ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS KOTABARU 1 MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISIONS (STAD) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Kartika Ega Zerlina
Universitas Sanata Dharma 2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru. Tujuan untuk : (1) mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa; dan (3) meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD K Kotabaru 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD K Kotabaru 1 tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 24 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan keaktifan dan soal tes. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif-kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) penyampaian tujuan, b) pembagian kelompok, c) penyampaian materi, d) kegiatan dalam kelompok, e) kuis, dan f) penghargaan prestasi untuk tim; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan skor keaktifan dari kondisi awal 59,5 (baik) menjadi 73,6 (sangat baik) pada siklus I kemudian menjadi 86,8 (sangat baik) pada siklus II; dan (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan rata-rata nilai ulangan siswa dalam pembelajaran IPA dari kondisi awal 77,5 menjadi 88,3 pada siklus I dan menjadi 80,8 pada siklus II. Persentase ketuntasan meningkat dari kondisi awal 75% menjadi 95,8% pada siklus I dan pada siklus II tetap sama 95,8%.
ABSTRACT
THE IMPROVEMENT OF THE ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT OF SCIENCE EDUCATION THROUGH COOPERATIVE LEARNING STAD TYPE CLASS
V SD KANISIUS KOTABARU 1 ELEMENTARY SCHOOL ACADEMIC YEAR 2015/2016
Kartika Ega Zerlina Sanata Dharma University
2016
This research is motivated by the low activity and student achievement class V SD K Kotabaru 1. This goals for: (1) describe efforts to increase activeness and science learning achievement using cooperative learning model STAD; (2) increase the activity of learning science students; and (3) increase learning achievement in grade V IPA SD K Kotabaru 1 Academic Year 2015/2016.
This type of research is the Classroom Action Research (PTK). The subjects were students of class V SD K Kotabaru 1 academic year 2015/2016 amounting to 24 students. The object of this research is to increase the activity and student achievement in science subjects. The instrument used in this study is the observation sheet liveliness and test questions. Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative-quantitative-analysis.
The results showed that: (1) efforts to increase activity and learning achievement IPA through the implementation of cooperative learning model STAD done with the steps as follows: a) the delivery destination, b) division of the group, c) delivery of materials, d) activities within the group, e) quizzes, and f) an award of achievement for the team; (2) the implementation of cooperative learning model STAD can improve students' learning activeness. It is shown from an increase in the activity of the initial condition score of 59.5 (good) to 73.6 (very good) in the first cycle and then became 87.7 (excellent) on the second cycle; and (3) the implementation of cooperative learning model STAD can improve student achievement. It is shown from an increase in average test scores of students in learning science from the initial conditions 77.5 to 88.3 in the first cycle and became 80.8 in the second cycle. Completeness percentage increase from baseline 75% to 95.8% in the first cycle and increased 95.8% in the second cycle.
i
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS KOTABARU 1 MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Kartika Ega Zerlina
NIM : 121134190
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Allah SWT yang telah memberiku bimbingan serta karunia-Nya
yang begitu hebat dan luar biasa kepadaku,
Kedua orangtuaku tercinta Bapak Ir. Siswanto
dan Ibu Tri Murniningsih, BA
Kedua Adikku tersayang Lucia Dea Alvina
dan Muhammad Ozzie Brian B.
My precious one, Bramantio Delkisyarangga telah memberiku semangat dan dukungannya
Nugroho Ragil Sutoto, telah membantu menyumbangkan idenya padaku
Dativa S. dan Priskila C. yang memberiku semangat dan dukungannya
Teman-teman seperjuangan kelas 7C dan kelas E
Seluruh warga sekolah SD K Kotabaru 1
Dan SD N Ngandong 1
Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikanku inspirasi, dukungan, motivasi
serta doa hingga terselesaikannya karya ini.
v MOTTO
Terus Semangat dalam Belajar
“Semangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah pada Allah
dan jangan malas (patah semangat)”
[HR. Muslim]
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 Agustus 2016
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Kartika Ega Zerlina
Nomor Mahasiswa : 121134190
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS KOTABARU 1 MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 beserta perangkat yang diperlakukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademi tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 12 Agustus 2016
Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS KOTABARU 1 MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Kartika Ega Zerlina Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru. Tujuan untuk : (1) mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa; dan (3) meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD K Kotabaru 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD K Kotabaru 1 tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 24 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan keaktifan dan soal tes. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif-kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) penyampaian tujuan, b) pembagian kelompok, c) penyampaian materi, d) kegiatan dalam kelompok, e) kuis, dan f) penghargaan prestasi untuk tim; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan skor keaktifan dari kondisi awal 59,5 (baik) menjadi 73,6 (sangat baik) pada siklus I kemudian menjadi 86,8 (sangat baik) pada siklus II; dan (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan rata-rata nilai ulangan siswa dalam pembelajaran IPA dari kondisi awal 77,5 menjadi 88,3 pada siklus I dan menjadi 80,8 pada siklus II. Persentase ketuntasan meningkat dari kondisi awal 75% menjadi 95,8% pada siklus I dan pada siklus II tetap sama 95,8%.
ix ABSTRACT
THE IMPROVEMENT OF THE ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT OF SCIENCE EDUCATION THROUGH COOPERATIVE
LEARNING STAD TYPE CLASS V SD KANISIUS KOTABARU 1 ELEMENTARY SCHOOL ACADEMIC YEAR 2015/2016
Kartika Ega Zerlina Sanata Dharma University
2016
This research is motivated by the low activity and student achievement class V SD K Kotabaru 1. This goals for: (1) describe efforts to increase activeness and science learning achievement using cooperative learning model STAD; (2) increase the activity of learning science students; and (3) increase learning achievement in grade V IPA SD K Kotabaru 1 Academic Year 2015/2016.
This type of research is the Classroom Action Research (PTK). The subjects were students of class V SD K Kotabaru 1 academic year 2015/2016 amounting to 24 students. The object of this research is to increase the activity and student achievement in science subjects. The instrument used in this study is the observation sheet liveliness and test questions. Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative-quantitative-analysis.
The results showed that: (1) efforts to increase activity and learning achievement IPA through the implementation of cooperative learning model STAD done with the steps as follows: a) the delivery destination, b) division of the group, c) delivery of materials, d) activities within the group, e) quizzes, and f) an award of achievement for the team; (2) the implementation of cooperative learning model STAD can improve students' learning activeness. It is shown from an increase in the activity of the initial condition score of 59.5 (good) to 73.6 (very good) in the first cycle and then became 87.7 (excellent) on the second cycle; and (3) the implementation of cooperative learning model STAD can improve student achievement. It is shown from an increase in average test scores of students in learning science from the initial conditions 77.5 to 88.3 in the first cycle and became 80.8 in the second cycle. Completeness percentage increase from baseline 75% to 95.8% in the first cycle and increased 95.8% in the second cycle.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat, dan
karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini.
Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai jika
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rohandi, Ph. D., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Apriastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD
3. Apri Damai S.K., S.S. , M.Pd., selaku wakil Ketua Program Studi PGSD
4. Drs. Y.B. Adimassana, M.A., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan arahan, dorongan, semangat, serta sumbangan pemikiran yang peneliti butuhkan untuk menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini.
5. Agnes Herlina Dwi H., S.Si., M.T., M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bantuan ide, saran, masukan, kritik, serta bimbingannya yang sangat berguna bagi penelitian ini.
6. Niken Anggrahini, S.Pd., Selaku Kepala Sekolah Dasar Kanisius Kotabaru 1 yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas V SD K Kotabaru 1.
7. Ag. Andika Purwono A.S., S.Pd.Si., selaku guru kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 yang telah memberikan waktu, bantuan untuk melakukan penelitian.
8. Siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1, yang telah bersedia menjadi
xi
9. Ayah, Ibu, dan Adik tercinta yang telah memberikan fasilitas material maupun finansial serta doa yang tidak pernah berhenti dari awal hingga akhir perkuliahan.
10.Para dosen Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan caranya masing-masing penuh kesabaran mendidik dan membimbing peneliti selama menempuh kuliah sehingga bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
11.Teman-teman seperjuangan dalam penulisan karya ini Dian, Melati, Vio, Monik, Priskila, dan Tiva. Saling mendukung satu sama lain dalam menyelesaikan karya ini.
12.Teman-teman PGSD angkatan 2012 khususnya kelas E dan C, jatuh bangun bersama dalam menempuh studi di PGSD.
13.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang dengan caranya masing-masing memberikan bimbingan, dukungan, dan perhatian, terimakasih untuk semuanya.
Peneliti menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
peneliti dengan rendah hati bersedia menerima sumbangan baik pemikiran, kritik,
maupun saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
berguna bagi siapa saja.
Yogyakarta, 12 Agustus 2016
Peneliti,
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR GRAFIK ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Definisi Operasional ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
A. Kajian Pustaka ... 11
1. Keaktifan Belajar ... 11
a. Pengertian Keaktifan Belajar ... 11
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar ... 12
c. Indikator Keaktifan Belajar... 14
xiii
2. Prestasi Belajar... 16
a. Pengertian Prestasi Belajar ... 16
b. Faktor-faktor Prestasi Belajar ... 17
3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 18
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 18
b. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif ... 20
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 21
4. IPA ... 23
a. Pengertian IPA ... 23
b. Pembelajaran IPA SD ... 24
c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA SD ... 24
d. Pembelajaran IPA di SD ... 25
e. Materi Pembelajaran IPA Penyesuaian Diri Hewan Terhadap Lingkungannya ... 25
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29
C. Kerangka Berpikir ... 32
D. Hipotesis Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
A. Jenis Penelitian... 36
B. Setting Penelitian ... 39
C. Rencana Tindakan ... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ... 49
E. Instrumen Penelitian ... 51
F. Validitas dan Reliabilitas ... 60
1. Validasi Perangkat Pembelajaran ... 61
2. Validasi Soal Tes ... 63
xiv
G. Teknik Analisis Data... 66
1. Keaktifan Belajar Siswa ... 67
2. Prestasi Belajar Siswa ... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70
A. Hasil Penelitian ... 70
1. Proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 70
a. Pra Siklus ... 70
b. Siklus I ... 72
c. Siklus II ... 84
B. Pembahasan... 94
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 95
2. Keaktifan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa ... 98
a. Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 98
b. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 101
BAB V PENUTUP ... 112
A. Kesimpulan ... 112
B. Keterbatasan Penelitian ... 113
C. Saran ... 113
DAFTAR PUSTAKA ... 114
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Kisi-kisi Pengamatan Keaktifan (Observasi) ... 53
Tabel 3. 2 Lembar Observasi ... 54
Tabel 3. 3 Skoring ... 55
Tabel 3. 4 Kriteria Penskoran ... 56
Tabel 3. 5 Modifikasi Kriteria Pensekoran ... 56
Tabel 3. 6 Lembar Angket Keaktifan ... 56
Tabel 3. 7 Skoring ... 57
Tabel 3. 8 Indikator, Data, Teknik Pengumpulan Prestasi Belajar ... 58
Tabel 3. 9 Kisi-kisi Soal Tes Pilihan Ganda Siklus I ... 59
Tabel 3. 10 Kisi-kisi Soal Tes Pilihan Ganda Siklus II ... 60
Tabel 3. 11 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 62
Tabel 3. 12 Hasil Validasi Soal Tes Prestasi Siklus I ... 64
Tabel 3. 13 Hasil Validasi Soal Tes Prestasi Siklus II ... 65
Tabel 3. 14 Kriteria Klasifikasi Reliabilitas Instrumen ... 66
Tabel 3. 15 Kriteria Keberhasilan Penelitian ... 67
Tabel 4. 1 Kondisi Awal Keaktifan Belajar Siswa ... 71
Tabel 4. 2 Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 71
Tabel 4. 3 Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 79
Tabel 4. 4 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 80
Tabel 4. 5 Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 91
Tabel 4. 6 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 91
Tabel 4. 7 Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II... 98
Tabel 4. 8 Hasil Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 99
Tabel 4. 9 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 102
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Bagan Hasil Penelitian Relevan ... 32
Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Berfikir ... 34
Gambar 3. 1 Bagan Siklus PTK Kemmis dan Mc. Taggart………...37
Gambar 3. 2 Jadwal Waktu Penelitian ... 40
Gambar 4. 1 Diagram Peningkatan Persentase Pencapaian KKM Siklus I……..104
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4. 1 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 100
Grafik 4. 2 Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai KKM ... 109
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Expert Jugdmet ... 117
Lampiran II Lembar Diskusi Siswa ... 130
Lampiran III Lembar Diskusi Siswa ... 158
Lampiran IV Rekap Perhitungan Keaktifan ... 164
Lampiran V Blue Print Soal Evaluasi Akhir Siklus I………... 175
Lampiran VI Perhitungan Validasi Soal Siklus I………. 192
Lampiran VII Daftar Nilai Mata Pelajaran IPA...196
Lampiran VIII Surat Ijin Penelitian……….. 199
Foto Dokumentasi ... 202
1
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
pesat dan membawa pengaruh dalam bidang pendidikan. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan yang ada, maka guru sebagai pendidik
dituntut untuk lebih kreatif dalam menyikapinya. Dalam proses
pembelajaran, guru harus pandai memilih strategi yang akan digunakan
untuk menyampaikan materi yang diajarkan. Strategi yang dipilih guru
dapat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas dan interaksi siswa
dalam melakukan kegiatan di kelas.
Kegiatan yang dilakukan siswa saat di kelas seperti bertanya hal
yang belum mereka ketahui saat pembelajaran, menjawab pertanyaan dari
guru di kelas dapat diartikan sebagai keaktifan. ”Keaktifan merupakan
proses belajar aktif dimana siswa lebih mendominasi aktifitas
pembelajaran baik aktif menggunakan otak, menemukan ide atau gagasan,
memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru dipelajari ke
dalam kehidupan nyata” (Zaini, dkk., 2008:14). Keaktifan dapat dilihat
dari delapan unsur yang muncul dalam kegiatan visual, lisan,
mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental, dan emosional
2
Pembelajaran di dalam kelas adalah proses dimana terjadinya
interaksi antara guru dan siswa. Rusman (2010:1) mengungkapkan bahwa
kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan
siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.
Hubungan antara guru, siswa, dan bahan ajar bersifat dinamis dan
kompleks. Dalam proses interaksi tersebut, guru tidak hanya memberikan
ilmu yang dimiliki kepada para siswanya, namun guru juga harus mampu
memberikan motivasi kepada siswanya agar siswa tersebut dapat aktif
dalam belajar, namun pada kenyataannya guru cenderung menggunakan
metode ceramah sehingga membuat siswa kurang terlibat, karena siswa
cenderung mendengarkan saja. Oleh karena itu guru diharapkan menjadi
fasilitator agar siswa dapat aktif untuk menjawab permasalahan dalam
belajar dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Menurut
Rusman (2010:280) laporan hasil penilaian mengenai prestasi siswa
merupakan sarana komunikasi dan sarana kerjasama antara sekolah dengan
orang tua yang bermanfaat baik bagi kemajuan belajar siswa maupun bagi
pengembangan sekolah. Oleh karena itu hasil prestasi siswa sangat
dibutuhkan untuk mengetahui sampai dimana tingkat pemahaman siswa
terhadap materi. Dari berbagai macam pelajaran yang diajarkan, Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit bagi
siswa karena dari hasil wawancara singkat yang dilakukan kepada guru
kelas V menyatakan bahwa prestasi siswa dalam mata pelajaran tersebut
3
(KTSP), pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dipelajari siswa Sekolah Dasar
kelas I sampai dengan kelas VI.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di
sekolah dasar (SD). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan
mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia
yang banyak memanfaatkan panca indera. Pembelajaran IPA juga
diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan di
kehidupan sehari-hari. Sriyono (1992:76) menghargai sekali arti
pengamatan yang dilakukan dengan panca indera. Siswa Sekolah Dasar
cenderung lebih memahami hal-hal yang bersifat konkret yaitu yang dapat
dilihat, didengar, dibaui, diraba dan sebagainya. Oleh karena itu, diharapkan
guru dapat kreatif untuk mendorong siswa dapat aktif dalam belajar mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam agar mampu belajar dengan baik. Dengan
siswa aktif maka mereka akan berusaha untuk menggali informasi lebih
dalam agar informasi yang mereka peroleh itu dapat benar-benar mereka
pahami sehingga tujuan dari proses belajar agar tercapai dengan baik.
Melalui hal tersebut siswa akan terlatih untuk cepat tanggap atau terlatih
untuk berpikir kritis dalam menerima informasi yang telah diberikan. Oleh
karena itu keaktifan siswa sangatlah penting bagi pencapaian proses belajar
yang baik.
Namun pada kenyataannya, menurut guru pengampu mata pelajaran
4
kurang memuaskan dalam materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
tersebut. Oleh sebab itu peneliti tertarik mengadakan observasi untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan keaktifan belajar siswa dalam
kegiatan pembelajaran IPA di kelas seperti siswa mampu menjawab
pertanyaan guru, siswa aktif berdiskusi memahami materi, bertanya kepada
guru ketika ada penjelasan yang belum jelas yang mana hal ini akan
berakibat pada peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada
tanggal 18 Agustus 2015, di kelas V SD Kanisius Kotabaru, peneliti melihat
bahwa metode pembelajaran di kelas tersebut masih tradisional. Guru
cenderung banyak mendominasi pembelajaran sehingga terlihat guru hanya
menggunakan metode ceramah. Guru sebagai pemberi informasi sedangkan
siswa hanya sebagai penerima informasi. Keterlibatan siswa dalam
pembelajaran belum terlihat dalam kelas, suasana kelas terasa cenderung
pasif karena kurangnya dinamika yang terjadi antara guru dan siswa. Selama
observasi yang dilakukan oleh peneliti siswa terlihat kurang aktif hal ini
terlihat dari segi bertanya, menjawab, maupun mengajukan pendapat. Di
sekolah SD Kanisius Kotabaru 1 sebenarnya sudah ada peralatan yang bisa
digunakan untuk mendukung pembelajaran IPA setiap hari seperti LCD,
proyektor dan KIT IPA. Saat pembelajaran di kelas berlangsung guru juga
tidak membentuk siswa bekerja dalam kelompok. Siswa lebih banyak
5
untuk mengerjakan tugas, kebanyakan dari mereka masih bingung untuk
mengerjakannya. Sehingga siswa berusaha untuk mencontek pekerjaan
teman lainnya. Guru kelas sendiri beranggapan bahwa belajar dengan
membentuk kelompok akan membutuhkan waktu yang lebih untuk
mengkondisikan siswa siap bekerja dalam kelompoknya sehingga hal ini
akan mengurangi waktu belajarnya. Padahal, dengan memberikan
kesempatan siswa bekerjasama dalam kelompok akan memberikan banyak
kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan temannya, siswa akan
lebih berani dalam bertanya tentang materi yang belum mereka pahami
maupun menyampaikan pendapatnya. Informasi ini dibuktikan dengan data
hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran IPA di
kelas V SD K Kotabaru 1 yang didapat dengan melakukan observasi
keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA di kelas dengan cara mengisi
lembar observasi keaktifan. Kemudian setelah peneliti mendapatkan hasil
observasi keaktifan kondisi awal langkah selanjutnya adalah peneliti
mengolah data tersebut dengan menggunakan rumus untuk menghitung
keaktifan belajar dari perhitungan tersebut didapatkan skor rata-rata
keaktifan siswa sebesar 59,5.
Pada pembelajaran IPA kelas V semester genap tahun pelajaran
2013/2014 terdapat materi penyesuaian makhluk hidup dengan
lingkungannya. Materi ini merupakan materi yang bagi sebagian besar
siswa dirasakan cukup rumit. Selain itu, materi ini juga membahas secara
6
sebagai kekhasannya masing-masing yang membutuhkan pemahaman yang
cukup kuat. Berdasarkan sumber yang peneliti peroleh dari hasil wawancara
yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru kelas V SD Kanisius Kotabaru
1 pada tanggal 8 September 2015, diperoleh informasi bahwa siswa kelas V
merasa kesulitan dalam mata pelajaran IPA terutama tentang penyesuaian
makhluk hidup dengan lingkungannya. Informasi ini dibuktikan dengan
data hasil ulangan IPA di semester genap tahun pelajaran 2013/2014
Berdasarkan daftar nilai tahun pelajaran 2013/2014 siswa yang tuntas nilai
KKM pada mata pelajaran IPA sebanyak 18 (75%) siswa dan siswa yang
belum tuntas KKM sebanyak 6 siswa (25%).
Upaya yang peneliti lakukan untuk meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams-Achievement Division). Menurut Slavin (2008) model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan
salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mengacu pada kelompok
belajar siswa secara heterogen. Student Team Achievement Divisions
(STAD) adalah suatu strategi atau tipe pembelajaran yang didalamnya terdapat beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan
akademik yang berbeda-beda, kemudian ras dan gender yang berberda
untuk saling bekerjasama menyelesaikan tujuan pembelajarannya (Huda,
2013: 201). Ciri-ciri pembelajaran STAD yaitu kelas yang terbagi dalam
7
heterogen dan prosedur kuis. Pengadaan kuis diakumulatif menjadi nilai
kelompok, namun anggota dari kelompok tersebut tidak boleh membantu
temannya dalam mengerjakan kuis. Terakhir dengan memberikan
penghargaan tim. Dengan adanya penghargaan tim, akan mendorong
kualitas masing-masing siswa supaya lebih maju dan mendapatkan nilai
yang baik dan juga mengalami kemajuan menjadi pemenang.
Model pembelajaran tipe STAD ini menurut Slavin (dalam Rusman,
2010: 213) adalah model yang mudah untuk diadaptasi dalam berbagai mata
pelajaran, sederhana dan mudah diterapkan oleh guru yang baru dalam
menggunakan model pembelajaran kooperatif. Selain itu model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini telah digunakan dalam beberapa
penelitian dan berhasil meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa
seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Rahma Dewi, dkk.
(2014) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Dalam Upaya Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran IPS Siswa Kelas III SD N 10 Kesiman Denpasar Timur Tahun
Ajaran 2012/2013.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan
Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SD K Kotabaru 1
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”.
Diharapkan melalui upaya perbaikan pembelajaran ini dapat meningkatkan
8
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA
pada siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD ?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SD Kanisius
Kotabaru 1 pada mata pelajaran IPA ?
3. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD K Kotabaru 1 pada
mata pelajaran IPA ?
C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan belajar dan
prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD K Kotabaru melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SD Kanisius
Kotabaru 1 dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius
Kotabaru 1 dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model
9
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
a. Peneliti memperoleh pengalaman langsung dalam kegiatannya
tentang bagaimana harus melakukan tindakan kelas.
b. Peneliti memperoleh pengalaman baru tentang cara peningkatan
prestasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
2. Bagi Guru
a. Guru memiliki tambahan referensi pengetahuan baru tentang
bagaimana peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Bagi sekolah/SD
a. Sekolah mendapatkan tambahan referensi tentang tipe-tipe
pembelajaran kooperatif salah satu contohnya STAD yang mana bisa
gunakan oleh sekolah untuk acuan metode pembelajaran mata
pelajaran lain.
E. Definisi Operasional
1. Keaktifan Belajar adalah kemampuan siswa secara mandiri dan aktif
dalam belajar meliputi aktif bertanya, aktif berdiskusi, aktif mencatat
hal-hal penting, dan aktif mencari sumber belajar yang dapat diciptakan
oleh guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan Belajar meliputi a)
mencatat, memperhatikan, mendengarkan penjelasan materi atau
10
guru atau teman apabila belum memahami materi, e) mencari informasi
dari berbagai sumber belajar untuk memecahkan persoalan, f)
menerapkan langkah-langkah cara kerja atau instruksi dari guru, g)
melatih diri memecahkan soal atau mengerjaan soal di LKS, dan h)
mampu mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok.
2. Prestasi Belajar adalah keberhasilan yang dapat dicapai atau diperoleh
dari seseorang yang telah melakukan usaha setelah melakukan sesuatu
yang hasilnya dapat dilihat dalam bentuk nilai atau catatan keberhasilan
yang telah dicapai.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok-kelompok
kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar.
4. IPA adalah sebuah teori yang didapat dengan menggunakan metode
tertentu untuk memperoleh suatu konsep berdasarkan hasil kenyataan
seperti observasi, pengamatan, analisis dan eksperimen tentang
gejala-gejala alam dan memecahkan rasa ingin tahu tentang alam serta
11
BAB II LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Keaktifan Belajar
a. Pengertian Keaktifan Belajar
Aktif menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002: 19) berarti giat
(bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau
keadaan dimana siswa dapat aktif. Dengan demikian keaktifan tercipta
dari dalam proses pembelajaran. Apabila siswa aktif maka siswa dapat
mengembangkan sendiri potensi yang ada pada diri mereka, oleh sebab
itu perlu diciptakan pembelajaran aktif untuk mendukung potensi
siswa. “Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa
didik, sehingga semua siswa didik dapat mencapai hasil belajar yang
memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.”
(Siregar & Nara, 2010: 106). Disamping memberikan kesempatan
untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan minat siswa
pembelajaran aktif juga dapat mencapai tujuan belajar secara totalitas.
Sedangkan menurut Ulum (2013: 12) “Keaktifan Belajar adalah
kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar
di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan
12
mengembangkan potensi diri melalui kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan belajar.
Menurut Usman (2002: 26) cara yang dapat diartikan guru untuk
memperbaiki keterlibatan siswa antara lain dengan meningkatkan
persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang
membuat respon yang aktif dari siswa, melakukan masa transisi antara
kegiatan dalam mengajar dengan secara cepat dan luwes, memberikan
pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan
dicapai, mengusahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat
siswa. Jadi, keaktifan belajar adalah kemampuan siswa secara andiri
dan aktif dalam belajar yang akan diciptakan oleh guru dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, maka dapat
disimpulkan keaktifan belajar adalah kemampuan siswa secara mandiri
dan aktif dalam belajar meliputi aktif bertanya, aktif berdiskusi, aktif
mencatat hal-hal penting, dan aktif mencari sumber belajar yang dapat
diciptakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar
Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang dmilikinya. Selain itu,
untuk melatih siswa agar berpikir kritis dan dapat memecahkan
berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu,
13
sehingga merangsang keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007: 84)
mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya
keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu :
1) Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa,
sehingga mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
2) Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada
siswa).
3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.
4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan
dipelajari).
5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya
6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
7) Memberi umpan balik (feed back).
8) Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes,
sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir
14
c. Indikator Keaktifan Belajar
Menurut Dimyati & Mudjiono (2006: 45) indikator keaktifan
mencakup diantaranya: 1) siswa mau mencatat atau sekedar
mendengarkan penjelasan guru, 2) siswa memperhatikan hal-hal yang
dijelaskan oleh guru tentang materi pelajaran, 3) siswa mencatat tugas
yang diberikan dan mengerjakan tugas rumah, 4) siswa mau berdiskusi
dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan
pelajaran, 5) siswa mampu melibatkan diri dalam proses tanya jawab
dalam kelas, 6) siswa mau terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran
bersama guru dan teman siswa lainnya.
Menurut Sudjana (2009: 61) berpendapat bahwa keaktifan para
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dari
beberapa hal yaitu: 1) ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung
siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, 2) siswa mau
terlibat dalam pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran, 3)
siswa mau bertanya kepada teman atau kepada guru apabila tidak
memahami, menemui kesulitan, 4) siswa mau berusaha mencari
berbagai informasi yang dapat diperlukan untuk pemecahan persoalan
yang sedang dihadapinya, 5) siswa melakukan diskusi kelompok sesuai
dengan petunjuk guru, 6) siswa mampu menilai kemampuan dirinya
dan hasil-hasil yang diperolehnya, 7) siswa berlatih dalam memecahkan
15
menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas
atau persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan hasil diskusi dengan kelompok studi yang
menggunakan variabel keaktifan tentang beberapa indikator keaktifan
siswa dari beberapa ahli, peneliti menyimpulkan indikator keaktifan
siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah: 1) Mencatat,
memperhatikan, mendengarkan penjelasan materi atau instruksi dari
guru, 2) bekerjasama dalam kelompok, 3) bertanya pada guru tau teman
apabila belum memahami materi, 4) mencari informasi dari berbagai
sumber belajar untuk memecahkan persoalan, 5) menerapkan
langkah-langkah cara kerja atau instruksi dari guru, 6) melatih diri memecahkan
soal atau mengerjakan soal di LKS, 7) mampu mengkomunikasikan
hasil diskusi kelompok.
d. Pengaruh Keaktifan Terhadap Proses Belajar Siswa
Materi dalam pembelajaran IPA sebagian besar bersifat abstrak
banyak istilah-istilah penting dalam dunia IPA yang terkadang sulit
untuk dipahami oleh siswa seperti halnya dalam materi IPA tentang
Cara Makhluk Hidup Menyesuaikan Diri dengan Lingkungannya
dalam materi ini ada beberapa istilah penting dan hafalan tentang ciri
fisik yang dimiliki hewan dan hal itu banyak sekali bagian-bagian dan
fungsi-fungsinya.
Menurut Piaget (dalam Rusman, 2010: 251) anak pada usia sekolah
16
belajar dengan lebih bermakna dan bernilai ketika siswa dihadapkan
dengan peristiwa dan keadaan nyata yang sebenarnya, keadaan yang
nyata dan lebih faktual sehingga mereka belum memahami
konsep-konsep yang bersifat abstrak. Oleh sebab itu guru haruslah pandai dan
kreatif dalam menyampaikan materi kepada siswa dalam proses
pembelajaran sehingga siswa benar-benar memahami apa yang
disampaikan guru dan tidak sekedar menghafal saja. Etin (2007: 23)
mengungkapkan dengan siswa aktif maka siswa akan berusaha untuk
menggali informasi lebih dalam agar informasi yang mereka peroleh
benar-benar mereka pahami sehingga tujuan dari proses belajar agar
tercapai dengan baik. Melalui hal tersebut siswa akan terlatih untuk
cepat tanggap atau terlatih untuk berpikir kritis dalam menerima
informasi yang diberikan oleh guru.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut KBBI ed.3 (2005: 1) prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes/nilai angka yang diberikan oleh
guru, prestasi belajar disini biasanya ditunjukkan dengan kemampuan
anak dalam penguasaan konsep materi yang telah diajarkan maupun
keterampilan yang dicapai kemudian ketika mencapai/melampaui taraf
17
diaktualisasikan ke dalam buku raport yang didapat dengan cara tes
tertulis maupun non tes.
Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru. Winkel
(dalam Imron, 1996: 89) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah
bukti keberhasilan usaha yang dicapai seorang setelah memperoleh
pengalaman belajar atau mengalami sesuatu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa,
prestasi belajar adalah keberhasilan yang dapat dicapai atau diperoleh
dari seseorang yang telah melakukan usaha setelah melakukan sesuatu
yang hasilnya dapat dilihat dalam bentuk nilai atau catatan keberhasilan
yang telah dicapai.
b. Faktor-faktor Prestasi Belajar
Setelah membahas tentang pengertian dari prestasi belajar, maka
selanjutnya membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
seseorang dapat digolongkan atas dua macam, yaitu faktor eksternal
dan faktor internal. Pertama, yang tergolong dalam faktor eksternal
yaitu faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan, yang
tergolong faktor internal yaitu faktor jasmaniah (fisiologi), faktor
psikologis, dan faktor kematangan fisik maupun psikis. Dari sekian
18
stimuli belajar, faktor metode belajar, dan faktor individual (Ahmadi
1991: 130-131).
Jadi, tingkat keberhasilan siswa dalam prestasi belajar
dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor stimuli (rangsangan
yang diberikan kepada anak untuk mendorongnya belajar), faktor
metode belajar (terkait dengan metode pengajaran yang digunakan oleh
bapak/ibu guru di sekolah dalam pembelajaran), faktor individual
(faktor yang datang dari diri anak untuk belajar). Selain itu, perlu juga
diperhatikan keadaan lingkungan tempat anak belajar disini ditekankan
di lingkungan sekolah yang tertib, teratur, disiplin, yang kondusif bagi
kegiatan kompetisi siswa dalam pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Kaucak dan Eggen (1993: 319) mendifinisikan bahwa belajar
kooperatif adalah sebagai kumpulan strategi mengajar yang digunakan
siswa untuk membantu satu dengan yang lain dalam mempelajari
sesuatu. Berkaitan dengan hal itu, maka cara belajar kooperatif ini juga
dinamakan “pengajaran teman sebaya”.
Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas
disusun atas kelompok yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Siswa tetap berada dalam kelompoknya selama beberapa minggu.
19
bekerjasama dengan baik di dalam kelompoknya, menjadi pendengar
yang aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya
mendorong berpartisipasi, berdiskusi dan sebagainya. Agar terlaksana
dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pernyataan atau
tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok,
tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang
disajikan guru dan saling membantu teman sekelompok mencapai
ketuntasan (Slavin: 1995).
Pembelajaran kooperatif adalah sauatu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham kontruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama
dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni 2010:
14-15). Hamdani (2011: 30) berpendapat bahwa pembelajaran
kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok-kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan
20
b. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif
Variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif walaupun
prinsip dasar pembelajaran kooperatif ini tidak berubah, jenis-jenis
model pembelajaran tersebut, Rusman (2013: 213) membagi
macam-macam model pembelajarn kooperatif sebagai berikut :
1) Tipe Students Teams Achievement Division (STAD)
Tipe Students Teams Achievement Division (STAD) adalah
model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokkan
kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan
tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota.
2) Tipe Jigsaw
Tipe Jigsaw adalah gergaji ukir dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki
penyusunan potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model
Jigsaw ini mengambil pola cara bekerjasama dengan siswa lain
untuk mencapai tujuan bersama.
3) Group Investigation (GI)
Tipe Group Investigation (investigasi kelompok) merupakan
pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana
siswa bekerja menggunakan inkuiri kooperatif, perencanaan,
proyek dan diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan
21
4) Tipe Make a Match
Tipe Make a Match (membuat pasangan) penerapan metode
ini dimulai dengan teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan
kartu yang merupakan jawaban/soa sebelum batas waktunya,
siswa mencoba mencocokkan lalu apabila jawabannya cocok
kemudian akan diberikan poin.
5) Tipe Teams Games Tournamens (TGT)
Tipe Teams Games Tournamens (TGT) siswa memainkan
permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh
skor, bagi tim mereka masing-masing.
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Sugianto (2010: 44-45) menerangkan model pembelajaran tipe
STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari universitas John Hopkins. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan
pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan model pembelajaran
tipe STAD untuk mengajarkan informasi-informasi akademik baru
kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun
tertulis.
Adapun langkah-langkah pembelajaran tipe STAD yaitu :
1) Pertama-tama dalam langkah awal STAD, guru kelas akan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
22
2) Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam
presentasi kelas atau diskusi pelajaran yang dipimmpin oleh
seorang guru, namun dapat pula menggunakan audiovisual.
3) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok
atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota
kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik
jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan(tinggi, sedang,
rendah).
4) Kuis diberikan oleh guru setelah melakukan presentasi
sekitar satu atau dua periode presentasi, dan satu atau dua
periode praktik tim. Kuis akan diberikan secara individual,
siswa akan mengerjakan secara individual pula, sehingga
siswa akan bertanggungjawab dalam memahami materi yang
ia dapatkan.
5) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu
guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka
terhadap bahan akademmik yang dipelajari.
6) Rekognisi Tim, dalam hal ini tim akan mendapatkan
sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor
rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap
bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih
23
Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan
jika mampu meraih satu kriteria atau standar tertentu.
4. IPA
a. Pengertian IPA
Trianto (2010: 136) menyatakan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas
pada gejala alam, melalui metode ilmiah dan menuntut sikap ilmiah.
Sedangkan menurut beberapa ahli mengenai pengertian IPA,
yaitu menurut Fowler (dalam Trianto, 2010) bahwa IPA adalah ilmu
yang sistematis dan dirumuskan, ilmu ini berhubungan dengan
gejala-gejala kebendaan dan terutama didasarkan atas pengamatan dan
edukasi. Kemudian menurut Nash (dalam Samatowa, 2010) IPA adalah
suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisis,
lengkap, cermat serta menghubungkan antara fenomena lain sehingga
keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek
yang diamati.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
sebuah teori yang didapat dengan menggunakan metode tertentu untuk
memperoleh suatu konsep berdasarkan hasil kenyataan seperti
observasi, pengamatan, analisis dan eksperimen tentang gejala-gejala
alam dan memecahkan rasa ingin tahu tentang alam serta perannya
24
b. Pembelajaran IPA SD
IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat
membuat pendidikan IPA menjadi penting karena memberikan
kesempatan pada anak untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses
IPA sesuai dengan tahapan perkembangan kognitifnya (Samatowa,
2011: 5).
Banyak orang berpendapat agar siswa menguasai produk sains
sebanyak-banyaknya, belajar berbuat, berpikir dan bertindak seperti
ilmuan (scientist). Dengan demikian, belajar sains atau membelajarkan
sains kepada siswa adalah memberikan kesempatan atau bekal untuk
memproses sains dan menetapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui
cara-cara yang benar dan mengikuti etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat. Rustam, dkk (2011 : 15).
c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA SD
Berdasarkan KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek berikut :
1) Tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta
kesehatan.
2) Benda/materi sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : padat,
cair, dan gas.
3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas,
25
4) Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi dan tata surya,
benda-benda langit lainnya.
d. Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran IPA kelas V SD yang masih dirasa sulit untuk
dipahami yaitu tentang materi Cara Makhluk Hidup Menyesuaikan
Diri dengan Lingkungannya. Pada kenyataannya banyak siswa yang
masih mengalami kesulitan dalam mempelajari materi Cara
Makhluk Hidup Menyesuaikan Diri dengan Lingkungannya. Hal ini
menjadikan peneliti ingin membahas materi pembelajaran ini untuk
diangkat menjadi materi dalam penelitian.
e. Materi Pembelajaran IPA Penyesuaian Diri Hewan Terhadap Lingkungannya
1) Cara Hewan Menyesuaikan Diri Untuk Memperoleh
Makanan
Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi semua makhluk
hidup. Cara mendapatkan makanan setiap hewan berbeda-beda. Hal
ini disesuaikan dengan makanan yang dikonsumsi. Mari kita pelajari
bentuk-bentuk penyesuaian beberapa hewan dalam mendapatkan
makanan.
a. Beruang
Beruang adalah salah satu hewan pemakan daging
(karnivora). Hewan pemakan daging seperti beruang memiliki gigi
26
tajam digunakan untuk mengoyak atau merobek daging. Bentuk
penyesuaian lainnya adalah kemampuan beruang untuk tidur selama
musim dingin setelah memperoleh makanan.
b. Burung
Bentuk paruh burung elang berbeda dengan burung merpati.
Bentuk paruh elang lebih tajam dan kuat serta melengkung. Ini
berfungsi untuk menangkap dan mengoyak mangsanya. Bentuk
paruh burung berbeda-beda, tergantung jenis makanannya.
Paruh ayam memiliki ukuran lebih pendek dan kuat. Bentuk
paruh ini sesuai untuk memakan biji-bijian. Coba perhatikan paruh
bebek. Bentuk paruh bebek cocok untuk mencari makanan di tempat
becek, berlumpur atau berair. Makanan bebek berupa hewan kecil
atau cacing yang terdapat dalam lumpur atau air.
Paruh burung pelatuk sangat kuat sehingga mampu untuk
mengelupas kulit kayu. Burung kolibri memiliki paruh yang panjang
dan runcing. Paruh ini untuk menghisap nektar pada bunga.
Bentuk kaki setiap jenis burung berbeda. Kaki burung elang
memiliki bentuk yang besar, kuat dan kukunya tajam. Bentuk kaki
ini cocok untuk mencengkeram mangsanya. Adapun bentuk kaki
burung merpati atau burung beo kecil, ramping dan kuku yang
runcing tetapi tidak kuat. Bentuk ini sesuai dengan fungsinya untuk
27
Kaki ayam memiliki kuku-kuku yang tajam. Bentuk ini
cocok untuk mengorek tanah dan berjalan di tanah. Adapun kaki
bebek dilengkapi dengan selaput di antara jari-jari kakinya. Selaput
ini berfungsi untuk mendayung saat berada di air. Oleh karena itu
bebek dapat berjalan dan berenang.
c. Serangga
Kupu-kupu dan lebah hinggap di setiap bunga untuk memperoleh
makanan. Kupu-kupu memperoleh makanan dengan mengisap.
Sedangkan lebah dengan cara menjilat sari madu (nektar) yang
terdapat pada bunga. Sari madu tersebut merupakan sumber
makanan bagi kupu-kupu dan lebah. Alat pengisap pada kupu-kupu
terdapat pada bagian mulutnya. Bentuk alat pengisap tersebut seperti
belalai yang dapat digulung dan dijulurkan. Oleh karena itu disebut
mulut penghisap. Mulut penjilat pada lebah terdapat pada bagian
bawah bibirnya. Hal ini terjadi sebagai adaptasi atau perubahan
bentuk dalam memperoleh makanannya.
Contoh serangga lainnya adalah lalat dan nyamuk. Lalat
sering kita temukan di tempat pembuangan sampah. Nyamuk sering
kita lihat hinggap di pakaian kotor atau genangan air. Kedua jenis
serangga ini biasa membawa bibit penyakit. Nyamuk mendapat
makanan dengan mengisap darah kita. Caranya dengan menusukkan
28
dikeluarkan bertujuan untuk mempermudah nyamuk mengisap
darah. Saat itulah kita merasa gatal jika digigit nyamuk. Alat
penusuk dan pengisap tersebut terbentuk karena perubahan mulut
nyamuk, tepatnya pada rahang bagian atas dan bawah. Lalat
mendapat makanan dengan cara menyerap makanan yang
diperlukannya. Alat penyerap terdapat pada bagian ujung mulutnya
yang menyerupai spon (busa).
2) Bentuk Penyesuaian Hewan Untuk Melindungi Diri dari
Musuhnya
a. Kuku dan gigi yang tajam
Kucing adalah salah satu hewan pemakan daging. Ciri utama
hewan pemakan daging yaitu memilikitaring yang kuat dan tajam
serta kukukuku yang runcing. Taring yang tajam dan kuku yang
runcing juga digunakan untuk melindungi diri dari musuh. Jadi saat
kucing diserang musuhnya, kuku-kukunya yang tajam akan keluar
dan mulutnya menganga memperlihatkan taringnya yang tajam.
Selain kucing, hewan yang memiliki cara melindungi diri seperti itu
adalah harimau dan singa.
b. Tanduk yang kuat
Domba dikenal sebagai hewan yang memiliki tulang kepala
yang keras dan juga tanduk yang kuat dan runcing. Beberapa jenis
hewan pemakan tumbuhan, seperti domba, banteng, sapi, rusa dan
29
musuh. Apabila ada musuh mendekat dan mengancam maka
hewan-hewan tersebut akan menggunakan tanduknya untuk melindungi
diri.
c. Kulit yang keras
Trenggiling dikenal sebagai hewan yang memiliki kulit luar
berupa sisik yang keras. Saat menggulung, bagian perutnya yang
lunak akan terlindumgi suatu perisai yang keras. Apabila ada musuh
mendekat dan mengancam maka hewan ini akan menggulungkan
tubuhnya untuk melindungi diri.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian Tentang Pembelajaran Menggunakan STAD
Nastiti (2010) meneliti tentang “Peningkatan prestasi belajar
IPA melalui penerapan model Student Teams Achievement Division
(STAD) pada siswa kelas IV B SDN Puro Pakualaman Yogyakarta.”
Hasil dari penelitian ini adalah, adanya peningkatan prestasi belajar
siswa.
Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat dilihat
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division cukup efektif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV B SDN Puro
Pakualaman Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dari adanya
peningkatan rata-rata kelas dari kondisi awal 46,23 (27%) menjadi
30
menjadi 81,67 (66%) dengan siswa yang lulus KKM mencapai 28
siswa dari total siswa 30 siswa.
Wijaya (2013) meneliti tentang “Peningkatan hasil belajar
IPA tentang sifat-sifat cahaya melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) siswa
kelas V SDN Mangunsari 05 kec. Sidomukti, Salatiga.” Hasil
penelitian ini adalah adanya peningkatan prestasi belajar siswa.
Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat dilihat
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division cukup efektif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SDN Mangunsari 05
kec. Sidomukti, Salatiga. Hal ini ditunjukkan dari adanya
peningkatan persentase rata-rata kelas dari kondisi awal 54%
menjadi 67% pada siklus I kemudian meningkat lagi pada siklus II
menjadi 89% dengan siswa yang lulus KKM mencapai 31 siswa dari
total siswa 41 siswa.
Dewi, dkk (2014) meneliti tentang “Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya peningkatan
keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas III
SDN 10 Kesiman, Denpasar Timur tahun ajaran 2012/2013”. Hasil
penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar
31
Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat dilihat
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division cukup efektif dalam meningkatkan hasil
keaktifan siswa pada mata pelajaran IPS kelas III SDN 10 Kesiman,
Denpasar Timur. Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan
rata-rata persentase keaktifan belajar siswa dari kondisi awal 63,07%
menjadi 80,07% pada siklus I kemudian meningkat lagi pada siklus
II menjadi 17% tidak hanya keaktifan belajar saja yang meningkat
melainkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas III
SDN 10 Kesiman,Denpasar Timur juga turut meningkat. Hal ini
ditunjukkan dari adanya peningkatan persentase rata-rata kelas dari
kondisi awal 12,92% menjadi 62,5% pada siklus I kemudian
meningkat lagi pada siklus II menjadi 81,85%.
Pada penelitian ini peneliti meneliti tentang pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk membantu dalam
peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V
SD K Kotabaru 1 terdapat beberapa persamaan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya yaitu variabel yang akan diteliti pada
penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yang meneliti
tentang variabel keaktifan dan prestasi belajar, model
pembelajarannya pun sama dengan model pembelajaran pada
penelitian sebelumnya yaitu menggunakan model pembelajaran
32
ini juga terdapat beberapa perbedaan yaitu diterapkan pada kelas
yang berbeda, dalam penelitian ini mata pelajaran yang dipilih untuk
ditingkatkan baik dari segi keaktifan dan prestasi belajarnya adalah
mata pelajaran IPA, dan sekolah yang digunakan sebagai tempat
pelaksanaan penelitian ini adalah SD K Kotabaru 1.
C. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran yang baik hendaknya menjadikan siswa
sebagai pusat pembelajaran. Siswa yang aktif berfikir dalam belajar akan
lebih mudah memahami dan mengingat materi yang diberikan oleh guru.
Ketika siswa sudah memahami dan mudah mengingat materi yang dberikan
oleh guru maka prestasi siswa akan meningkat. Proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru sangatlah berpengaruh besar terhadap keaktifan di
kelas, oleh karena itu sangatlah penting bagi guru untuk merancang kegiatan
belajar sekreatif mungkin sehingga siswa dapat belajar aktif selama
mengikuti kegiatan pembelajaran.
33
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievemet Divisions) adalah salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yang melibatkan peran siswa sebagai guru bagi siswa lain yang belajar
dalam satu kelompok heterogen kecil. Pada pembelajaran tipe ini, siswa
dikondisikan untuk aktif, baik aktif dalam kelompok maupun aktif dalam
pribadi. Aktif dalam kelompok meliputi aktif menjelaskan materi pada
teman kelompok dan aktif bertanya pada teman kelompok, sedangkan aktif
individu meliputi usaha mengerjakan soal kuis individu semaksimal
mungkin agar dapat menyumbang skor yang terbaik untuk kelompoknya,
sehingga setiap siswa dapat mendapatkan hasil belajar ynag maksimal.
Permasalahan yang timbul di kelas ketika peneliti mengamati siswa
kurnag terbiasa dalam bekerja kelompok, karena guru lebih banyak cerama
di kelas lalu memberikan tugas dan mengerjakan secara mandiri tanpa
memberikan kasus untuk dianalisis bersama dalam kelompok. Sekalipun
guru memberikan pelajaran dalam diskusi kelompok yang terjadi adalah
komposisi siswa yang tidak pas karena kebanyakan siswa akan diberi
keleluasaan dalam menentukan sendiri anggota kelompoknya. Akibatnya,
ketika siswa bergabung kedalam kelompok maka akan terjadi kegaduhan
yang menyebabkan pembelajaran yang kurang kondusif hal ini maka akan
berpengaruh dalam prestasi belajar siswa sendiri.
Peran guru dalam hal ini sangat penting dalam menentukan kerja
kelompok ini, selain menunjang prekembangan penguasaan materi, siswa
34
informasi yang ia dapatkan. Sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan
sertas pemahaman yang kompleks baik dari teman maupun guru.
Dari masalah di atas, peneliti akan melakukan sebuah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran tipe
STAD pada pelajaran IPA. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas akan lebih efektif dan siswa diharapkan terlibat aktif dalam pembelajaran seperti saling berbagi informasi dengan anggota kelompok,
saling bertanya jawab, saling membantu apabila teman dalam kelompok
kurang menguasai materi atau keliru dalam menjelaskan. Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD diharpkan dapat memaksimalkan
pembelajaran IPA di kelas dan dan dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas V SDK Kotabaru 1.
35
D. Hipotesis Penelitian
1. Upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran IPA
kelas V di SD Kanisius Kotabaru 1 dapat ditempuh dengan melakukan
penelitian tindakan kelas menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan langkah-langkah: 1) penyampaian tujuan, 2) pembagian kelompok, 3) penyampaian materi, 4) kegiatan dalam kelompok, 5) kuis,
6) penghargaan prestasi untuk tim.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan keaktifan belajar kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 pada
mata pelajaran IPA dari skor rata-rata kondisi awal 59,5 (rendah)
menjadi 70 (tinggi) pada akhir siklus II.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1
pada mata pelajaran IPA dari nilai rata-rata ulangan pada kondisi awal
77,5 menjadi 80 pada akhir siklus II dan dari persentase ketuntasan 75%