• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Umum Kabupaten Wakatobi Kondisi Geografis

Kepulauan Wakatobi sejak tahun 2003 telah menjadi Kabupaten sebagai pemekaran dari Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Wilayah Kabupaten Wakatobi seluas 1.390.000 hektar sebagian besar atau lebih dari 90% berupa laut. Kabupaten Wakatobi terletak di pertemuan Laut Banda dan Laut Flores. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Banda dan Pulau Buton, sedangkan sebelah Selatan dibatasi oleh Laut Flores. Di sebelah Timur dibatasi oleh Laut Banda, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Buton dan Laut Flores. Wakatobi merupakan kependekan dari nama empat pulau besar yang ada di kawasan tersebut, yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Secara administratif Kabupaten Wakatobi terbagi ke dalam 75 desa, 24 kelurahan dan 8 (delapan) kecamatan.

Gerbang utama kawasan Kabupaten Wakatobi adalah Pulau Wangi- Wangi. Dari Kendari, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Wangi-Wangi dapat ditempuh melalui perjalanan laut dan udara. Melalui perjalanan laut memiliki 2 rute yaitu rute Kendari - Bau-Bau – Wangi-Wangi dan rute Kendari – Wangi- Wangi. Rute Kendari - Bau-Bau – Wangi-Wangi ditempuh dengan menggunakan kapal cepat menuju Bau-Bau dengan waktu tempuh ± 5 jam. Selanjutnya dari Bau-Bau ke Wangi-Wangi dengan menggunakan kapal kayu selama ± 9 jam atau kapal perintis dan PELNI. Rute Kendari – Wanci ditempuh dengan menggunakan kapal kayu dengan waktu tempuh ± 12 jam.

Diantara empat pulau besar yang ada di Kepulauan Wakatobi, Pulau Wangi-Wangi mempunyai aksesibilitas tertinggi. Aksesibilitas menuju pulau- pulau di Kabupaten Wakatobi cukup sulit dicapai dengan transportasi laut karena gelombang sangat besar pada saat musim timur (Juni – Agustus), dan musim barat (Desember-Februari). Musim yang paling tenang untuk perjalanan laut di Wakatobi biasanya pada bulan September sampai dengan bulan November dan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Perjalanan lain dapat melalui udara dengan pesawat komersil melalui Bandar Udara Matohara di Pulau Wangi-Wangi,

dengan rute Kendari – Wanci secara regular 4 kali seminggu. Sebagai daerah kepulauan, perhubungan antar pulau di Kabupaten Wakatobi memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang. Tersedianya Bandar udara membantu mempercepat mobilisasi orang dan barang dari Wakatobi ke Kabupaten atau Provinsi lain.

Keanekaragaman Hayati Terumbu Karang

Terumbu karang perairan Wakatobi berada di pusat wilayah yang memiliki keanekaragaman terumbu karang dan keanekaragaman hayati laut lainnya tertinggi di dunia yang dikenal dengan segitiga karang dunia (the heart of coral triangle centre), yang meliputi Phillipina, Indonesia sampai Kepulauan Solomon. Dari citra Landsat 2003, diketahui luas terumbu di Wakatobi adalah 54.500 ha. Panjang atol di Kaledupa ± 48 km, atol memanjang ke Tenggara dan Barat Laut 49,26 km dan lebar 9.75 km merupakan atol tunggal terpanjang di Asia Pasifik). Dari hasil penelitian WWF Indonesia tahun 2003 tercatat 396 spesies karang scleractinia hermatipik yang terbagi dalam 68 genus dan 15 famili. Sebanyak 10 spesies karang keras non scleractinia atau ahermatipik dan 28 genera karang lunak. Disamping karang keras dan karang lunak, terdapat 590 spesies ikan karang dari 52 famili, 31 spesies karang fungi (mushroom), 31 spesies dari foraminifera. Dari data tersebut tingkat keragaman ini termasuk relatif tinggi bila dihubungkan dengan keragaman habitat dan merupakan sebuah indikasi dimana Wakatobi terletak di pusat keanekaragaman hayati terumbu karang (Coremap 2011).

Atol di bagian timur kondisinya secara umum paling baik, perairan Tomia bagian barat laut memiliki keragaman spesies paling tinggi dan laguna Karang Kaledupa memiliki komunitas karang paling tidak umum dengan kelimpahan spesies langka yang paling tinggi. Terumbu karang di Wakatobi secara umum dalam kondisi sehat. Namun demikian, kerusakan walaupun dengan tingkat yang relatif rendah terjadi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu penggunaan bahan peledak, serangan mahkota berduri dan pemucatan (bleaching). Penggunaan bahan beracun (sianida) tampak masih terjadi di banyak tempat, walau dampak langsung pada karang belum diobservasi.

Ikan

Berdasarkan CDFI (Coral Fish Diversity Index/ Indeks Keragaman Ikan Karang) diketahui bahwa sekitar 942 spesies ditemukan di wilayah Wakatobi. Peringkat CFDI tersebut menempatkan wilayah Wakatobi pada kategori keanekaragaman hayati yang sama dengan Teluk Milne di Papua Nugini dan Komodo di Indonesia. Famili-famili yang paling beragam spesiesnya antara lain jenis-jenis Wrasse (Labridae), Damsel (Pomacentridae), Kerapu (Serranidae), Kepe-kepe (Chaetodontidae), Surgeon (Acanthuridae), Kakatua (Scaridae), Cardinal (Apogonidae), Kakap (Lutjanidae), Squirrel (Holocentridae), dan Angel (Pomacanthidae). Kesepuluh famili ini meliputi hampir 70% dari total hewan yang tercatat. Penelitian tersebut juga menemukan kelompok ikan target yang bernilai ekonomis (komersial) sebanyak 647 ekor Kerapu (Serranidae) dan 29 ekor Napoleon Wrasse (Chelinus undulatus).

Penelitian yang dilakukan COREMAP II – LIPI tahun 2006 terhadap keanekaragaman jenis ikan karang untuk empat pulau utama, menemukan 211 jenis (Pulau Kadelupa), 208 jenis (Pulau Wangi-Wangi), 221 jenis (Pulau Tomia) dan 177 jenis (Karang Kapota). Sedangkan dengan menggunakan metode LIT pada 15 stasiun ditemukan 319 jenis ikan karang yang terdiri dari 182 jenis ikan major, 105 jenis ikan target dan 32 jenis ikan indikator atau dengan perbandingan 6 : 3 : 1. Hal ini menunjukkan, jika dijumpai satu ekor ikan indikator, maka akan dijumpai pula tiga ekor ikan target dan enam ekor ikan major. Nilai kelimpahan pada ke empat pulau adalah sebesar 14.982 individu per 350 m2.

Cetaceans

Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Wakatobi – World Wild Fund – The Nature Conservation sampai dengan tahun 2006 di perairan Wakatobi telah tercatat paus jenis : Physester macrocephalus (Paus Sperma), Globicephala Macrorhyncus (Paus Pemandu Sirip Pendek), Peponocephala electra (Paus Kepala Semangka), Balaenoptera musculus (Paus Biru), Balaenoptera edeni, dan Mesoplodon sp. Selain itu ditemukan juga lumba- lumba jenis : Stenella longirostris (Lumba-lumba paruh panjang, Stenella attenuate (Lumba-lumba totol), Steno bredenensis (Lumba-lumba gigi kasar),

Grampus griseus (Lumba-lumba abu-abu ) dan Tursiops truncates (Lumba-lumba hidung botol).

Penyu

Hasil monitoring penyu oleh Balai Taman Nasional Wakatobi – World Wild Fund – The Nature Conservation sampai dengan tahun 2006 di Kepulauan Wakatobi ada 2 (dua) jenis penyu, yaitu Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) dan Penyu Hijau (Chelonia mydas). Diketahui terdapat 5 lokasi peneluran Penyu Hijau di yaitu Pulau Runduma, Pulau Anano, Pulau Kentiole, Pulau Tuwu-Tuwu (Cowo-Cowo) dan Pulau Moromaho.

Jenis biota yang dilindungi

Di perairan Wakatobi terdapat beberapa jenis hewan yang dilindungi, antara lain Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Lumba-lumba (Delphinus delphis, Stenella longilotris, Tursiops truncatus), Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus), Kima (Tridacna sp), Lola (Trochus sp), dan Ketam Kelapa (Birgus latro).

Keadaan Umum Desa Waha Geografis dan Administrasi

Desa Waha merupakan sebuah desa yang terletak di sebelah barat Pulau Wangi-Wangi dan berada dalam wilayah Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi. Desa Waha memiliki luas wilayah daratan yaitu ± 1.350 Km x 2.800 Km, sekitar 15% dari luas wilayah kecamatan Wangi-Wangi, sedangkan luas perairan yaitu sekitar 16 Km2. Desa Waha memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara dengan Desa Koroe Onowa b. Sebelah Selatan dengan Desa Wapia-Pia c. Sebelah Timur dengan Desa Tindoi d. Sebelah Barat dengan Selat Buton

Secara administratif pemerintahan Desa Waha terdiri dari empat dusun yaitu Dusun Gelora, Dusun Menara, Dusun Membara dan Dusun Limbo Tonga. Jarak

Desa Waha dengan Ibu Kota Kecamatan sekitar ± 8 Km. Untuk menjangkau Desa Waha tidak sulit, dapat ditempuh menggunakan jalur darat dan laut. Jalur laut dengan alat transportasi mobil, sepeda motor, sepeda atau jalan kaki sedangkan jalur laut dengan menggunakan perahu atau sampan.

Topografi dan Iklim

Bentuk topografi daratan Desa Waha yang terdekat dengan pantai relatif datar dengan ketinggian sekitar 1-2 meter dari permukaan laut. Profil pantai terdiri atas pantai putih dengan vegetasi pantai pada umumnya berupa pohon kelapa. Sedangkan daerah yang lebih jauh dari pantai terdiri atas perbukitan dengan rata- rata ketinggian antara 1 sampai 10 meter yang banyak dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, dengan kondisi daratan yang banyak berbatu. Kondisi daratan yang ada di Desa Waha meliputi: pemukiman penduduk, hutan, perkantoran dan lahan pertanian. Lokasi desa ini memanjang mengikuti arah pantai. Kondisi luasan wilayah Desa Waha sebagaimana Tabel 5.

Tabel 5 Pembagian luasan wilayah Desa Waha

No Keterangan Luas

1 Luas Desa 37 KM²

2 Luas Perairan 16 KM²

3 Luas Pemukiman 1,5 KM²

4 Luas Daerah Pertanian 3 KM²

Sumber : Profil Desa Waha 2010

Desa Waha sebagaimana pantai tropik lainnya mengalami dua kali pergantian musim yaitu musim Barat dan musim Timur. Musim Barat dikendalikan angin Barat Daya yang membawa banyak hujan jatuh pada bulan Desember sampai April. Musim Timur membawa sedikit hujan yang dikendalikan Angin Timur Laut jatuh pada bulan Juni sampai Oktober. Kondisi Desa Waha pada umumnya serupa dengan daerah lain yang berada dalam wilayah tropik yaitu memiliki suhu rata-rata 30o C, dengan curah hujan 146,50 mm/ tahun.

Penduduk

Desa Waha didiami hampir seluruhnya oleh suku Buton dan beragama Islam. Penduduk yang bukan suku Buton merupakan pendatang karena mencari nafkah atau berkeluarga dengan penduduk setempat. Penduduk Desa Waha terdiri atas 353 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk sebanyak 1.272 jiwa, yang terdiri atas laki-laki sebanyak 650 dan perempuan sebanyak 622 jiwa. Komposisi jumlah penduduk Desa Waha berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Nama Dusun Jumlah Penduduk Jumlah KK

L P L + P 1 Limbo Tonga 199 197 396 105 2 Gelora 100 96 196 59 3 Menara 139 135 274 76 4 Membara 212 194 406 113 Total 650 622 1272 353

Sumber: Data primer diolah 2013

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang berperan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan suatu masyarakat, diharapkan semakin baik kualitas sumber daya manusia. Di Kabupaten Wakatobi, pada tahun 2009 sekitar 10,72 persen penduduk usia sepuluh tahun ke atas tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Hal ini berarti, 1 dari 10 orang dewasa tidak pernah bersekolah.

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Waha cukup terbantu dengan keberadaan dua buah SD Negeri yang berdiri sejak 1969 yaitu SD Negeri Waha 1 dan SD Negeri Waha 2 serta sebuah SMP Negeri yang berdiri sejak 1980 yaitu SMP Negeri 2 Waha dan sebuah Taman Kanak-Kanak (TK). Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Waha dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (%)

1 Tidak tamat SD 8,3

2 TK 30,4

3 Sekolah Dasar (SD) 29,3

4 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 12

5 Sekolah Menengah Umum (SMU) 12

6 Diploma 4

7 Sarjana 3

8 Pasca Sarjana 1

Total 100

Sumber: Profil Desa Waha tahun 2010

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Desa Waha antara lain jalan desa, kantor desa, TK 1 buah, SD 2 buah, SMP 1 buah, mesjid 3 buah, Mushola 1 buah, Pondok Informasi Terumbu Karang 1 buah. Fasilitas lainnya yaitu Taman

Pendidikan Qur’an 1 buah, Puskesmas Pembantu 1 buah, dan Dive Center 1 buah,

lapangan bola 2 buah dan lapangan voli 2 buah.

Pemenuhan kebutuhan masyarakat Desa Waha diperoleh dari pasar lokal terdekat yang terletak di kota, selain itu dalam mendapatkan kebutuhan sehari-hari juga dapat diperoleh dari warung-warung atau kios yang berada di dalam Desa Waha. Kegiatan jual beli hasil tangkapan nelayan biasanya dilakukan di Pasar Pagi, Pasar Sore atau Pasar Sentra.

Perekonomian

Mata pencaharian masyarakat Desa Waha umumnya bergerak di sektor perikanan tangkap, yaitu sebagai nelayan. Sebagian besar penduduk atau ± 60% bermatapencaharian sebagai nelayan. Sedangkan yang lainnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, tukang batu, tukang kayu, staf desa, PNS, tenaga pengajar, dan pedagang.

Masyarakat Desa Waha pada umumnya adalah nelayan penangkap ikan tuna dengan menggunakan pancing, dan sedikit yang menggunakan jaring dan bubu. Komposisi nelayan berdasarkan alat tangkap di Desa Waha dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Komposisi nelayan berdasarkan alat tangkap

No. Jenis Jumlah (%)

1 Pancing 85

2 Bubu 7

3 Jaring 8

Total 100

Sumber: Profil Desa Waha tahun 2010

Jenis ikan yang ditangkap selain tuna adalah ikan cakalang, kerapu dan kakap. Umumnya nelayan menggunakan sampan dan perahu bermotor serta melakukan one day fishing dengan menempuh waktu perjalanan 30 menit s.d. 4 jam dari pantai. Nelayan Desa Waha biasanya mencari ikan sepanjang tahun.

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait