• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) tahun pelajaran 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) tahun pelajaran 2015/2016."

Copied!
223
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS KOTABARU 1 MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISIONS (STAD) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Kartika Ega Zerlina

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru. Tujuan untuk : (1) mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa; dan (3) meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD K Kotabaru 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD K Kotabaru 1 tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 24 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan keaktifan dan soal tes. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif-kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) penyampaian tujuan, b) pembagian kelompok, c) penyampaian materi, d) kegiatan dalam kelompok, e) kuis, dan f) penghargaan prestasi untuk tim; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan skor keaktifan dari kondisi awal 59,5 (baik) menjadi 73,6 (sangat baik) pada siklus I kemudian menjadi 86,8 (sangat baik) pada siklus II; dan (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan rata-rata nilai ulangan siswa dalam pembelajaran IPA dari kondisi awal 77,5 menjadi 88,3 pada siklus I dan menjadi 80,8 pada siklus II. Persentase ketuntasan meningkat dari kondisi awal 75% menjadi 95,8% pada siklus I dan pada siklus II tetap sama 95,8%.

(2)

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF THE ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT OF SCIENCE EDUCATION THROUGH COOPERATIVE LEARNING STAD TYPE CLASS

V SD KANISIUS KOTABARU 1 ELEMENTARY SCHOOL ACADEMIC YEAR 2015/2016

Kartika Ega Zerlina Sanata Dharma University

2016

This research is motivated by the low activity and student achievement class V SD K Kotabaru 1. This goals for: (1) describe efforts to increase activeness and science learning achievement using cooperative learning model STAD; (2) increase the activity of learning science students; and (3) increase learning achievement in grade V IPA SD K Kotabaru 1 Academic Year 2015/2016.

This type of research is the Classroom Action Research (PTK). The subjects were students of class V SD K Kotabaru 1 academic year 2015/2016 amounting to 24 students. The object of this research is to increase the activity and student achievement in science subjects. The instrument used in this study is the observation sheet liveliness and test questions. Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative-quantitative-analysis.

The results showed that: (1) efforts to increase activity and learning achievement IPA through the implementation of cooperative learning model STAD done with the steps as follows: a) the delivery destination, b) division of the group, c) delivery of materials, d) activities within the group, e) quizzes, and f) an award of achievement for the team; (2) the implementation of cooperative learning model STAD can improve students' learning activeness. It is shown from an increase in the activity of the initial condition score of 59.5 (good) to 73.6 (very good) in the first cycle and then became 87.7 (excellent) on the second cycle; and (3) the implementation of cooperative learning model STAD can improve student achievement. It is shown from an increase in average test scores of students in learning science from the initial conditions 77.5 to 88.3 in the first cycle and became 80.8 in the second cycle. Completeness percentage increase from baseline 75% to 95.8% in the first cycle and increased 95.8% in the second cycle.

(3)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS KOTABARU 1 MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Kartika Ega Zerlina

NIM : 121134190

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :

Allah SWT yang telah memberiku bimbingan serta karunia-Nya

yang begitu hebat dan luar biasa kepadaku,

Kedua orangtuaku tercinta Bapak Ir. Siswanto

dan Ibu Tri Murniningsih, BA

Kedua Adikku tersayang Lucia Dea Alvina

dan Muhammad Ozzie Brian B.

My precious one, Bramantio Delkisyarangga telah memberiku semangat dan dukungannya

Nugroho Ragil Sutoto, telah membantu menyumbangkan idenya padaku

Dativa S. dan Priskila C. yang memberiku semangat dan dukungannya

Teman-teman seperjuangan kelas 7C dan kelas E

Seluruh warga sekolah SD K Kotabaru 1

Dan SD N Ngandong 1

Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikanku inspirasi, dukungan, motivasi

serta doa hingga terselesaikannya karya ini.

(7)

v MOTTO

Terus Semangat dalam Belajar

“Semangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah pada Allah

dan jangan malas (patah semangat)”

[HR. Muslim]

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Agustus 2016

Penulis

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Kartika Ega Zerlina

Nomor Mahasiswa : 121134190

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS KOTABARU 1 MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 beserta perangkat yang diperlakukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain

untuk kepentingan akademi tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 12 Agustus 2016

Yang menyatakan,

(10)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS KOTABARU 1 MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Kartika Ega Zerlina Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru. Tujuan untuk : (1) mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa; dan (3) meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD K Kotabaru 1 Tahun Pelajaran 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD K Kotabaru 1 tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 24 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan keaktifan dan soal tes. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif-kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) penyampaian tujuan, b) pembagian kelompok, c) penyampaian materi, d) kegiatan dalam kelompok, e) kuis, dan f) penghargaan prestasi untuk tim; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan skor keaktifan dari kondisi awal 59,5 (baik) menjadi 73,6 (sangat baik) pada siklus I kemudian menjadi 86,8 (sangat baik) pada siklus II; dan (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan rata-rata nilai ulangan siswa dalam pembelajaran IPA dari kondisi awal 77,5 menjadi 88,3 pada siklus I dan menjadi 80,8 pada siklus II. Persentase ketuntasan meningkat dari kondisi awal 75% menjadi 95,8% pada siklus I dan pada siklus II tetap sama 95,8%.

(11)

ix ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF THE ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT OF SCIENCE EDUCATION THROUGH COOPERATIVE

LEARNING STAD TYPE CLASS V SD KANISIUS KOTABARU 1 ELEMENTARY SCHOOL ACADEMIC YEAR 2015/2016

Kartika Ega Zerlina Sanata Dharma University

2016

This research is motivated by the low activity and student achievement class V SD K Kotabaru 1. This goals for: (1) describe efforts to increase activeness and science learning achievement using cooperative learning model STAD; (2) increase the activity of learning science students; and (3) increase learning achievement in grade V IPA SD K Kotabaru 1 Academic Year 2015/2016.

This type of research is the Classroom Action Research (PTK). The subjects were students of class V SD K Kotabaru 1 academic year 2015/2016 amounting to 24 students. The object of this research is to increase the activity and student achievement in science subjects. The instrument used in this study is the observation sheet liveliness and test questions. Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative-quantitative-analysis.

The results showed that: (1) efforts to increase activity and learning achievement IPA through the implementation of cooperative learning model STAD done with the steps as follows: a) the delivery destination, b) division of the group, c) delivery of materials, d) activities within the group, e) quizzes, and f) an award of achievement for the team; (2) the implementation of cooperative learning model STAD can improve students' learning activeness. It is shown from an increase in the activity of the initial condition score of 59.5 (good) to 73.6 (very good) in the first cycle and then became 87.7 (excellent) on the second cycle; and (3) the implementation of cooperative learning model STAD can improve student achievement. It is shown from an increase in average test scores of students in learning science from the initial conditions 77.5 to 88.3 in the first cycle and became 80.8 in the second cycle. Completeness percentage increase from baseline 75% to 95.8% in the first cycle and increased 95.8% in the second cycle.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat, dan

karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini.

Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai jika

tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rohandi, Ph. D., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Apriastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD

3. Apri Damai S.K., S.S. , M.Pd., selaku wakil Ketua Program Studi PGSD

4. Drs. Y.B. Adimassana, M.A., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan arahan, dorongan, semangat, serta sumbangan pemikiran yang peneliti butuhkan untuk menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini.

5. Agnes Herlina Dwi H., S.Si., M.T., M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bantuan ide, saran, masukan, kritik, serta bimbingannya yang sangat berguna bagi penelitian ini.

6. Niken Anggrahini, S.Pd., Selaku Kepala Sekolah Dasar Kanisius Kotabaru 1 yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas V SD K Kotabaru 1.

7. Ag. Andika Purwono A.S., S.Pd.Si., selaku guru kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 yang telah memberikan waktu, bantuan untuk melakukan penelitian.

8. Siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1, yang telah bersedia menjadi

(13)

xi

9. Ayah, Ibu, dan Adik tercinta yang telah memberikan fasilitas material maupun finansial serta doa yang tidak pernah berhenti dari awal hingga akhir perkuliahan.

10.Para dosen Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan caranya masing-masing penuh kesabaran mendidik dan membimbing peneliti selama menempuh kuliah sehingga bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

11.Teman-teman seperjuangan dalam penulisan karya ini Dian, Melati, Vio, Monik, Priskila, dan Tiva. Saling mendukung satu sama lain dalam menyelesaikan karya ini.

12.Teman-teman PGSD angkatan 2012 khususnya kelas E dan C, jatuh bangun bersama dalam menempuh studi di PGSD.

13.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang dengan caranya masing-masing memberikan bimbingan, dukungan, dan perhatian, terimakasih untuk semuanya.

Peneliti menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

peneliti dengan rendah hati bersedia menerima sumbangan baik pemikiran, kritik,

maupun saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini

berguna bagi siapa saja.

Yogyakarta, 12 Agustus 2016

Peneliti,

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Operasional ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Keaktifan Belajar ... 11

a. Pengertian Keaktifan Belajar ... 11

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar ... 12

c. Indikator Keaktifan Belajar... 14

(15)

xiii

2. Prestasi Belajar... 16

a. Pengertian Prestasi Belajar ... 16

b. Faktor-faktor Prestasi Belajar ... 17

3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

b. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif ... 20

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 21

4. IPA ... 23

a. Pengertian IPA ... 23

b. Pembelajaran IPA SD ... 24

c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA SD ... 24

d. Pembelajaran IPA di SD ... 25

e. Materi Pembelajaran IPA Penyesuaian Diri Hewan Terhadap Lingkungannya ... 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

C. Kerangka Berpikir ... 32

D. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian... 36

B. Setting Penelitian ... 39

C. Rencana Tindakan ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Instrumen Penelitian ... 51

F. Validitas dan Reliabilitas ... 60

1. Validasi Perangkat Pembelajaran ... 61

2. Validasi Soal Tes ... 63

(16)

xiv

G. Teknik Analisis Data... 66

1. Keaktifan Belajar Siswa ... 67

2. Prestasi Belajar Siswa ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70

A. Hasil Penelitian ... 70

1. Proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 70

a. Pra Siklus ... 70

b. Siklus I ... 72

c. Siklus II ... 84

B. Pembahasan... 94

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 95

2. Keaktifan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa ... 98

a. Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 98

b. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 101

BAB V PENUTUP ... 112

A. Kesimpulan ... 112

B. Keterbatasan Penelitian ... 113

C. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 114

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kisi-kisi Pengamatan Keaktifan (Observasi) ... 53

Tabel 3. 2 Lembar Observasi ... 54

Tabel 3. 3 Skoring ... 55

Tabel 3. 4 Kriteria Penskoran ... 56

Tabel 3. 5 Modifikasi Kriteria Pensekoran ... 56

Tabel 3. 6 Lembar Angket Keaktifan ... 56

Tabel 3. 7 Skoring ... 57

Tabel 3. 8 Indikator, Data, Teknik Pengumpulan Prestasi Belajar ... 58

Tabel 3. 9 Kisi-kisi Soal Tes Pilihan Ganda Siklus I ... 59

Tabel 3. 10 Kisi-kisi Soal Tes Pilihan Ganda Siklus II ... 60

Tabel 3. 11 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 62

Tabel 3. 12 Hasil Validasi Soal Tes Prestasi Siklus I ... 64

Tabel 3. 13 Hasil Validasi Soal Tes Prestasi Siklus II ... 65

Tabel 3. 14 Kriteria Klasifikasi Reliabilitas Instrumen ... 66

Tabel 3. 15 Kriteria Keberhasilan Penelitian ... 67

Tabel 4. 1 Kondisi Awal Keaktifan Belajar Siswa ... 71

Tabel 4. 2 Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 71

Tabel 4. 3 Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 79

Tabel 4. 4 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 80

Tabel 4. 5 Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 91

Tabel 4. 6 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 91

Tabel 4. 7 Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II... 98

Tabel 4. 8 Hasil Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 99

Tabel 4. 9 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 102

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Bagan Hasil Penelitian Relevan ... 32

Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Berfikir ... 34

Gambar 3. 1 Bagan Siklus PTK Kemmis dan Mc. Taggart………...37

Gambar 3. 2 Jadwal Waktu Penelitian ... 40

Gambar 4. 1 Diagram Peningkatan Persentase Pencapaian KKM Siklus I……..104

(19)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4. 1 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 100

Grafik 4. 2 Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai KKM ... 109

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Expert Jugdmet ... 117

Lampiran II Lembar Diskusi Siswa ... 130

Lampiran III Lembar Diskusi Siswa ... 158

Lampiran IV Rekap Perhitungan Keaktifan ... 164

Lampiran V Blue Print Soal Evaluasi Akhir Siklus I………... 175

Lampiran VI Perhitungan Validasi Soal Siklus I………. 192

Lampiran VII Daftar Nilai Mata Pelajaran IPA...196

Lampiran VIII Surat Ijin Penelitian……….. 199

Foto Dokumentasi ... 202

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin

pesat dan membawa pengaruh dalam bidang pendidikan. Seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan yang ada, maka guru sebagai pendidik

dituntut untuk lebih kreatif dalam menyikapinya. Dalam proses

pembelajaran, guru harus pandai memilih strategi yang akan digunakan

untuk menyampaikan materi yang diajarkan. Strategi yang dipilih guru

dapat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas dan interaksi siswa

dalam melakukan kegiatan di kelas.

Kegiatan yang dilakukan siswa saat di kelas seperti bertanya hal

yang belum mereka ketahui saat pembelajaran, menjawab pertanyaan dari

guru di kelas dapat diartikan sebagai keaktifan. ”Keaktifan merupakan

proses belajar aktif dimana siswa lebih mendominasi aktifitas

pembelajaran baik aktif menggunakan otak, menemukan ide atau gagasan,

memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru dipelajari ke

dalam kehidupan nyata” (Zaini, dkk., 2008:14). Keaktifan dapat dilihat

dari delapan unsur yang muncul dalam kegiatan visual, lisan,

mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental, dan emosional

(22)

2

Pembelajaran di dalam kelas adalah proses dimana terjadinya

interaksi antara guru dan siswa. Rusman (2010:1) mengungkapkan bahwa

kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan

siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.

Hubungan antara guru, siswa, dan bahan ajar bersifat dinamis dan

kompleks. Dalam proses interaksi tersebut, guru tidak hanya memberikan

ilmu yang dimiliki kepada para siswanya, namun guru juga harus mampu

memberikan motivasi kepada siswanya agar siswa tersebut dapat aktif

dalam belajar, namun pada kenyataannya guru cenderung menggunakan

metode ceramah sehingga membuat siswa kurang terlibat, karena siswa

cenderung mendengarkan saja. Oleh karena itu guru diharapkan menjadi

fasilitator agar siswa dapat aktif untuk menjawab permasalahan dalam

belajar dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Menurut

Rusman (2010:280) laporan hasil penilaian mengenai prestasi siswa

merupakan sarana komunikasi dan sarana kerjasama antara sekolah dengan

orang tua yang bermanfaat baik bagi kemajuan belajar siswa maupun bagi

pengembangan sekolah. Oleh karena itu hasil prestasi siswa sangat

dibutuhkan untuk mengetahui sampai dimana tingkat pemahaman siswa

terhadap materi. Dari berbagai macam pelajaran yang diajarkan, Ilmu

Pengetahuan Alam merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit bagi

siswa karena dari hasil wawancara singkat yang dilakukan kepada guru

kelas V menyatakan bahwa prestasi siswa dalam mata pelajaran tersebut

(23)

3

(KTSP), pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dipelajari siswa Sekolah Dasar

kelas I sampai dengan kelas VI.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di

sekolah dasar (SD). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan

mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia

yang banyak memanfaatkan panca indera. Pembelajaran IPA juga

diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri

dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan di

kehidupan sehari-hari. Sriyono (1992:76) menghargai sekali arti

pengamatan yang dilakukan dengan panca indera. Siswa Sekolah Dasar

cenderung lebih memahami hal-hal yang bersifat konkret yaitu yang dapat

dilihat, didengar, dibaui, diraba dan sebagainya. Oleh karena itu, diharapkan

guru dapat kreatif untuk mendorong siswa dapat aktif dalam belajar mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam agar mampu belajar dengan baik. Dengan

siswa aktif maka mereka akan berusaha untuk menggali informasi lebih

dalam agar informasi yang mereka peroleh itu dapat benar-benar mereka

pahami sehingga tujuan dari proses belajar agar tercapai dengan baik.

Melalui hal tersebut siswa akan terlatih untuk cepat tanggap atau terlatih

untuk berpikir kritis dalam menerima informasi yang telah diberikan. Oleh

karena itu keaktifan siswa sangatlah penting bagi pencapaian proses belajar

yang baik.

Namun pada kenyataannya, menurut guru pengampu mata pelajaran

(24)

4

kurang memuaskan dalam materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

tersebut. Oleh sebab itu peneliti tertarik mengadakan observasi untuk

mengetahui ada tidaknya peningkatan keaktifan belajar siswa dalam

kegiatan pembelajaran IPA di kelas seperti siswa mampu menjawab

pertanyaan guru, siswa aktif berdiskusi memahami materi, bertanya kepada

guru ketika ada penjelasan yang belum jelas yang mana hal ini akan

berakibat pada peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 18 Agustus 2015, di kelas V SD Kanisius Kotabaru, peneliti melihat

bahwa metode pembelajaran di kelas tersebut masih tradisional. Guru

cenderung banyak mendominasi pembelajaran sehingga terlihat guru hanya

menggunakan metode ceramah. Guru sebagai pemberi informasi sedangkan

siswa hanya sebagai penerima informasi. Keterlibatan siswa dalam

pembelajaran belum terlihat dalam kelas, suasana kelas terasa cenderung

pasif karena kurangnya dinamika yang terjadi antara guru dan siswa. Selama

observasi yang dilakukan oleh peneliti siswa terlihat kurang aktif hal ini

terlihat dari segi bertanya, menjawab, maupun mengajukan pendapat. Di

sekolah SD Kanisius Kotabaru 1 sebenarnya sudah ada peralatan yang bisa

digunakan untuk mendukung pembelajaran IPA setiap hari seperti LCD,

proyektor dan KIT IPA. Saat pembelajaran di kelas berlangsung guru juga

tidak membentuk siswa bekerja dalam kelompok. Siswa lebih banyak

(25)

5

untuk mengerjakan tugas, kebanyakan dari mereka masih bingung untuk

mengerjakannya. Sehingga siswa berusaha untuk mencontek pekerjaan

teman lainnya. Guru kelas sendiri beranggapan bahwa belajar dengan

membentuk kelompok akan membutuhkan waktu yang lebih untuk

mengkondisikan siswa siap bekerja dalam kelompoknya sehingga hal ini

akan mengurangi waktu belajarnya. Padahal, dengan memberikan

kesempatan siswa bekerjasama dalam kelompok akan memberikan banyak

kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan temannya, siswa akan

lebih berani dalam bertanya tentang materi yang belum mereka pahami

maupun menyampaikan pendapatnya. Informasi ini dibuktikan dengan data

hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran IPA di

kelas V SD K Kotabaru 1 yang didapat dengan melakukan observasi

keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA di kelas dengan cara mengisi

lembar observasi keaktifan. Kemudian setelah peneliti mendapatkan hasil

observasi keaktifan kondisi awal langkah selanjutnya adalah peneliti

mengolah data tersebut dengan menggunakan rumus untuk menghitung

keaktifan belajar dari perhitungan tersebut didapatkan skor rata-rata

keaktifan siswa sebesar 59,5.

Pada pembelajaran IPA kelas V semester genap tahun pelajaran

2013/2014 terdapat materi penyesuaian makhluk hidup dengan

lingkungannya. Materi ini merupakan materi yang bagi sebagian besar

siswa dirasakan cukup rumit. Selain itu, materi ini juga membahas secara

(26)

6

sebagai kekhasannya masing-masing yang membutuhkan pemahaman yang

cukup kuat. Berdasarkan sumber yang peneliti peroleh dari hasil wawancara

yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru kelas V SD Kanisius Kotabaru

1 pada tanggal 8 September 2015, diperoleh informasi bahwa siswa kelas V

merasa kesulitan dalam mata pelajaran IPA terutama tentang penyesuaian

makhluk hidup dengan lingkungannya. Informasi ini dibuktikan dengan

data hasil ulangan IPA di semester genap tahun pelajaran 2013/2014

Berdasarkan daftar nilai tahun pelajaran 2013/2014 siswa yang tuntas nilai

KKM pada mata pelajaran IPA sebanyak 18 (75%) siswa dan siswa yang

belum tuntas KKM sebanyak 6 siswa (25%).

Upaya yang peneliti lakukan untuk meningkatkan keaktifan dan

prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

Teams-Achievement Division). Menurut Slavin (2008) model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan

salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mengacu pada kelompok

belajar siswa secara heterogen. Student Team Achievement Divisions

(STAD) adalah suatu strategi atau tipe pembelajaran yang didalamnya terdapat beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan

akademik yang berbeda-beda, kemudian ras dan gender yang berberda

untuk saling bekerjasama menyelesaikan tujuan pembelajarannya (Huda,

2013: 201). Ciri-ciri pembelajaran STAD yaitu kelas yang terbagi dalam

(27)

7

heterogen dan prosedur kuis. Pengadaan kuis diakumulatif menjadi nilai

kelompok, namun anggota dari kelompok tersebut tidak boleh membantu

temannya dalam mengerjakan kuis. Terakhir dengan memberikan

penghargaan tim. Dengan adanya penghargaan tim, akan mendorong

kualitas masing-masing siswa supaya lebih maju dan mendapatkan nilai

yang baik dan juga mengalami kemajuan menjadi pemenang.

Model pembelajaran tipe STAD ini menurut Slavin (dalam Rusman,

2010: 213) adalah model yang mudah untuk diadaptasi dalam berbagai mata

pelajaran, sederhana dan mudah diterapkan oleh guru yang baru dalam

menggunakan model pembelajaran kooperatif. Selain itu model

pembelajaran kooperatif tipe STAD ini telah digunakan dalam beberapa

penelitian dan berhasil meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa

seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Rahma Dewi, dkk.

(2014) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Dalam Upaya Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran IPS Siswa Kelas III SD N 10 Kesiman Denpasar Timur Tahun

Ajaran 2012/2013.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan

Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SD K Kotabaru 1

Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”.

Diharapkan melalui upaya perbaikan pembelajaran ini dapat meningkatkan

(28)

8

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA

pada siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 melalui penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD ?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SD Kanisius

Kotabaru 1 pada mata pelajaran IPA ?

3. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD K Kotabaru 1 pada

mata pelajaran IPA ?

C. Tujuan

1. Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan belajar dan

prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD K Kotabaru melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SD Kanisius

Kotabaru 1 dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius

Kotabaru 1 dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model

(29)

9

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

a. Peneliti memperoleh pengalaman langsung dalam kegiatannya

tentang bagaimana harus melakukan tindakan kelas.

b. Peneliti memperoleh pengalaman baru tentang cara peningkatan

prestasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe STAD.

2. Bagi Guru

a. Guru memiliki tambahan referensi pengetahuan baru tentang

bagaimana peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Bagi sekolah/SD

a. Sekolah mendapatkan tambahan referensi tentang tipe-tipe

pembelajaran kooperatif salah satu contohnya STAD yang mana bisa

gunakan oleh sekolah untuk acuan metode pembelajaran mata

pelajaran lain.

E. Definisi Operasional

1. Keaktifan Belajar adalah kemampuan siswa secara mandiri dan aktif

dalam belajar meliputi aktif bertanya, aktif berdiskusi, aktif mencatat

hal-hal penting, dan aktif mencari sumber belajar yang dapat diciptakan

oleh guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan Belajar meliputi a)

mencatat, memperhatikan, mendengarkan penjelasan materi atau

(30)

10

guru atau teman apabila belum memahami materi, e) mencari informasi

dari berbagai sumber belajar untuk memecahkan persoalan, f)

menerapkan langkah-langkah cara kerja atau instruksi dari guru, g)

melatih diri memecahkan soal atau mengerjaan soal di LKS, dan h)

mampu mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok.

2. Prestasi Belajar adalah keberhasilan yang dapat dicapai atau diperoleh

dari seseorang yang telah melakukan usaha setelah melakukan sesuatu

yang hasilnya dapat dilihat dalam bentuk nilai atau catatan keberhasilan

yang telah dicapai.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok-kelompok

kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar

untuk mencapai tujuan belajar.

4. IPA adalah sebuah teori yang didapat dengan menggunakan metode

tertentu untuk memperoleh suatu konsep berdasarkan hasil kenyataan

seperti observasi, pengamatan, analisis dan eksperimen tentang

gejala-gejala alam dan memecahkan rasa ingin tahu tentang alam serta

(31)

11

BAB II LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Keaktifan Belajar

a. Pengertian Keaktifan Belajar

Aktif menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002: 19) berarti giat

(bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau

keadaan dimana siswa dapat aktif. Dengan demikian keaktifan tercipta

dari dalam proses pembelajaran. Apabila siswa aktif maka siswa dapat

mengembangkan sendiri potensi yang ada pada diri mereka, oleh sebab

itu perlu diciptakan pembelajaran aktif untuk mendukung potensi

siswa. “Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk

mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa

didik, sehingga semua siswa didik dapat mencapai hasil belajar yang

memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.”

(Siregar & Nara, 2010: 106). Disamping memberikan kesempatan

untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan minat siswa

pembelajaran aktif juga dapat mencapai tujuan belajar secara totalitas.

Sedangkan menurut Ulum (2013: 12) “Keaktifan Belajar adalah

kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar

di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan

(32)

12

mengembangkan potensi diri melalui kegiatan belajar untuk mencapai

tujuan belajar.

Menurut Usman (2002: 26) cara yang dapat diartikan guru untuk

memperbaiki keterlibatan siswa antara lain dengan meningkatkan

persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang

membuat respon yang aktif dari siswa, melakukan masa transisi antara

kegiatan dalam mengajar dengan secara cepat dan luwes, memberikan

pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan

dicapai, mengusahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat

siswa. Jadi, keaktifan belajar adalah kemampuan siswa secara andiri

dan aktif dalam belajar yang akan diciptakan oleh guru dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, maka dapat

disimpulkan keaktifan belajar adalah kemampuan siswa secara mandiri

dan aktif dalam belajar meliputi aktif bertanya, aktif berdiskusi, aktif

mencatat hal-hal penting, dan aktif mencari sumber belajar yang dapat

diciptakan oleh guru dalam proses pembelajaran.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar

Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat

merangsang dan mengembangkan bakat yang dmilikinya. Selain itu,

untuk melatih siswa agar berpikir kritis dan dapat memecahkan

berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu,

(33)

13

sehingga merangsang keaktifan peserta didik dalam proses

pembelajaran. Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007: 84)

mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya

keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu :

1) Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa,

sehingga mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

2) Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada

siswa).

3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan

dipelajari).

5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya

6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

7) Memberi umpan balik (feed back).

8) Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes,

sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir

(34)

14

c. Indikator Keaktifan Belajar

Menurut Dimyati & Mudjiono (2006: 45) indikator keaktifan

mencakup diantaranya: 1) siswa mau mencatat atau sekedar

mendengarkan penjelasan guru, 2) siswa memperhatikan hal-hal yang

dijelaskan oleh guru tentang materi pelajaran, 3) siswa mencatat tugas

yang diberikan dan mengerjakan tugas rumah, 4) siswa mau berdiskusi

dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan

pelajaran, 5) siswa mampu melibatkan diri dalam proses tanya jawab

dalam kelas, 6) siswa mau terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran

bersama guru dan teman siswa lainnya.

Menurut Sudjana (2009: 61) berpendapat bahwa keaktifan para

siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dari

beberapa hal yaitu: 1) ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung

siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, 2) siswa mau

terlibat dalam pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran, 3)

siswa mau bertanya kepada teman atau kepada guru apabila tidak

memahami, menemui kesulitan, 4) siswa mau berusaha mencari

berbagai informasi yang dapat diperlukan untuk pemecahan persoalan

yang sedang dihadapinya, 5) siswa melakukan diskusi kelompok sesuai

dengan petunjuk guru, 6) siswa mampu menilai kemampuan dirinya

dan hasil-hasil yang diperolehnya, 7) siswa berlatih dalam memecahkan

(35)

15

menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas

atau persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan hasil diskusi dengan kelompok studi yang

menggunakan variabel keaktifan tentang beberapa indikator keaktifan

siswa dari beberapa ahli, peneliti menyimpulkan indikator keaktifan

siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah: 1) Mencatat,

memperhatikan, mendengarkan penjelasan materi atau instruksi dari

guru, 2) bekerjasama dalam kelompok, 3) bertanya pada guru tau teman

apabila belum memahami materi, 4) mencari informasi dari berbagai

sumber belajar untuk memecahkan persoalan, 5) menerapkan

langkah-langkah cara kerja atau instruksi dari guru, 6) melatih diri memecahkan

soal atau mengerjakan soal di LKS, 7) mampu mengkomunikasikan

hasil diskusi kelompok.

d. Pengaruh Keaktifan Terhadap Proses Belajar Siswa

Materi dalam pembelajaran IPA sebagian besar bersifat abstrak

banyak istilah-istilah penting dalam dunia IPA yang terkadang sulit

untuk dipahami oleh siswa seperti halnya dalam materi IPA tentang

Cara Makhluk Hidup Menyesuaikan Diri dengan Lingkungannya

dalam materi ini ada beberapa istilah penting dan hafalan tentang ciri

fisik yang dimiliki hewan dan hal itu banyak sekali bagian-bagian dan

fungsi-fungsinya.

Menurut Piaget (dalam Rusman, 2010: 251) anak pada usia sekolah

(36)

16

belajar dengan lebih bermakna dan bernilai ketika siswa dihadapkan

dengan peristiwa dan keadaan nyata yang sebenarnya, keadaan yang

nyata dan lebih faktual sehingga mereka belum memahami

konsep-konsep yang bersifat abstrak. Oleh sebab itu guru haruslah pandai dan

kreatif dalam menyampaikan materi kepada siswa dalam proses

pembelajaran sehingga siswa benar-benar memahami apa yang

disampaikan guru dan tidak sekedar menghafal saja. Etin (2007: 23)

mengungkapkan dengan siswa aktif maka siswa akan berusaha untuk

menggali informasi lebih dalam agar informasi yang mereka peroleh

benar-benar mereka pahami sehingga tujuan dari proses belajar agar

tercapai dengan baik. Melalui hal tersebut siswa akan terlatih untuk

cepat tanggap atau terlatih untuk berpikir kritis dalam menerima

informasi yang diberikan oleh guru.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut KBBI ed.3 (2005: 1) prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes/nilai angka yang diberikan oleh

guru, prestasi belajar disini biasanya ditunjukkan dengan kemampuan

anak dalam penguasaan konsep materi yang telah diajarkan maupun

keterampilan yang dicapai kemudian ketika mencapai/melampaui taraf

(37)

17

diaktualisasikan ke dalam buku raport yang didapat dengan cara tes

tertulis maupun non tes.

Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru. Winkel

(dalam Imron, 1996: 89) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah

bukti keberhasilan usaha yang dicapai seorang setelah memperoleh

pengalaman belajar atau mengalami sesuatu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa,

prestasi belajar adalah keberhasilan yang dapat dicapai atau diperoleh

dari seseorang yang telah melakukan usaha setelah melakukan sesuatu

yang hasilnya dapat dilihat dalam bentuk nilai atau catatan keberhasilan

yang telah dicapai.

b. Faktor-faktor Prestasi Belajar

Setelah membahas tentang pengertian dari prestasi belajar, maka

selanjutnya membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

seseorang dapat digolongkan atas dua macam, yaitu faktor eksternal

dan faktor internal. Pertama, yang tergolong dalam faktor eksternal

yaitu faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan, yang

tergolong faktor internal yaitu faktor jasmaniah (fisiologi), faktor

psikologis, dan faktor kematangan fisik maupun psikis. Dari sekian

(38)

18

stimuli belajar, faktor metode belajar, dan faktor individual (Ahmadi

1991: 130-131).

Jadi, tingkat keberhasilan siswa dalam prestasi belajar

dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor stimuli (rangsangan

yang diberikan kepada anak untuk mendorongnya belajar), faktor

metode belajar (terkait dengan metode pengajaran yang digunakan oleh

bapak/ibu guru di sekolah dalam pembelajaran), faktor individual

(faktor yang datang dari diri anak untuk belajar). Selain itu, perlu juga

diperhatikan keadaan lingkungan tempat anak belajar disini ditekankan

di lingkungan sekolah yang tertib, teratur, disiplin, yang kondusif bagi

kegiatan kompetisi siswa dalam pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Kaucak dan Eggen (1993: 319) mendifinisikan bahwa belajar

kooperatif adalah sebagai kumpulan strategi mengajar yang digunakan

siswa untuk membantu satu dengan yang lain dalam mempelajari

sesuatu. Berkaitan dengan hal itu, maka cara belajar kooperatif ini juga

dinamakan “pengajaran teman sebaya”.

Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam

kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas

disusun atas kelompok yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Siswa tetap berada dalam kelompoknya selama beberapa minggu.

(39)

19

bekerjasama dengan baik di dalam kelompoknya, menjadi pendengar

yang aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya

mendorong berpartisipasi, berdiskusi dan sebagainya. Agar terlaksana

dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pernyataan atau

tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok,

tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang

disajikan guru dan saling membantu teman sekelompok mencapai

ketuntasan (Slavin: 1995).

Pembelajaran kooperatif adalah sauatu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan paham kontruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan

strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil

yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas

kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama

dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam

pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu

teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni 2010:

14-15). Hamdani (2011: 30) berpendapat bahwa pembelajaran

kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok

tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan

kelompok-kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan

(40)

20

b. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif

Variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif walaupun

prinsip dasar pembelajaran kooperatif ini tidak berubah, jenis-jenis

model pembelajaran tersebut, Rusman (2013: 213) membagi

macam-macam model pembelajarn kooperatif sebagai berikut :

1) Tipe Students Teams Achievement Division (STAD)

Tipe Students Teams Achievement Division (STAD) adalah

model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokkan

kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan

tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota.

2) Tipe Jigsaw

Tipe Jigsaw adalah gergaji ukir dan ada juga yang

menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki

penyusunan potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model

Jigsaw ini mengambil pola cara bekerjasama dengan siswa lain

untuk mencapai tujuan bersama.

3) Group Investigation (GI)

Tipe Group Investigation (investigasi kelompok) merupakan

pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana

siswa bekerja menggunakan inkuiri kooperatif, perencanaan,

proyek dan diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan

(41)

21

4) Tipe Make a Match

Tipe Make a Match (membuat pasangan) penerapan metode

ini dimulai dengan teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan

kartu yang merupakan jawaban/soa sebelum batas waktunya,

siswa mencoba mencocokkan lalu apabila jawabannya cocok

kemudian akan diberikan poin.

5) Tipe Teams Games Tournamens (TGT)

Tipe Teams Games Tournamens (TGT) siswa memainkan

permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh

skor, bagi tim mereka masing-masing.

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Sugianto (2010: 44-45) menerangkan model pembelajaran tipe

STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari universitas John Hopkins. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan

pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan model pembelajaran

tipe STAD untuk mengajarkan informasi-informasi akademik baru

kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun

tertulis.

Adapun langkah-langkah pembelajaran tipe STAD yaitu :

1) Pertama-tama dalam langkah awal STAD, guru kelas akan

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada

(42)

22

2) Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam

presentasi kelas atau diskusi pelajaran yang dipimmpin oleh

seorang guru, namun dapat pula menggunakan audiovisual.

3) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok

atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota

kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik

jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan(tinggi, sedang,

rendah).

4) Kuis diberikan oleh guru setelah melakukan presentasi

sekitar satu atau dua periode presentasi, dan satu atau dua

periode praktik tim. Kuis akan diberikan secara individual,

siswa akan mengerjakan secara individual pula, sehingga

siswa akan bertanggungjawab dalam memahami materi yang

ia dapatkan.

5) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu

guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka

terhadap bahan akademmik yang dipelajari.

6) Rekognisi Tim, dalam hal ini tim akan mendapatkan

sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor

rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap

bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih

(43)

23

Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan

jika mampu meraih satu kriteria atau standar tertentu.

4. IPA

a. Pengertian IPA

Trianto (2010: 136) menyatakan bahwa IPA adalah suatu

kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas

pada gejala alam, melalui metode ilmiah dan menuntut sikap ilmiah.

Sedangkan menurut beberapa ahli mengenai pengertian IPA,

yaitu menurut Fowler (dalam Trianto, 2010) bahwa IPA adalah ilmu

yang sistematis dan dirumuskan, ilmu ini berhubungan dengan

gejala-gejala kebendaan dan terutama didasarkan atas pengamatan dan

edukasi. Kemudian menurut Nash (dalam Samatowa, 2010) IPA adalah

suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisis,

lengkap, cermat serta menghubungkan antara fenomena lain sehingga

keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek

yang diamati.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan

sebuah teori yang didapat dengan menggunakan metode tertentu untuk

memperoleh suatu konsep berdasarkan hasil kenyataan seperti

observasi, pengamatan, analisis dan eksperimen tentang gejala-gejala

alam dan memecahkan rasa ingin tahu tentang alam serta perannya

(44)

24

b. Pembelajaran IPA SD

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat

membuat pendidikan IPA menjadi penting karena memberikan

kesempatan pada anak untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses

IPA sesuai dengan tahapan perkembangan kognitifnya (Samatowa,

2011: 5).

Banyak orang berpendapat agar siswa menguasai produk sains

sebanyak-banyaknya, belajar berbuat, berpikir dan bertindak seperti

ilmuan (scientist). Dengan demikian, belajar sains atau membelajarkan

sains kepada siswa adalah memberikan kesempatan atau bekal untuk

memproses sains dan menetapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui

cara-cara yang benar dan mengikuti etika keilmuan yang berlaku dalam

masyarakat. Rustam, dkk (2011 : 15).

c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA SD

Berdasarkan KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek berikut :

1) Tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta

kesehatan.

2) Benda/materi sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : padat,

cair, dan gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas,

(45)

25

4) Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi dan tata surya,

benda-benda langit lainnya.

d. Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA kelas V SD yang masih dirasa sulit untuk

dipahami yaitu tentang materi Cara Makhluk Hidup Menyesuaikan

Diri dengan Lingkungannya. Pada kenyataannya banyak siswa yang

masih mengalami kesulitan dalam mempelajari materi Cara

Makhluk Hidup Menyesuaikan Diri dengan Lingkungannya. Hal ini

menjadikan peneliti ingin membahas materi pembelajaran ini untuk

diangkat menjadi materi dalam penelitian.

e. Materi Pembelajaran IPA Penyesuaian Diri Hewan Terhadap Lingkungannya

1) Cara Hewan Menyesuaikan Diri Untuk Memperoleh

Makanan

Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi semua makhluk

hidup. Cara mendapatkan makanan setiap hewan berbeda-beda. Hal

ini disesuaikan dengan makanan yang dikonsumsi. Mari kita pelajari

bentuk-bentuk penyesuaian beberapa hewan dalam mendapatkan

makanan.

a. Beruang

Beruang adalah salah satu hewan pemakan daging

(karnivora). Hewan pemakan daging seperti beruang memiliki gigi

(46)

26

tajam digunakan untuk mengoyak atau merobek daging. Bentuk

penyesuaian lainnya adalah kemampuan beruang untuk tidur selama

musim dingin setelah memperoleh makanan.

b. Burung

Bentuk paruh burung elang berbeda dengan burung merpati.

Bentuk paruh elang lebih tajam dan kuat serta melengkung. Ini

berfungsi untuk menangkap dan mengoyak mangsanya. Bentuk

paruh burung berbeda-beda, tergantung jenis makanannya.

Paruh ayam memiliki ukuran lebih pendek dan kuat. Bentuk

paruh ini sesuai untuk memakan biji-bijian. Coba perhatikan paruh

bebek. Bentuk paruh bebek cocok untuk mencari makanan di tempat

becek, berlumpur atau berair. Makanan bebek berupa hewan kecil

atau cacing yang terdapat dalam lumpur atau air.

Paruh burung pelatuk sangat kuat sehingga mampu untuk

mengelupas kulit kayu. Burung kolibri memiliki paruh yang panjang

dan runcing. Paruh ini untuk menghisap nektar pada bunga.

Bentuk kaki setiap jenis burung berbeda. Kaki burung elang

memiliki bentuk yang besar, kuat dan kukunya tajam. Bentuk kaki

ini cocok untuk mencengkeram mangsanya. Adapun bentuk kaki

burung merpati atau burung beo kecil, ramping dan kuku yang

runcing tetapi tidak kuat. Bentuk ini sesuai dengan fungsinya untuk

(47)

27

Kaki ayam memiliki kuku-kuku yang tajam. Bentuk ini

cocok untuk mengorek tanah dan berjalan di tanah. Adapun kaki

bebek dilengkapi dengan selaput di antara jari-jari kakinya. Selaput

ini berfungsi untuk mendayung saat berada di air. Oleh karena itu

bebek dapat berjalan dan berenang.

c. Serangga

Kupu-kupu dan lebah hinggap di setiap bunga untuk memperoleh

makanan. Kupu-kupu memperoleh makanan dengan mengisap.

Sedangkan lebah dengan cara menjilat sari madu (nektar) yang

terdapat pada bunga. Sari madu tersebut merupakan sumber

makanan bagi kupu-kupu dan lebah. Alat pengisap pada kupu-kupu

terdapat pada bagian mulutnya. Bentuk alat pengisap tersebut seperti

belalai yang dapat digulung dan dijulurkan. Oleh karena itu disebut

mulut penghisap. Mulut penjilat pada lebah terdapat pada bagian

bawah bibirnya. Hal ini terjadi sebagai adaptasi atau perubahan

bentuk dalam memperoleh makanannya.

Contoh serangga lainnya adalah lalat dan nyamuk. Lalat

sering kita temukan di tempat pembuangan sampah. Nyamuk sering

kita lihat hinggap di pakaian kotor atau genangan air. Kedua jenis

serangga ini biasa membawa bibit penyakit. Nyamuk mendapat

makanan dengan mengisap darah kita. Caranya dengan menusukkan

(48)

28

dikeluarkan bertujuan untuk mempermudah nyamuk mengisap

darah. Saat itulah kita merasa gatal jika digigit nyamuk. Alat

penusuk dan pengisap tersebut terbentuk karena perubahan mulut

nyamuk, tepatnya pada rahang bagian atas dan bawah. Lalat

mendapat makanan dengan cara menyerap makanan yang

diperlukannya. Alat penyerap terdapat pada bagian ujung mulutnya

yang menyerupai spon (busa).

2) Bentuk Penyesuaian Hewan Untuk Melindungi Diri dari

Musuhnya

a. Kuku dan gigi yang tajam

Kucing adalah salah satu hewan pemakan daging. Ciri utama

hewan pemakan daging yaitu memilikitaring yang kuat dan tajam

serta kukukuku yang runcing. Taring yang tajam dan kuku yang

runcing juga digunakan untuk melindungi diri dari musuh. Jadi saat

kucing diserang musuhnya, kuku-kukunya yang tajam akan keluar

dan mulutnya menganga memperlihatkan taringnya yang tajam.

Selain kucing, hewan yang memiliki cara melindungi diri seperti itu

adalah harimau dan singa.

b. Tanduk yang kuat

Domba dikenal sebagai hewan yang memiliki tulang kepala

yang keras dan juga tanduk yang kuat dan runcing. Beberapa jenis

hewan pemakan tumbuhan, seperti domba, banteng, sapi, rusa dan

(49)

29

musuh. Apabila ada musuh mendekat dan mengancam maka

hewan-hewan tersebut akan menggunakan tanduknya untuk melindungi

diri.

c. Kulit yang keras

Trenggiling dikenal sebagai hewan yang memiliki kulit luar

berupa sisik yang keras. Saat menggulung, bagian perutnya yang

lunak akan terlindumgi suatu perisai yang keras. Apabila ada musuh

mendekat dan mengancam maka hewan ini akan menggulungkan

tubuhnya untuk melindungi diri.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Tentang Pembelajaran Menggunakan STAD

Nastiti (2010) meneliti tentang “Peningkatan prestasi belajar

IPA melalui penerapan model Student Teams Achievement Division

(STAD) pada siswa kelas IV B SDN Puro Pakualaman Yogyakarta.”

Hasil dari penelitian ini adalah, adanya peningkatan prestasi belajar

siswa.

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat dilihat

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division cukup efektif dalam meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV B SDN Puro

Pakualaman Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dari adanya

peningkatan rata-rata kelas dari kondisi awal 46,23 (27%) menjadi

(50)

30

menjadi 81,67 (66%) dengan siswa yang lulus KKM mencapai 28

siswa dari total siswa 30 siswa.

Wijaya (2013) meneliti tentang “Peningkatan hasil belajar

IPA tentang sifat-sifat cahaya melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) siswa

kelas V SDN Mangunsari 05 kec. Sidomukti, Salatiga.” Hasil

penelitian ini adalah adanya peningkatan prestasi belajar siswa.

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat dilihat

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division cukup efektif dalam meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SDN Mangunsari 05

kec. Sidomukti, Salatiga. Hal ini ditunjukkan dari adanya

peningkatan persentase rata-rata kelas dari kondisi awal 54%

menjadi 67% pada siklus I kemudian meningkat lagi pada siklus II

menjadi 89% dengan siswa yang lulus KKM mencapai 31 siswa dari

total siswa 41 siswa.

Dewi, dkk (2014) meneliti tentang “Penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya peningkatan

keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas III

SDN 10 Kesiman, Denpasar Timur tahun ajaran 2012/2013”. Hasil

penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar

(51)

31

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat dilihat

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division cukup efektif dalam meningkatkan hasil

keaktifan siswa pada mata pelajaran IPS kelas III SDN 10 Kesiman,

Denpasar Timur. Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan

rata-rata persentase keaktifan belajar siswa dari kondisi awal 63,07%

menjadi 80,07% pada siklus I kemudian meningkat lagi pada siklus

II menjadi 17% tidak hanya keaktifan belajar saja yang meningkat

melainkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas III

SDN 10 Kesiman,Denpasar Timur juga turut meningkat. Hal ini

ditunjukkan dari adanya peningkatan persentase rata-rata kelas dari

kondisi awal 12,92% menjadi 62,5% pada siklus I kemudian

meningkat lagi pada siklus II menjadi 81,85%.

Pada penelitian ini peneliti meneliti tentang pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk membantu dalam

peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V

SD K Kotabaru 1 terdapat beberapa persamaan dengan

penelitian-penelitian sebelumnya yaitu variabel yang akan diteliti pada

penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yang meneliti

tentang variabel keaktifan dan prestasi belajar, model

pembelajarannya pun sama dengan model pembelajaran pada

penelitian sebelumnya yaitu menggunakan model pembelajaran

(52)

32

ini juga terdapat beberapa perbedaan yaitu diterapkan pada kelas

yang berbeda, dalam penelitian ini mata pelajaran yang dipilih untuk

ditingkatkan baik dari segi keaktifan dan prestasi belajarnya adalah

mata pelajaran IPA, dan sekolah yang digunakan sebagai tempat

pelaksanaan penelitian ini adalah SD K Kotabaru 1.

C. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran yang baik hendaknya menjadikan siswa

sebagai pusat pembelajaran. Siswa yang aktif berfikir dalam belajar akan

lebih mudah memahami dan mengingat materi yang diberikan oleh guru.

Ketika siswa sudah memahami dan mudah mengingat materi yang dberikan

oleh guru maka prestasi siswa akan meningkat. Proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru sangatlah berpengaruh besar terhadap keaktifan di

kelas, oleh karena itu sangatlah penting bagi guru untuk merancang kegiatan

belajar sekreatif mungkin sehingga siswa dapat belajar aktif selama

mengikuti kegiatan pembelajaran.

(53)

33

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievemet Divisions) adalah salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yang melibatkan peran siswa sebagai guru bagi siswa lain yang belajar

dalam satu kelompok heterogen kecil. Pada pembelajaran tipe ini, siswa

dikondisikan untuk aktif, baik aktif dalam kelompok maupun aktif dalam

pribadi. Aktif dalam kelompok meliputi aktif menjelaskan materi pada

teman kelompok dan aktif bertanya pada teman kelompok, sedangkan aktif

individu meliputi usaha mengerjakan soal kuis individu semaksimal

mungkin agar dapat menyumbang skor yang terbaik untuk kelompoknya,

sehingga setiap siswa dapat mendapatkan hasil belajar ynag maksimal.

Permasalahan yang timbul di kelas ketika peneliti mengamati siswa

kurnag terbiasa dalam bekerja kelompok, karena guru lebih banyak cerama

di kelas lalu memberikan tugas dan mengerjakan secara mandiri tanpa

memberikan kasus untuk dianalisis bersama dalam kelompok. Sekalipun

guru memberikan pelajaran dalam diskusi kelompok yang terjadi adalah

komposisi siswa yang tidak pas karena kebanyakan siswa akan diberi

keleluasaan dalam menentukan sendiri anggota kelompoknya. Akibatnya,

ketika siswa bergabung kedalam kelompok maka akan terjadi kegaduhan

yang menyebabkan pembelajaran yang kurang kondusif hal ini maka akan

berpengaruh dalam prestasi belajar siswa sendiri.

Peran guru dalam hal ini sangat penting dalam menentukan kerja

kelompok ini, selain menunjang prekembangan penguasaan materi, siswa

(54)

34

informasi yang ia dapatkan. Sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan

sertas pemahaman yang kompleks baik dari teman maupun guru.

Dari masalah di atas, peneliti akan melakukan sebuah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran tipe

STAD pada pelajaran IPA. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas akan lebih efektif dan siswa diharapkan terlibat aktif dalam pembelajaran seperti saling berbagi informasi dengan anggota kelompok,

saling bertanya jawab, saling membantu apabila teman dalam kelompok

kurang menguasai materi atau keliru dalam menjelaskan. Model

pembelajaran kooperatif tipe STAD diharpkan dapat memaksimalkan

pembelajaran IPA di kelas dan dan dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa kelas V SDK Kotabaru 1.

(55)

35

D. Hipotesis Penelitian

1. Upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran IPA

kelas V di SD Kanisius Kotabaru 1 dapat ditempuh dengan melakukan

penelitian tindakan kelas menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan langkah-langkah: 1) penyampaian tujuan, 2) pembagian kelompok, 3) penyampaian materi, 4) kegiatan dalam kelompok, 5) kuis,

6) penghargaan prestasi untuk tim.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan keaktifan belajar kelas V SD Kanisius Kotabaru 1 pada

mata pelajaran IPA dari skor rata-rata kondisi awal 59,5 (rendah)

menjadi 70 (tinggi) pada akhir siklus II.

3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru 1

pada mata pelajaran IPA dari nilai rata-rata ulangan pada kondisi awal

77,5 menjadi 80 pada akhir siklus II dan dari persentase ketuntasan 75%

Gambar

Gambar 2. 1 Bagan Hasil Penelitian Relevan
Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Berfikir
Gambar 3. 1 Bagan Siklus PTK Kemmis dan Mc. Taggart
Gambar 3. 2 Jadwal Waktu Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Kromatogram Gambar 15 memperlihatkan bahwa secara kuantitatif produk isomerisasi eugenol dengan radiasi gelombang mikro tanpa pelarut lebih besar daripada menggunakan

Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan sediaan gel penyembuh luka dengan ekstrak daun mengkudu dan gelling agent karbopol 940 yang dapat memiliki sifat fisik dan

Bertolak dari berbagai permasalahan di atas, dalam penelitian ini penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peran dari pemerintah daerah Kabupaten

Aku sangat sibuk sekali dan aku merasa tidak tepat untuk bicara pada orang yang. dicintai

[r]

[r]

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan