• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyakit Potensial KLB/ Wabah

Dalam dokumen PROFILKESEHATAN PROVINSI JAMBI 2015 (Halaman 78-85)

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Pola 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Provinsi Jambi Tahun 2013 s/d 2015

4. Penyakit Potensial KLB/ Wabah

Terdapat beberapa penyakit yang berpotensi KLB/Wabah yang sering terjadi di Indonesia, diantaranya adalah Demam Berdarah (DBD), Diare,dan Cikungunya. Seluruh penyaki potensial KLB ini banyak mengakibatkan kematian dan kerugian secara ekonomi.

a. Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk

Aedes Aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak

berumur < 15 tahun, namun juga bisa menyerang orang dewasa. Masalah DBD tidak hanya berdampak pada masalah klinis individu yang terkena DBD, namun juga berdampak pada

kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sehingga

penanganannya tidak hanya diselesaikan oleh sektor kesehatan saja namun memerlukan peran aktif masyarakat, lintas sektor/

Pokjanal DBD, Pemerintah Daerah dan DPRD, khususnya ditingkat kabupaten/ kota. Hal ini sejalan dengan diterapkannya sistem otonomi daerah.

Sektor kesehatan sebagai instansi tekhnis dalam

penanggulangan demam berdarah dengue dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita DBD masih dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain bahwa penemuan kasus DBD secara dini bukanlah hal yang mudah, karena pada awal perjalanan penyakit, gejala dan tandanya sulit dibedakan dengan gejala penyakit infeksi lainnya. Selain sulitnya penemuan dini kasus DBD secara surveilans epidemiologis permasalahannya adalah kasus-kasus yang dilaporkan sebagai DBD, tidak semuanya didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium klinik, terutama adanya peningkatan hematokrit dan penurunan trombosit sebagaimana kriteria yang ditetapkan WHO. Hal ini menyebabkan pengelompokan penderita dan pelaporan demam dengue (DD), DBD atau Sindrom Syok Dengue (SSD) belum terlaksana seperti yang diharapkan.

Di Provinsi Jambi, kejadian Demam Berdarah Dengue telah menyebar ke seluruh kabupaten / kota. Kota Jambi masih mencatat kasus tertinggi sepanjang tahun 2007 hingga tahun 2015, sesuai dengan pattern of disease dari penyakit DBD, yaitu Urban Disease. Hal ini dapat dimengerti mengingat Kota

laboratorium yang mendukung dan mobilitas penduduk dari dan ke daerah endemis DBD merupakan faktor resiko tingginya kasus DBD di Kota Jambi. Untuk tahun 2015 di Provinsi Jambi semua kabupaten Kota telah terjangkit penyakit DBD .

Jika dibandingkan capaian angka kesakitan (diukur dengan

incidence rate) dan angka kematian (diukur dengan case fatality rate) periode 9 tahun terakhir angkanya untuk IR

cenderung meningkat, tetapi CFR fluktuatif tetapi cenderung menurun. IR tahun 2007 sebesar 11,3 per 100.000 penduduk; tahun 2008 sebesar 8,6 per 100.000 penduduk, tahun 2009 sebesar 8,5 per 100.000 penduduk dan tahun 2010 sebesar 6,0 per 100.000 penduduk) sementara angka kematian masih berfluktuasi (CFR tahun 2006 sebesar 5,1%; tahun 2007 sebesar 1,6%; tahun 2008 sebesar 3,7%; tahun 2009 sebesar 2,0% dan tahun 2010 sebesar 2,8%). Tahun 2011 di Provinsi Jambi IR kasus DBD adalah 59,4 per 100.000 penduduk dan CFR 2,1 %. Tahun 2012 di Provinsi Jambi IR kasus DBD adalah 30,5 per 100.000 penduduk dan CFR 2,2 %. Pada tahun 2013 IR kasus DBD adalah 18,9 per 100.000 penduduk dengan CFR 2,8 %. Untuk tahun 2014 IR kasus DBD adalah 38,3 per 100.000 penduduk dengan CFR 1,3 %, dan tahun 2015 IR kasus DBD adalah 39,7 per 100.000 penduduk dengan CFR 0,8 %. Angka Incidence Rate DBD di Provinsi Jambi tahun 2007 - 2015 lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.18 dibawah ini.

Gambar 3.18

Incidence Rate DBD Per 10.000 Penduduk dan

Case Fatality Rate DBD di Provinsi Jambi Tahun 2007 - 2015

18,9 38,3 39,7 30,6 60,9 6 8,5 11,3 8,6 0,8 1,3 2,8 2,1 2,2 2,8 2 3,7 1,6 0 25 50 75 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 IR Pe r 1 0 0 .0 0 0 Pe n d u d u k 0 1 2 3 4 CFR (% ) IR CFR Sumber : Bidang P2PL, 2015

Incidence Demam Berdarah Dengue di Provinsi Jambi pada periode tahun 2006 - 2010 relatif menurun. Hal ini dimungkinkan oleh dampak intervensi adanya kejadian luar biasa demam chikungunya tahun 2009, dimana upaya pembersihan sarang nyamuk oleh masyarakat masih terus dilakukakan. Karena penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Environment Based

Disease) yang terkait erat dengan perilaku hidup bersih dari

masyarakat. Tetapi pada tahun 2011 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kota Jambi sehingga total jumlah kasus mencapai 1.879 kasus DBD di Provinsi Jambi. Tahun berikutnya kasus DBD mengalami penurunan, tetapi meningkat lagi pada tahun 2014 dan 2015.

b. Diare

feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.

Penyakit Diare sering kita jumpai dimasyarakat bahkan timbul dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB), sehingga membuat panik masyarakat dan petugas kesehatan. Hal ini dapat kita lihat dari angka kesakitan penyakit diare dari tahun ketahun selalu meningkat. Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare adalah oleh kuman melalui kontaminasi makanan/ minuman yang tercemar tinja dan atau kontak

langsung dengan penderita diare. Sasaran program

penanggulangan penyakit diare adalah semua kelompok umur dengan mengutamakan pelayanan bagi golongan balita.

Pada tahun 2015 penemuan penderita diare di Provinsi Jambi berjumlah 94.949 kasus yang tersebar pada 11 kabupaten/ kota. Jika dibandingkan tahun 2014, terjadi peningkatan kasus dimana penderita diare berjumlah 64.308. Pada tahun 2013 penemuan penderita diare di Provinsi Jambi berjumlah 72.108 kasus Dilihat pada tahun 2012 kasus Diare di Provinsi Jambi dari 11 kabupaten/ kota berjumlah sebesar 90.757 kasus. Jika

dibandingkan dengan tahun 2011 (84.188 kasus) terjadi peningkatan sebesar 1,5% (1.213 kasus).

Jumlah kasus diare di Provinsi Jambi tahun 2015 terbanyak terdapat di Kota Jambi yaitu sebesar 15.429 kasus. Adapun kasus terendah adalah Kota Sungai Penuh (1.881 kasus). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.19 dibawah ini.

Gambar 3.19

Jumlah Kasus Diare per Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015

1.881 3.831 6.606 7.236 8.832 8.908 9.760 9.994 10.610 11.862 15.429 0 2.500 5.000 7.500 10.000 12.500 15.000 17.500 Sungai Penuh Kerinci Batang hari Bungo Sarolangun Tebo Tanjab Timur Tanjab Barat Merangin Muaro Jambi Kota Jambi

Sumber : Dinas Kesehatan Kab/ Kota, 2015

c. Filariasis

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri dari Wuchereria bancroofti, Brugia

(Getah Bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan

menetap dijaringan limfe sehingga menyebabkan

pembengkakan dilengan dan organ genital.

Dalam rangka melaksanakan komitmen Global Eliminasi

Limfatik Filariasis di Provinsi Jambi telah dilakukan kegiatan

pengobatan massal di 5 (lima) kabupaten endemis Filariasis, yaitu: Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Batang Hari serta Kabupaten Merangin. Kabupaten Muara Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan Pilot Project Pengobatan Massal filariasis yang awal pelaksanaannya dengan

kecamatan sebagai unit implementasi (2 kecamatan

percontohan) yang diharapkan pada tahun ke 5 pengobatan massal sudah mencakup seluruh desa dalam Kabupaten. Kabupaten Tanjab Barat telah selesai melaksanakan pengobatan massal filariasis, sampai saat ini tinggal 4 kabupaten saja yang sedang melaksanakan pengobatan massal filariasis, pengobatan massal filariasis dilakukan selama 5 tahun berturut-turut.

Di Provinsi Jambi saat ini terdapat 4 kabupaten yang termasuk daerah endemis Filaria yaitu daerah dengan angka Mikrofilaria diatas 1%, yaitu Kab. Ma. Jambi, Tanjab Timur, Batanghari dan Merangin. Pengobatan Massal Filariasis ini dimulai tahun 2012

dan berlangsung selama 5 tahun berturut-turut dan akan berakhir tahun 2016, kecuali kab. Ma. Jambi pengobatan massalnya dimulai tahun 2004.

Target pengobatan massal Filariasis ini adalah 65% dari jumlah penduduk selama 5 tahun berturut-turut, dimana setelah selesai pengobatan massal akan dilakukan survei kembali untuk melihat apakah masih ada penularan baru dari Filariasis tersebut. Dalam dua kali pengobatan massal yang dilakukan, target sasaran pengobatan massal Filariasis jauh melampaui target (65% dari jumlah penduduk).

Berikut adalah hasil pengobatan massal penyakit Filariasis tahun 2013 - 2015 di 4 kabupaten di Provinsi Jambi.

Tabel 3.5

Cakupan Pengobatan Massal Filariasis di Provinsi Jambi Tahun 2013 - 2015

NO KABUPATEN

CAKUPAN PENGOBATAN

Dalam dokumen PROFILKESEHATAN PROVINSI JAMBI 2015 (Halaman 78-85)