• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Dalam dokumen Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2015 (Halaman 30-38)

Menurut World Health Organisation (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Dalam Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 disebutkan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan yang sehat dapat dikatakan sehat bila sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat. Lingkungan sehat tersebut antara lain mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.

Syarat lingkungan sehat bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain: limbah cair; limbah padat;limbah gas;sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah; binatang pembawa penyakit;zat kimia yang berbahaya; kebisingan yang melebihi ambang batas; radiasi sinar pengion dan non pengion; air yang tercemar;udara yang tercemar; dan makanan yang terkontaminasi. Saat ini, pemerintah lebih fokus pada pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan pengembangan wilayah yang sadar lingkungan.

Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah yang sangat kompleks sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sektor yang terkait. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, terdapat beberapa indikator seperti : akses air minum

berkualitas, akses terhadap sanitasi layak, rumah sehat, tempat-tempat umum sehat.

1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas

Sanitasi dan akses air minum yang layak memberi kontribusi langsung terhadap kualitas kehidupan manusia mulai dari bayi, balita, anak sekolah, remaja, kelompok usia kerja, ibu hamil dan kelompok lanjut usia. WHO memperkirakan bahwa sanitasi dan air minum yang layak dapat mengurangi risiko terjadinya diare hingga 94%. Bank Dunia pada 2007 memperkirakan bahwa bangsa Indonesia dapat mengalami kerugian negara mencapai 56 triliyun rupiah apabila kondisi sanitasi yang baik tidak terwujud.

Air minum dan sanitasi dasar mempunyai peranan yang penting sebagai indikator kemiskinan terutama dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Air minum yang berkualitas dan terlindungi merupakan salah satu strategi pencapaian tujuan MDGS ke-7 hingga tahun 2015 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi layak. Akses penduduk terhadap sumber air berkualitas dimaksudkan bahwa sumber air berkualitas menyediakan air yang aman untuk diminum bagi masyarakat karena air yang tidak berkualitas merupakan sumber berbagai macam penyakit. Sumber air minum layak adalah air yang digunakan untuk minum/mandi/cuci yang meliputi air ledeng, air hujan, sumur bor/pompa, sumur terlindung, mata air terlindung yang jarak ke tempat penampungan limbah/kotoran/tinja terdekat ≥10 meter.

Konsep yang digunakan untuk sumber air minum yang layak meliputi sumur gali terlindung, sumur gali dengan pompa, sumur bor dengan pompa, terminal air, mata air terlindung, penampungan air hujan (PAH) dan PDAM (perpipaan) . Berbagai upaya yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Makassar untuk peningkatan akses air minum yang layak dengan melibatkan lintas sektor terkait yaitu Dinas Kesehatan, Petugas sanitasi Puskesmas, PDAM, Dinas PU, dan BLHD. Upaya-upaya yang dilakukan yaitu :

a. Pemeriksaan dan pengawasan kualitas air b. Kegiatan kaporisasi

c. Pembangunan sarana penampungan air/BPSPAMS di beberapa titik di kawasan Kota Makassar

Persentase penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum yang layak di Kota Makassar dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel II.8

Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak Di Kota Makassar Tahun 2013-2015

Tahun

Jumlah penduduk dengan akses terhadap

air minum layak

% 2013 2014 2015 946.510 1.093.780 1.229.247 70,00 79,86 87,30 Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar

2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar

Akses pada sanitasi khususnya pada penggunaan jamban sehat, saat ini masih menjadi masalah serius di banyak Negara berkembang, seperti Indonesia. Masih tingginya angka buang air besar pada sembarang tempat atau open defecation menjadi salah satu indikator rendahnya akses ini. Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi

masyarakat yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat, perumahan sehat yang ditangani secara lintas sektor. Sesuai dengan konsep MDGs, dikatakan akses sanitasi layak apabila penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL).

Dalam mewujudkan Kota Sehat Kota Makassar, berbagai upaya dilakukan untuk peningkatan akses layak (jamban sehat), diantaranya : a. Inspeksi sanitasi rumah yang meliputi jamban, rumah, dan air

b. Pengembangan IPAL komunal yang tersebar di wilayah Kota Makassar

c. Promosi Hygiene dan Sanitasi (Prohysan) Lima Pilar STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) di Lorong. Lima pilar yang dilaksanakan untuk meninggalkan perilaku tidak sehat dan berperilaku STBM yaitu penghapusan air besar di tempat terbuka/Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), mencuci tangan dengan sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga, pengamanan limbah cair rumah tangga.

d. Program Kota Sehat

e. Pemberantasan vektor lalat pada TPA dan TPS f. Program Arisan Jamban keluarga

Kegiatan ini untuk meringankan biaya keluarga yang kurang mampu untuk membuat sarana sanitasi (jamban keluarga), sehingga digagaslah kegiatan arisan jamban keluarga agar semua rumah tangga di Kota Makassar dapat memiliki jamban keluarga di rumah masing-masing. Tujuannya agar tidak ada lagi masyarakat Kota Makassar yang Buang Air Sembarang Tempat (BABS) sehingga

diharapkan seluruh kelurahan di Kota Makassar dapat mencapai ODF (Open Defecation Free) atau Stop BABS.

Persentase penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) di Kota Makassar selama tahun 2013-2015 dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar II. 4

Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Di Kota Makassar Tahun 2013-2015

Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar

3. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi di dalam rumah dan perumahan sehingga penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Masalah perumahan telah diatur dalam

Undang-Undang Pemerintahan tentang perumahan dan pemukiman No.4/1992 bab II pasal 5 ayat 1 yang berbunyi ‘Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur’. Adapun beberapa aspek persyaratan kesehatan rumah tinggal yang harus diperhatikan secara umum menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 antara lain : bahan bangunan, komponen dan penataan ruang rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular penyakit, air, tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene, limbah dan kepadatan hunian ruang tidur.

Berbagai upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan bersama lintas sektor terkait untuk meningkatkan rumah sehat diantaranya : inspeksi sanitasi rumah, pembinaan rumah sehat, dan pemberian kartu sehat. Persentase rumah memenuhi syarat (rumah sehat) di Kota Makassar Kota Makassar selama tahun 2013-2015 dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar II. 5 Persentase Rumah Sehat Di Kota Makassar Tahun 2013-2015

Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar 4. Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)

Menurut WHO Di antara masalah utama yang menjadi penyebab masalah sanitasi di negara-negara berkembang adalah kurangnya prioritas yang diberikan pada sektor sanitasi, kurangnya sumber daya keuangan, kurangnya keberlanjutan pelayanan air bersih dan sanitasi, perilaku kebersihan yang buruk dan sanitasi yang tidak memadai di tempat-tempat umum termasuk rumah sakit, puskesmas, sekolah dan lain-lain. Tempat-tempat umum tersebut menurut Depkes (2003)

meliputi bangunan dan sarananya yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatan, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang menggunakan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara sosial ekonomis.

Tempat umum merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk terjadinya penyebaran segala penyakit terutama penyakit-penyakit yang medianya adalah makanan, minuman, udara dan air. Tempat-tempat umum yang dilakukan pemantauan /pengawasan di Kota Makassar diantaranya di sarana pendidikan, sarana kesehatan dan hotel. Adapun kegiatan-kegiatan yang di lakukan Dinas Kesehatan Kota Makassar sepanjang tahun 2015 dalam menyelenggarakan TTU Sehat yaitu :

1. Inspeksi sanitasi di Tempat-Tempat Umum 2. Pemberian stiker Laik Hygiene

3. Pembinaan dan pengawasan pada TTU di Kota Makassar

Capaian tempat-tempat umum sehat selama 3 tahun terakhir di Kota Makassar dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar II. 6

Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Di Kota Makassar Tahun 2013-2015

Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar

5. Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)

Prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya praktis dan penyehatan makanan. Menurut Depkes RI (1994) prinsip-prinsip hygiene sanitasi makanan meliputi :

a. Pemilihan bahan makanan. b. Penyimpanan bahan makanan. c. Pengolahan makanan.

e. Pengangkutan makanan, dan f. Penyajian makanan.

Berdasarkan hasil rekapitulasi data TPM di wilayah Puskesmas se-Kota Makassar tahun 2015, didapatkan hasil bahwa dari 3.176 jumlah TPM, terdapat 2.740 (86,27%) TPM yang memenuhi syarat hygiene sanitasi dan 436 (13,73%) TPM yang tidak memenuhi syarat hygiene sanitasi. Capain TPM memenuhi syarat hygiene sanitasi tahun 2015 meningkat dari tahun 2014 yaitu 78,34% dari 2.604 TPM yang ada, tahun 2013 mencapai 76,99% dari 2.438 jumlah TPM. Berbagai kegiatan yang di lakukan Dinas Kesehatan Kota Makassar sepanjang tahun 2015 dalam melakukan pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yaitu : 1. Inspeksi sanitasi di TPM diantaranya jasa boga, rumah

makan/restoran, Depot Air Minum (DAM), makanan jajanan. 2. Pemberian stiker laik hygiene

۞۞۞

BAB III

Dalam dokumen Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2015 (Halaman 30-38)

Dokumen terkait