• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Higiene Perorangan Tenaga Penjamah Makanan

Dalam dokumen Sanitasi dan Hygiene (Halaman 50-66)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Gambaran Higiene dan Sanitasi Penjamah Makanan .1 Syarat Tenaga Penjamah Makanan

4.3.2 Keadaan Higiene Perorangan Tenaga Penjamah Makanan

Semua penjamah makanan harus selalu memelihara kebersihan perorangan dan terbiasa berperilaku sehat selama bekerja. Hal-hal yang diperhatikan dalam kebersihan perorangan: a) mencuci tangan; b) menggunakan sarung tangan; c) memakai penutup muka; d) menggunakan penutup rambut; e) kebersihan pakaian kuku dan perhiasan; f) tidak merokok; f) lain-lain, kebiasaan lain seperti batuk, menekan jerawat merupakan tindakan yang tidak higienis. Kebiasaan ini akan mengkontaminasi tangan dan pada akhirnya akan mengkontaminasi makanan.

1. Mencuci Tangan

Menurut Depkes (2003) Personal hygiene adalah hal utama dalam masalah pencegahan penyakit bawaan makanan. Mencuci tangan secara baik dan benar akan membunuh lebih dari 80% kuman di tangan. Langkah-langkah mencuci tangan yang benar untuk menjamin kebersihan adalah sebagai berikut:

1. Dengan air mengalir basahi tangan hingga setidaknya pergelangan tangan 2. Gunakan sabun cuci tangan dan ratakan diseluruh tangan: telapak tangan,

sela-sela jari dan ujung kuku-kuku

3. Gosok tangan dengan sabun secara menyeluruh pada bagian-bagian meliputi punggung tangan, telapak tangan, sela-sela jari, dan bagian di bawah kuku kurang lebih 15-20 detik

4. Bilas dengan air mengalir hingga bersih

5. Keringkan tangandengan menggunakan alat pengering tangan atau tisu sekali pakai

6. Tutup kran dengan tisu yang tadi sudah dipakai

Berdasarkan prosedur operasional baku RSHJ tahun 2010 terdapat tujuan mencuci tangan yaitu untuk mencegah penularan penyakit melalui kontaminasi dari tangan dan untuk menjaga higiene perseorangan karyawan di RSHJ. Langkah-langkah mencuci tangan di RSHJ yaitu sebagai berikut:

1. Lepaskan perhiasan atau jam tangan. Dorong lengan baju seragam yang panjang sampai diatas pergelangan tangan anda

2. Berdiri di depan bak cuci/wastafel, jaga agar tangan dan seragam anda tidak menyentuh permukaan bak cuci/wastafel.

3. Alirkan air dengan cara memutar kran dengan tangan setelah terlebih dahulu kran tersebut ditutupi dengan tissue kering, sehingga tangan tidak kontak langsung dengan kran.

4. Hindari percikan air keseragam anda.

5. Basahi tangan dan lengan bawah secara menyeluruh di bawah air mengalir. jaga agar tangan dan lengan bawah lebih rendah dari siku selama mencuci. 6. Oleskan 1 ml sabun cair biasa atau 3 ml sabun cair antiseptik pada tangan

dan buat berbusa. Bila menggunakan sabun batang, pegang dan gosok sampai berbusa

7. Cuci tangan dengan menggunakan busa tersebut dan gosok selama 10-15 detik. Jalin jari-jari dan gosok telapak dan punggung tangan dengan gerakan memutar.

8. Bila area di bawah jari-jari kotor, bersihkan dengan kuku jari tangan yang lain dan tambahkan sabun. Jaga agar kulit di sekitar kuku anda tidak luka atau terpotong.

9. Bilas tangan dan pergelangan tangan secara menyeluruh, jaga agar tangan di bawah dan siku di atas.

10. Jika tangan menyentuh bak cuci selama mencuci tangan, ulangi proses mencuci tangan dari langkah ke 6

11. Ulangi langkah 6 sampai 8. Tetapi perpanjang periode aktual mencuci tangan selama 1,2 atau 3 menit

12. Keringkan tangan secara menyeluruh menggunakn kertas tissue, usap dari jari ke jari pergelangan tangan dan lengan bawah

13. Buang kertas tissue ke dalam wadah yang telah disediakan

14. Hentikan aliran air dengan menggunakan sikut atau pada saat memegang kran air gunakan kertas tissue yang bersih dan kering, sehingga tangan tidak kontak langsung dengan kran.

Dari hasil observasi di Instalasi Gizi di RSHJ untuk pencucian tangan, para penjamah makanan khususnya pemasak, biasanya selalu mencuci tangan sebelum memulai bekerja dan selalu mencuci tangan setelah memegang bahan makanan lain yang dianggap kotor, para penjamah khususnya pemasak menggunakan tempat mencuci bahan makanan untuk mencuci tangan karena tempat pencucian itu yang

terdekat dengan pemasak. Namun untuk penjamah makanan yang lain masih ada yang tidak mencuci tangan sebelum menjamah makanan seperti pada saat persiapan snack pasien. Sedangkan menurut Purnawijayantai (2001), cuci tangan merupakan langkah yang dapat mencegah penularan penyakit melalui makanan, kerena tangan yang kotor dapat menjadi media penyebaran mikroorganisme dari tangan ke makanan.

Berdasarkan uraian tersebut untuk pencucian tangan di Instalasi Gizi RSHJ masih kurang baik, hal ini belum sesuai dengan direktorat surveilan dan penyuluhan keamanan pangan deputi III-BPOM (2003) menyatakan bahwa semua pekerja harus membersihkan tangannya, dengan cara selalu mencuci tangan sebelum mulai bekerja. Karena mencuci tangan yang dilakukan dengan benar sebelum memulai pekerjaan dapat mengurangi jumlah mikroba yang terdapat pada tangan.

2. Sarung Tangan

Penggunaan sarung tangan di Instalasi Gizi RSHJ diatur dalam prosedur baku penggunaan alat pelindung diri di RSHJ tahun 2010. Dalam prosedur tersebut sarung tangan digunakan pada saat distribusi makanan, namun penggunaan sarung tangan di Instalasi Gizi RSHJ biasanya digunakan oleh beberapa karyawan bagian gudang, bagian persiapan, bagian pewadahan dan pengolah makanan juga memakai sarung tangan untuk mengolah berbagai macam makanan tertentu. Sarung tangan yang digunakan yaitu sarung tangan karet yang langsung dibuang setiap kali selesai digunakan. Sarung tangan karet tersebut disposable atau sekali pakai dan digunakan untuk menangani bahan makanan mentah mengupas sayur-sayuran, mengolah

makanan, dan menangani makanan masak seperti pewadah, persiapan snack, jadi penggunaannya untuk makanan tertentu dan dibuang setelah menyelesaikan makanan yang ditangani serta dibuang apabila telah kotor. Meskipun di dalam prosedur operasional baku tentang penggunaan APD yang menyatakan bahwa penggunaan sarung tangan disposable ini hanya digunakan pada saat distribusi makanan namun penggunaan sarung tangan karet ini biasanya juga digunakan oleh penjamah makanan baik karyawan bagian gudang, persiapan bahan makanan, pengolahan makanan maupun pendistribusian makanan.

Dari hasil observasi terhadap tenaga/karyawan penjamah makanan di Instalasi Gizi RSHJ didapatkan hasil bahwa masih ada penjamah makanan yang tidak menggunakan sarung tangan pada saat pendistribusian makanan sedangkan berdasarkan SP RSHJ yang menyatakan bahwa pada saat pendistribusian makanan penjamah tersebut harus mengunakan sarung tangan disposable. Penjamah makanan yang tidak menggunakan sarung tangan dikarenakan mengalami kesulitan dalam melakukan wrapping apabila tetap menggunakan sarung tangan maka akan berdampak pada keterlambatan dalam pendistribusian makanan kepada pasien, karena pemorsian makanan dan wrapping dilakukan oleh orang yang sama. Distribusi hanya dilakukan oleh tiga orang, ini disebabkan karena kurangnya tenaga dalam distribusi makanan. Hal ini menjadi kendala dalam melakukan kontrol dan evaluasi terhadap kegiatan yang berhubungan dengan higiene personal pengguna sarung tangan. Untuk itu sebaiknya ada satu orang karyawan yang bertugas dalam menagani wrapping.

Selain itu pada saat penjamah makanan melakukan proses kerja ada beberapa penjamah makanan menggunakan sarung tangan karet hanya satu tangan saja, misalnya tangan yang kontak langsung dengan makanan baru menggunkan sarung tangan sedangkan tangan yang satunya lagi tidak menggunakan sarung tangan, hal ini terlihat pada saat distribusi makanan dan persiapan susu pasien diet khusus. Seharusnya sarung tangan karet di instalsi gizi RSHJ ini digunakan oleh kedua tangan penjamah makanan (tidak satu tangan saja).

Berdasarkan uraian tersebut di instalasi gizi RSHJ penggunaan sarung tangan dikatakan masih kurang baik. Hal ini belum sesuai dengan Depkes (2006), berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan higiene dan sanitasi jasa boga tanggal 23 Mei 2003 yang menyatakan sarung tangan berfungsi sebagai perlindungan kontak langsung dengan makanan, sarung tangan yang baik pada tempat pengolahan makanan menggunakan sarung tangan sekali pakai.

Sebaiknya ada pengawasaan penuh dan sanksi yang tegas terhadap penjamah makanan tentang personal higiene, sehingga apabila ada karyawan yang tidak patuh terhadap penerapan personal higiene dapat diberikan punishment dan pada karyawan yang patuh dapat diberikan reward. Dengan adanya reward dan punishment ini diharapkan penjamah makanan dapat benar-benar patuh dalam melaksanakan personal higiene. Selain itu penggunaan sarung tangan juga wajib digunakan penjamah makanan saat menjamah makanan yang lain seperti pada persiapan, pada saat berada pada ruang diet khusus, penyimpanan pada gudang basah dan pengolahan makanan. Jadi tidak hanya pada saat pendistribusian makanan saja

yang menggunkan sarung tangan seperti yang terdapat pada SP APD di RSHJ pada tahun 2010.

3. Masker (Penutup Mulut)

Penggunaan masker atau penutup mulut di Instalasi Gizi RSHJ biasanya digunakan bagian distribusi makanan dan beberapa pemasak. Masker yang digunakan adalah yang disposable atau langsung dibuang setiap kali selesai digunakan. Penggunaan masker di RSHJ diatur dalam SP tahun 2010, yang menyatakan bahwa penjamah harus menggunakan masker pada saat distribusi makanan dan pada saat penyimpanan bahan makanan di gudang basah.

Berdasarkan hasil observasi masih ada beberapa penjamah makanan yang menggunakan masker tidak benar seperti pada saat distribusi makanan, karena masker yang dipasang tidak menutup mulut dan hidung tetapi maskernya dibuka dan karyawan tersebut berbicara, bernyanyi sambil distribusi makanan. Hal ini dikarenakan bahwa sebagian dari penjamah makanan tersebut merasah tidak nyaman jika menggunakan masker pada saat bekerja, Sedangkan berdasarkan SP RSHJ bahwa masker yang dipakai harus menutup hidung dan mulut. Hal ini sesuai dengan Herdiansyah dan Rimbawan (2000) menyatakan bahwa penutup muka tidak nyaman dipakai, terutama dalam lingkup uap panas. Selain itu ada juga yang mengalami sesak nafas jika menggunakan masker dikarenakan karyawan tersebut mengalami penyakit jantung.

Menurut direktorat surveilan dan penyuluhan keamanan pangan deputi III– BPOM (2003) penggunaan masker penting dilakukan karena daerah-daerah mulut hidung dan tenggorokan dari manusia normal penuh dengan mikroba dari berbagi jenis dari beberapa mikroba yang ada salah satunya adalah mikroba staphylococcus aureus yang berada dalam saluran pernapasan dari manusia. Berdasarkan uraian tersebut penggunaan masker di Instalasi Gizi RSHJ masih kurang baik karena masih ada karyawan penjamah makanan yang tidak menggunakan masker pada saat bekerja.

4. Penutup Rambut

Penggunaan tutup kepala di instalasi gizi RSHJ biasanya dikenakan oleh bagian pemasak dan bagian pewadahan dan tutup kepala yang digunakan terbuat dari bahan yang dapat dicuci kembali setelah selesai digunakan sedangkan untuk wanita menggunakan jilbab. Penggunaan penutup rambut/topi di RSHJ diatur dalam SP tahun 2010, yang menyatakan bahwa penjamah harus menggunakan masker pada saat persiapan makanan, pengolahan bahan makanan, distribusi makanan, penyimpanan bahan makanan di gudangkering dan pada saat penyimpanan bahan makanan di gudangbasah.

Dari hasil observasi di instalasi gizi RSHJ penjamah makanan menggunakan peci untuk laki-laki dan jilbab untuk perempuan. Untuk perempuan kemungkinan rambut untuk jatuh kemakanan sangat kecil namun untuk laki-laki penutup kepala yang digunakan tersebut masih kurang baik karena masih ada rambut yang tidak tertutup semua dan kemungkinan rambut untuk jatuh ke dalam makanan masih

cukup besar. Selain itu masih ada penjamah makanan laki-laki yang tidak menggunakan penutup rambut seperti pada saat penyimpanan bahan makanan basah, penyimpanan bahan makanan kering, dan persiapan bahan makanan. Hal ini tidak sesuai dengan SP Rumah Sakit yang menyatakan bahwa semua penjamah makanan harus menggunakan penutup rambut pada saat menjamah makanan. Selain itu Menurut Depkes (2003) berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan higiene dan sanitasi jasa boga tanggal 23 Mei 2003, yang menyatakan bahwa semua penjamah makanan hendaknya memakai topi atau penutup rambut untuk mencegah jatuhnya rambut ke dalam makanan dan mencegah mengusap/menggaruk rambut atau melindungi pencemaran terhadap makanan. Namun jika yang digunakan adalah peci maka tidak semua rambut tertutupi sehingga kemungkinan rambut untuk jatuh ke dalam makanan, pekerja menggaruk/mengusap rambut masih sangat besar.

Berdasarkan uraian tersebut, seharusnya penggunaan topi pada penjamah makanan terbuat dari bahan yang dapat menutupi semua rambut kepala seperti hair net/hair cap sehingga dapat mencegah jatuhnya rambut ke dalam makanan dan harus digunakan oleh semua penjamah makanan yang akan menjamah makanan. Karena Purnawijayanti (2001), penutup kepala membantu mencegah rambut masuk ke dalam makanan, membantu menyerap keringat yang ada didahi, mencegah kontaminasi staphylococci, menjaga rambut bebas dari kotoran rambut, dan mencegah terjeratnya rambut dari mesin. Sedangkan menurut Herdiansyah dan Rimbawan (2000) rambut dari kepala dapat terkontaminasi oleh S.aureus dan bakteri lain, selain itu adanya rambut di dalam makanan secara estetika juga tidak disukai.

Oleh karena itu penggunaan topi pada penjamah makanan tidak hanya berdasarkan pertimbangan aspek keamanan pangan tetapi juga berdasarkan pertimbangan estetika.

Berdasarkan uraian tersebut penggunaan penutup rambut di Instalasi Gizi RSHJ masih kurang baik, karena masih ada karyawan penjamah makanan yang tidak menggunakan penutup rambut yang benar (menutupi semua rambut kepala) pada saat bekerja. Karena menurut menurut Fathonah (2006), rambut kotor akan menimbulkan rasa gatal pada kulit kepala yang dapat mendorong karyawan untuk menggaruknya dan dapat mengakibatkan kotoran atau ketombe atau rambut dapat jatuh ke dalam makanan dan kuku menjadi kotor sehingga pada saat bekerja diharuskan menggunakan penutup kepala (hair cap) atau jala rambut (hair net). 5. Kebersihan pakaian, kuku dan perhiasan

Untuk karyawan yang bekerja di ruang pengolahan disediakan pakaian khusus dan celemek. Pemakaian seragam dilakukan di ruang ganti dan tidak dikenakan dari rumah. Perawatan pakaian diserahkan kepada para pekerja, biasanya pekerja sendiri yang mencuci baju seragamnya. Penggunaan baju kerja/celemek di RSHJ diatur dalam SP tahun 2010 yang menyatakan bahwa penjamah harus menggunakan pakaian kerja/celemek pada saat persiapan makanan, pengolahan bahan makanan, distribusi makanan, dan pada saat penyimpanan bahan makanan di gudang basah kecuali pada saat penyimpanan bahan makanan di gudang kering.

Dari hasil observasi masih ada karyawan yang menggunakan pakaian berwarna gelap/hitam, pakaian kerja tersebut merupakan seragam yang telah

disediakan RSHJ seperti pada penjamah makanan dibagian pengolahan, dengan menggunakan pakaian yang gelap maka akan sangat sulit diketahui pakaian tersebut kotor atau tidak dan kemungkinan besar akan berpeluang untuk memcemari makanan, selain itu pakaian kerja tersebut terbuat dari bahan semiwol dengan pertimbangan bahwa suhu di instalasi cukup panas apalagi pemasak yang berhadapan langsung dengan kompor sehingga dipilihlah bahan tersebut supaya pekerja tetap merasa nyaman dengan pakaian yang digunakan. Sedangkan menurut Herdiansyah dan Rimbawan (2001), pakaian kerja yang digunakan harus terbuat dari bahan yang bersifat menyerap seperti wol yang dapat menimbun mikroorganisme dan bahan makanan. Penggunaan pakaian kerja di RSHJ belum sesuai dengan Direktorat Surveilan Dan Penyuluhan Keamanan Pangan Deputi III-BPOM (2003), yang menyatakan bahwa pekerja harus mengenakan pakaian khusus untuk bekerja yang bersih dan sopan. Pakaian yang sangat dianjurkan yaitu berwarna terang (putih) terutama untuk pekerja dibagian pengolahan. Hal ini disebabkan karena dengan warna putih maka akan lebih mudah dideteksi adanya kotoran-kotoran yang mungkin terdapat pada baju dan berpotensi untuk menyebar pada makanan yang sedang diolah/diproduksi. Untuk penjamah makanan pada bagian pengolahan dan distribusi terlihat bahwa kuku penjamah cukup bersih namun masih ada penjamah makanan memiliki kuku yang panjang.

Berdasarkan uraian tersebut kebersihan pakaian di Instalasi Gizi RSHJ sudah cukup baik namun untuk jenis bahan pakaian dan warna pakaian kerja masih belum sesuai karena masih ada penjamah makanan yang tidak menggunakan pakaian berwarna terang pada saat bekerja, hal ini belum sesuai dengan syarat yang

ditentukan. Sebaiknya pakaian kerja yang digunakan pekerja pada bagian pengolahan makanan yaitu berwarna terang dan pakaian kerja seperti celemek yang sudah usang jangan digunakan lagi.

6. Tidak Merokok

Di instalasi gizi RSHJ penjamah makanan tidak ada yang merokok. Penjamah makanan sama sekali tidak diijinkan merokok selama bekerja, baik waktu mengolah maupun mencuci peralatan. Merokok merupakan mata rantai atau bibir dan tangan dan kemudian ke makanan, disamping sangat tidak etis.

4.4 Sarana Bagi Penjamah Makanan

Selain keadaan higiene penjamah makanan, fasilitas sanitasi bagi penjamah makanan juga perlu diperhatikan. Didukung dengan fasilitas-fasilitas sanitasi yang memadai sehingga penyelenggaraan makanan yang aman dan sehat untuk pasien dapat tercapai. Fasilitas yang tersedia untuk penjamah makanan di instalasi gizi RSHJ adalah:

Tabel 4.2 Sarana bagi penjamah makanan di Instalasi Gizi RSHJ 2011 Fasilitas sanitasi Ada/tidak ada Jumlah Keterangan

Toilet Ada 2 Letak toilet tidak terlalu

jauh dan dibatasi oleh ruangan.

Tempat pencucian tangan

Ada 2 Letaknya diruang distribusi makanan dan diruang penerimaan makanan Kamar ganti Ada 2 Letak kamar ganti laki-laki

Fasilitas sanitasi Ada/tidak ada Jumlah Keterangan

Tempat istirahat Tidak Ada 0 Semua penjamah makanan tidak mempunyai tempat istirahat.

Pakaian kerja dan Alat pelindung diri

Ada Cukup Pakaian kerja disediakan dari RSHJ berupa pakaian untuk pemasak dan celemek untuk semua karyawan penjamah makanan. APD yang disediakan oleh RSHJ berupa sarung tangan disposable, dan masker disposable

Bak sampah Ada 9 Terletak disetiap sudut ruang si instalasi gizi Sumber: dokumen pribadai

4.4.1 Penyediaan Toilet

Di instalasi gizi RSHJ toilet yang digunakan untuk pekerja instalasi gizi sama dengan toilet pekerja unit lain. Namun untuk letak toiletnya lebih berdekatan dengan instalasi gizi dan terdapat jarak atau ruang yang membatasi antara toilet dengan dapur, dua toilet laki-laki dan dua toilet perempuan letaknya terpisah dan karyawan di instalasi gizi berjumlah 35 orang. Pembersihan toilet dilakukan setiap hari pada pagi, siang, sore dan setiap waktu dirasa toilet sudah kotor/licin maka langsung dibersihkan, untuk itu kondisi toiletnya selalu bersih. Selain itu toilet juga dilengkapi dengan tempat pencucian tangan dan sabun untuk mencuci tangan. Berdasarkan uraian tersebut untuk sarana toilet bagi penjamah makanan telah sesuai dengan Depkes (2003) menyatakan bahwa jasa boga harus mempunyai jamban yang memenuhi syarat higiene sanitasi. Jumlah jamban harus mencukupi sebagai berikut yaitu jumlah karyawan 1-10 orang maka jumlah toiletnya satu buah.

4.4.2 Tempat Pencucian Tangan

Diinstalasi gizi RSHJ terdapat dua tempat pencucian tangan, tempat cuci tangan terletak di depan pintu masuk sehingga pekerja yang akan masuk keruangan pengolahan makanan dapat langsung mencuci tangan dan satu lagi terletak di ruang distribusi makanan sehingga pada saat penjamah akan menjamah makanan dapat langsung mencuci tangan. Air yang digunakan untuk mencuci tangan yaitu air mengalir, selain itu di tempat pencuci tangan disediakan sabun cair namun tidak dilengkapi dengan kertas tissue maupun alat pengering. Pada bagian atas pencuci tangan dilengkapi dengan ketentuan tentang langkah-langkah mencuci tangan yang benar. Dalam hal tempat pencucian tangan belum sesuai dengan depkes.

4.4.3 Kamar Ganti

Di instalasi gizi RSHJ terdapat dua kamar ganti, untuk karyawan laki-laki dan karyawan perempuan masing-masing memiliki kamar ganti yang terpisah. Selain itu kamar ganti karyawan juga dilengkapi dengan loker untuk menyimpan pakaian kerja, namun jumlah loker yang tersedia kurang memadai sehingga tidak semua karyawan mempunyai loker, selain itu kamar ganti karyawan di instalasi gizi RSHJ baik kamar ganti untuk laki-laki maupun perempuan keduanya berukuran sangat kecil dan sempit sehingga apabila karyawan yang akan masuk ke kamar ganti harus bergantian serta untuk peneyediaan loker karyawan juga masih kurang karena tidak semua karyawan mempunyai loker masing-masing dan karyawan yang tidak mempunyai loker tersebut meletakkan tas kerjanya di lantai kamar ganti. Sebaiknya perlu ditambah jumlah loker sehingga karyawan dapat meyimpan pakaian kerja dengan aman dan tidak menambah sempit kamar ganti. Berdasarkan uraian tersebut untuk sarana kamar ganti bagi

penjamah makanan di instalasi gizi RSHJ masih kurang baik dan belum memenuhi standar Depkes (1992).

4.4.4 Tempat Istirahat

Di instalasi gizi RSHJ tidak mempunyai tempat khusus karyawan untuk beristirahat namun karyawan menggunakan kamar ganti untuk beristirahat. Hal ini tidak sesuai dengan (Depkes, 1992) menyatakan bahwa setiap tempat penyelenggaraan makanan harus menyediakan tempat istirahat yang memadai. Berdasarkan uraian tersebut sarana tempat istirahat bagi penjamah makanan di instalasi gizi RSHJ masih kurang baik, sebaiknya karyawan mempunyai tempat istirahat yang memadai sehingga bisa bersitirahat dan dapat bekerja dengan kaadaan yang fresh.

4.4.5 Pakaian Kerja dan Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri di instalasi gizi RSHJ yang terdapat pada SP RSHJ tahun 2010 terdiri dari pakaian kerja, celemek, sarung tangan disposable, masker, dan sepatu sandal karet, dan sarung tangan campal.

Tabel 4.3 Penempatan Alat Pelindung Diri di Instalasi Gizi RSHJ 2011

NO KEGIATAN

APD YANG DIPAKAI

A B C D E F

1 Persiapan makanan - - v v v

2 Pengolahan makanan v v v v

3 Distribusi makanan v v v v v v

4 Penyimpanan bahan makanan di gudang kering

- - v - v -

5 Penyimpanan bahan makanan di gudang basah

- v v v v v

Keterangan:

A: Sarung tangan disposable B: Masker

C: Tutup kepala D: Baju kerja/celemek E: Sepatu alas karet

F: Sarung tangan kulit/campal

Untuk penjamah makanan dibagian pengolahan makanan disediakan pakaian kerja khusus yang dilengkapai dengan celemek. Tenaga penjamah makanan dibagian

Dalam dokumen Sanitasi dan Hygiene (Halaman 50-66)

Dokumen terkait