BAB IV LOKASI PENELITIAN
4.9. Terminal Terpadu Amplas
4.9.5. Keadaan Area Terminal
Terminal ini di lima tahun pertama pengoperasiannya sekitar tahun 1991 mengalami kesibukan yang hebat dengan dioperasikan oleh karyawan yang lebih banyak. Sekarang ini telah mengalami kemunduran, baik dari segi kebersihan dan perawatan gedung dan area parkir. Hal ini tidak terlepas dari tanggung jawab bersama antara pihak terminal, sopir bus dang angkot serta masyarakat yang kurang peduli dengan kebersihan.
Rutinitas di terminal ini juga dapat dikatakan sepi karena banyaknya penumpang dan sopir yang tidak mempergunakan jasa terminal. Rutinitas yang sepi ini tidak terlepas dari berkurangnya fungsional dari elemen terminal itu sendiri.
BAB V ANALISIS DATA
5.1. Hasil Temuan
5.1.1. Informan Utama Pertama
Identitas Informan : Pertama
Nama : Teddy Simon Tambunan
Tempat, Tanggal Lahir : Medan. 29-02-2004
Usia : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Pertahanan Gg. Rukun No.1
Sekolah : SMP Paruliah 1
Kelas : VIII/2
Pekerjaan sehari-hari : Penyapu angkot (Sapsol / Sapu Solar) Mulai bekerja : 11.00 wib (libur), 14.30 wib (hari biasa)
Sampai jam : 16.30 wib
Pengahsilan rata-rata : Rp 20.000,-/ hari
Nama Ayah : R. Tambunan
Pekerjaan : Staff di CV. SAHABAT
Penghasilan : Rp 400.000,-/ minggu
Nama Ibu : A. Girsang
Pekerjaan : Wiraswasta
Pengahasilan : Rp 100.000,-/ hari
Observasi yang dilakukan penulis di terminal amplas dilaksanakan pada bulan Maret. Pada saat itu terdapat anak-anak yang sedang berkumpul di bawah pohon untuk berteduh. Waktu itu sekitar pukul 14.30 wib dan cuaca sangat panas.
Akhirnya penulis menemui mereka dan menanyakan tentang kegiatan yang sedang mereka kerjakan. Tanpa harus ditunjuk siapa yang menjawab ternyata mereka menjawabnya dengan wajah ceria.
“ Berteduh bang, panas kali di sini (di terminal)”
Mereka sudah akrab satu sama lain akibat dari pekerjaan yang sama dan seringnya bertemu di terminal itu. Kemudian penulis mulai menjelaskan tentang maksud penulis berada di sana dan akhirnya membuat janji untuk berjumpa dengan anak-anak itu. Mereka dengan wajah yang kusam tetap bisa tersenyum dan tertawa bersama-sama sambil mengganggu kawannya sesekali.
Setelah beberapa hari kemudian penulis menjumpai anak-anak jalan itu dan cuaca pada saat itu sedang hujan. Mereka pergi ke depan sebuah toko swalayan di di depan sebuah SPBU dan berteduh di sana. Setelah hujan mulai reda, penulis pun menemui mereka dan berkenalan. Akhirnya penulis mengajak informan I bercerita-cerita tentang kehidupannya sehari-hari.
Penulis memulai proses wawancara ini dengan menanyakan usia si anak.
Ketika ditanya:
“berapa usiamu saat ini dek?”
“tiga belas tahun bang”, jawab si anak.
Kemudian penulis menanyakan tentang apakah anak ini masih tinggal bersama dengan keluarganya atau tidak. Ternyata anak menjawab bahwa:
“masih bang (sambil menganggukkan kepalanya ke bawah”).
Saat itu cuaca mulai cerah setelah turunnya hujan dan anak-anak yang lain melanjutkan kegiatannya seperti semula. Di terminal itu memang banyak anak-anak yang bekerja seperti Teddy. Jumlah anak paling banyak bekerja terjadi ketika hari-hari libur. Penulis kemudian mencoba menanyakan tentang alasan anak ini berada di terminal ini. Kemuadia ia menjawabnya dengan senyuman kecil:
“karena jenuh bang, jadi ke sinilah aku sama kawan-kawan”
Kemudian penulis bertanya tentang kegiatan yang biasa anak ini lakukan di terminal ini. Kemudian anak ini menjawab:
“nyapu-nyapu angkot lah bang sama kawan-kawan”
Setelah itu penulis berusaha untuk mengetahui batas waktu yang anak ini gunakan ketika bekerja setiaphari. Anak inipun menjawabnya dengan santai:
“biasanya dari jam 11.00 wib bang, nanti pulang jam 16.30 wib. Itu kalau lagi libur sekolah bang. Tapi kalau hari biasa, kadang kerja kayak gini jam 14.00 wib, kadang jam 14.30 wib bang. Pokoknya pulang sekolah, makan ke rumah trus langsung ke sini bang sama kawan-kawan”.
Penulis kemudian berusaha mencari tahu tentang adakah orang yang menyuruhnya bekerja ternyata ia menjawab bahwa tidak ada orang yang menyuruhnya seperti berikut::
“ngak ada bang, kemauan sendiri”.
Penulis menyadari bahwa dalam setiap melakukan pekerjaananak-anak ini selalu diberi upah oleh sopir angkot. Dari situlah penulis ingin mengetahui kisaran upah yang biasa ia peroleh dari pekerjaannya itu. Setelah ditanyakan kepada Teddy, ternyata jawabannya:
“kalau nyapu angkot dikasih Rp 2.000,- kadang Rp 3.000,- bang”,
Kemudian penulis menanyakan lagi rata-rata upah yang ia peroleh dari pekerjaan ini dalam sehari. Ia pun menjawab sebanyak:
“Rp 20.000,- bang sehari”,
Setelah berkenalan sedikit mengenai kehidupan si anak, ternyata ia mengaku bahwa ia masih baru melakukan pekerjaan ini sebagai penyapu angkot.
“Aku masih baru bang kerja kayak gini, seminggu lah ada..”
“karena ngak ada kerjaan kalo udah pulang sekolah bang, trus diajak orang-orang inilah (kawan-kawan) ke sini (terminal) bang”
Teddy memang melakukan pekerjaan ini karena merasa jenuh dan diajak kawannya setelah pulang sekolah. Setelah makan siang ia bersama dengan yang lain akan ke terminal. Kemudian ia juga mengatakan bahwa bekerja seperti ini bisa menghasilkan uang. Ketika anak ini ditanya tentang berapa kali dia makan dalam sehari,ia menjawab:
“tiga kali bang”
Setelah mengetahui kisaran upah yang diperoleh ayahnya sebagai staff di CV.
SAHABAT perminggu yaitu Rp 400.000,- juga uang pegangan Rp 20.000,- dan ditambah lagi dengan penghasilan dari warung ibunya sekitar Rp 100.000,-perhari, penulis kemudian ingin mengetahui apakah kebutuhan keluarga terpenuhi.
Kemudian anak ini menjawab:
“terpenuhilah bang, (dengan ekspresi ragu)”
Saat ditanya uang yang diberi orang tuanya setiap hari sekolah, ia menjawab:
“Rp 12.000,- sampai Rp 14.000,- / hari bang sama ongkos ke sekolah, kadang sisa 12.000,- kadang Rp 10.000,- bang”.
Setelah ditanya lagi tentang uang tersebut, apakah masih kurang atau sudah cukup ternyata ia menjawab:
“ Sudah bang”.
Teddy menjelaskan lagi bahwa setiap hari sekolah ia selalu diberikan orang tuanya uang jajan Rp 12.000,- jika diantar ke sekolah dan Rp 14.000,- Jika naik angkot. Tetapi uang tersebut dimaksudkan orang tuanya untuk uang jajan sampai malam hari. Untuk itu penulis tertarik menanyakan alasan lain Teddy melakukan pekerjaan menyapu angkot dan ia menjawab:
“untuk mencari uang tambahan bang”
Penulis pun mulai mencari tahu secara lengkap tentang keadaan keluarga Teddy. Ternyata anak ini dianggap bandel oleh orang tuanya karena sering mengabaikan perintah orang tuanya. Dari pengakuan anak ini ternyata orang tuanya dulu tidak mengetahui kalau ia bekerja menyapu angkot. Namun setelah beberapa hari kemudian akhirnya ia ketahuan dan dimarahi orang tuanya.
“aku ini bandel bang kata orang tuaku, karena ngak mau disuruh bang jadi aku pergi ke sini (Terminal) sama kawan. Awalnya memang orang tuaku ngak tau kalau aku kerja kayak gini, akhirnya ketahuan bang. Marah mama ku bang, katanya, nyapu aja kau trus..!!!”
Pada saat melakukan wawancara ternyata anak-anak lain yang bekerja seperti dia sibuk membersihkan angkot. Sesekali mereka bercanda dan tidak jarang anak yang masih baru diganggu anak yang sudah lama bekerja di tempat itu. Penulis kemudian menanyakan tentang apa yang ada dalam pikiran Teddy,
“kerja dikit dapat duit, kalau di sini (terminal) bisa dapat duit bang, cuma nyapu angkot bentar udah dikasih duit Rp. 2.000,- kadang Rp 3.000,- sekali nyapu”.
Setelah ditanya tentang keterampilan yang dimilikinya, ternyata ia menjawab:
“tidak ada bang”
Dalam menjalankan pekerjaanya ternyata dia pernah dilarang oleh anak yang lebih tua dari dia yang bekerja di terminal itu.
“ Semalam kami bertiga diursir dari terminal itu bang karena menyapu mobil INTRA. Kata bang itu:
“ini daerahku dek, pigi klen “.
Penulis kemudian berusaha mencari tahu tentang respon orang tua melihat anak ini bekerja. Teddy kemudian menjawab
“dia marah bang, karena dia ngak mau aku kerja kayak gini”
Setelah itu penulis menanyakan lagi tentang upah yang diperolehnya setiap hari. Apakah uang tersebut dihabiskan sendiri oleh si anak anak diberikannya kepada orang tua. Anak ini kemudian menjawab:
“buat nambah-nambah uang jajan bang, kadang dikasih sama mama”
Pekerjaan menyapu mobil ini ternyata salah satu pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan dan moral anak-anak. Hal ini merupakan sebagian dari indikator yang menunjukkan bahwa suatu pekerjaan termasuk ke dalam pekerjaan terburuk buat anak. Pekerjaan Teddy sehari-hari dapat dikatakan sebagai pekerjaan yang berbahaya mengingat banyaknya kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya. Kemungkinan itu bisa saja ditabrak oleh angkot, diganggu preman, terjatuh dari angkot, bisa terserang penyakit dan sebagainya. Seperti penjelasan anak ini bahwa :
“kalau kerja kayak gini bang sering hampir kena tabrak, kadang sering batuk-batuk juga bang.”
Semua kemungkinan itu seolah-olah sudah terbiasa bagi anak-anak jalanan yang bekerja membersihkan angkot setiap hari seperti Teddy. Kemudian penulis menanyakan tentang sejak usia berapa ia melakukan pekerjaan ini.
“usiaku sekarang ini lah bang 13 tahun, kan aku masih baru di sini bang”
Hak-hak anak seperti memperoleh pendidikan gratis, mendapatkan perlindungan, perlakuan khusus, pengasuhan orang tua, perhatian dan kasih sayang dan sebagainya seharusnya dapat terpenuhi. Ternyata tidak semua keluarga mampu memenuhinya dengan baik. Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi keadaan itu. Tidak terlepas dari keadaan ekonomi keluarga yang tidak baik. Sehingga anak yang merasa kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari keluarga membuat mereka lari ke jalan untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya.
Penulis kemudian berusaha mengetahui tentang fungsi anggota keluarga dalam memenuhi hak-haknya sebagai anak, anak ini menjawab:
“Fungsi keluargaku baik bang”
Kemudian penulis berusaha menjelaskan sedikit tentang hak-haknya sebagai anak. Setelah itu penulis ingin mengetahui bagaimana tentang pemenuhan hak-haknya sebagai anak, apakah dapat terpenuhi dengan baik, kemudian dijawabnya dengan jelas:
“terpenuhi bang, orang tuaku sayang sama aku, trus perhatian juga bang, kemudian kalau ada yang ganggu aku di luar pun orang tuaku tetap melindungi aku bang ”
Anak-anak yang di jalanan pada dasarnya memiliki keinginan yang sama yaitu untuk mencari kebebasan dan mencari uang, baik untuk diri sendiri maupun untuk diberikan kepada orang tua. Keadaan ini juga tidak terlepas dari adanya teman yang selalu membuat mereka saling berbagi dan bercanda. Sudah jarang mereka mendapatkan kasih sayang dari anggota keluarga. Seperti jawaban Teddy saat ditanya tentang perhatian orang tuanya bahwa
“ orang tuaku dulu sangat perhatian samaku bang, tapi sekarang sudah ngak lagi perhatian karena aku bandel, nyapu angkot sama ngak mau bantu orang tua jualan lagi”.
Saat ditanya alasannya kenapa tidak mau membantu orang tuanya berjualan lagi ialah
“ karena takut dimarahi bang, salah-salah dikit kena marah”. Anak ini kemudian menjelaskan lagi bahwa:
“aku ngak pernah dipaksa-paksa orang tuaku kerja bang, selalu didukung orang tua. Kalau sekolah sering diantar bang, ngak pernah dilarang bersekolah bang. Orang tuaku juga masih perduli sama aku, aku masih tinggal sama orang tuaku”.
Penulis selanjutnya bertanya tentang perobatan atau jaminan sosial yang anak ini gunakana dengan keluarganya, ia kemudian menjawab:
“kalau berobat nanti pake BPJS bang yang gratis itu”
Inilah gambaran tentang kehidupan informan I yang setiap hari melakukan pekerjaaan menyapu angkot untuk mencari rejeki di terminal Terpadu Amplas. Akan tetapi ini hanya sebagian kecil saja pekerjaan anak jalanan di kota medan. Pekerjaan-pekerjaan yang biasa dilakukan anak-anak jalanan sangat beragam, diantaranya ada yang mengamen, menjual makanan dan minuman, menjual rokok, menjual mainan-mainan anak-anak dan sebagainya.
5.1.2. Informan Utama Kedua
Identitas Responden : Kedua
Nama : Rizky Ananda
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 21-02-2003
Usia : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Menteng Gg. Amal
Sekolah : Tidak Sekolah
Kelas : -
Pekerjaan sehari-hari : Penyapu angkot (Sapsol/ Sapu solar) Mulai bekerja : 15.30 wib
Sampai jam : 22.00 wib
Pengahsilan rata-rata : Rp 25.000,-/ hari
Nama Ayah : Dedi Cahyadi
Pekerjaan : Bangun Pentas
Penghasilan : 1.000.000,-/ bulan
Nama Ibu : E. Hasanah
Pekerjaan : Wiraswasta
Pengahasilan : Rp 100.000,-/ hari
Penulis menemukan informan ini di tempat informan I berteduh. Awal pembicaraan penulis dengan informan ini ialah dengan menanyakan usia si saat ini, ia kemudian menjawabnya:
“14 tahun bang”
Usia Risky yang masih berumur 14 tahun sudah terbiasa dengan kehidupan jalanan yang keras. Anak ini ternyata sudah lama berhenti sekolah. Dengan tidak lagi memikirkan bangku sekolah membuat ia susah bangun pagi.
“kalau saya biasanya tidur jam 22.00 wib malam bang, trus bangun jam 11.00 wib siang”.
Kemudian penulis mulai menjelaskan tentang maksud penulis menjumpai anak ini. Anak ini ternyata tidak ada ekspresi penolakan dari wajahnya maupun gerak-geriknya. Akhrinya penulis pun melakukan pendekatan untuk bisa memulai pembicaraan guna menggali informasi kehidupan si anak.
Penulis memulai proses wawancara ini dengan menanyakan usia si anak.
Kemudian penulis menanyakan tentang apakah anak ini masih tinggal bersama dengan keluarganya atau tidak. Ternyata anak menjawab bahwa:
“masih bang”
Sewaktu penulis melakukan wawancara dengan Informan II anak-anak yang lain melanjutkan kegiatannya menyapu angkot. Terminal itu dipenuhi oleh anak-anak yang bekerja menyapu angkot. Kemudian penulis menanyakan jumlah terbanyak anak menyapu angkot di terminal itu, kemudian anak ini menjawab:
“hari libur bang, minggu sama tanggal merah bang”
Jumlah anak paling banyak bekerja terjadi ketika hari-hari libur. Penulis kemudian mencoba menanyakan tentang alasan anak ini berada di terminal ini.
Kemuadia ia menjawabnya dengan senyuman kecil:
“karena jenuh bang, jadi ke sinilah aku sama kawan-kawan”
Kemudian penulis bertanya lagi tentang kegiatan yang biasa anak ini lakukan di terminal ini. Kemudian anak ini menjawab:
“nyapu angkot bang sama orang ini (sambil menunjuk anak-anak di sekitarnya)”
Setelah itu penulis berusaha untuk mengetahui batas waktu yang anak ini gunakan ketika bekerja setiaphari. Anak inipun menjawabnya dengan santai:
“jam 15.30 wib bang, nanti pulang jam 22.00 wib,
Mendengar pengakuannya sebagai anak yang bekerja di sore hari sampai malam hari membuat penulis merasa ragu. Kemudian ia menjelaskan lagi bahwa:
“iya bang jam setengah empat, itu nanti sampai malam, jam sepuluh baru pulang ke rumah bang”
Penulis kemudian berusaha mencari tahu tentang adakah orang yang menyuruhnya bekerja, ternyata ia menjawab bahwa tidak ada orang yang menyuruhnya bekerja seperti berikut:
“ngak ada bang, kemauan sendiri”.
Dalam setiap melakukan pekerjaan ini anak-anak ini selalu diberi upah oleh sopir angkot. Kemudian penulis ingin mengetahui kisaran upah yang biasa ia peroleh dari pekerjaannya itu, ternyata ia menjawab bahwa:
“kalau nyapu angkot dikasih Rp 2.000,- kadang Rp 3.000,- bang” tapi kalau bus bisa dikasih goceng bang (Rp 5.000,-),
Kemudian penulis menanyakan lagi rata-rata upah yang ia peroleh dari pekerjaan ini dalam sehari.
“Rp 20.000,- bang sehari”,
Setelah berkenalan sedikit mengenai kehidupan si anak, ternyata ia mengaku bahwa ia sudah lama melakukan pekerjaan ini sebagai penyapu angkot.
“dari kelas tiga SD bang sampai sekarang inilah bang ..”
Penulis kemudian menanykan apakah ia menamatkan sekolahnya dan anak itu menjawab bahwa:
“tamat SD aja bang”
Risky melakukan pekerjaan ini karena merasa jenuh dan diajak kawannya setelah pulan sekolah. Kemudian ia juga mengatakan bahwa bekerja seperti ini bisa meghasilkan uang.
Ayahnya bekerja membangun pentas untuk acara pesta dan band dengan penghasilan kira-kira Rp 1.000.000,- dan ditambah lagi dengan penghasilan dari warung ibunya sekitar Rp 100.000,- membuat penulis kemudian ingin mengetahui apakah kebutuhan anggota keluarga tetap terpenuhi. Kemudian anak ini menjawab:
“terpenuhilah bang”
Saat ditanya uang yang diberi orang tuanya setiap hari kepadanya, ia menjawab:
“Rp 15.000.- bang”.
Setelah ditanya lagi tentang uang tersebut , apakah masih kurang atau sudah cukup, ternyata ia menjawab:
“ Sudah bang (dengan nada yang lemah sambil melihat-lihat angkot yang sedang lewat)”.
Risky menjelaskan bahwa uang tersebut diberikan orang tuanya untuk uang jajan sampai malam hari. Untuk itu penulis tertarik menanyakan alasan lain Risky melakukan pekerjaan menyapu angkot dan ia menjawab:
“untuk mencari uang tambahan bang”
Penulis pun mulai mencari tahu secara lengkap tentang keadaan keluarga si anak. Ternyata anak ini dianggap bandel oleh orang tuanya karena sering mengabaikan perintah orang tuanya dan juga tidak mau lagi melanjutkan sekolahnya.
Kemudian ia juga menjelaskan ternyata orang tuanya dulu tidak mengetahui kalau ia bekerja menyapu angkot. Namun setelah beberapa hari kemudian akhirnya ia ketahuan dan dimarahi orang tuanya.
“aku ini bandel bang kata mama ku, karena ngak mau disuruh dan ngak mau sekolah lagi bang, jadi aku pergi ke sini (Terminal) sama kawan. Awalnya memang orang tuaku ngak tau kalau aku kerja kayak gini, akhirnya ketahuan
bang. Marah mama ku bang, dinasehatinya aku bang katanya, katanya kau jangan nyapu lah kan mama ngasih uang samamu”
Karena ketidakmauan Risky melanjutkan sekolahnya akhirnya orang tuanya tidak mau memaksanya lagi untuk sekolah. Dulu kata sia anak ia selalu disuruh orang tuanya untuk sekolah. Akan tetapi karena anak ini malas sekolah akhirnya ia hanya tamat Sekolah Dasar saja.
Pada saat melakukan wawancara ternyata anak-anak lain yang bekerja seperti dia sibuk membersihkan angkot. Penulis kemudian menanyakan tentang apa yang ada dalam pikiran Risky,
“kerja di sini bisa dapat duit, cuma nyapu angkot nanti dikasih duit Rp.
2.000,- kadang Rp 3.000,- sekali nyapu”.
Setelah ditanya tentang keterampilan yang dimilikinya, ternyata ia menjawab:
“tidak ada lah bang”
Penulis kemudian berusaha mencari tahu tentang respon orang tuanya setelah melihat ia bekerja. Risky kemudian menjawab:
“ya marah lah bang, mau gimana lagi bang, aku ngak sekolah lagi, jadi udah dibiarkannya juga sekarang”
Setelah itu penulis menanyakan lagi tentang upah yang diperolehnya setiap hari. Apakah uang tersebut dihabiskan sendiri oleh si anak anak diberikannya kepada orang tua. Anak ini kemudian menjawab:
“buat nambah-nambah uang jajan bang, kadang dikasih sama mama”
Pekerjaan menyapu angkot ini dapat membahayakan kesehatan, keselamatan dan moral anak-anak. Hal ini merupakan sebagian dari indikator yang menunjukkan bahwa suatu pekerjaan termasuk ke dalam pekerjaan terburuk buat anak. Pekerjaan Risky sehari-hari dapat dikatakan sebagai pekerjaan yang berbahaya mengingat
banyaknya kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya.
Kemungkinan itu bisa saja ditabrak oleh angkot, terserang penyakit dan sebagainya.
Anak ternyata menyadari akan bahaya tersebut dan menjelaskan bahwa :
“kalau hampir kena tabrak sering lah bang, kadang sering batuk-batuk juga bang tapi kalau flu ngak pernah.”
Kemungkinan itu sudah terbiasa bagi anak ini. Kemudian penulis menanyakan tentang sejak usia berapa ia melakukan pekerjaan ini.
“8 tahun mungkin bang, waktu kelas 3 SD lah itu bang”
Kemudian penulis menjelaskan sedikit tentang hak-hak anak seperti memperoleh pendidikan gratis, mendapatkan perlindungan, perlakuan khusus, pengasuhan orang tua, perhatian dan kasih sayang dan sebagainya. Akhirnya penulis kemudian berusaha mengetahui tentang fungsi anggota keluarga dalam keluarganya dalam memenuhi haknya itu dan ternyata ia menjawab:
“Fungsi keluargaku baik bang, terpenuhi juga bang, orang tuaku sayang sama aku, trus perhatian juga bang, kemudian kalau ada yang ganggu aku di luar pun orang tuaku tetap melindungi aku bang, Cuma karena aku ngak sekolah lagi, jadi orang tuaku sudah malas membujuk aku sekolah ”
Anak-anak pada dasarnya menginginkan kebebasan dan mencari uang, baik untuk diri sendiri maupun untuk diberikan kepada orang tua. Keadaan ini juga tidak terlepas dari adanya ajakan teman. Akan tetapi Risky menyebutkan bahwa sudah jarang ia mendapatkan kasih sayang dari anggota keluarga.
“ orang tuaku dulu sangat perhatian samaku bang, tapi sekarang sudah ngak lagi perhatian karena aku bandel, ngak mau sekolah trus nyapu angkot lagi bang, jualan pun ngak mau bantu lagi”.
Saat ditanya alasannya kenapa tidak mau membantu orang tuanya berjualan lagi ialah
“ karena malas bang” jawab si anak.
Setelah mengetahui sedikit tentang hak-haknya sebagai anak kemudian ia menjelaskan lagi bahwa:
“aku ngak pernah dipaksa-paksa orang tuaku kerja bang, selalu didukung orang tua. Orang tua juga masih perduli sama aku dan tetap disauh orang tuaku”
Penulis selanjutnya bertanya tentang jaminan sosial dan cara perobatan anak ini dengan keluarganya gunakan, ia kemudian menjawab:
“kalau berobat nanti pake BPJS bang yang gratis itu”
Inilah gambaran tentang kehidupan informan II yang setiap hari melakukan pekerjaaan menyapu angkot untuk mencari rejeki di terminal Terpadu Amplas.
Pekerjaan-pekerjaan seperti ini ternyata masih banyak dilakukan oleh anak-anak seusianya. Dampak dari kegiatannya sehari-hari membuat ia kelelahan akhirnya sering tidur larut malam. Pada malam ia terkadang pergi ke warung internet sekitar 1
Pekerjaan-pekerjaan seperti ini ternyata masih banyak dilakukan oleh anak-anak seusianya. Dampak dari kegiatannya sehari-hari membuat ia kelelahan akhirnya sering tidur larut malam. Pada malam ia terkadang pergi ke warung internet sekitar 1