• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Ekonomi

Dalam dokumen PROFILKESEHATAN PROVINSI JAMBI 2015 (Halaman 34-40)

GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

C. Keadaan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara total dikenal sebagai Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah sama dengan pertumbuhan PDB. Apabila “diibaratkan” kue, PDB adalah besarnya kue tersebut. Pertumbuhan ekonomi sama dengan membesarnya “kue” tersebut yang pengukurannya merupakan persentase pertambahan PDB pada tahun tertentu terhadap PDB tahun sebelumnya .

PDB disajikan dalam dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga konstan; dan penghitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep harga konstan (constant prices) dengan tahun dasar tertentu untuk mengeliminasi faktor kenaikan harga. Saat ini BPS menggunakan tahun dasar 2000.

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Perekonomian di Provinsi Jambi selama 2015 telah tumbuh dengan baik.

Pertumbuhan ekonomi Jambi tidak hanya bisa berada di atas target yang ditetapkan sekitar 7 persen, bahkan tingkat pertumbuhannya berada di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2015 ini pertumbuhan perekonomian nasional ditargetkan tumbuh 5 persen, namun setelah melihat riak ekonomi semakin membaik lalu pemerintah menaikkan targetnya menjadi 5.5 persen. Pertumbuhan ekonomi Jambi 2015 ternyata masih jauh di atas target pertumbuhan nasional yang telah disesuaikan tersebut.

Tabel 2.2

Indikator Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2015

No Tahun

Jenis Indikator

Inflasi PDRB (miliyar Rupiah) Pertumbuhan

Ekonomi

Berlaku Konstan Perkapita

1. 2005 16,50 22.487,01 12.619,97 7.625,66 5,57 2. 2006 10,66 26.061,77 13.363,62 8.680,76 5,89 3. 2007 7,24 32.076,68 14.275,16 11.697,44 6,82 4. 2008 11,57 41.056,48 15.297,77 14.724,72 7,16 5. 2009 2,49 42.815,92 16.272,26 15.107,07 6,37 6. 2010 10,52 53.816,69 17.465,00 17.424,19 7,30 7. 2011 2,76 63.268,14 18.962,40 19.959,57 8,54 8. 2012 4,22 72.564,20 20.373,50 22.283,10 7,44 9. 2013 8,74 129.976,04 111.766,13 41.956,434 6,84 10. 2014 144.807,64 119.984,72 45.854,887 7,35 11. 2015 129.976,04 125.038,71 48.127,127 4,21

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2015

Tingkat capaian yang lebih tinggi dari target ini terutama didorong oleh semakin membaiknya harga produk-produk sektor pertanian dalam arti luas seperti produk perkebunan, peternakan, perikanan, dan pertanian tanaman pangan.

Bagusnya kondisi perekonomian Provinsi Jambi juga ditopang oleh indikator ekonomi lainnya seperti tingkat inflasi yang masih berada dalam ambang batas normal. Inflasi adalah Kenaikan harga barang dan jasa secara umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara. Inflasi Provinsi Jambi pada tahun 2013 sebesar 8,74 %, sedangkan pertumbuhan ekonominya adalah 6,84 %. Di samping itu, kebijakan otoritas moneter yang menetapkan tingkat suku bunga rendah ikut pula berpengaruh terhadap sektor riil. Salah satu faktor lain yang menjadi determinan membaiknya perekonomian Provinsi Jambi adalah iklim politik dan keamanan yang semakin kondusif.

Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi pada tahun 2015 berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mengalami penurunan dari 7,35% (2014) menjadi 4,21. Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2015 mencapai Rp. 129.976,04 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2015 sebesar Rp. 125.038,71 milyar.

Salah satu isu penting dalam ketenagakerjaan, di samping keadaan angkatan kerja (economically active population) dan struktur ketenagakerjaan adalah isu pengangguran. Dari sisi ekonomi, pengangguran merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Ketersediaan lapangan kerja yang relatif terbatas, tidak mampu menyerap para pencari kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya

jumlah penduduk. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan masalah-masalah dibidang ekonomi, melainkan juga menimbulkan berbagai masalah dibidang sosial, seperti kemiskinan dan kerawanan sosial.

Data tentang situasi ketenagakerjaan merupakan salah satu data pokok yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian, sosial, bahkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah dan dalam suatu/kurun waktu tertentu. Sakernas merupakan survei yang dirancang khusus untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan dengan pendekatan rumah tangga. Tenaga kerja merupakan modal bagi bergeraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi.

Tabel 2.3

Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja, Mencari Pekerjaan dan Bukan Angkatan Kerja di Provinsi Jambi Tahun

2011 s/d 2015

Tahun Angkatan Kerja Bukan

Angkatan Kerja Bekerja Mencari Pekerjaan Jumlah 2011 1.434.998 60.169 1.495.167 714.336 2012 1.423.624 47.296 1.470.920 789.768 2013 1.382.471 70.361 1.452.832 865.653 2014 1.491.039 79.784 1.570.822 824.261 2015 1.550403 70.349 1.620.752 829.712

Indonesia memiliki ribuan suku bangsa yang beraneka ragam. Masing-masing suku bangsa saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan daerah lain atau kebudayaan yang berasal dari luar. Salah satu diantara suku bangsa tersebut adalah Suku Anak Dalam yang hidup di daerah Jambi. Suku Anak Dalam disebut juga Suku Kubu atau Orang Rimba. Suku Anak Dalam hidup secara nomaden atau tidak menetap dan mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu, walaupun diantara mereka sudah banyak yang telah memiliki lahan karet ataupun pertanian lainnya. Sebagian dari mereka masih berpaham animisme, meskipun sudah ada yang mengenal agama. Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi hidup di 3 wilayah ekologis yang berbeda, yaitu di wilayah utara Provinsi Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit 30), Taman Nasional Bukit 12, dan wilayah selatan Provinsi. Populasi Suku Anak Dalam hasil pendataan Sensus Penduduk 2010 berjumlah 3.205 orang yang hidup di wilayah administrasi Merangin, Sarolangun, Batang Hari, Tanjung Jabung Barat, Tebo dan Bungo.

Tabel 2.4

Jumlah Suku Anak Dalam per Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2013

Kabupaten/ Kota Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Total

Merangin 436 429 865

Sarolangun 534 559 1.093

Batang Hari 39 40 79

Tanjung Jabung Barat 31 26 57

Tebo 416 406 822

Bungo 147 142 289

Total 1.603 1.602 3.205

Sumber : BPS Provinsi Jambi, Berdasarkan SP2010

Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-penyakit tertentu. Pada tahun 2013 tingkat kemiskinan di Provinsi Jambi relatif lebih rendah dibanding tingkat kemiskinan nasional. Tingkat kemiskinan Provinsi Jambi 8,42 persen lebih rendah dari nasional yang sebesar 14,15 persen. Untuk wilayah Sumatera, Provinsi Jambi menempati urutan ketiga terendah setelah Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Persentase jumlah penduduk miskin di Provinsi Jambi pada tahun

Gambar 2.4

Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jambi Tahun 2008 s/d 2015 9,28 8,55 8,4 8,65 8,28 8,42 8,39 9,12 7,6 7,8 8 8,2 8,4 8,6 8,8 9 9,2 9,4 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2015

Dalam dokumen PROFILKESEHATAN PROVINSI JAMBI 2015 (Halaman 34-40)