• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Gambaran Umum Kabupaten Karawang

Visi dan Misi Kabupaten Karawang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Karawang yang sejahtera melalui pembangunan di bidang pertanian dan industri yang selaras dan seimbang berdasarkan iman dan taqwa. Visi tersebut memberikan pandangan bahwa bidang pertanian dan industri dijadikan tumpuan penopang kesejahteran bagi masyarakat Kabupaten Karawang. Sedangkan misi Kabupaten Karawang yang tertuang dalam peraturan daerah No.10 tahun 2006 adalah :

1) Meningkatkan mutu dan kuantitas pendidikan

2) Meningkatkan cakupan layanan dan mutu kesehatan masyarakat

3) Mengembangkan ekonomi kerakyatan pada sektor pertanian dengan pola agroindustri yang didukung oleh sektor industri lainnya

4) Meningkatkan pembangunan infrastruktur wilayah 5) Meningkatkan mutu angkatan kerja dan peluang kerja

6) Meningkatkan pelayanan, pembinaan kehidupan beragama, kesadaran hukum dan hak asasi manusia

7) Menciptakan tata pemerintahan Kabupaten Karawang yang bersih dan berwibawa

8) Mengutamakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan pada seluruh kegiatan pembangunan

9) Pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender

b. Kondisi umum demografis

Jumlah Penduduk Kabupaten Karawang mencapai 2.017.367 jiwa pada tahun 2006, dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 2,26% dengan komposisi penduduk sebagai berikut :

1) Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin.

Komposisi penduduk Kabupaten Karawang menurut jenis kelamin pada tahun 2006 sebagai berikut : jumlah penduduk laki-laki

sebanyak 1.007.124 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.010.243 jiwa. Dengan demikian berdasarkan gender dapat dikatakan seimbang dengan rasio 49,9% : 50,1%.

2) Komposisi penduduk berdasarkan struktur usia.

Komposisi penduduk Kabupaten Karawang berdasarkan usia pada tahun 2006 sangat bervariasi dimana mayoritas penduduknya berusia 5-9 tahun sebesar 213.684 jiwa atau sekitar 10,59% dan 10-14 tahun sebesar 203.800 jiwa atau sekitar 10.10%. Data tersebut juga memperlihatkan bahwa jumlah penduduk terbanyak berada pada usia sekolah dasar.

Jumlah penduduk usia produktif atau usia 15-64 tahun sebesar 1.395.633 jiwa atau sekitar 69,18%. Berdasarkan komposisi piramida penduduk juga dapat dilihat angka beban ketergantungan (dependency ratio) sebagai perbandingan penduduk usia produktif 15-64 tahun (diukur dari penduduk usia kerja) dengan penduduk usia tidak produktif (usia< 15 tahun - >64 Tahun). Pada tahun 2006 nilai dependency ratio menunjukkan angka 45% yang berarti bahwa dari seratus orang usia produktif menanggung beban sekitar 45 orang yang tidak produktif. Jika dibandingkan dengan angka dependency ratio pada tahun 2005 sebesar 50% (100 orang menanggung beban sekitar 50 orang) sehingga memperlihatkan perubahan tingkat beban ketergantungan yang semakin baik.

3) Komposisi penduduk berdasarkan lapangan usaha.

Pada tahun 2006 jumlah penduduk bekerja berdasarkan lapangan usaha sebanyak 728.775 orang. Dari Jumlah tersebut sebesar 258.047 orang atau sekitar 35,41% bekerja pada lapangan usaha pertanian dan perikanan. Pada lapangan usaha perdagangan memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 174.872 orang atau 24,00%. Sedangkan pada lapangan usaha industri menyerap tenaga kerja 125.539 orang atau 17,23%.

4) Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.

Sektor pendidikan merupakan salah satu program prioritas pembangunan. Hal ini tidak terlepas dari kondisi tingkat pendidikan masyarakat yang masih relatif rendah, padahal mutu SDM masyarakat merupakan faktor determinan dalam keberhasilan pembangunan. Jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan kurang atau setara SD berjumlah 1.160.736 orang atau 69 % dari total jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas. Hal ini memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki sebagian besar penduduk di Kabupaten Karawang berada pada tingkat sekolah dasar.

c. Kondisi umum bidang pertanian

Masyarakat mengenal Kabupaten Karawang sebagai lumbung padi Jawa Barat yang sampai saat ini julukan itu masih dipertahankan, hal ini tentunya terkait dengan kebijaksanaan provinsi Jawa Barat yang memfungsikan Karawang sebagai lahan pertanian padi sawah. Penggunaan Lahan di Kabupaten Karawang dibedakan menjadi dua, yaitu (a) Lahan sawah meliputi lahan berpengairan teknis, setengah teknis dan berpengairan sederhana dan (b) Lahan kering terdiri dari lahan untuk bangunan dan halaman sekitar, tegal/kebun/ladang/huma, padang rumput, tambak, kolam/tebet/empang, lahan yang sementara tidak diusahakan, lahan untuk tanaman kayu-kayuan dan perkebunan negara/swasta.

Luas seluruh lahan di Kabupaten Karawang adalah 175.327 Ha dengan rincian : Lahan sawah seluas 91.090 Ha dan Lahan kering seluas 76.909 Ha. Dari jumlah tersebut, 36,68% digunakan untuk bangunan dan halaman sekitarnya. Adapun komposisi penggunaan lahan tahun 2006 adalah : (a) Pertanian Padi Sawah 89,614 Ha, (b) Pekarangan dan Bangunan 18,351 Ha, (c) Tegal/Kebun 15,782 Ha, (d) Pertambakan 12.831 Ha, (e) Hutan Negara 15.323 Ha, (f) Ladang/Huma 3,172 Ha, (g) Kawasan/Zona Industri 11.920,1 Ha, (h) Penggembalaan 2,152 Ha, (i) Perkebunan 793 Ha, (j) Hutan Rakyat 598 Ha, (k) Lahan Yang Diusahakan

411 Ha, (l) Kolam/Empang 150 Ha, (m) Rawa-rawa 40 Ha dan (n) Lain-lain 4.189.9 Ha.

Pada tahun 2006, produksi padi mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2005 dengan besar kenaikan 4,45%, yaitu dari 1.149.702 ton pada tahun 2005 menjadi 1.200.810 ton pada tahun 2006. Begitu pula untuk luas panen mengalami kenaikan sebesar 4,69% dan produktivitas per hektar mengalami kenaikan hingga 0,02%, yaitu dari 6,434 ton/Ha pada tahun 2005 menjadi 6,435 ton/Ha.

Untuk produktivitas tanaman palawija diantaranya kacang tanah dan kacang hijau mengalami penurunan masing-masing 62,38% dan 59,83% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Turunnya produktivitas tanaman kacang tanah dan kacang hijau juga dibarengi dengan penurunan luas panen. Produktivitas tanaman jagung, ketela rambat, ketela pohon dan kacang kedelai mengalami kenaikan masing-masing 15.418,75% untuk jagung, 1.246,67% untuk ketela rambat, 11,52% untuk ketela pohon dan 924,73 untuk kacang kedelai.

Untuk tanaman sayuran sebagian besar mengalami penurunan, yaitu petsai/sawi 28,74%, kacang panjang 56,44%, cabe 42,68%, terung 76,13%, mentimun 41,34% dan kangkung 53,56%. Sedangkan jamur merang dan bayam mengalami kenaikan masing-masing 9,28% dan 31,25%. Tanaman buah-buahan yang paling dominan dan merata di setiap kecamatan adalah mangga, jambu biji, jambu air, nangka, pepaya dan pisang sedangkan buah-buahan lainnya hanya ada di beberapa kecamatan saja.

Struktur biaya dan usaha tani. Biaya produksi terbesar yang dikeluarkan untuk usaha tani adalah biaya produksi tanaman padi yang mencapai 67,88% dari nilai produksinya dibandingkan usaha pertanian lainnya. Dari seluruh pengeluaran tersebut, persentase pengeluaran untuk upah buruh dan biaya pengairan dan sewa lahan merupakan pengeluaran terbesar, yaitu 38,26% dan 17,96%. Sedangkan untuk biaya pupuk dan pestisida hanya 6,66% dan 2,71%.

Produksi padi Karawang tidak lepas dari dukungan sistem pengairan yang memadai. Pertanian padi sawah di wilayah ini, sebagian besar didukung oleh sistem pengairan teknis. Luas lahan yang berpengairan teknis sekitar 87% atau 80.774 hektar.

Saluran irigasi di Karawang terdiri dari Saluran Induk Tarum Utara dari Bendungan Walahar, Saluran Induk Tarum Barat dan Saluran Induk Tarum Timur dari Bendungan Curug. Selain tiga saluran induk itu daerah ini juga memiliki saluran irigasi yang sumber airnya berasal dari Bendungan Cibeet serta Bendungan Barugbug dan Pundog di Kabupaten Purwakarta. Dengan kondisi pengairan yang tertata rapi, musim kemarau tak terlalu berpengaruh terhadap produksi padi.

Selain hasil industri dan padi, produk lain yang berpotensi dikembangkan adalah jamur merang. Dengan luas lahan sawah separuh dari luas wilayah, Karawang kaya akan jerami. Hasil limbah padi ini menjadi bahan baku yang potensial bagi produksi jamur merang.

Dokumen terkait