• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.2 Keadaan Umum Karimunjawa

Secara geografis, Desa Karimunjawa terletak di kawasan TNKJ yang terletak di koordinat 5°40’-5°57’ LS dan 110°04’-110°40’ BT dengan luas ± 111.625 ha. Luas Desa Karimunjawa sendiri adalah 4.624 Ha. Kecamatan Karimunjawa terdiri dari 27 pulau dan semuanya berada di perairan Laut Jawa. Secara admistratif Kecamatan Karimunjawa merupakan bagian dari Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Kawasan ini pada mulanya terdiri dari tiga desa yaitu Desa Karimunjawa, Desa Kemujan dan Desa Parang. Desa keempat yaitu Desa Nyamuk diresmikan oleh Bupati Jepara pada bulan Agustus 2011. Desa Karimunjawa sekaligus sebagai ibu

kota Kecamatan Karimunjawa. Desa Karimunjawa meliputi Pulau Karimunjawa dan Pulau Genting yang terdiri dari 8 dukuh yaitu Dukuh Karimunjawa, Dukuh Kapuran, Dukuh Legon Lele, Dukuh Jatikerep, Dukuh Alang-Alang, Dukuh Cikmas, Dukuh Kemloko dan Dukuh Genting ( Laporan Baseline Data Perekonomian Masyarakat di SPTN II Karimunjawa, 2011).

Jarak antara kawasan Karimunjawa dengan Kota Jepara adalah 45 mil (± 83 km). Perjalanan menuju Karimunjawa dapat dilakukan dengan menggunakan KM Muria dan Ekspres Bahari dari Jepara serta KM Kartini I dari Semarang. Perjalanan dapat ditempuh selama 6 jam dengan menggunakan KM Muria dan 2 jam dengan Ekspres Bahari atau 3,5 jam dengan KM Kartini I. Penyeberangan dapat juga dilakukan dengan kapal nelayan, namun membutuhkan waktu yang relatif sangat lama. Adanya berbagai alternatif perjalanan ini serta tersedianya kapal ferry dengan jadwal keberangkatan setiap hari, kecuali hari Jumat, membuat kunjungan wisatawan semakin bertambah setiap tahunnya.

4.2.2 Kondisi Topografi

Topografi kawasan Pulau Karimunjawa secara umum berupa dataran rendah yang bergelombang atau berbukit-bukit dengan ketinggian antara 0-506 m dpl dan kawasan pantai yang datar. Daerah perbukitan terdapat di bagian tengah mulai dari bagian timur ke barat sampai ke selatan, khususnya daerah timur untuk perbukitan tinggi. Terdapat dua buah bukit yaitu Bukit Gajah dan Bukit Bendera yang merupakan puncak tertinggi dengan ketinggian ± 506 m dpl (Zonasi TNKJ 2012). Lahan yang berbukit tidak cocok untuk pemukiman karena kemiringan lerengnya yang terjal. Sebagian besar daerahnya terdiri dari batu pasir sehingga kegiatan pertanian dan peternakan tidak terlalu berkembang di desa ini.

4.2.3 Hidrologi

Sepanjang kawasan Karimunjawa tidak ditemukan adanya sungai, danau, atau telaga, namun terdapat lima mata air besar di Pulau ini, yaitu Kapuran (Pancuran Belakang), Legon Goprak, Legon Lele, Cikmas dan Nyamplungan yang

dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan memasak oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sering mengalami masalah kekurangan air apabila musim kemarau tiba atau saat kunjungan wisatawan meningkat. Hal ini terjadi karena minimnya tanggul penampung air yang tersedia.

Arus musiman di sekitar Karimunjawa mengikuti pola arus di Laut Jawa yang tergantung pada beda tinggi muka laut di Samudera Pasifik (yang selalu lebih tinggi muka lautnya) dibanding dengan Samudera Hindia. Kuat arus pada musim barat dapat mencapai 0,35 meter/detik. Musim barat terjadi pada bulan Desember-Februari sedangkan musim peralihan barat ke timur terjadi pada bulan Maret-Mei. Kuat arus laut diperairan pesisir Jepara dan perairan Karimunjawa pada musim baratan secara umum bergerak dari barat/barat laut kearah timur/tenggara dengan kecepatan 0,5-0,75 meter/detik dengan ketinggian gelombang rata-rata berkisar 0,56-1,58 m. Hal ini membuat jumlah kunjungan wisatawan pada periode bulan tersebut sangat sedikit karena gelombang yang besar membuat kapal tidak bisa berangkat. Kondisi perikanan juga menjadi terganggu karena nelayan tidak bisa melaut. Akibatnya harga ikan mengalami lonjakan.

Musim timuran terjadi pada bulan Juni-Agustus. Arus laut secara umum bergerak dari timur ke barat/barat laut dengan kecepatan 0,15 meter/detik. Musim peralihan timur ke barat terjadi pada bulan September-November, arus laut bergerak dari Barat/Barat Luat kearah timur/tenggara dengan kecepatan berkisar antara 0,25- 0,5 meter/detik. Pada musim timuran, ketinggian gelombang mencapai 0,27-0,6 m. Gelombang yang tidak terlalu tinggi ini membuat kegiatan perikanan mulai normal dan kunjungan wisatawan meningkat. Nelayan bisa melaut lagi dan kapal yang melakukan penyeberangan Karimun-Jepara dan sebaliknya dapat berjalan lancar. 4.2.4 Keanekaragaman Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya

TNKJ merupakan obyek wisata alam yang banyak dikunjungi karena keanekaragaman flora dan fauna di daerah tersebut. Berdasarkan Laporan Zonasi TNKJ (2012) diketahui bahwa terdapat lima ekosistem di daerah tersebut yaitu ekosistem terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, hutan mangrove, hutan

pantai serta hutan hujan tropis dataran rendah. Flora khas Karimunjawa adalah Dewadaru dan Kalimosodo yang populasinya mulai menurun karena banyak digunakan sebagai bahan baku industri kerajinan oleh masyarakat.

Jenis fauna darat yang umumnya dijumpai adalah rusa, monyet ekor panjang, kalong besar, tikus pohon ekor polos, landak, musang rase. Terdapat 16 jenis reptil dan 2 amphibi, diantaranya jenis ular edor. Selain itu ditemukan 54 spesies burung yang tergabung dalam 27 famili, diantaranya pergam ketanjar, trocokan, dan betet Karimunjawa serta 22 spesies burung air migran yang melintasi kawasan Taman Nasional Karimunjawa.

Hampir di seluruh kepulauan Karimunjawa mempunyai ekosistem mangrove yang relatif masih asli dengan 44 spesies mangrove sejati yang termasuk dalam 25 famili. Struktur komunitas padang lamun Pulau Karimunjawa tersusun atas 9 spesies dengan penutupan 9 persen sampai 83,33 persen. Ekosistem terumbu karang terdiri dari tiga tipe terumbu, yaitu terumbu karang pantai, penghalang dan beberapa taka. Ekosistem terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa terdiri atas 64 genera karang yang termasuk dalam 14 famili ordo sceractinian dan 3 ordo non sceractinan. Karakteristik ikan karang di Karimunjawa cukup unik. Secara total jumlah spesies ikan karang yang ditemukan adalah 353 spesies yang termasuk dalam 117 genus dan 43 famili. Selain itu ditemukan 2 spesies penyu yaitu penyu Hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricate).

Keanekaragaman sangat berpotensi dan merupakan modal besar bagi pengembangan wisata alam di Karimunjawa. Keindahan flora dan fauna, terumbu karang yang masih bagus serta ikan karang yang beragam merupakan daya tarik yang diminati berbagai wisatawan. Keanekaragaman ekosistemnya yang tinggi menjadikan Karimunjawa sebagai tempat penelitian para akademisi, baik dari dalam maupun dari luar negeri.

4.3 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya

Dokumen terkait