• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

2. Keaktifan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa

Penelitian tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dilaksanakan di kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 tahun pelajaran 2015/2016 dilakukan kedalam dua siklus, siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 24 November 2015 dan Kamis, tanggal 26 November 2015 kemudian dilanjutkan pada siklus II pada hari Kamis, tanggal 1 Desember 2015 dan Kamis, tanggal 3 Desember 2015. Hasil observasi dan kuisioner peningkatan keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. 7 Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

No. Nama

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori

1 EL 57.1 B 65.2 B 88.9 SB 2 AD 71.4 SB 84.9 SB 93.3 SB 3 BI 57.1 B 77.7 SB 88.2 SB 4 AJ 0 C 0.0 - 0.0 - 5 CL 71.4 SB 89.3 SB 94.7 SB 6 AR 57.4 B 75.0 SB 88.9 SB 7 DI 57.4 B 74.9 SB 82.2 SB 8 RA 57.4 B 63.9 B 91.3 SB 9 DO 42.8 C 62.1 B 92.7 SB 10 DA 57.1 B 73.7 SB 86.9 SB 11 VIL 71.4 SB 89.5 SB 89.5 SB 12 LA 57.1 B 59.2 B 81.5 SB 13 TA 57.1 B 84.2 SB 90.7 SB 14 RI 71.4 SB 82.4 SB 96.7 SB 15 GU 57.4 B 92.0 SB 96.7 SB 16 NA 71.4 SB 88.7 SB 92.7 SB 17 NI 71.4 SB 75.7 SB 93.3 SB 18 JE 42.8 C 53.5 C 84.2 SB 19 AB 71.4 SB 86.2 SB 94.0 SB 20 PA 71.4 SB 91.3 SB 95.3 SB 21 LI 57.1 B 71.7 SB 90.0 SB 22 VE 71.4 SB 83.5 SB 94.7 SB

23 CA 57.1 B 69.2 SB 88.9 SB

24 OK 71.4 SB 73.0 SB 88.2 SB

Rata-rata 59.5 Cukup 73.6 Baik 86.8 Sangat

Baik

*C = Cukup; SB = Sangat Baik; B = Baik

Dari tabel 21 di atas tentang hasil observasi dan angket menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Pada kondisi awal diperoleh skor rata-rata keaktifan belajar siswa sebesar 59,5 (Baik). Dari kondisi awal ke siklus I mengalami peningkatan, skor rata-rata keaktifan belajar dari 59,5 pada kondisi awal menjadi 73,6 (Baik) pada siklus I. Keaktifan belajar pada siklus II juga mengalami peningkatan dari siklus I. Pada siklus II skor rata-rata keaktifan belajar siswa 86,8 (Sangat Baik).

Tabel 4. 8 Hasil Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa

Peubah Indikator Kondisi Awal

Siklus I Siklus II

Target Capaian Target Capaian Keaktifan Belajar Rata-rata keaktifan 59,5 (Baik) 65 (Baik) 73,6 (Sangat Baik) 70 (Baik) 86,8 (Sangat Baik)

Berdasarkan tabel 21 di atas dapat dilihat bahwa data kondisi awal siswa diperoleh rata-rata keaktifan siswa adalah 59,5 (Baik). Setelah dikenai tindakan pada siklus I dengan hasil perhitungan mengenai keaktifan siswa diperoleh rata-rata 73,6 (Baik). Sedangkan hasil perhitungan keaktifan siswa siklus II diperoleh rata-rata 86,8 (Sangat Baik). Dari data tersebut dapat digambarkan pada diagram seperti berikut :

Grafik 4. 1 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa

Diagram di atas menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa dari kondisi awal, kemudian setelah diberikan tindakan di siklus I menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pencapaian skor keaktifan belajar pada siklus I mencapai 73,6 ini berarti bahwa skor yang ditetapkan pada kriteria keberhasilan keaktifan belajar yaitu 65,0 telah terlampaui. Namun begitu, peneliti belum terlalu puas terhadap skor yang telah diperoleh pada siklus I dan juga peneliti mendapati bahwa belum semua siswa aktif dalam pembelajaran meskipun skor keaktifan yang diperoleh tinggi. Kemudian penelitian dilanjutkan pada siklus II, di siklus II keaktifan belajar siswa semakin meningkat hingga mencapai target yang ditentukan peneliti. Sehingga penelitian diakhiri sampai akhir siklus II. Hasil dari masing-masing siklus diperoleh dari perhitungan rata-rata observasi dan rata-rata angket yang telah diisi siswa.

Berdasarkan data yang telah diperoleh di atas peneliti menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa hal ini dapat terjadi

59,5 73,6 86,8 0 20 40 60 80 100

Siklus Awal Siklus I Siklus II

Rata-rata Keaktifan Belajar

Siklus Awal Siklus I Siklus II

karena siswa dituntut untuk mampu menjelaskan poin-poin dalam pembelajaran dan bekerjasama antar anggota kelompok, dengan kegiatan tersebut dimungkinkan bagi siswa untuk terlibat lebih aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Shoimin (2014) yang menyatakan Cooperative Learning adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep menyelesaikan persoalan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Slavin (dalam Isjoni, 2013: 80) yang mengatakan bahwa STAD mempunyai keunggulan yang mampu membuat : 1) siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, 2) siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, 3) aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, dan 4) interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan dalam berpendapat

b. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

Penelitian tentang peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilaksanakan di kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 tahun pelajaran 2015/2016 dilakukan kedalam dua siklus, siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 24 November 2015 dan Kamis, tanggal 26 November 2015 kemudian dilanjutkan pada siklus II pada hari Kamis, tanggal 1 Desember 2015 dan Kamis, tanggal 3 Desember

2015. Hasil observasi dan kuisioner peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. 9 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

No. Nama Kondisi

Awal

Siklus I Siklus II

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1. EL 100 T 86 T 2. AD 93 T 96 T 3. BI 90 T 76 T 4. AJ - - - - 5. CL 100 T 96 T 6. AR 96 T 93 T 7. DI 96 T 83 T 8. RA 80 T 70 T 9. DO 90 T 83 T 10. DA 90 T 86 T 11. VIL 100 T 93 T 12. LA 93 T 80 T 13. TA 93 T 73 T 14. RI 93 T 93 T 15. GU 100 T 100 T 16. NA 100 T 96 T 17. NI 96 T 83 T 18. JE 63 TT 26 TT 19. AB 96 T 96 T 20. PA 93 T 96 T 21. LI 96 T 86 T 22. VE 100 T 70 T 23. CA 96 T 86 T 24. OK 96 T 93 T Jumlah 1860 2120 1940 Rata-rata 77,5 88,3 80,8 Persentase Ketuntasan 75% 95,8% 95,8%

Dari tabel 23. Rata-rata prestasi belajar siswa pada kondisi awal adalah 77,5 dengan jumlah siswa yang mencapai KKM ada 18 siswa atau 75%, sedangkan yang belum mencapai KKM ada 6 siswa atau 25%. Persentase jumlah siswa yang belum mencapai KKM dinilai tidak terlalu tinggi meskipun rata-rata kelas sebesar 77,5. Sehingga peneliti

melakukan tindakan penelitian untuk meningkatkan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Peneliti melakukan tindakan siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada hari Selasa, tanggal 24 November 2015 dan Kamis, tanggal 26 November 2015. Setelah melakukan tindakan penelitian siklus I, maka diperoleh nilai rata-rata ulangan siswa sebesar 88,3. Dari hasil yang diperoleh ada 23 siswa dengan persentase 95,8% sudah mencapai KKM, dan ada 1 siswa dengan persentase 42,8% belum mencapai KKM. Nilai KKM yang sudah ditentukan yaitu 65.

Hasil rata-rata ulangan siklus I sebesar 88,3. Sedangkan kriteria keberhasilan akhir siklus I peneliti menargetkan pencapaiannya sebesar 78. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM ada 23 siswa atau 95,8%. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari hasil ulangan siswa dikondisi awal siswa yang mencapai KKM sebesar 76,9%. Namun, kriteria keberhasilan yang ditargetkan oleh peneliti unutk ketuntasan di akhir siklus I sebesar 70%.

Berdasarkan data tersebut, maka dapat digambarkan persentase pencapaian prestasi belajar siswa di siklus I oleh peneliti pada diagram sebagai berikut :

Gambar 4. 1 Diagram Peningkatan Persentase Pencapaian KKM Siklus I

Berdasarkan diagram siklus I di atas, menunjukkan bahwa adanya peningkatan pencapaian prestasi belajar IPA dibandingkan kondisi awal. Kondisi awal jumlah siswa yang mencapai KKM ada 20 siswa atau 76,9% sedangkan setelah diberi tindakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh data sebanyak 23 siswa mencapai KKM atau sebesar 95,8%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pencapaian belajar siswa dari kondisi awal ke siklus I sebesar 18,9%. Pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD ini baru pertama kali digunakan di kelas V SD Kanisius Kotabaru 1, namun terbukti efektif dan berhasil diterapkan.

Peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat ketika pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa dalam kelompok aktif mencari informasi dari buku, dan mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru. Selain itu sebagian besar siswa aktif untuk menjawab kuis yang diberikan oleh guru. Siswa mampu menjelaskan materi yang sudah disampaikan oleh guru. Siswa tidak lagi hanya mendengarkan penjelasan dari guru, tetapi

4,2%

95,8%

Persentase Pencapaian KKM Siklus I Siswa yang belum mencapai KKM Siswa yang sudah mencapai KKM

menanggapi materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamdayama (2014: 118) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan kecapakan individu. Dalam hal ini kecakapan individu yang dimaksud adalah siswa cakap dan mampu menanggapi materi yang disampaikan oleh guru. Siswa yang mampu menanggapi materi yang disampaikan oleh guru menandakan siswa telah memahami materi sehingga prestasi belajarnya meningkat.

Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 1 Desember 2015 dan Kamis, tanggal 3 Desember 2015. Setelah melakukan tindakan penelitian siklus II, maka diperoleh nilai rata-rata ulangan siswa sebesar 80,8. Perolehan rata-rata nilai ulangan ini menurun dari 88,3 pada akhir siklus I menjadi 80,8 pada akhir siklus II. Hal tersebut menunjukkan adanya penurunan pencapaian prestasi belajar siswa. Meskipun rata-rata pencapaian hasil ulangan siswa mengalami penurunan tetapi tidak berpengaruh dalam hasil persentase KKM nya. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus II dari 24 siswa sebanyak 23 siswa atau 95,8% dengan nilai tertinggi 100. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 1 siswa atau 4,2% dengan nilai terendah 26. Dalam hal perolehan nilai tertinggi dalam akhir siklus I dan akhir siklus II ini tidak mengalami peningkatan dikarenakan pada akhir siklus I perolehan nilai ulangan siswa yang tertinggi mencapai 100 kemudian pada akhir siklus II perolehan nilai

ulangan siswa juga mencapai 100. Sedangkan perolehan nilai terendah pada akhir siklus I adalah 63 menjadi lebih buruk di akhir siklus II yaitu 26.

Berdasarkan tabel 23 di atas,ada 2 siswa yang mengalami peningkatan pada perolehan skor ulangan akhir siklus I dan siklus II dan untuk pencapaian kriteria “T/TT” hampir 23 siswa mencapai “T” per siklusnya dan terdapat 1 siswa yang dari siklus I dan Siklus II mencapai hasil “TT”. Sedangkan 3 siswa tidak mengalami peningkatan atau tetap “T” pada siklus I maupun pada siklus II. Satu siswa tidak bisa tidak bisa dikatakan mengalami peningkatan maupun tidak karena dia sejak awal penelitian tidak mengikuti tes. Berdasarkan data tersebut, maka dapat digambarkan persentase pencapaian prestasi belajar siswa di siklus II pada diagram di bawah ini.

Gambar 4. 2 Diagram Peningkatan Persentase Pencapaian KKM Siklus II

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di kondisi awal, kemudian dilakukan tindakan penelitian dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I dan siklus II. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA pencapaiannya sama dengan

95,8% 4,2%

Persentase Pencapaian KKM Siklus II Siswa yang sudah mencapai KKM Siswa yang belum mencapai KKM

yang dicapai pada siklus I yaitu tetap atau tidak mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan kemungkinan dalam mengerjakan soal ulangan akhir siklus II siswa kurang berhati-hati dalam menentukan jawaban atas soal-soal yang diberikan karena jawaban pada soal siklus II memiliki kemiripan yang mirip antar pilihan jawabannya sehingga apabila siswa tidak berhati-hati dan jeli membacanya mereka dapat terjebak memilih jawaban yang mereka anggap benar tetapi sesungguhnya ada jawaban yang lebih tepat. Rata- rata nilai ulangan pada kondisi awal 77,5, kemudian dilaksanakan tindakan siklus I diperoleh rata-rata sebesar 88,3. Di siklus II rata-rata nilai ulangan siswa adalah 80,8. Data peningkatan prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4. 10 Hasil Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Peubah Indikator Kondisi Awal

Siklus I Siklus II

Target Capaian Target Capaian Prestasi Belajar Siswa 1.Rata-rata nilai prestasi belajar siswa 2.Persentase rata-rata prestasi belajar siswa yang mencapai KKM (65,00) 77,5 75% 78,0 78% 88,3 95,8% 80,0 78% 80,8 95,8%

Dari tabel 24 di atas diperoleh data peningkatan prestasi belajar siswa yaitu nilai rata-rata ulangan siswa yang sudah cukup tinggi. Namun, jumlah siswa yang mencapai KKM hanya 75%. Di siklus I

setelah diberikan tindakan pencapaian rata-rata nilai ulangan siswa meningkat menjadi 88,3. Sedangkan persentase jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM sebesar 95,8%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata dan persentase siswa yang mencapai KKM pada siklus I yang sudah memenuhi target yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu 78 untuk rata-rata nilai ulangan siswa dan sebesar 78% untuk jumlah siswa yang mencapai KKM. Peneliti melihat bahwa di dalam masing-masing kelompok siswa saling membantu dalam memahami materi yang diajarkan. Sehingga terjalin kerjasama yang baik dalam kelompok, baik antara siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Hal ini sejalan dengan pendapat Isjoni (2013: 74) yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi belajar yang maksimal. Meskipun target dalam siklus I sudah terlampaui namun peneliti masih ingin melanjutkan ke siklus II untuk memperbaiki beberapa kekurangan kecil yang terjadi pada siklus I. Di siklus II ini peneliti menargetkan rata-rata nilai ulangan siswa sebesar 78 dan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM adalah 78%. Berdasarkan tabel di atas, pencapaian rata-rata ulangan siswa di siklus II sebesar 80,8. Sedangkan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM adalah 95,8%. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan rata- rata nilai ulangan siswa dari siklus I tetapi hal ini tidak berpengaruh

dalam pencapaian target ketuntasan yang ditetapkan peneliti karena hasil rata-rata nilai ulangan pada siklus II tetap melampaui target yang ditentukan. Data peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 4. 2 Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai KKM

Penelitian ini menunjukkan adanya penurunan pencapaian rata-rata prestasi belajar siswa dari kondisi awal sebesar 77,5 kemudian diberikan tindakan di siklus I menjadi 88,3 dan siklus II rata-rata ulangan siswa menjadi 80,8.

Grafik 4. 3 Peningkatan Rata-rata Prestasi Belajar Siswa

Gambar di atas menunjukkan adanya peningkatan pencapaian prestasi belajar siswa menjadi semakin baik dari kondisi awal, siklus I mencapai hasil yang memuaskan akan tetapi dari siklus I ke siklus II hasil prestasi belajar siswa mengalami penurunan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dan juga pembahasan tentang perolehan data di atas. Dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 terbukti cukup efektif dan sesuai diterapkan dalam mata pelajaran IPA. Keterlibatan seluruh siswa dan kerjasama individu dalam kelompok dalam mengerjakan tugas, tanya jawab, dan belajar bersama mampu meningkatkan keaktifan siswa. Dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh peneliti dalam menghitung perolehan hasil keaktifan siswa menunjukkan bahwa skor yang diperoleh sudah mencapai target yang sudah peneliti tentukan sebelumnya. Kemudian pada prestasi belajar juga menunjukkan adanya peningkatan dengan

77,5 88,3 80,8 70 75 80 85 90

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Rata-rata Prestasi Belajar Siswa

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V SD Kanisius Kotabaru 1. Hal ini diperkuat denganpendapat Slavin (1990) yang mengatakan bahwa 86% dari siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki prestasi yang tinggi dibandingkan model pembelajaran lainnya.

Akhirnya, dengan adanya keterbatasan waktu dan lain sebagainya penelitian dihentikan pada siklus II ini meskipun hasil yang diharapkan belum maksimal tetapi peneliti dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dirasa telah berhasil untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA di sekolah dasar.

112

BAB V PENUTUP

Dokumen terkait