besar dalam sektor kelautan dan perikanan.

Dari segi geografis Pulau Belitung terletak di selatan khatulistiwa pada koordinat 107035’ – 108018’ BT dan 2030’ – 3015’ LS. Luas wilayah darat Kabupaten Belitung yang memanjang mulai dari Kecamatan Sijuk sampai Kecamatan Membalong ± 2.293.690 km2 ditambah wilayah laut sejauh 4 mil laut yang diukur dari garis pantai ke arah laut lepas ± 29.606 km2. Kabupaten Belitung terdiri dari lima Kecamatan, yaitu : Kecamatan Tanjung Pandan, Kecamatan Membalong, Kecamatan Sijuk, Kecamatan Selat Nasik, dan Kecamatan Badau, dengan batasan wilayah sebagai berikut :

(1)Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan; (2)Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa; (3)Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Gaspar;

(4)Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dendang dan Kecamatan Kampit (Kabupaten Belitung Timur).

Kabupaten Belitung merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 98 pulau besar dan kecil. Pulau-pulau tersebut sebagian besar merupakan pulau karang yang dilengkapi terumbu karang yang masih baik dan keragaman ikan yang indah. Pada beberapa lokasi pantainya dilengkapi dengan batu putih yang

33

muncul dari permukaaan laut. Letak geografis tersebut di atas merupakan modal alami yang bermanfaat untuk pengembangan perikanan tangkap, budidaya ikan dan wisata bahari.

Gambar 4. Peta pengembangan pulau-pulau kecil di Kabupaten Belitung Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bangka Belitung, 2005.

4.3.1 Kondisi topografi

Kondisi kontur tanah Kabupaten Belitung, secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok, yaitu permukaan/kontur tanah datar dan permukaan tanah yang bergelombang sampai berbukit. Kontur tanah yang datar dijumpai di dataran rendah dekat pesisir pantai, sedangkan permukaan tanah yang bergelombang dan cenderung berbukit dapat dijumpai di wilayah pedalaman yang jauh dari pesisir pantai. Daerah tertinggi di Kabupaten Belitung hanya memiliki ketinggian 500 m dari permukaan laut dengan puncak ketinggian berada di daerah Gunung Tajam.

Keadaan tanah di Kabupaten Belitung didominasi oleh kwarsa dan pasir, batuan alluvial serta batuan granit. Sumberdaya tersebut menyebar secara merata di seluruh wilayah kecamatan, kecuali batuan alluvial yang tidak terdapat di Kecamatan Selat Nasik.

4.3.2 Keadaan iklim

Kabupaten Belitung beriklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan bulanan berkisar antara 86,6 mm sampai 443,3 mm dan jumlah hari hujan 11 sampai 30 hari setiap bulannya. Curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Januari. Temperatur udara berkisar antara 21,8 0C sampai 32,1 0C dengan kelembaban udara bervariasi antara 82% sampai 91% dan tekanan udara antara 1008,4 mb sampai 1010,5 mb.

Kabupaten Belitung dipengaruhi pula oleh iklim laut dan angin musim yang berubah-ubah sepanjang tahun. Hal tersebut mempengaruhi musim-musim penangkapan ikan yang dikenal dengan istilah musim barat, musim timur, musim utara dan musim selatan.

4.3.3 Keadaan perairan

Perairan di Kabupaten Belitung terdiri dari laut, pantai, dan perairan umum (kolong, rawa, dan sungai). Perairan laut disekitar pulau Belitung umumnya tidak terlalu dalam antara 10 – 15 meter, sedangkan yang sedikit lebih jauh mencapai 15-30 meter. Dasar laut umumnya berpasir dan berlumpur disertai batu karang.

4.4 Potensi Kelautan dan Perikanan 4.4.1 Mangrove dan terumbu karang

Kabupaten Belitung memiliki luas hutan mangrove 15.092 ha dan terumbu karang seluas 4.391 ha. Kedua daerah ini merupakan wilayah konservasi dan merupakan tempat bertumbuh kembangnya populasi ikan, udang, kepiting dan kekerangan. Kawasan mangrove yang ada di Kabupaten Belitung yang berpotensi sebagai pertambakan terletak di Kecamatan Selat Nasik, Membalong dan Sijuk.

35 4.4.2 Perikanan tangkap

Seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Belitung memiliki kawasan perikanan yang merupakan daerah penghasil ikan laut. Maximum Sustainable Yield (MSY) perikanan Kabupaten Belitung kurang lebih 85.000 ton per tahun. Berdasarkan catatan Dinas Perikananan dan Kelautan Kabupaten Belitung tingkat pemanfaatan baru mencapai + 50 % dari potensi yang ada, yaitu dengan nilai produksi sebesar 41.428 ton pada tahun 2005, atau meningkat sebesar 2,00% dari produksi tahun 2004 sebesar 40.531 ton.

Dari keseluruhan produksi yang tercatat tersebut, kontribusi terbesar diberikan oleh Kecamatan Selat Nasik sebesar 29,41% diikuti berturut-turut Kecamatan Membalong 21,31%, Kecamatan Sijuk 20,44%, Kecamatan Tanjung Pandan 16,59% dan Kecamatan Badau 12,43% (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Belitung, 2005).

Jenis ikan yang ditangkap sangat beragam, akan tetapi lebih dari 60% merupakan jenis-jenis ikan pelagis, yaitu lemuru, selar, tongkol, tenggiri, dan teri. Sedangkan sisanya terdiri dari ikan karang seperti kerapu, kakap merah; ikan dasar seperti manyung, cucut, bawal; dan jenis non ikan seperti cumi-cumi, kepiting, udang dan teripang.

Jumlah produksi perikanan tangkap menurut kecamatan di Kabupaten Belitung tersaji pada Tabel 9 berikut :

Tabel 9. Jumlah produksi perikanan tangkap di Kabupaten Belitung periode 2004 – 2005

No Kecamatan Jumlah Produksi (ton)

2004 2005 1 Tanjung Pandan 6.839,77 6.841,10 2 Membalong 8.706,40 8.712,04 3 Sijuk 7.898,97 8.429,72 4 Badau 5.072,23 5.125,03 5 Selat Nasik 12.013,77 12.130,11 Jumlah 40.531,14 41.238,00

Sumber :Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Belitung, 2005.

Produksi hasil perikanan tangkap dari laut diusahakan oleh nelayan yang terdiri atas nelayan tetap dan nelayan tidak tetap (sambilan). Jumlah nelayan di Kabupaten Belitung pada tahun 2005 sebanyak 9.295 orang.

Pemanfaatan sumberdaya ikan di kawasan perairan Belitung semakin berkembang dikarenakan tingginya permintaan pasar akan ikan konsumsi segar seperti ikan kerapu, ikan kakap, ikan ekor kuning, ikan pisang-pisang, ikan tenggiri dan sebagainya. Ikan-ikan bernilai ekonomis tinggi tersebut ditangkap di perairan Belitung dengan berbagai jenis alat tangkap seperti pancing, jaring, perangkap dan jenis alat tangkap lainnya. Penyebaran jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Belitung dapat dilihat pada Tabel 10 berikut:

Tabel 10. Jumah dan jenis alat tangkap menurut kecamatan di Kabupaten Belitung, 2005. No Kecamatan Jaring (unit) Perangkap (unit) Pancing (Unit) Lainnya (Unit) Jumlah (Unit) 1 Tanjungpandan 121 970 1.605 54 2.750 2 Membalong 1.250 1.986 2.573 - 5.809 3 Sijuk 13.911 658 2.024 740 17.333 4 Badau 240 23 366 40 669 5 Selat Nasik 212 424 338 384 1.358 Jumlah 15.734 4.061 6.906 1.218 27.919

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Belitung, 2005.

Produksi hasil perikanan tangkap di laut dicapai dari usaha sejumlah armada yang ada di Kabupaten Belitung terdapat sejumlah 2.541 unit armada penangkap ikan pada tahun 2005. Penyebaran unit-unit armada terlihat lebih memusat di Kecamatan Sijuk, dan sisanya menyebar diseluruh Kecamatan sebagaimana tersaji pada pada Tabel 11, sedangkan Gambar 5 menunjukkan salah satu armada penangkapan ikan pelagis di Kabupaten Belitung.

Tabel 11. Jumlah dan jenis armada penangkapan ikan di Kabupaten Belitung No Kecamatan PTM (unit) KM < 5 GT (unit) KM 5 ~ 10 GT (Unit) KM > 10 GT (Unit) Jumlah (Unit) 1 Tanjungpandan 20 310 14 - 344 2 Membalong 161 524 - - 685 3 Sijuk 205 562 6 - 773 4 Badau 117 131 - - 248 5 Selat Nasik 63 418 10 - 491 Jumlah 566 1.945 30 - 2.541

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2005

37

Gambar 5. Salah satu armada penangkapan ikan di Kabupaten Belitung

Dalam rangka meningkatkan usaha perikanan tangkap, selain sarana dan prasarana untuk mendukung penangkapan, dibutuhkan juga sarana-sarana untuk mendukung mutu hasil tangkapan yaitu berupa pabrik es, cold storage dan cool room. Sarana-sarana ini untuk kebutuhan usaha perikanan di Kabupaten Belitung tersedia di Kecamatan Tanjungpandan dan Kecamatan Sijuk dengan kapasitas produksi yang relatif masih rendah. Salah satu penunjang untuk menjaga mutu ikan hasil tangkapan adalah tersedianya es. Gambar 6 berikut menunjukkan salah satu pabrik es mini yang terletak di sekitar Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjung Pandan.

Gambar 6. Pabrik es yang terdapat di lokasi penelitian

Di wilayah Kabupaten Belitung telah berdiri sebanyak 7 pabrik es dengan kapasitas produksi sebanyak 103 ton per hari (Tabel 12). Jika rata-rata produksi seluruh pabrik es yang ada 75% dari kapasitas produksi, maka jumlah es yang tersedia setiap harinya adalah 77,25 ton.

Tabel 12. Jumlah dan kapasitas pabrik es di Kabupaten Belitung

No Nama Perusahaan Jumlah

Unit

Kapasitas (ton) 1 PT. Central Jaya Mandiri 1 2

2 CV. Mawar 1 30

3 Dinas Perikanan dan Kelautan 1 6

4 PPN Tanjungpandan 2 33

5 PT. Parit Mujur Sejahtera 2 32

Total 7 102

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Belitung, 2005.

4.4.3 Pengolahan dan pemasaran

Kuantitas tangkapan ikan yang cenderung mengalami peningkatan menyebabkan perlunya pemasaran untuk menampung seluruh tangkapan yang dihasilkan oleh nelayan. Permintaan pasar oleh komoditas perikanan tidak selalu

39

dalam bentuk segar. Oleh karena itu perlu diversifikasi produk untuk memenuhi permintaan pasar tersebut.

Produk olahan ikan di Kabupaten Belitung sangat beragam, mulai yang diproses secara tardisional sampai modern. Pengolahan tradisional dicirikan dengan skala usaha yang relatif kecil serta dikelola secara perseorangan atau kelompok. Adapun pengolahan modern umumnya dikelola oleh perusahaan perikanan skala usaha yang relatif besar. Kegiatan pengolahan yang tergolong tradisional diantaranya pembuatan abon ikan, terasi, pengasinan ikan, pengeringan tripang, pembuatan kerupuk. Sedangkan kegiatan pengolahan yang tergolong modern antara lain pengupasan kepiting dan pembekuan ikan.

Produk perikanan yang yang dihasilkan baik bentuk segar maupun plahan ditujukan untuk memenuhi pasar lokal maupun antar pulau. Meskipun demikian ada beberapa produk yang setelah transit di daerah lain langsung di ekspor ke Singapore atau Malaysia. Sedangkan daerah utama produk perikanan Kabupaten Belitung tujuan domestik adalah Jakarta, Bangka, Pangkalpinang. Berikut adalah produksi yang tercatat pada tahun 2005 dan dipasarkan adalah sebanyak 2.934,63 ton dengan rincian sebagai berikut :

(1)pengiriman antar pulau

ikan segar : 1.605,99 ton ikan olahan/asin : 640,00 ton ikan beku : 279,15 ton (2)ekspor : 409,49 ton

Pengembangan armada perikanan pelagis di Kabupaten Belitung masih dihadapkan pada beberapa permsalahan yang sifatnya krusial. Permasalahan tersebut dapat menjadi faktor penghambat pengembangan armada di masa yang akan datang jika tidak dilakukan pengkajian secara matang. Permasalahan yang dimaksud mencakup informasi tentang potensi sumberdaya, teknologi penangkapan, sarana dan prasarana pendukung, kegiatan distribusi dan pemasaran komoditas maupun aspek pendukung pengembangan armada seperti kebijakan pemerintah dan peran lembaga keuangan.

5.1 Keragaan Perikanan Tangkap

Kondisi perairan laut Kabupaten Belitung sangat besar dan 20% wilayah perairannya merupakan perairan karang. Dengan kewenangan pengelolaan perikanan sejauh 4 mil maka luas wilayah laut kabupaten ini mencapai 2.925,56 km2. Luasnya wilayah perairan kabupaten ini didukung dengan kondisi perairan yang sangat subur karena merupakan daerah terumbu karang serta lokasi pertemuan arus. Dengan kondisi perairan laut tesebut menyebabkan aktivitas penangkapan ikan menjadi kegiatan yang sangat berkembang di wilayah ini.

5.1.1 Armada penangkapan ikan

Armada penangkapan ikan yang digunakan di Kabupaten Belitung umumnya sudah dilengkapi dengan mesin, baik motor tempel maupun in-board. Walaupun demikian, masih ada perahu tanpa motor yang digunakan sebagai sarana penangkap ikan walaupun kecenderungannya tiap tahun menurun.

Armada penangkapan ikan yang terdaftar dan beroperasi di Kabupaten Belitung dalam tahun 2005 berjumlah 2.541 unit kapal/perahu, yang terdiri dari perahu tanpa motor, kapal motor ukuran kurang dari 5 GT, dan kapal motor ukuran 5 – 10 GT. Armada kapal penangkap ikan didominasi oleh kapal motor ukuran kurang dari 5 GT, yaitu sebesar 1.945 unit atau 76,55% dari total armada yang ada. Selanjutnya diikuti oleh armada perahu tanpa motor sebesar 566 unit

41

atau 22,28% dari total armada, sedangkan sisanya adalah kapal motor dengan ukuran 5 - 10 GT sebanyak 30 unit atau 1,17% dari total armada. Kapal perikanan ukuran di atas 30 GT jarang dijumpai di Kabupaten Belitung, walaupun ada kapal tersebut umumnya berasal dari daerah lain yang melakukan penangkapan di wilayah perairan sekitar Kabupaten Belitung (nelayan andon).

Kapal-kapal yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis adalah kapal motor yang berukuran 5 – 10 GT dengan menggunakan alat tangkap jaring insang, dan pancing dengan daerah jangkauan disekitar perairan kewenangan Kabupaten. Strategi untuk pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis di Kabupaten Belitung adalah dengan menstrukturisasi armada melalui motorisasi dalam arti menggantikan armada kapal ukuran kurang dari 5 GT menjadi kapal ukuran 5-10 GT atau lebih besar dari 10 GT untuk dapat menjangkau daerah penangkapan ikan yang lebih jauh.

Tabel 13. Seleksi aspek teknis kapal penangkap ikan di Kabupaten Belitung dengan metode skoring

Kapal (ton/trip) CPUE Fungsi Nilai

Produktivitas per tahun (ton) Fungsi Nilai Jarak Jangkauan Penangkapan Fungsi Nilai Total Rataan fungsi Nilai Rank ing Rawai Hanyut 2.736 0.29 15,010 1.00 3 1.00 2.29 0.57 2 Rawai Tetap 2.710 0.25 9,242 0.61 2 - 0.86 0.21 5 Pukat Cincin 2.882 0.53 108 - 2 - 0.53 0.13 6 Jaring Insang Hanyut 2.997 0.71 11,393 0.76 3 1.00 2.47 0.62 1 Jaring Lingkar 3.174 1.00 351 0.02 2 - 1.02 0.25 4 Pancing Tonda 2.559 - 6,154 0.41 3 1.00 1.41 0.35 3

Berdasarkan Tabel 13 di atas, seleksi terhadap aspek teknis 6 (enam) kapal penangkap ikan yang umum digunakan untuk menangkap ikan pelagis di Kabupaten Belitung dengan metode skoring didapatkan bahwa berdasarkan tingkat CPUE ternyata kapal jaring insang lingkar dan jaring insang hanyut mempunyai nilai fungsi yang paling besar; dari segi produktivitas ternayata kapal rawai hanyut dan jaring insang hanyut mempunyai nilai fungsi yang paling tinggi, sedangkan dari dari segi jarak jangkauan penangkapan kapal rawai hanyut, jaring insang hanyut dan jaring insang hanyut mempunyai nilai fungsi yang tinggi.

sesuai urutan sebagai berikut : kapal jaring insang hanyut, kapal rawai hanyut, kapal pancing tonda, kapal jaring lingkar, kapal rawai tetap dan kapal purse seine.

Kapal purse seine yang menempati rangking terakhir perlu dikembangkan dengan cara pengadaan kapal purse seine ukuran di atas 10 GT atau agar dapat beroperasi lebih jauh lagi dari wilayah jalur 1 bahkan sampai ke territorial. Untuk penangkapan ikan pelagis kecil purse seiner merupakan sarana penangkapan yang efektif, khusus untuk purse seiner pelagis besar dapat beroperasi di daerah penangkapan ikan yang telah dipasang rumpon.

Rawai hanyut dan jaring insang hanyut mendominasi untuk penangkapan ikan pelagis, baik pelagis kecil maupun pelagis besar. Sebagian besar armada kapal rawai hanyut dan jaring insang hanyut berukuran 5 – 10 GT, bahkan ada yang kurang dari 5 GT. Untuk itu perlu dikembangkan ukuran kapal yang lebih dari 10 GT agar jangkauan penangkapan lebih jauh lagi.

5.1.2 Alat penangkap ikan

Secara umum eksploitasi potensi sumberdaya perikanan oleh nelayan di Kabupaten Belitung umumnya menggunakan alat penangkap ikan yang terdiri dari kelompok jaring yang terdiri dari purse seine, pukat kantong, jaring insang, jaring angkat,, perangkap dan pancing. Sebaran penggunaan jenis alat tangkap relatif tidak merata di seluruh wilayah Kabupaten Belitung Kelompok jaring mendominasi keragaan alat penangkap ikan yang penyebarannya terbesar oleh nelayan di Kecamatan Sijuk, sedangkan alat penangkap dari kelompok perangkap banyak digunakan nelayan di Kecamatan Membalong. Alat penangkap ikan dari kelompok pancing banyak digunakan nelayan di Kecamatan Membalong, Sijuk, dan Tanjungpandan. Faktor topografi daerah penangkapan diduga menjadi penyebab perbedaan tersebut.

5.1.3 Produksi perikanan

Berdasarkan data statistik perikanan Kabupaten Belitung, selama periode tahun 2004 sampai dengan 2005 terdapat peningkatan produksi hasil tangkapan ikan sebesar 2,00% dari produksi sebelum tahun 2004 sebesar 40.531,14 ton. Dari total produksi yang dihasilkan, lebih kurang 60% merupakan jenis ikan

43

pelagis. Kontribusi produksi terbesar dihasilkan dari Kecamatan Selat Nasik dan selanjutnya diikuti oleh Kecamatan Membalong, Sijuk, Tanjung Pandan, dan Badau.

Beberapa komoditas yang mempunyai nilai ekonomis dari komoditas ikan pelagis, demersal, dan ikan karang, dan cumi-cumi di perairan Kabupaten Belitung berdasarkan metode skoring disajikan pada Tabel 14 berikut.

Tabel 14. Seleksi komoditas ikan di Perairan Kabupaten Belitung dengan metode skoring No Nama Komoditi Ikan Nilai Produksi (Rp) Fungsi Nilai Harga (Rp/Kg) Fungsi Nilai Wilayah Pemasaran Fungsi Nilai Nilai Tambah Fungsi Nilai Total Rataan Fungsi Nilai Rank ing 1 Bawal Hitam 36,878,450 - 13,339 0.484 2 0.500 1 - 0.98 0.25 6 2 Kuwe 39,789,578 0.032 9,258 0.218 2 0.500 1 - 0.75 0.19 8 3 Kurisi 43,282,690 0.070 6,237 0.021 1 - 1 - 0.09 0.02 9 4 Selar 45,549,681 0.094 5,915 - 1 - 1 - 0.09 0.02 10 5 Kerapu 45,761,308 0.097 21,261 1.000 2 0.500 2 0.500 2.10 0.52 2 6 Kembung 52,386,128 0.169 6,979 0.069 2 0.500 2 0.500 1.24 0.31 4 7 Tongkol 53,597,716 0.182 6,674 0.049 2 0.500 2 0.500 1.23 0.31 5 8 Ikan Merah 62,597,716 0.279 14,831 0.581 1 - 1 - 0.86 0.22 7 9 Cumi- cumi 96,577,400 0.649 9,631 0.242 2 0.500 2 0.500 1.89 0.47 3 10 Tenggiri 128,910,800 1.000 13,203 0.475 3 1.000 3 1.000 3.47 0.87 1 Keterangan :

Untuk Wilayah Pemasaran : 1 = Lokal ; 2 = Nasional ; 3 = Internasional Untuk Nilai Tambah : 1 = Rendah ; 2 = Tinggi ; 3 = Sangat Tinggi

Berdasarkan data pada Tabel 14 tersebut di atas, dari 10 komoditas terdapat lima jenis komoditas unggulan utama yaitu ikan tenggiri, cumi-cumi, kerapu, kembung, dan tongkol. Komoditi ikan tenggiri yang merupakan sumberdaya ikan pelagis cukup dominan di lokasi penelitian, mengingat ikan tenggiri bernilai ekonomis tinggi sehingga ikan ini sebagian besar pemasarannya dilakukan ke manca negara diantaranya ke Malaysia dan Singapore.

Sebagai upaya menunjang pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal di Kabupaten Belitung telah tersedia fasilitas-fasilitas pendukung baik yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah maupun pihak-pihak swasta yang telah berinvestasi di Kabupaten Belitung.

1) Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan yang terdapat di Kabupaten Belitung adalah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjung Pandan. PPN Tanjung Pandan terletak di muara sungai cecuruk di sebelah selatan kota Tanjung Pandan. Posisi pelabuhan ini sangat strategis karena dekat dengan fishing ground dan pusat pemasaran baik domestik (Jakarta, Palembang, dan Pekanbaru) maupun luar negeri (Malaysia dan Singapura)

Dengan kondisi fasilitas yang relatif baik telah berdampak pada jumlah kunjungan kapal ke PPN Tanjung Pandan. Pada tahun 2004, frekuensi kunjungan kapal ke pelabuhan ini mencatat 5.612 unit. Kapal-kapal tersebut terdiri dari kapal penangkap ikan dengan tonase rata-rata < 10 GT dan kapal pengangkut ikan dengan tonase berkisar antara 10 GT sampai 60 GT.

Untuk melayani kebutuhan operasional kapal-kapal yang berbasis di pelabuhan ini, PPN Tanjung Pandan bekerjasama dengan pihak swasta/perusahaan dalam hal penyediaan perbekalan. Perusahaan tersebut umumnya berdomisili di dalam areal PPN Tanjung Pandan. Investasi swasta dalam bidang penampungan ikan, gudang ikan, cold storage, pabrik es, depot es, toko bahan dan alat penangkapan ikan, penyaluran BBM serta penyelenggaraan pelelangan.

2) Tempat Pelangan Ikan

Tempat pelelangan ikan (TPI) tersebar di Kecamatan Tanjungpandan (2 buah), Kecamatan Membalong (3 buah), dan Kecamatan Selat Nasik (1 buah). Dari 6 (enam) TPI yang ada, 4 (empat) diantaranya berada dalam kondisi rusak sehingga aktivitas pelelangan tidak terjadi. TPI yang masih dalam kondisi baik salah satunya berlokasi PPN Tanjungpandan sebagaimana pada Gambar 7.

45

Gambar 7. Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Tanjungpandan 3) Galangan Kapal

Untuk melayani kegiatan pembuatan, perbaikan, dan perwatan kapal tersedia fasilitas galangan kapal kayu. Galangan kapal yang ada di Kabupaten Belitung sebanyak 11 buah, umumnya kepemilikan galangan didominasi oleh perortangan, namun ada juga yang dimiliki oleh pemerintah.

5.1.5 Pengolahan dan pemasaran

Kuantitas tangkapan ikan yang cenderung mengalami peningkatan menyebabkan perlunya saluran pemasaran untuk menampug seluruh tangkapan yang dihasilkan oleh nelayan. Permintaan pasar terhadap komoditas perikanan tidak selalu dalam bentuk segar, oleh sebab itu perlu diversifikasi produk untuk memenuhi permintaan pasar tersebut.

Produk olahan ikan di Kabupaten Belitung sangat beragam, mulai yang diproses secara tradisional sampai modern. Pengolahan tradisional dicirikan

kelompok. Adapun pengolahan modern umumnya dikelola oleh perusahaan perikanan dengan skala usaha yang relatif besar. Kegiatan pengolahan yang tergolong tradisional diantaranya pembuatan abon ikan, terasi, pengasinan ikan, pengeringan teripang, pembuatan kerupuk. Sedangkan kegiatan pengolahan yang

Dokumen terkait