hasil perhitungan; qO(peak) = debit puncak observasi;
qO(mean) = rata-rata debit observasi; dan qS(peak) = debit puncak hasil perhitungan.
Objective functions merupakan ukuran kuantitatif bagi goodnes-of-fit yang menunjukkan derajat keragaman antara hidrograf hasil perhitungan dengan data pengamatan (Tabel 3.5). Search methods digunakan untuk meminimalkan objective function dan mendapatkan nilai parameter yang paling sesuai. Pencarian nilai parameter dilakukan dengan cara iterasi melaui proses trial and error. Dua algoritma search methods yang tersedia dalam HEC-HMS adalah univariate-gradient search algorithm dan Nelder and Mead simplex search algorithm.
IV. KEADAAN UMUM DAS CILIWUNG BAGIAN HULU
4.1 Letak dan Luas Daerah
Secara umum sungai Ciliwung mengalir dari arah Selatan ke Utara, melalui wilayah Kabupaten Bogor, Kotamadya Bogor, Kotip Depok dan DKI Jakarta. DAS Ciliwung di sebelah Barat dibatasi oleh DAS Cisadane dan di sebelah Timur dibatasi DAS Citarum, dengan hulunya di sebelah Selatan yaitu berada di Gunung Gede–Pangrango dan bermuara di Teluk Jakarta.
DAS Ciliwung dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu hulu, tengah dan hilir. Pada Penelitian ini akan dibahas mengenai DAS Ciliwung bagian hulu, meliputi wilayah Kecamatan Cisarua, Ciawi dan Kedunghalang, mulai dari Desa Tugu sampai SPAS Katulampa, yaitu di sekitar Desa Katulampa, Ciawi, Bogor. Secara geografis DAS Ciliwung bagian Hulu terletak di daerah antara 06o02’
sampai 06o55’ LS dan 106o35’ sampai 107o00’
BT dengan luas wilayah sekitar 148 km2. 4.2 Iklim
Iklim di Daerah Aliran Sungai Ciliwung pada umumnya adalah iklim tropis, dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 19-25oC.
Menurut sistem klasifikasi Schmidt–Ferguson, berdasarkan perbandingan jumlah rata-rata bulan basah dengan bulan kering, DAS Ciliwung bagian hulu termasuk ke dalam tipe iklim A.
Rata-rata curah hujan wilayah di DAS Ciliwung bagian hulu berkisar antara 122-564 mm/bulan. Bulan basah terjadi selama 8-10 bulan (Agustus–Mei) dengan bulan terbasah Januari, dan bulan lembab 2-4 bulan (Juni–
September) dengan bulan terkering adalah Agustus.
Gambar 4.1 Peta lokasi daerah penelitian
Tabel 4.1 Curah hujan rata-rata bulanan tiap stasiun dan curah hujan wilayah DAS Ciliwung bagian hulu 1985-2002.
CH Rata-rata Tiap Stasiun (mm/bln)
Bulan
Citeko Katu lampa
Gunung Mas
CH Wilayah (mm/bln) Jan 515 490 608 564 Feb 443 429 533 491 Mar 346 378 375 364 Apr 260 341 386 336 Mei 177 305 248 227 Jun 112 206 197 167 Jul 108 171 141 132 Agu 92 217 126 122 Sep 140 276 220 196 Okt 206 383 272 258 Nov 311 408 399 368 Des 325 365 418 379 Hasil perhitungan, data dari BMG
4.3 Topografi
DAS Ciliwung bagian hulu yang berada pada ketinggian 300–3000 m, mempunyai bentuk topografi yang bervariasi mulai dari dataran sampai berupa perbukitan dengan bentuk lereng mulai dari datar, landai, agak
curam sampai curam. Daerah dengan topografi datar sampai landai atau daerah dengan kemiringan lereng 0-8% mempunyai persentase terbesar yaitu sekitar 36% dari luas seluruh DAS. Sedangkan wilayah dengan kemiringan lereng 8-15%, memiliki persentase yang paling kecil yaitu sekitar 11% atau seluas 1625,5 Ha.
Keadaan DAS Ciliwung bagian hulu yang agak terjal dikarenakan oleh wilayah ini dibentuk oleh beberapa pegunungan diantaranya Gn.
Gede-Pangrango, Gn. Mandalawangi, dan Gn.
Kencong. Secara rinci kemiringan DAS Ciliwung bagian hulu dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Luas DAS Ciliwung bagian hulu berdasarkan kemiringan.
No Kelas Lereng (%)
Luas (Ha)
1 0 – 8 5407,0
2 8 – 15 1625,5
3 15 – 25 3550,0
4 25 – 45 1869,5
5 > 45 2384,5
Hasil perhitungan berdasarkan peta kemiringan DAS Ciliwung Hulu
4.4 Tanah dan Penggunaan Lahan
Sekitar 28% jenis tanah di DAS Ciliwung bagian hulu merupakan jenis tanah konsosiasi typic hapludent. Jenis tanah dengan luasan terkecil adalah jenis kompleks aluvial yaitu sekitar 0,2% sedangkan untuk jenis tanah yang lain dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Jenis tanah DAS Ciliwung bagian hulu
Jenis Tanah Luas
(Ha) Asosiasi typic hapludants-typic
troposament 3424
Assosiasi andic humitropepts 2734 Kompleks typic troporthent-typic
fluvaquent 304
Hasil perhitungan berdasarkan Peta Tanah Semi Detail 1992, Skala 1:50.000.
Berdasarkan jenis tanah yang terdapat di DAS Ciliwung bagian hulu maka Fakhrudin (2003) mengelompokkan sebagai berikut:
1. Asosiasi typic hapludants-typic troposament mempunyai sifat drainase cepat dan tekstur kasar, diklasifikasikan ke dalam kelompok hidrologi tanah A.
2. Asosiasi typic humitripepts dan kompleks typic troporthent-typic fluvaquent mempunyai sifat drainase baik dan tekstur sedang sampai kasar, diklasifikasikan ke dalam kelompok hidrologi tanah B.
3. Latosol coklat kemerahan, konsosiasi typic hapludent, konsosiasi typic eutropepts, assosiasi andic humitropepts dan kompleks aluvial mempunyai sifat drainase yang baik dan tekstur sedang sampai halus, dan diklasifikasikan ke dalam kelompok hidrologi tanah C.
4. Konsosiasi typic distropepts mempunyai tekstur yang halus dan diklasifikasikan ke dalam kelompok hidrologi tanah D.
Dengan menggunakan pengelompokan diatas maka didapatkan peta kelompok hidrologi tanah.
Penggunaan lahan DAS Ciliwung Hulu diturunkan berdasarkan peta Landsat tahun 2004 menggunakan software ER Mapper 6.4.
Dengan metode klasifikasi tak terbimbing
(unsupervised classification), DAS Ciliwung bagian hulu terbagi menjadi 5 tipe penggunaan lahan, yaitu hutan, kebun, tegalan, sawah dan pemukiman.
Tabel 4.4 Tipe penggunaan lahan DAS Ciliwung bagian hulu tahun 2004.
Penggunaan Lahan Luas (Ha) %
Hutan 34028,2 23,4
Kebun 22354,0 15,4
Sawah 30855,6 21,2
Pemukiman 38696,3 26,6
Tegalan 19488,9 13,4
Hasil perhitungan berdasarkan peta Landsat 2004 dengan klasifikasi tak terbimbing.
4.5 Morfometri DAS
Bentuk DAS Ciliwung bagian hulu secara keseluruhan adalah menyerupai kipas, dengan anak-anak sungai yang mengalir ke sungai utama dan terkonsentrasi ke satu titik di sekitar Katulampa, dengan bentuk outlet menyerupai leher botol. Jaringan sungai dan batas DAS Ciliwung bagian hulu diturunkan berdasarkan peta digital elevation model (dem) Ciliwung menggunakan software ArcView GIS 3.3.
DAS Ciliwung bagian hulu terdiri atas 6 subDAS, yaitu Cibogo, Ciesek, Cisarua, Cisukabirus, Ciseuseupan dan Tugu. Penentuan banyaknya subDAS berdasarkan ordo jaringan sungai yang dihitung dengan metode Strahler.
Setiap subDAS minimal memiliki satu sungai yang berordo dua.
Parameter morfometri DAS yang diukur pada masing-masing subDAS diantaranya adalah panjang sungai utama (Lms = length of main stream), panjang sungai dari outlet sampai titik terdekat dengan pusat DAS (Lc = length to centroid), kemiringan DAS rata-rata (aws = average watershed slope) serta kemiringan sungai rata-rata (ars = average river slope).
Kemiringan subDAS rata-rata dihitung menggunakan metode rata-rata timbang (weight mean method), yaitu menghitung perkalian dari kemiringan antara dua garis kontur dengan luas areal antara dua garis kontur tersebut dibagi dengan luas subDAS (Seyhan 1977). Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
A
Tabel 4.5 Parameter morfometri DAS Ciliwung bagian hulu
S(n-1)n = kemiringan rata-rata antara dua garis kontur (n-1) dan n yang saling berdekatan dalam m/m, A(n-1)n = luas areal antara dua garis
kontur (n-1) dan n dalam m2, A = Luas subDAS dalam m2.
Kemiringan sungai rata-rata dihitung dengan metode faktor kemiringan 85-10 (the 85-10 slope factor method), yaitu kemiringan antara 10% sampai 85% jarak sungai yang diukur dari keluarannya (Seyhan 1977).
Persamaan yang digunakan adalah:
L
msdengan h85 adalah ketinggian pada 85% jarak sungai dalam meter, dan h10 adalah ketinggian pada 10% jarak sungai dalam meter.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN