• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Identitas Petani

5. Status lahan

a. Milik sendiri adalah lahan yang dimiliki oleh pengelola lahan.

b. Sewa: bahwa lahan yang digunakan untuk budidaya padi adalah milik orang lain sehingga pengelola lahan dikenakan biaya atas lahan yang digunakan.

c. Sakap: lahan yang digunakan untuk usahatani padi sawah merupakan milik orang lain sehingga pengelola lahan harus membagi hasil antara pemilik lahan dan pengelola lahan.

6. Luas lahan adalah luas sawah yang dikelola oleh responden dengan satuan m2.

7. Pendapatan usahatani merupakan pendapatan yang berasal dari usahatani padi sawah. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan yang dikurangi dengan total biaya eksplisit dengan satuan Rp/bln.

8. Penerimaan adalah jumlah produksi yang dikalikan dengan harga produk dengan satuan Rp/bln.

9. Produksi adalah jumlah padi yang dihasilkan oleh petani dalam bentuk gabah kering giling (GKG) dengan satuan Kg.

10. Gabah Kering Giling (GKG), adalah gabah yang siap digiling menjadi beras.

11. Biaya eksplisit adalah jumlah biaya yang benar-benar dikeluarkan dengan satuan Rp. Biaya eksplisit meliputi sewa lahan, penyusutan, benih, pupuk, tenaga kerja luar keluarga, pestisida dan hormon.

a. Sewa lahan adalah biaya yang dibayarkan kepada pemilik lahan sebagai ganti penggunaan lahan dengan satuan Rp/m2.

b. Penyusutan sarana pertanian adalah biaya pengurangan nilai atau harga sarana prod pertanian dengan satuan Rp/musim.

c. Biaya benih adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli benih untuk usahatani padi dengan satuan Rp. d. Biaya pupuk adalah biaya yang dikeluarkan petani

untuk membeli pupuk sebagai penunjang usahatani Rp. e. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan oleh

petani untuk tenaga kerja luar keluarga yang digunakan dalam usahatani padi sawah dengan satuan Rp.

24

f. Biaya hormon adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli perangsang tanaman. Fungsi hormon antara lain merangsang pertumbuhan ataupun bulir padi agar lebih berisi (Rp).

g. Biaya pestisida adalah biaya yang dibayarkan petani untuk membeli pestisida yang digunakan untuk mengendalikan hama/penyakit yang menyerang tanaman padi dengan satuan Rp.

12. Biaya lain-lain adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk menunjang usahatani padi, baik berupa kewajiban seperti biaya pajak, bawon (Jawa), maupun sebagai bentuk sosial (acara kemasyarakatan) seperti selamatan (Jawa).

a. Pajak adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani sebagai kewajiban pemilik lahan kepada negara (Rp). b. Bawon: merupakan sistem pembayaran tenaga kerja

panen dengan menggunakan gabah. Umumnya setiap kelompok panen akan mendapatkan satu kilogram gabah dari setiap tujuh hingga delapan kilogram gabah (Rp).

c. Selamatan: merupakan acara sosial kemasyarakatan berupa makan bersama untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan dan sebagai ungkapan terima kasih kepada warga sekitar (biasanya dalam kelompok

tani yang sama atau pemilik sawah yang berdekatan). Biaya ini tidak wajib dikeluarkan, biasanya diadakan sebelum musim tanam/setelah panen (Rp).

13. Pendapatan non-usahatani merupakan pendapatan yang didapatkan melalui pekerjaan non-usahatani yang dilakukan oleh petani dengan satuan Rp. Pekerjaan tersebut dapat berupa pegawai, pedagang, buruh, karyawan maupun swasta atau yang bergerak dibidang jasa transportasi seperti supir, tukeng ojeg dan lain-lain. 14. Kontribusi usahatani adalah besaran kontribusi pendapatan dari

usahatani padi terhadap total pendapatan rumah tangga petani dengan satuan persen (%).

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui curahan kerja pada usahatani padi dan non-usahatani dilakukan dengan metode deskriptif analisis data. Untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja usahatani maupun non-usahatani dihitung menggunakan rumus:

Sedangkan untuk mengetahui pendapatan usahatani menggunakan rumus :

I = TR – TCe TR = Py.Y Keterangan:

26

I = Pendapatan.

TR= Total Revenue (Penerimaan). TCe= Total Cost Eksplisit.

Py= Harga Produksi. P= Produksi.

Pendapatan non-usahatani didapatkan melalui data pekerjaan luar pertanian dan pendapatan dari pekerjaan tersebut. Pekerjaan non-usahatani dapat berupa guru, pegawai, pedagang, buruh, karyawan maupun swasta atau yang bergerak dibidang jasa seperti pemilik kos dan lain-lain. Pendapatan usahatani dan non-usahatani dihitung dengan kurun waktu per-bulan.

Untuk mengetahui kontribusi usahatani padi di wilayah peri-urban terhadap pendapatan rumah tangga petani didapatkan melalui penghitungan dengan rumus :

Keterangan :

P = Sumbangan pendapatan usahatani padi. Ya = Pendapatan petani dari usahatani padi. Yb = Total pendapatan rumah tangga petani.

Untuk mengetahui perbedaan pendapatan, curahan kerja maupun produktivitas tenaga kerja pada usahatani padi dan non-usahatani maka diperlukan pengujian hipotesis. Pada penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode pengujian rata-rata atau compare means. Compare means digunakan untuk membandingkan rata-rata sampel

independen ataupun sampel berpasangan dengan menghitung t-student (uji-t) dan menampilkan probabilitas dua arah selisih dua rata-rata (Teguh, 2004). Program SPSS akan digunakan sebagai alat analisa data.

Uji-t pada penelitian ini menggunakan paired sample t-test (sampel berpasangan). Paired sample t-test adalah pengujian beda dua dari subjek yang sama. Menurut Rahmawati et al (2014) uji-t pada penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:

1. Curahan kerja Rumusan Hipotesis:

Ho ; µ1 = µ2, maka Ho diterima. Artinya, tidak ada perbedaan antara curahan kerja petani di WPU Kabupaten Sleman pada sektor usahatani padi sawah dan non-usahahatani padi sawah.

Ha : µ1 ≠ µ2, maka Ho ditolak. Artinya, ada perbedaan antara curahan kerja petani di WPU Kabupaten Sleman pada sektor usahatani padi sawah dan non-usahahatani padi sawah.

Kriteria Pengujian:

thit ≤ ttab, maka Ho diterima dan Ha ditolak. thit ≥ ttab, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Pengujian hipotesis ini dilakukan pada tingkat kesalahan 1%

28

Keterangan: t: Nilai t hitung

̅:Rata-rata selisih pengukuran

: Standar deviasi selisih pengukuran 2. Pendapatan.

Rumusan hipotesis :

Ho ; µ1 = µ2, maka Ho diterima. Artinya, tidak ada perbedaan antara pendapatan petani di WPU Kabupaten Sleman dari sektor usahatani padi sawah dan non-usahahatani padi sawah.

Ha : µ1 ≠ µ2, maka Ho ditolak. Artinya, ada perbedaan antara pendapatanpetani di WPU Kabupaten Sleman dari sektor usahatani padi sawah dan non-usahahatani padi sawah.

Kriteria Pengujian:

thit ≤ ttab, maka Ho diterima dan Ha ditolak. thit ≥ ttab, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Pengujian hipotesis ini dilakukan pada tingkat kesalahan 5%

̅ Keterangan:

t: Nilai t hitung

: Standar deviasi selisih pengukuran 3. Produktivitas Tenaga Kerja

Rumusan hipotesis :

Ho ; µ1 = µ2, maka Ho diterima. Artinya, tidak ada perbedaan antara produktivitas tenaga kerja petani di WPU Kabupaten Sleman pada sektor usahatani padi sawah dan non- usahahatani padi sawah.

Ha : µ1 ≠ µ2, maka Ho ditolak. Artinya, ada perbedaan antara produktivitas tenaga kerja petani di WPU Kabupaten Sleman pada sektor usahatani padi sawah dan non- usahahatani padi sawah.

Kriteria Pengujian:

thit ≤ ttab, maka Ho diterima dan Ha ditolak. thit ≥ ttab, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Pengujian hipotesis ini dilakukan pada tingkat kesalahan 5%

̅ Keterangan:

t: Nilai t hitung

̅:Rata-rata selisih pengukuran

30

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Fisik Daerah

Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110º 13´ 00´´ sampai dengan 110º 33´ 00´´ Bujur Timur dan mulai dari 7º 34´ 51´´ sampai dengan 7º 47´ 03´´ lintang selatan, dengan ketinggian antara 100 - 2.500 meter di atas permukaan air laut. Jarak terjauh utara-selatan kira-kira 32 km, timur-barat kira-kira 35 km. Kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan, 86 desa, dan 1.212 padukuhan.Berikut ini merupakan sebaran wilayah Kabupaten Sleman:

Tabel 1. Sebaran wilayah Kabupaten Sleman

Kecamatan Luas (m2) Jumlah Desa Jumlah Pedukuhan

Moyudan 27,62 4 65 Minggir 27,27 5 68 Seyegan 26,63 5 67 Godean 26,84 7 77 Gamping 29,25 5 59 Mlati 28,52 5 74 Depok 35,55 3 58 Berbah 22,99 4 58 Prambanan 41,35 6 68 Kalasan 35,84 4 80 Ngemplak 35,71 5 82 Ngaglik 38,52 6 87 Sleman 31,32 5 83 Tempel 32,49 8 98 Turi 43,09 4 54 Pakem 43,84 5 61 Cangkringan 47,99 5 73 Jumlah 574,82 86 1212

Sumber: Badan Pusat Statistik (2013).

Bagian utara Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah, bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten,

Provinsi Jawa Tengah, bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul danKota Yogyakarta, Provinsi D.I. Yogyakarta dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I. Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah di bagian selatan merupakan dataran rendah yang subur, sedang bagian utara sebagian besar merupakan tanah kering yang berupa ladang dan pekarangan, serta memiliki permukaan yang agak miring ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

Di lereng selatan Gunung Merapi terdapat dua buah bukit, yaitu Bukit Turgo dan Bukit Plawangan yang merupakan bagian dari Kawasan Wisata Kaliurang. Beberapa sungai yang mengalir melalui Kabupaten Sleman menuju Pantai Selatan antara lain Sungai Progo, Krasak, Sempor, Kuning, Boyong, Winongo, Gendol dan Opak. Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, hari hujan terbanyak dalam satu bulan selama tahun 2012 adalah 24 hari. Rata-rata curah hujan tertinggi 699,0mm. Kecepatan angin maksimum 10,8 m/s dan minimum 0,00 m/s, sementara ratarata kelembaban nisbi udara tertinggi 100,0 % dan terendah 19,9 %. Temperatur udara, tertinggi 34,4 0C dan terendah 16,4 0 C.

Secara administrasi, wilayah peri-urban bukan merupakan bagian dari perkotaan. Namun letaknya yang sangat dekat dengan kota telah memberikan pengaruh sosial ekonomi urban terhadap WPU. Mayoritas wilayah peri-urban merupakan desa dengan kegiatan sosial ekonomi campuran. Kegiatan ekonomi desa lebih dominan di bidang pertanian, baik sebagai petani maupun buruh tani.

32

Tawaran dan jumlah pekerjaan non-usahatani lebih beragam dari wilayah urban sehingga mempengaruhi kegiatan sosial dan ekonomi WPU.

Adapun wilayah yang diteliti, secara administratif terletak di Kabupaten Sleman yang tersebar di tiga kecamatan. Wilayah tersebut terdiri dari enam desa dengan wilayah sebagai berikut:

Tabel 2. Wilayah administratif dan jumlah pedukuhan masing-masing desa di WPU Kab. Sleman.

No Kecamatan/Desa Kecamatan Jumlah Pedukuhan Gamping 1 Balecatur Gamping 18 2 Ambarketawang Gamping 13 3 Banyuraden Gamping 8 4 Trihanggo Gamping 12 Godean 5 Sidoarum Godean 8 Mlati 6 Sinduadi Mlati 18 Jumlah Pedukuhan 77

Sumber: Badan Pusat Statistik (2013).

Lokasi penelitian sebagian besar terletak di kecamatan Gamping. Selain merupakan wilayah peri-urban Kabupaten Sleman yang masih memiliki sawah, lokasi juga dipilih berdasarkan irigasi/sungai yang mengalir di desa tersebut. Desa Balecatur, Ambarketawang, Banyuraden dan Trihanggo di Kecamatan Gamping serta desa Sinduadi di Kecamatan Mlati juga merupakan bagian dari Kabupaten Sleman selatan yang direncanakan sebagai pusat pemukiman. Sedangkan desa Sidoarum yang terletak di Kecamatan Godean, meskipun tidak termasuk dalam wilayah yang direncanakan untuk pemukiman namun letaknya masih dalam lingkup wilayah peri-urban Kabupaten Sleman.

Adapun batas wilayah administratif dari masing-masing lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Batas wilayah berdasarkan masing-masing desa di WPU Kabupaten Sleman.

No Kecamatan/Desa

Batas Wilayah

Utara Selatan Barat Timur

Gamping:

1 Balecatur Sidokarto Bangunjiwo Argomulyo Ambarketawang

2 Ambarketawang Sidoarum Tirtonirmolo Balecatur Banyuraden 3 Banyuraden Nogotirto Ngestiharjo Ambarketawang Ngestiharjo

4 Trihanggo Tlogoadi

dan Sendangadi

Nogotirto Tirtoadi dan Tlogoadi Sendangadi, Sinduadi dan Kota Yogyakarta Godean:

5 Sidoarum Sidomoyo Sidokarto dan Ambarketawang

Sidokarto Nogotirto

Mlati:

6 Sinduadi Kota

Yogyakarta

Sariharjo Trihanggo Catur Tunggal

Sumber: Badan Pusat Statistik (2013).

Secara administratif, WPU Kabupaten Sleman tidak seluruhnya berbatasan dengan kota Yogyakarta. Namun jaraknya yang cukup dekat dan corak yang diberikan oleh kota terhadap kegiatan sosial dan ekonomi pedesaan menyebabkan perubahan pola pedesaan menjadi kekotaan. Adapun secara fisik, WPU ditandai dengan adanya areal persawahan dan kegiatan ekonomi di sektor pertanian.

Secara fisik, WPU yang berupa desa masih memiliki persawahan yang identik dengan ciri pedesaan. Meskipun jumlah bangunan lebih dominan, jumlah sawah yang ada dan masih dikelola terbilang cukup luas yang tersebar di berbagai titik. Terkadang sawah tersebut juga terletak persis di pinggiran kota sehingga penggunaannya terancam beralih menjadi non-persawahan.

34

Luas desa di wilayah peri-urban Kabupaten Sleman berkisar antara 373- 986 Ha. Desa yang memiliki luas lahan berbesar adalah desa Balecatur, yaitu seluas 986 Ha. Desa Balecatur terletak di kecamatan Gamping. Desa ini dilintasi oleh jalan wates yang juga berfungsi sebagai jalan lintas selatan sehingga cukup ramai oleh angkutan umum berupa bus kecil hingga besar maupun angkutan berat seperti truk gandeng maupun kontainer. Luas wilayah, ketinggian dan nama sungai yang melintasi desa-desa di WPU Kabupaten Sleman disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4. Luas lahan, ketinggian dan nama sungai yang melintasi desa-desa di WPU Kabupaten Sleman.

No Kecamatan/

Desa Luas (Ha)

Ketinggian (mdpl) Sungai Gamping: 1 Balecatur 986 94 Konteng 2 Ambarketawang 628 114 Bedog 3 Banyuraden 350 123 Bedog 4 Trihanggo 561,7 153 Bedog Godean: 5 Sidoarum 373,4 - Bedog Mlati:

6 Sinduadi 817 146 Winongo, code

Sumber: Badan Pusat Statistik (2013).

Rata-rata desa yang menjadi lokasi penelitian memiliki sumber irigasi dari sungai bedog kecuali desa Balecatur dan Sinduadi. Sungai yang melintasi desa Balecatur adalah sungai konteng. Sedangkan sungai yang melintasi desa Sinduadi adalah sungai winongo dan sungai code.

B. Luas Penggunaan Lahan

Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 574,82 Km2 yang terbagi kedalam 17 kecamatan. Lahan di Kabupaten Sleman dimanfaatkan untuk pekarangan, sawah, tegal, hutan, tanah tandus dan lainnya. Penggunaan lahan tersebut diusahankan oleh masyarakat untuk memaksimalkan manfaat dari lahan itu sendiri. Ditahun 2013-2014 luas pekarangan sebesar 18.561 ha, sawah sebesar 24.774 ha, tegal sebesar 3.924 ha, hutan sebesar 530 ha, tanah tandus sebesar 1.263 ha dan lainnya sebesar 8.430 ha. Sawah irigasi di Kabupaten Sleman sebesar 22.152 ha sedangkan sawah non irigasi sebanyak 2.622 ha. Adapun luas penggunaan lahan di wilayah peri-urban Kabupaten Sleman menurut masing- masing desanya adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Luas penggunaan lahan masing-masing desa di WPU Kabupaten Sleman.

No Kecamatan/Desa

Luas penggunaan lahan (Ha)

Total (Ha) Sawah Pekarangan dan bangunan Lainnya Gamping: 1 Balecatur 306,6 497,6 181,8 986 2 Ambarketawang 201,5 243,4 183,1 628 3 Banyuraden 105,3 153,3 91,4 350 4 Trihanggo 289,5 60 212,2 561,7 Godean: 5 Sidoarum 158,84 147,75 66,81 373,4 Mlati: 6 Sinduadi 199 357 261 817 Jumlah 1260,74 1459,05 996,31 3716,1 Sumber: Badan Pusat Statistik (2013).

Di wilayah peri-urban Kabupaten Sleman, areal sawah terbesar terdapat di desa Balecatur, kecamatan Gamping. Desa tersebut memang tidak berbatasan

36

langsung dengan kota Yogyakarta. Desa Trihanggo yang di sebelah timurnya berbatasan dengan wilayah kota Yogyakarta juga masih memiliki areal persawahan yang terbilang cukup luas. Sebaliknya meskipun tidak berbatasan langsung dengan kota, Banyuraden memiliki areal persawahan lebih sedikit dibandingkan Trihanggo dan Banyuraden.

C. Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Sleman adalah 1.114.833 jiwa yang terdiri dari 557.991 jiwa laki-laki dan 556.922 jiwa perempuan. Jumlah penduduk terbanyak terletak di kecamatan Depok. Disusul dengan kecamatan Ngaglik dan Mlati yang terletak pada urutan kedua dan ketiga. Jumlah penduduk di WPU Kabupaten Sleman yang diteliti disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 6. Jumlah Penduduk masing-masing desa di WPU Kabupaten Sleman. No Kecamatan/Desa Jenis Kelamin (Jiwa) Jumlah

Laki-laki Perempuan Gamping: 1 Balecatur 9.525 9.594 19.119 2 Ambarketawang 10.378 10.665 21.043 3 Banyuraden 7.758 8.032 15.790 4 Trihanggo 8.866 8.740 17.606 Godean: 5 Sidoarum 7.239 6.448 13.714 Mlati: 6 Sinduadi 16.221 16.493 32.714 Jumlah 59.987 59.972 119.986

Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)

Berdasarkan lokasi penelitian, Sinduadi merupakan desa dengan jumlah penduduk terbanyak. Hal ini dapat disebabkan karena desa Sinduadi berbatasan langsung dengan kota Yogyakarta. ditambah adanya universitas terkemuka didekat desa Sinduadi (UGM dan UNY) sehingga menambah jumlah penduduk

yang bermukim di Sinduadi. Berikutnya adalah desa Ambarketawang. Desa Ambarketawang merupakan yang cukup dekat dengan perguruan tinggi memungkinkan banyaknya penduduk sementara/pendatang yang ingin belajar atau bekerja.

Adapun sektor pertanian di kabupaten Sleman secara keseluruhan masih menjadi mata pencaharian penduduk secara umum. Jumlah penduduk kabupaten Sleman yang bekerja di sektor pertanian adalah paling banyak jika dibandingkan dengan sektor lain. Disusul dengan sektor perdagangan dan hotel. Berikut ini adalah tabel tenaga kerja pada lima sektor kerja yang dominan di Kabupaten Sleman.

Tabel 7. Sebaran pekerjaan dan tenaga kerja di Kabupaten Sleman.

Kecamatan Pertanian Jasa lainnya Perdagangan dan hotel Konstruksi dan bangunan Industri dan pengolahan Moyudan 8.255 4.696 2.608 822 1.245 Minggir 10.010 2.771 1.349 1.526 2.193 Seyegan 12.397 4.223 2.888 2.422 3.488 Godean 13.257 7.082 4.992 2.520 3.561 Gamping 17.389 9.227 6.657 7.219 3.731 Mlati 9.254 7.564 11.210 9.985 5.200 Depok 3.785 21.526 10.588 4.707 3.969 Berbah 5.292 2.895 3.825 2.208 3.920 Prambanan 11.479 4.681 2.957 4.009 1.423 Kalasan 13.169 10.295 4.595 3.386 4.174 Ngemplak 10.866 4.972 3.150 2.227 1.298 Ngaglik 8.297 13.828 7.589 2.819 3.171 Sleman 7.934 6.139 4.724 3.166 4.701 Tempel 8.910 4.966 2.877 1.452 3.111 Turi 7.451 5.586 1.492 814 1.211 Pakem 5.306 4.586 2.656 823 1.162 Cangkringan 5.986 1.015 1.295 775 571 Jumlah 159.037 116.052 75.452 50.880 48.129

38

Sumber: Badan Pusat Statistik (2013).

Berdasarkan tabel diatas, sektor kerja yang dominan di Kecamatan Godean dan Gamping adalah sektor usahatani. Disusul dengan sektor jasa lainnya yang meliputi jasa fotocopy, jasa cuci pakaian atau laundry dan lain-lain. Namun di Kecamatan Mlati, sektor perdagangan dan perhotelan lebih dominan. Sektor pertanian di kecamatan ini kurang dominan karena letaknya yang dekat dengan kota dan komplek perkantoran Kabupaten Sleman. Hal ini memberikan peluang bagi sektor perdagangan dan perhotelan untuk lebih berkembang.

D. Iklim dan Pertanian

Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, di Kabupaten Sleman hari hujan terbanyak dalam satu bulan selama tahun 2013-2014 adalah 27 hari. Rata-rata curah hujan tertinggi 492,9 mm. Kecepatan angin maksimum 7,4 m/s dan minimum 2,6 m/s. Sementara kelembaban nisbi udara tertinggi 96,7 % dan terendah 55,0 %. Temperatur udara tertinggi 31,8 ºC dan terendah 21,5 ºC.

Kabupaten Sleman memproduksi beras sebanyak 311.378 ton GKG dari sawah (padi sawah) selama 2010-2012 (Data sensus pertanian 2013-2014). Produksi gabah terbesar di kabupaten ini terletak di kecamatan Godean yang didukung dengan luas panen sebesar 3.436 Ha. Meskipun demikian, rata-rata produksi padi/Ha tertinggi justru di Kecamatan Prambanan yaitu 70,07 Kw/Ha. Hal ini disebabkan oleh luas panen sebesar 2.595 Ha yang menghasilkan 18.183 Ton GKG. Sedangkan produksi padi paling sedikit dihasilkan oleh kecamatan

Turi yaitu 6.610 ton GKG. Berikut ini merupakan sebaran produksi padi sawah di Kabupaten Sleman beserta jumlah produksinya selama tahun 2010-2012.

Tabel 8. Sebaran produksi padi sawah di Kabupaten Sleman.

Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton GKG) Rata-rata produksi (Kw/Ha) Moyudan 3.223 21.464 66,60 Minggir 2.988 19.813 66,31 Seyegan 3.424 22.981 67,12 Godean 3.436 23.492 68,37 Gamping 2.805 19.077 68,01 Mlati 2.544 17.661 69,42 Depok 1.179 8.164 69,24 Berbah 1.956 13.342 68,21 Prambanan 2.595 18.183 70,07 Kalasan 3.246 22.627 69,71 Ngemplak 2.945 18.035 61,24 Ngaglik 3.040 20.628 67,86 Sleman 2.921 19.797 67,78 Tempel 3.160 23.366 73,94 Turi 959 6.610 68,93 Pakem 2.745 18.643 67,91 Cangkringan 2.666 17.495 65,62 Jumlah 45.832 311.378 1.156,34

Sumber: Badan Pusat Statistik (2013).

Selain menghasilkan padi, Kabupaten Sleman juga merupakan penghasil salak terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Salak pun dijadikan sebagai flora khas Kabupaten Sleman. Produksi salak di Sleman banyak ditemui di kecamatan Turi. Pertanian di kecamatan ini lebih banyak menghasilkan buah salak daripada padi. Adapun produksi padi sawah berdasarkan lokasi penelitian disajikan secara ringkas dalam tabel berikut:

40

Tabel 9. Produksi padi sawah masing-masing desa di WPU Kabupaten Sleman. No Kecamatan/Desa Produksi padi sawah (kw/gkg)

Gamping: 1 Balecatur 63.196 2 Ambarketawang 29.856 3 Banyuraden 26.781 4 Trihanggo 48.849 Godean: 5 Sidoarum 20.130 Mlati: 6 Sinduadi 2.239 Jumlah 191.051

Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)

Produksi padi tertinggi di wilayah peri-urban Kabupaten Sleman terletak di desa Balecatur dan paling sedikit di desa Sinduadi. Meskipun luas areal persawahan di desa Sinduadi lebih luas dari Banyuraden dan Sidoarum, namun padi yang dihasilkan dalam bentuk gabah kering lebih sedikit dibandingkan dua desa tersebut. Hal ini bisa saja terjadi karena letak sawah yang dekat dengan pemukiman, jalan atau bangunan tinggi lainnya yang menyebabkan sinar matahari kurang, polusi air serta udara yang dapat mengganggu pertumbuhan padi. Umumnya petani yang mengusahakan padi tergabung dalam kelompok tani. Jumlah kelompok tani di WPU Kabupaten Sleman dijelaskan dalam tabel berikut;

Tabel 10. Jumlah kelompok tani masing-masing desa di WPU Kabupaten Sleman. No Kecamatan/Desa Jumlah kelompok tani

Gamping: 1 Balecatur 36 2 Ambarketawang 25 3 Banyuraden 15 4 Trihanggo 21 Godean 5 Sidoarum 11 Mlati 6 Sinduadi 10

Sumber: Balai Penyuluh Pertanian, Perkebunan dan Perikanan (2013).

Jumlah kelompok tani yang paling sedikit terletak di desa Sinduadi. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di desa Sinduadi memiliki pekerjaan di sektor non-usahatani padi sawah serta memiliki luas lahan sawah cukup sedikit.Jumlah kelompok tani terbanyak terdapat di desa Balecatur yang letaknya cukup jauh dari perkotaan. Di desa Balecatur masih cukup banyak penduduk yang berprofesi sebagai petani maupun buruh tani. Selain itu, luas lahan persawahan dan produksi padi sawah tertinggi di WPU Kabupaten Sleman juga terdapat di Balecatur.

42

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Petani

Identitas petani merupakan gambaran umum petani di wilayah peri-urban Kabupaten Sleman. Identitas petani yang dimaksud meliputi usia, tingkat pendidikan terakhir, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman bertani serta jumlah pekerjaan yang digeluti. Gambaran identitas tersebut dapat menentukan dan mempengaruhi petani dalam mengusahakan pendapatan rumah tangganya.

1. Usia

Usahatani khususnya di pedesaan dan negara berkembang, memerlukan kekuatan fisik manusia sebagai pelaksana kegiatan budidaya. Pada usahatani padi sawah, kekuatan fisik lebih mendominasi daripada penggunaan mesin. Penggunaan mesin pada budidaya padi sawah masih sebatas “membantu” yang artinya mesin tersebut masih dioperasikan oleh manusia dan tenaganya. Tenaga manusia secara umum berkaitan dengan usia. Usia petani di wilayah peri-urban Kabupaten Sleman disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Usia petani di WPU Kabupaten Sleman tahun 2013-2014.

Usia (tahun) Jumlah

(orang) Persentase( %) 20-34 1 3,3 35-49 5 16,7 50-64 20 66,7 >64 4 13,3 Jumlah 30 100 Rata-rata usia 54,9 Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel diatas, diketahui bahwa 90% petani di WPU Kabupaten Sleman berada pada usia produktif yaitu usia 15-64 tahun. Pada usia produktif, kekuatan fisik manusia pada umumnya masih sangat baik. Dengan kekuatan fisik tersebut, petani dinilai mampu mengelola usahataninya dengan baik. Dengan kekuatan fisik itu pula, petani berpeluang untuk memiliki pekerjaan atau sumber pendapatan dari sektor non-usahatani padi sawah. Pekerjaan non-usahatani yang umumnya digeluti oleh petani di WPU Kabupaten Sleman adalah pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik dan usia yang produktif. Petani dengan usia yang masih produktif mayoritas memiliki pekerjaan sebagai buruh dan karyawan.

Jumlah petani yang sudah berada pada usia tidak produktif hanya sebagian kecil saja, yaitu 13,3% atau 4 orang dari total responden 30 orang. Petani di usia ini juga masih terdiri dari petani yang tidak lagi mengelola usahataninya sendiri,

Dokumen terkait