Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara total dikenal sebagai Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah sama dengan pertumbuhan PDB. Apabila “diibaratkan” kue, PDB adalah besarnya kue tersebut.
Pertumbuhan ekonomi sama dengan membesarnya “kue” tersebut yang pengukurannya merupakan persentase pertambahan PDB pada tahun tertentu terhadap PDB tahun sebelumnya .
PDB disajikan dalam dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga konstan; dan penghitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep harga konstan (constant prices) dengan tahun dasar tertentu untuk mengeliminasi faktor kenaikan harga. Saat ini BPS menggunakan tahun dasar 2000.
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Perekonomian di Provinsi Jambi selama 2013 telah tumbuh dengan baik.
Pertumbuhan ekonomi Jambi tidak hanya bisa berada di atas target yang ditetapkan sekitar 7 persen, bahkan tingkat pertumbuhannya berada di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2013 ini pertumbuhan perekonomian nasional ditargetkan tumbuh 5 persen, namun setelah melihat riak ekonomi semakin membaik lalu pemerintah menaikkan targetnya menjadi 5.5 persen. Pertumbuhan ekonomi Jambi 2013 ternyata masih jauh di atas target pertumbuhan nasional yang telah disesuaikan tersebut.
Tabel 2.2
Indikator Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2013
No Tahun
Jenis Indikator
Inflasi PDRB (miliyar Rupiah) Pertumbuhan Ekonomi Berlaku Konstan Perkapita
1. 2005 16,50 22.487,01 12.619,97 7.625,66 5,57 2. 2006 10,66 26.061,77 13.363,62 8.680,76 5,89 3. 2007 7,24 32.076,68 14.275,16 11.697,44 6,82 4. 2008 11,57 41.056,48 15.297,77 14.724,72 7,16 5. 2009 2,49 42.815,92 16.272,26 15.107,07 6,37 6. 2010 10,52 53.816,69 17.465,00 17.424,19 7,30 7. 2011 2,76 63.268,14 18.962,40 19.959,57 8,54 8. 2012 4,22 72.564,20 20.373,50 22.283,10 7,44
9. 2013 8,74 40.540,37 10.652,59 7,84
Ket: 2013 masih data semester 1
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2013
Tingkat capaian yang lebih tinggi dari target ini terutama didorong oleh semakin membaiknya harga produk-produk sektor pertanian dalam arti luas seperti produk perkebunan, peternakan, perikanan, dan pertanian tanaman pangan.
Bagusnya kondisi perekonomian Provinsi Jambi juga ditopang oleh indikator ekonomi lainnya seperti tingkat inflasi yang masih berada dalam ambang batas normal. Inflasi adalah Kenaikan harga barang dan jasa secara umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara. Inflasi Provinsi Jambi pada tahun 2014 sebesar 8,74 %, sedangkan pertumbuhan ekonominya adalah 7,84 %. Di samping itu, kebijakan otoritas moneter yang menetapkan tingkat suku bunga rendah ikut pula berpengaruh terhadap sektor riil. Salah satu faktor lain yang menjadi determinan membaiknya perekonomian Provinsi Jambi adalah iklim politik dan keamanan yang semakin kondusif.
Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi pada tahun 2013 berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mengalami kenaikan dari 7,44% (2012) menjadi 7,84. Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 mencapai Rp. 40.540,37 milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2013 sebesar Rp. 10.652,59 milyar (data semester 1 2013).
Salah satu isu penting dalam ketenagakerjaan, di samping keadaan angkatan kerja (economically active population) dan struktur ketenagakerjaan adalah isu pengangguran. Dari sisi ekonomi, pengangguran merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Ketersediaan lapangan kerja yang relatif terbatas, tidak mampu menyerap para pencari kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan masalah-masalah dibidang ekonomi, melainkan juga menimbulkan berbagai masalah dibidang sosial, seperti kemiskinan dan kerawanan sosial.
Data tentang situasi ketenagakerjaan merupakan salah satu data pokok yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian, sosial, bahkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah dan dalam suatu/kurun waktu tertentu. Sakernas merupakan survei yang dirancang khusus untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan dengan pendekatan rumah tangga. Tenaga kerja merupakan modal bagi bergeraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi.
Tabel 2.3
Penduduk Bukan Angkatan Kerja Berumur 15 Tahun ke Atas di Provinsi Jambi Tahun 2007 s/d 2014
Tahun Bukan Angkatan Kerja
Sekolah Mengurus Rumah Tangga
Lainnya Total
2007 176.031 392.415 84.956 653.402
2008 171.621 400.766 94.169 666.556
2009 186.312 390.743 90.806 667.861
2010 212.777 484.057 107.225 804.059
2011 198.096 433.284 82.956 714.336
2012 218.501 480.057 91.210 789.768
2013 186.914 540.687 138.052 865.653
2014 226.424 499.067 98.770 824.261
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2014
Salah satu alat ukur untuk melihat keberhasilan pemerintah dalam menjalankan program-program pembangunan adalah dengan melihat indikator ketenagakerjaan yang dihasilkan baik dari data Survei maupun Sensus.
Akses ke pasar tenaga kerja yang lebih baik menyebabkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha penduduk juga meningkat, sehingga hal ini dapat menekan tingkat pengangguran di suatu wilayah. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan jumlah antara penduduk yang tergolong dalam angkatan kerja dengan
penduduk usia kerja. Jika digambarkan menurut kelompok umurnya, pola TPAK penduduk Provinsi Jambi menyerupai huruf ’U’ terbalik.
Pada kelompok usia muda, tingkat partisipasi angkatan kerjanya cenderung kecil, karena sebagian besar dari mereka masih berada di bangku sekolah. Angka TPAK tertinggi berada pada kelompok umur 25-59 tahun, untuk kemudian mulai mengalami penurunan pada usia di atas 60 tahun. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menggambarkan banyaknya penduduk yang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha dan mereka yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (discourage worker). Pada umumnya pola TPT menurut kelompok umur di Provinsi Jambi mengindikasikan angka yang relatif tinggi di kelompok umur muda untuk kemudian mengalami penurunan pada kelompok umur setelahnya.
Indonesia memiliki ribuan suku bangsa yang beraneka ragam. Masing-masing suku bangsa saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan daerah lain atau kebudayaan yang berasal dari luar. Salah satu diantara suku bangsa tersebut adalah Suku Anak Dalam yang hidup di daerah Jambi. Suku Anak Dalam disebut juga Suku Kubu atau Orang Rimba. Suku Anak Dalam hidup secara nomaden atau tidak menetap dan mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu, walaupun diantara mereka sudah banyak yang telah memiliki lahan karet ataupun pertanian lainnya. Sebagian dari mereka masih berpaham animisme, meskipun sudah ada yang mengenal agama.
Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi hidup di 3 wilayah ekologis yang
berbeda, yaitu di wilayah utara Provinsi Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit 30), Taman Nasional Bukit 12, dan wilayah selatan Provinsi. Populasi Suku Anak Dalam hasil pendataan Sensus Penduduk 2010 berjumlah 3.205 orang yang hidup di wilayah administrasi Merangin, Sarolangun, Batang Hari, Tanjung Jabung Barat, Tebo dan Bungo.
Tabel 2.4
Jumlah Suku Anak Dalam per Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2013
Kabupaten/ Kota Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Total
Merangin 436 429 865
Sarolangun 534 559 1.093
Batang Hari 39 40 79
Tanjung Jabung Barat 31 26 57
Tebo 416 406 822
Bungo 147 142 289
Total 1.603 1.602 3.205
Sumber : BPS Provinsi Jambi, Berdasarkan SP2010
Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-penyakit tertentu. Pada
tahun 2009 tingkat kemiskinan di Provinsi Jambi relatif lebih rendah dibanding tingkat kemiskinan nasional. Tingkat kemiskinan Provinsi Jambi 8,42 persen lebih rendah dari nasional yang sebesar 14,15 persen. Untuk wilayah Sumatera, Provinsi Jambi menempati urutan ketiga terendah setelah Bangka Belitung dan Kepulauan Riau.
Persentase jumlah penduduk miskin di Provinsi Jambi pada tahun 2014 mencapai 8,39%.
Gambar 2.4
Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jambi Tahun 2005 s/d 2014
11.88 11.37
10.27
9.28 8.55 8.4 8.65 8.28 8.42 8.39
0 2 4 6 8 10 12 14
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2014