• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi Geografis

Daerah Penelitian terletak di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Cipatat terbagi menjadi 12 Desa yaitu Desa Ciptaharja, Cipatat, Rajamandala Kulon, Nyalindung, Kertamukti, Mandalawangi, Gunungmasigit, Citatah, Cirawamekar, Mandalasari, Sumurbandung dan Sarimukti.

Secara geografis daerah penelitian terletak antara 06o46’25” – 06o53’28” Lintang Selatan dan 107o19’00– 107o27’15” Bujur Timur. Sedangkan secara administratif termasuk wilayah Kabupaten Bandung. Luas daerah penelitian 125,4966 km2 (BPS Kabupaten Bandung, 2001). Batas-batas administratifnya adalah di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cipeundeuy dan Cikalong Wetan, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Padalarang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatam Batujajar, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.

Kecamatan Cipatat terletak pada wilayah lereng-lereng pegunungan yang membujur dari timur ke barat yaitu Gunung Ketu (561 meter), Gunung Masigit (754 meter), Gunung Halimun (972 meter) serta Gunung Sanghiangtikoro (397 meter).

Bentuk Wilayah

Daerah penelitian mempunyai bentuk wilayah datar sampai bergelombang. Ketinggian tempat bervariasi mulai dari ketinggian ± 250 m dpl sampai ketinggian ± 1000 m dpl. Memiliki kelerengan yang bervariasi mulai dari 0-8%, 8-15%, 15-25% dan yang memiliki kelerengan curam yaitu lebih dari 45% (Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, 2004).

Wilayah-wilayah yang merupakan daerah perbukitan terdapat di Kecamatan Cipatat sebelah selatan yaitu pada wilayah desa Ciptaharja, Citatah, serta Gunung Masigit. Sedangkan pada wilayah Kecamatan Cipatat di sebelah utara pada umumnya mempunyai bentuk wilayah datar, bergelombang, berombak dan

berbukit, yaitu pada wilayah desa Sumur Bandung, Nyalindung, Cirawamekar serta sebagian Desa Kertamukti.

Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Cipatat yaitu 99.838 jiwa dan kepadatan penduduk 796 jiwa/km2 (BPS Kabupaten Bandung, 2001). Berdasarkan Monografi Kecamatan Cipatat, (2004) rasio antara jumlah laki-laki dan perempuan wilayah kecamatan Cipatat yaitu, laki laki 48.508 jiwa sedangkan perempuan 51.339 jiwa.

Penggunaan Lahan Tabel 2. Penggunaan Lahan di Kecamatan Cipatat

Penggunaan lahan Luas (Ha) %

Sawah irigasi semi teknis 1 0,012

Sawah irigasi sederhana 217 2,71

Tegalan (palawija) 329 4,11

Kebun campuran (tegalan, pekarangan) 1143 14,28 Kebun campuran (Sengon, bambu, belukar) 2342 29,26

Perkebunan karet 543 6,78

Perkebunan kakao 555 6,93

Perkebunan teh 21 0,26

Kebun campuran dan jati 104 1,29

Jati 130 1,62

Jati dan pisang 403 5,03

Kebun pisang 591 7,38

Semak belukar dan singkapan batuan 176 2,19

Hutan sekunder 150 1,87

Kota, pemukiman pekarangan dan lain-lain 1298 16,21

Jumlah 8003 100

Sumber: Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran (2004)

Berdasarkan literatur (Tabel 2) serta hasil verifikasi di lapangan, penggunaan lahan di daerah penelitian didominasi oleh kebun campuran. Kebun

campuran (Sengon, Bambu, belukar) meliputi 29,26% luas wilayah Kecamatan Cipatat yang tersebar di wilayah sebelah utara, selatan serta timur Kecamatan Cipatat. Kebun campuran (tegalan, pekarangan) meliputi 14,28% luas wilayah. Sedangkan sisanya berupa kota, pemukiman pekarangan, dan lain-lain 16,21%, kebun pisang 7,38%, perkebunan kakao 6,93%, perkebunan karet 6,78%, jati dan pisang 5,03%, tegalan (palawija) 4,11%, sawah irigasi sederhana 2,71%, semak belukar dan singkapan batuan 2,19%, hutan sekunder 1,87%, jati 1,62%, kebun campuran dan jati 1,29%, perkebunan teh 0,26% serta sawah irigasi semi teknis 0,012%.

Iklim

Data iklim yang digunakan menggunakan data yang dikumpulkan oleh PT. Pembangkit Tenaga Listrik Jawa Bali Unit Pembangkit Saguling dan Cirata. Untuk wilayah Cirata lama pengamatan selama 11 tahun pengamatan (tahun 1993 – 2003) dan untuk wilayah Saguling selama 5 tahun pengamatan (tahun 1999 – 2003) .

Curah hujan

Berdasarkan data curah hujan di daerah penelitian, rata-rata curah hujan tahunan bervariasi antara 1.747 sampai 2.954 mm/tahun (Tabel 3). Dimana curah hujan tertinggi tercatat pada stasiun Cipeundeuy dan terendah pada stasiun Bandung. Secara keseluruhan curah hujan tahunan pada daerah penelitian memiliki curah hujan yang tinggi (lebih dari 2000 mm/tahun).

Temperatur udara

Data temperatur udara diperoleh dari stasiun pengamatan Cirata yang tercatat selama periode 1993- 2003 (Tabel 4). Temperatur udara rata-rata tahunan di daerah penelitian ±26oC. Nilai rata-rata temperatur udara tertinggi tahunan tercatat pada bulan September yaitu sebesar 27,2 oC dan terendah pada bulan Januari sebesar 25 oC. Fluktuasi antara rata-rata bulan terpanas dan terdingin sebesar 2 oC.

Dalam pendugaan suhu udara pada masing-masing Satuan Kelas Lereng digunakan rumus Braak (1928) dalam Djaenudin et al.(2000) yaitu 26,3oC- (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6oC) (Tabel 5). Dimana suhu udara pada ketinggian

± 400 m dpl sebesar 23,60C, pada ketinggian ±700 m dpl sebesar 21,80C dan suhu udara pada ketinggian ± 1000 m dpl sebesar 200C.

Tabel 3. Data Curah Hujan di Daerah Penelitian dan Sekitarnya.

Bulan Cilakong wetan Cipeundeuy Cirata Bandung

Januari 314 315 259 214 Februari 290 356 208 143 Maret 296 297 275 277 April 246 204 233 211 Mei 264 205 170 154 Juni 157 231 101 62 Juli 100 51 69 58 Agustus 175 155 66 56 September 185 188 88 48 Oktober 246 300 177 95 November 284 223 164 249 Desember 202 229 210 181 Jumlah 2.758 2.954 2.120 1.747 Ketinggian tempat (m dpl) 650 300 250 700

Sumber: Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran (2004)

Tabel 4. Temperatur Rata-rata, Maksimum dan Minimum Daerah Cirata (1000 m dpl).

Bulan Temperatur (

o C)

Rata-rata Maksimum Minimun

Januari 25,0 28,5 21,6 Februari 25,1 29,1 21,0 Maret 26,5 30,9 22,0 April 25,5 29,7 22,1 Mei 26,0 30,6 21,8 Juni 25,4 29,9 20,9 Juli 26,1 30,6 21,6 Agustus 26,9 31,9 21,8 September 27,2 32,7 21,9 Oktober 26,3 31,1 21,6 November 26,1 30,5 21,8 Desember 25,7 29,6 21,8 Rata-rata 26,0 30,4 21,7

Sumber: Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran (2004)

Tabel 5. Suhu Udara Rata-rata Berdasarkan Rumus Braak (1928 dalam Djaenudin et al. 2000).

Suhu Udara rata-rata pada ketinggian (oC)

400 mdpl 700 mdpl 1000 mdpl

Geologi dan Bahan Induk

Daerah penelitian diliputi oleh dua lembar Peta Geologi Bersistem Indonesia skala 1 : 100.000, yaitu : (1) Peta Geologi Lembar Bandung (Silitonga,1973, dalamFakultas Pertanian Universitas Padjajaran, 2004).

Menurut Silitonga (1973, dalam Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, 2004) secara geologis daerah penelitian disusun oleh lima belas batuan utama, dan dapat dipisahkan menjadi 4 berdasarkan umur pembentukannya.

(1). Batuan berumur Holosen (Kuarter) (2). Batuan berumur Pliosen (Tertier akhir) (3). Batuan berumur Miosen (Tertier tengah) (4). Batuan berumur Oligosen (Tertier awal)

Bahan induk merupakan bahan anorganik atau organik yang nenurunkan komponen-komponen tanah baik berupa bahan mineral maupun organik. Sebagian besar bahan induk yang menyusun tanah-tanah di daerah penelitian berupa bahan anorganik, berasal dari lapukan batuan induk. Penetapan bahan induk yang menyusun tanah di daerah penelitian didasarkan kepada pola keadaan formasi geologi serta hasil pengamatan di lapangan. Menurut Fakutas Pertanian Universitas Padjajaran (2004) bahan induk di daerah penlitain terdiri dari: (1) Aluvium, (2) Koluvium, (3) Batuan andesit, (4) Breksi, (5) Batuliat, (6) Batugamping/marmer. Keenam jenis bahan induk tersebut dapat hanya terdiri satu macam jenis bahan induk atau berupa gabungan atau kompleks.

Jenis Tanah

Menurut Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran (2004) tanah-tanah didaerah penelitian sebagian besar didominasi oleh jenis-jenis tanah Ultisols, Mollisols, Alfisols dan Inceptisols.

Tanah-tanah yang berkembang dari batuan andesit cukup luas di daerah penelitian, penyebarannya dijumpai pada relief berombak, bergelombang sampai berbukit yang hampir mendominasi daerah penelitian. Tanah bervariasi dari agak dalam sampai sangat dalam, berdrainase baik, dan reaksi tanah masam sampai agak masam. Diklasifikasikan sebagai tanah Ultisols dan Inceptisols.

Tanah-tanah yang berkembang dari batu gamping dan kapur penyebarannya di sekitar Cipatat dan Gunung Masigit, pada relief bergelombang sampai berbukit. Tanah bervariasi dari dangkal sampai sangat dalam, berdrainase baik, reaksi tanah umumnya netral sampai basa. Diklasifikasikan sebagai tanah Inceptisols, Alfisols dan Mollisols.

Dokumen terkait