• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

4.3. Keadaan dan Pertumbuhan Angkatan Kerja di Kalimantan

Tabel 3 memberikan gambaran umum keadaan angkatan kerja di daerah perdesaan dan perkotaan di Kalimantan Timur selama periode tahun 2003-2010. Dari Tabel 3 tersebut menunjukkan bahwa distribusi relatif angkatan kerja di perdesaan dan perkotaan mencerminkan distribusi penduduk usia kerja di Kalimantan Timur yang bekerja dan mencari pekerjaan. Pada tahun 2003

angkatan kerja terkonsentrasi di daerah perdesaan yaitu sebesar 618,99 ribu orang (50,63 persen), sedangkan pada tahun 2010 proporsi angkatan kerja yang berada di daerah perdesaan menurun menjadi sebesar 46,79 persen, dan secara absolut jumlah angkatan kerja di desa mengalami penurunan menjadi 771,31 ribu orang.

Tabel 3. Persentase Angkatan Kerja menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal di Kalimantan Timur Tahun 2003-2010

Tahun

Jenis Kelamin Daerah Tempat Tinggal Jumlah Angkatan

Kerja (Ribuan)

Rasio Laki-laki Perempuan Total Kota Desa Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 2003 69,50 30,50 100,00 49,37 50,63 100,00 1.223 227,91 2004 73,00 27,00 100,00 54,39 45,61 100,00 1.161 270,41 2005 71,86 28,14 100,00 52,81 47,19 100,00 1.216 255,33 2006 66,92 33,08 100,00 52,93 47,07 100,00 1.325 202,26 2007 69,75 30,25 100,00 53,17 46,83 100,00 1.241 230,59 2008 69,26 30,74 100,00 53,10 46,90 100,00 1.417 225,29 2009 69,66 30,34 100,00 53,44 46,56 100,00 1.461 229,58 2010 68,43 31,57 100,00 53,21 46,79 100,00 1.648 216,75

Sumber : BPS Kalimantan Timur, 2011.

Angkatan kerja di daerah perkotaan cenderung mengalami kenaikan secara proporsional selama periode 2003-2010. Kenaikan ini mungkin disebabkan karena sebagian dari program pemerintah memberikan kesempatan kerja di Sektor Nonpertanian yang menjadi penekanan dalam proses pembangunan.

Bersamaan dengan proses pembangunan akan terjadi pemindahan tenagakerja dari Sektor Pertanian menuju Sektor Nonpertanian. Dengan pembangunan lebih lanjut di Sektor Jasa-jasa akan mengakibatkan terjadinya perpindahan penduduk yang terus menerus dari perdesaan ke perkotaan untuk mencari pekerjaan di Sektor Nonpertanian yang dianggap lebih menberikan harapan.

34

Dari pola perubahan yang terjadi selama ini pada masa-masa selanjutnya diperkirakan akan terjadi penambahan angkatan kerja yang cukup besar di daerah perkotaan. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius dipandang dari sudut perencanaan pembangunan di masa mendatang.

Menurut jenis kelamin, pada tahun 2003 sebanyak 1,2 juta orang dari penduduk usia kerja laki-laki sebanyak 849,97 ribu orang (69,50 persen) tergolong angkatan kerja. Sedangkan, pada tahun 2010 jumlah penduduk laki-laki yang tergolong angkatan kerja sebanyak 1,13 juta (68,43 persen) orang dari 1,65 juta penduduk usia kerja. Dengan demikian jumlah dari angkatan kerja laki-laki mengalami kenaikan selama periode tahun 2003-2010 walaupun secara proporsi mengalami penuruan. Sedangkan, untuk penduduk usia kerja perempuan pada tahun 2003 sebesar 372,89 ribu orang (30,50 persen) tergolong angkatan kerja dari 1,22 juta penduduk usia kerja dan meningkat menjadi 520,42 ribu orang (31,57 persen) dari 1,65 juta orang pada tahun 2010.

Rasio jenis kelamin penduduk usia 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja berada pada interval 200-275 yang berarti bahwa ada sekitar 200 sampai 275 laki-laki pada setiap 100 perempuan dalam angkatan kerja. Hal ini menunjukkan dominasi laki-laki dalam angkatan kerja. Terutama terjadi pada tahun 2004 dimana rasio jenis kelaminnya sebesar 271 sehingga setiap 100 wanita yang ada dalam angkatan kerja akan terdapat sebanyak 271 orang laki-laki dalam angkatan kerja. Rendahnya tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja pada batas tertentu mungkin disebabkan oleh bias dari definisi wanita bekerja. Definisi tersebut mengatakan bahwa wanita bekerja sebagai pekerja keluarga yang tak

dibayar, pada sektor tradisional lebih cenderung diklasifikasina sebagai pengurus rumahtangga bukan masuk dalam angkatan kerja. Pengklasifikasian ini terjadi terutama di daerah perdesaan.

4.3.2. Keadaan Angkatan Kerja yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Seperti halnya klasifikasi lapangan pekerjaan, maka klasifikasi status pekerjaan utama mempunyai hubungan dekat dengan pembangunan suatu daerah. Tabel 4 menunjukkan distribusi angkatan kerja yang bekerja menurut status pekerjaan utama di Kalimantan Timur pada tahun 2003 dan 2010. Dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah laki-laki yang berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai negeri sipil lebih besar daripada jumlah perempuan pada status yang sama. Sedangkan, bila dilihat dari daerah tempat tinggal, maka proporsi yang berstatus buruh di perkotaan lebih besar daripada di perdesaan. Hal ini, karena daerah perkotaan menjadi pusat pabrik dan industri sehingga banyak memerlukan tambahan tenagakerja. Akibatnya banyak angkatan kerja yang pindah dari perdesaan untuk bekerja di perkotaan.

Oberai (1978), mengamati bahwa proporsi buruh yang dianggap mewakili angkatan kerja dalam kegiatan modern akan meningkat sejalan peningkatan proses pembangunan dan industrialisasi di wilayah tersebut. Dengan perkataan lain bahwa wilayah yang proporsi buruhnya relatif tinggi, maka di wilayah itu telah terjadi suatu proses industrialisasi. Sebaliknya, rendahnya proporsi buruh di suatu wilayah akan dapat menunjukkan ketertinggalan dalam pembangunan ekonomi. Daerah Kalimantan Timur pada tahun 2003 mempunyai proporsi buruh sebesar

36

39,86 persen untuk laki-laki dan 26,52 persen untuk perempuan. Pada tahun 2010 proporsi buruh mengalami kenaikan, untuk laki-laki menjadi 49,79 persen sedangkan untuk perempuan menjadi 40,87 persen.

Tabel 4. Persentase Penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan utama, jenis kelamin dan daerah tempat tinggal di Kalimantan Timur tahun 2003-2010

Status pekerjaan utama

Daerah Tempat Tinggal Jenis Kelamin

Kota Desa Laki-laki Perempuan 2003 2010 2003 2010 2003 2010 2003 2010 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Berusaha sendiri 20,54 20,52 13,99 22,07 19,02 21,99 12,68 19,46

Berusaha dibantu buruh tidak

tetap 8,73 8,53 28,89 17,65 22,14 14,57 11,05 8,64

Berusaha dibantu buruh tetap 3,33 3,77 1,34 2,20 2,77 3,72 1,20 1,32 Buruh atau karyawan atau

pegawai 53,88 59,19 18,81 33,85 39,86 49,79 26,52 40,87

Pekerja bebas di pertanian 2,37 0,48 1,86 2,93 2,50 1,99 1,13 0,80

Pekerja bebas di nonpertanian 4,80 1,96 1,94 1,84 4,06 2,26 1,55 1,04

Pekerja Keluarga 6,35 5,55 33,16 19,47 9,65 5,68 45,86 27,86

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Jumlah yang bekerja

(Ribuan) 542,83 780,21 561,32 701691,00 789,07 1050,22 315,08 431,68

Sumber : BPS Kalimantan Timur, 2011.

Tingginya proporsi status buruh di suatu wilayah juga berkaitan erat dengan Sektor Industri. Sektor Industri dianggap sebagai sektor modern yang memiliki produktivitas yang tinggi, sehingga penghasilan yang diterima juga lebih tinggi daripada Sektor Pertanian. Karena kegiatan Sektor Industri terpusat di daerah perkotaan, maka proporsi buruh laki-laki atau perempuan di perkotaan akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang berada di daerah perdesaan.

Proporsi angkatan kerja yang bekerja sendiri di Kalimantan Timur cukup besar dan selama periode 2003-2010 mengalami kenaikan. Proporsi laki-laki lebih besar daripada perempuan. Hal ini berkaitan dengan angkatan kerja yang tergolong sebagai pekerja keluarga yang tak dibayar. Proporsi pekerja keluarga perempuan selalu lebih besar daripada laki-laki. Tingginya proporsi pekerja

keluarga perempuan sangat dipengaruhi kegiatan ibu rumahtangga dan anaknya dalam membantu pekerjaan ayahnya menggarap lahan di persawahan. Selain itu, juga disumbang oleh subsektor perdagangan.

Pembangunan yang dilaksanakan selama ini dan masa yang akan datang diharapkan dapat meningkatkan proporsi angkatan kerja yang berstatus buruh, sedangkan proporsi angkatan kerja yang bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain dan proporsi pekerja keluarga akan semakin berkurang. Dengan demikian, diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan pada pola tradisional yang ada di daerah perkotaan maupun di perdesaan, terutama perempuan pada status yang sama di daerah perdesaan.

4.3.3. Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja

Tabel 5a dan 5b memberikan keterangan tentang pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh angkatan kerja dan berdasarkan jenis kelamin selama periode tahun 2003-2010. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja berada pada pendidikan menengah yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), baik laki-laki maupun perempuan. Untuk laki-laki pada tahun 2003 proporsi yang bekerja dengan kelulusan SLTA sebesar 28,68 persen dan pada tahun 2010 naik menjadi 37,01 persen. Sedangkan, untuk angkatan kerja perempuan yang lulus SLTA pada tahun 2003 sebesar 15,87 persen dan pada tahun 2010 naik menjadi 28,76 persen.

38

Tabel 5a. Persentase Penduduk Usia Kerja menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Seminggu yang lalu di Kalimantan Timur Tahun 2003-2010

Laki-laki

Jenis Kegiatan Seminggu yang lalu Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Bekerja 82,36 80,45 78,41 78,59 74,93 76,08 75,22 79,76 Mencari Pekerjaan 6,33 6,40 7,09 8,79 8,69 8,38 9,81 5,91 Sekolah 7,39 7,83 10,31 7,69 10,19 9,11 9,30 8,77 Mengurus rumahtangga 0,97 1,06 0,50 0,56 1,46 1,17 1,18 1,03 Lainnya 2,95 4,26 3,69 4,37 4,72 5,26 4,49 4,52 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Angkatan Kerja (Ribuan) 849,74 847,72 873,55 886,57 865,91 981,50 1.017,70 1.128,02

Sumber : BPS Kalimantan Timur, 2011.

Perkembangan pendidikan ini menunjukkan bahwa telah terjadi keberhasilan dari Dinas Pendidikan Kalimantan Timur dengan program pendidikan dasar sembilan, yaitu wajib mempunyai pendidikan minimal tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Sebelumnya Dinas Pendidikan menerapkan program pendidikan dasar enam tahun, dimana penduduk wajib berpendidikan minimal sampai Sekolah Dasar (SD).

Tabel 5b. Persentase Penduduk Usia Kerja menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Seminggu yang lalu di Kalimantan Timur Tahun 2003-2010

Perempuan

Jenis Kegiatan Seminggu yang lalu Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Bekerja 36,24 27,59 29,96 36,60 32,39 36,06 37,57 37,03 Mencari Pekerjaan 6,64 6,27 6,83 9,30 6,13 5,76 3,81 7,61 Sekolah 7,42 9,61 10,55 7,94 9,58 9,00 9,00 9,58 Mengurus rumahtangga 47,66 53,54 49,29 43,57 47,02 46,24 46,49 42,71 Lainnya 2,03 2,99 3,37 2,58 4,87 2,94 3,14 3,07 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Angkatan Kerja (Ribuan) 372,84 314,49 340,13 438,32 375,51 435,47 443,29 520,43

Dampak langsung dari rendahnya tingkat pendidikan adalah berhubungan dengan kualitas dan kecakapan dari angkatan kerja. Namun, tendensi penurunan secara umum partisipasi angkatan kerja yang tidak berpendidikan, baik laki-laki maupun perempuan memberikan gambaran yang cukup baik di masa depan. Banyaknya perempuan yang kurang berpendidikan juga menjadi sebab sulitnya angkatan kerja perempuan masuk ke dalam sektor modern di perkotaan. Sehingga, kebanyakan masuk pada sektor tradisional di perdesaan.

Dokumen terkait