• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi dan uji aktivitas penyembuh luka insisi sediaan gel ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia l.) dengan gelling agent karbopol 940.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi dan uji aktivitas penyembuh luka insisi sediaan gel ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia l.) dengan gelling agent karbopol 940."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Senyawa flavonoid dalam ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) diketahui dapat membantu dalam proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka akan lebih efektif jika langsung diaplikasikan pada luka tersebut, sehingga ekstrak daun mengkudu diformulasikan menjadi sediaan gel. Sifat fisik dan stabilitas gel dipengaruhi oleh jumlah gelling agent. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah penambahan karbopol 940 terhadap sifat fisik, stabilitas, dan kemampuan penyembuhan luka dari gel ekstrak daun mengkudu.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni. Karbopol 940 digunakan sebagai faktor dengan konsentrasi 0,5-2,0%. Sifat dan stabilitas fisik gel ekstrak daun mengkudu di uji dengan melihat organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar selama penyimpanan 1 bulan. Data viskositas dengan rentang 27-320 dPa.s dan daya sebar dengan rentang 3,3-6,9 cm dianalisis secara statistik menggunakan software R 3.1.2 dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah karbopol 940 dalam gel memberikan pengaruh signifikan terhadap viskositas dan daya sebar. Gel ekstrak daun mengkudu stabil secara organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar dalam penyimpanan 1 bulan. Gel memiliki aktivitas penyembuhan luka insisi dan tidak mengiritasi.

(2)

ABSTRACT

Flavonoid compounds from noni leaf extract (Morinda citrifolia L.) are known can help in the process of wound healing. The wound healing process would be more effective if applied directly on the wound, therefore noni leaf extract is formulated into a gel. The physical properties and stability of gel affected by the amount of gelling agent. The aims of the experimental were to determine the effect of the amount of carbopol 940 to the physical properties, stability, and wound healing activities of noni leaf extract gel.

This study is a purely experimental. Carbopol 940 is used as a factor in the concentration of 0.5 to 2.0%. The physical properties and stability of noni leaf extract gel tested by organoleptic, pH, viscosity, and the dispersibility for 1 month of storage. Viscosity data with a range of 27-320 dPa.s and dispersibility with a range from 3.3 to 6.9 cm were statistically analyzed using software R 3.1.2 with confidence level 95%.

The results showed that the concentration of carbopol 940 had a significant effect on the viscosity and dispersibility. Noni leaf extract gel were stable in organoleptic, pH, viscosity, and dispersibility within 1 month of storage. Gel had incision wound healing activity and no irritate.

(3)

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS PENYEMBUH LUKA INSISI SEDIAAN GEL EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)

DENGAN GELLING AGENT KARBOPOL 940

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh : Nama : Rio Irawan

NIM : 118114099

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYKARATA

(4)

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS PENYEMBUH LUKA INSISI SEDIAAN GEL EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)

DENGAN GELLING AGENT KARBOPOL 940

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh : Nama : Rio Irawan

NIM : 118114099

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Manusia dilihat bukan dari keluarga mana dia dilahirkan, tetapi akan jadi apa

setelah dia dilahirkan”

- Hermione Granger (Emma Watson) -

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Penyayang atas semua berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi dan Uji Aktivitas Penyembuh

Luka Insisi Sediaan Gel Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dengan

Gelling Agent Karbopol 940” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam penyusunan naskah ini, penulis telah mendapatkan bantuan doa, bimbingan dan arahan, serta kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Aris Widyawati, M. Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. T. N. Saifullah S., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahan, masukan dan saran, semangat serta motivasi semenjak pembuatan proposal hingga selesainya penelitian skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. dosen penguji skripsi yang telah memberikan waktu, saran dan masukkan yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

(11)

5. Bapak Ipang Djunarko M. Sc., Apt., selaku dosen pembimbing akademik atas pendampingannya selama perkuliahan

6. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Penanggung Jawab

Laboratorium Fakultas FarmasiUniversitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang telah memberikan ijin dalam penggunaan fasilitas laborataorium

untuk kepentingan penelitian ini.

7. Semua dosen-dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah sabar dalam mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

8. Bapak Musrifin, Bapak Heru, Bapak Wagiran, Bapak Parjiman, Bapak Bibit, dan segenap laboran dan staff karyawan, yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

9. Teman skripsi senasib seperjuangan Giacinta Puspananda Christara yang dapat bekerja sama dengan baik selama penelitian berlangsung.

(12)

11.Grup dance NCBoys selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

12.Teman-teman angkatan 2011 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang juga memberikan warna selama masa perkuliahan penulis.

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan doa, bantuan, dan dukungan selama penelitian skripsi.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan serta pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan oleh penulis untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 02 Desember 2015

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Keaslian Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Manfaat teoritis ... 4

2. Manfaat praktis ... 4

(14)

1. Tujuan umum ... 5

2. Tujuan khusus ... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A. Kulit ... 6

B. Luka ... 8

C. Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ... 11

D. Ekstraksi ... 16

E. Gel ... 17

F. Monografi Bahan ... 19

G. Uji Sifat Fisik ... 23

H. Stabilitas ... 26

I. Landasan Teori ... 28

J. Hipotesis ... 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 31

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 31

C. Bahan Penelitian ... 33

D. Alat Penelitian ... 34

E. Tata Cara Penelitian ... 34

1. Pembuatan ekstrak kental daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) ... 34

2. Uji aktivitas penyembuh lukaekstrak daun mengkudu... 35

(15)

4. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik gel ... 37

5. Uji iritasi gel ekstrak daun mengkudu... 38

6. Uji aktivitas penyembuh luka gel ekstrak daun mengkudu ... 39

F. Analisis Data ... 40

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Determinasi Tanaman ... 41

B. Hasil Standarisasi dan Uji Kuantitatif Ekstrak ... 41

C. Hasil Uji Aktivitas Penyembuh Luka Insisi Ekstrak Daun Mengkudu ... 43

D. Pengujian Sifat Fisik Gel Ekstrak Daun Mengkudu ... 44

E. Pengujian Stabilitas Gel Ekstrak Daun Mengkudu Selama 28 Hari .. 47

F. Uji Iritasi Sediaan Gel Ekstrak Daun Mengkudu ... 50

G. Hasil Pengujian Aktivitas Penyembuh Luka Insisi Ekstrak Daun Mengkudu ... 52

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN ... 60

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Formula polyherbal gel forwound healing (100 g) ... 36 Tabel II. Formula gel ekstrak daun mengkudu (100 g) ... 36 Tabel III. Hasil uji standarisasi ekstrak daun mengkudu ... 41 Tabel IV. Hasil pengurangan panjang luka ekstrak daun mengkudu

selama 7 hari ... 43 Tabel V. Hasil pengamatan organoleptis dan pengujian pH gel ekstrak

daun mengkudu ... 44 Tabel VI. Hasil uji viskositas dan daya sebar gel ekstrak

daun mengkudu dengan peningkatan konsentrasi karbopol

940 ... 45 Tabel VII. Hasil uji iritasi gel ekstrak daun mengkudu pada kulit tikus

galur wistar ... 51 Tabel VIII. Hasil uji penyembuh luka insisi kontrol positif, kontrol

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur anatomi kulit ... 6

Gambar 2. Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.) ... 12

Gambar 3. Struktur karbopol ... 19

Gambar 4. Struktur propilen glikol ... 21

Gambar 5. Struktur trietanolamin (TEA) ... 22

Gambar 6. Struktur metil paraben ... 22

Gambar 7. Grafik stabilitas viskositas ekstrak daun mengkudu selama penyimpanan 28 hari ... 48

Gambar 8. Grafik stabilitas daya sebar ekstrak daun mengkudu selama penyimpanan 28 hari ... 49

Gambar 9a. Hasil uji iritasi pada ekstrak daun mengkudu ... 51

Gambar 9b Hasil uji iritasi pada perlakuan gel ekstrak daun Mengkudu ... 51

Gambar 9c. Hasil uji iritasi pada kontrol negatif (basis gel) ... 51

Gambar 10. Grafik pengurangan panjang luka selama 7 hari... 52

Gambar 11a. Hasil uji aktivitas penyembuh luka insisi pada kontrol negartif (basis gel) hari pertama ... 54

Gambar 11b. Hasil uji aktivitas penyembuh luka insisi pada kontrol negartif (basis gel) hari ketujuh ... 54

(18)

Gambar 12b. Hasil uji aktivitas penyembuh luka insisi pada kontrol

positif perlakuan gel (Betadine®) hari ketujuh ... 54 Gambar 13a. Hasil uji aktivitas penyembuh luka insisi pada perlakuan

gel ekstrak daun mengkudu hari pertama ... 54 Gambar 13b. Hasil uji aktivitas penyembuh luka insisi pada perlakuan

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Deteminasi tanaman mengkudu ... 61

Lampiran 2. Standarisasi ekstrak daun mengkudu ... 62

Lampiran 3. Analisis kualitatif dan kuantitatif ekstrak daun mengkudu ... 63

Lampiran 4. Surat Ethical Clearance ... 64

Lampiran 5. Surat keterangan hewan uji ... 65

Lampiran 6. Sifat fisik dan stabilitas gel ... 66

Lampiran 7. Pengaruh konsentrasi karbopol 940 terhadap viskositas gel ekstrak daun mengkudu ... 70

Lampiran 8. Pengaruh konsentrasi karbopol 940 terhadap daya sebar gel ekstrak daun mengkudu ... 73

Lampiran 9. Pengaruh konsentrasi karbopol 940 terhadap pergeseran viskositas gel ekstrak daun mengkudu ... 76

Lampiran 10. Pengaruh konsentrasi karbopol 940 terhadap pergeseran daya sebar gel ekstrak daun mengkudu ... 89

Lampiran 11. Data pengujian aktivitas penyembuh luka ekstrak daun mengkudu ... 101

Lampiran 12. Data pengujian aktivitas penyembuh luka gel ekstrak daun mengkudu ... 104

(20)

INTISARI

Senyawa flavonoid dalam ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) diketahui dapat membantu dalam proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka akan lebih efektif jika langsung diaplikasikan pada luka tersebut, sehingga ekstrak daun mengkudu diformulasikan menjadi sediaan gel. Sifat fisik dan stabilitas gel dipengaruhi oleh jumlah gelling agent. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah penambahan karbopol 940 terhadap sifat fisik, stabilitas, dan kemampuan penyembuhan luka dari gel ekstrak daun mengkudu.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni. Karbopol 940 digunakan sebagai faktor dengan konsentrasi 0,5-2,0%. Sifat dan stabilitas fisik gel ekstrak daun mengkudu di uji dengan melihat organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar selama penyimpanan 1 bulan. Data viskositas dengan rentang 27-320 dPa.s dan daya sebar dengan rentang 3,3-6,9 cm dianalisis secara statistik menggunakan software R 3.1.2 dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah karbopol 940 dalam gel memberikan pengaruh signifikan terhadap viskositas dan daya sebar. Gel ekstrak daun mengkudu stabil secara organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar dalam penyimpanan 1 bulan. Gel memiliki aktivitas penyembuhan luka insisi dan tidak mengiritasi.

(21)

ABSTRACT

Flavonoid compounds from noni leaf extract (Morinda citrifolia L.) are known can help in the process of wound healing. The wound healing process would be more effective if applied directly on the wound, therefore noni leaf extract is formulated into a gel. The physical properties and stability of gel affected by the amount of gelling agent. The aims of the experimental were to determine the effect of the amount of carbopol 940 to the physical properties, stability, and wound healing activities of noni leaf extract gel.

This study is a purely experimental. Carbopol 940 is used as a factor in the concentration of 0.5 to 2.0%. The physical properties and stability of noni leaf extract gel tested by organoleptic, pH, viscosity, and the dispersibility for 1 month of storage. Viscosity data with a range of 27-320 dPa.s and dispersibility with a range from 3.3 to 6.9 cm were statistically analyzed using software R 3.1.2 with confidence level 95%.

The results showed that the concentration of carbopol 940 had a significant effect on the viscosity and dispersibility. Noni leaf extract gel were stable in organoleptic, pH, viscosity, and dispersibility within 1 month of storage. Gel had incision wound healing activity and no irritate.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wound healing merupakan suatu proses biologi yang melibatkan

perbaikan serta regenerasi dari jaringan yang terbuka (Esimone, Ibezim, and Chah, 2005). Berdasarkan data yang di keluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia tentang Riset Kesehatan Dasarpada tahun 2007 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia memiliki angka kejadian terkait luka lecet sebanyak 67,7% dan luka terbuka sebanyak 37,9% (Depkes RI,2009). Pada umumnya luka yang tidak ditangani akan menimbulkan beberapa permasalahan yang lebih serius, diantaranya, kehilangan sebagian atau semua fungsi organ, respon stres simpatis, hemoragi dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, dan kematian sel. Penyembuhan luka merupakan cara yang diambil untuk mengurangi beberapa faktor risiko yang dapat memperparah kondisi dari luka tersebut. Pada dasarnya tubuh dapat secara alami melakukan regenerasi jaringan yang terbuka, akan tetapi dibutuhkan waktu yang cukup lama, dapat mencapai 8 hari atau bahkan 1 tahun hingga membentuk jaringan baru (Broughton, Janis, and Attiger, 2006).

(23)

2012). Menurut Rasal, Sinnathambi, Ashok, and Yeshmaina (2008), ekstrak daun mengkudu dapat memperkuat jaringan penyembuhan luka, meningkatkan kolagen dan hidroksiprolin, mempercepat epitelisasi, dan menurunkan level

malondialdehyde (MDA). Selain itu, dilaporkan juga peningkatan secara

signifikan terkait neovaskularisasi, fibroblas dan epitelisasi, di mana tanaman mengkudu memiliki beberapa senyawa yang berpengaruh dalam mekanisme penyembuhan luka adalan tannins, flavonoids, saponins, sterol, polyphenols, serta

triterpenoid (Soni and Singhai, 2012).

(24)

Pada penelitian ini, akan dibuat sediaan gel ekstrak daun mengkudu dengan karbopol 940 sebagai gelling agent. Karbopol digunakan dengan konsentrasi yang bervariasi, sehingga dapat dianalisis terkait pengaruh peningkatan konsentrasi karbopol dengan sifat fisik dan stabilitas fisik gel. Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian terkait aktivitas penyembuh luka dari gel ekstrak daun mengkudu pada kulit tikus galur Wistar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi gelling agent karbopol 940 terhadap sifat fisik sediaan gel ekstrak daun mengkudu?

2. Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi gelling agent karbopol 940 terhadap stabilitas fisik sediaan gel ekstrak daun mengkudu?

3. Apakah sediaan gel ekstrak daun mengkudu memiliki aktivitas penyembuh luka insisi ditinjau dari pengurangan panjang luka?

C. Keaslian Penelitian

(25)

Topikal Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) pada Penyembuh Luka

Ditinjau dari Imunoekspresi CD34 dan Kolagen pada Tikus Galur Wistar”.

Dalam penelitian tersebut, diketahui efek penggunaan ekstrak etanol daun mengkudu terhadap penyembuhan luka pada pemberian topikal, dengan melihat gambaran histopatologis yang terdiri atas sel fibroblas, infiltrasi sel inflamasi, imunoekspresi cluster of differentiation 34 (CD34), dan deposisi kolagen.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi dan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang kefarmasian mengenai pengembangan sediaan obat menggunakan bahan alam dalam formulasi sediaan gel penyembuh luka insisi.

2. Manfaat praktis

(26)

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sediaan gel penyembuh luka dengan bahan aktif ekstrak daun mengkudu yang memenuhi parameter sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi gelling agent karbopol 940 terhadap sifat fisik sediaan gel ekstrak daun mengkudu.

b. Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi gelling agent karbopol 940 terhadap stabilitas fisik sediaan gel ekstrak daun mengkudu.

(27)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kulit

Secara mikroskopis struktur kulit manusia terdiri dari: epidermis, dermis, dan subkutis (Baumannand Saghari, 2009). Dua struktur yaitu epidermis dan dermis saling berhubungan dibatasi dermal epidermal junction. Struktur anatomi kulit dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Struktur anatomi kulit (Nagori and Solanki, 2011)

1. Lapisan epidermis

(28)

epidermis dibagi menjadi empat lapisan berdasarkan ciri-ciri bentuk sel dan protein intraseluler dari luar ke dalam yaitu stratum korneum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basal (germinativum).

a. Stratum korneum, merupakan lapisan teratas dari epidermis, dimana keratinosit menetap pada lapisan ini, menjadi matang, dan terjadi proses keratinisasi yang sempurna. Keratinosit tidak mengandung organel dan tersusun menyerupai dinding batu bata. Stratum ini memiliki fungsi untuk melindungi kulit secara mekanik dan terkait dengan kehilangan cairan (Baumann and Saghari, 2009).

b. Stratum granulosum, merupakan lapisan tipis, terdiri dari 1-3 lapisan, merupakan lapisan sel fusiform, datar dan mengandung granuler keratohialin (Baumann and Saghari, 2009).

c. Stratum spinosum, merupakan stratum yang terdiri dari 5-12 lapisan dengan bentuk sel polihedral, inti sel bulat dan spiny. Lapisan ini mengandung sel keratinosit dan sel Langerhans. Sel-sel mengandung granula lamelar yang membawa lipid intraseluler, mengandung glikoprotein dan prekursor lipid, serta terlibat dalam pembentukan lapisan barier kutaneus (Jain, 2012).

(29)

postmitotic cell, di mana di tempat ini terjadi proses proliferasi (Baumann

and Saghari, 2009).

2. Lapisan dermis

Lapisan yang memiliki ketebalan 15-40x dari tebal epidermis, mengandung komponen mesoderm, dibagi menjadi lapisan superfisial yaitu papila dermis dan lapisan dalam yaitu retikular dermis.

B. Luka

Berdasarkan Wound Healing Society, luka adalah kerusakan fisik sebagai akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and Solanki, 2011). Luka juga didefinisikan sebagai gangguan dari seluler, anatomi, dan fungsi yang berkelanjutan dari jaringan hidup yang disebabkan oleh trauma fisik, kimia, suhu, mikroba, atau imunologi yang mengenai jaringan (Thakur, Jain, Pathak, and Sandhu, 2011). Luka adalah kerusakan dari integritas epitel kulit diikuti dengan terganggunya struktur dan fungsi dari jaringan normal sebagai akibat dari luka memar, luka lebam, luka robek, luka koyak atau luka lecet (Soni and Singhai, 2012).

Menurut Nagori and Solanki (2011), luka dibedakan berdasarkan penyebab dasar dari luka yaitu luka terbuka dan luka tertutup, serta berdasarkan fisiologis dari penyembuhan luka yaitu luka akut dan luka kronis, meliputi:

(30)

luka laserasi, abrasi atau luka dangkal, luka tusukan kecil, luka penetrasi, dan luka tembak.

2. Luka tertutup adalah jenis luka, di mana darah keluar dari sistem sirkulasi darah tetapi tersisa di dalam tubuh. Terlihat dalam bentuk luka memar. Luka tertutup sedikit penggolongannya tetapi jenis luka ini lebih berbahaya dari luka terbuka. Luka tertutup meliputi benturan atau luka memar, hematoma atau tumor darah, dan cedera yang keras.

3. Luka akut merupakan cedera pada jaringan yang normalnya dilanjutkan dengan proses perbaikan yang tersusun rapi dan tepat waktu, mengakibatkan pemulihan integritas jaringan secara anatomi dan fungsi dapat dipertahankan. Biasanya disebabkan oleh luka terpotong atau luka insisi bedah dan proses penyembuhan luka yang lengkap dapat dalam kerangka waktu yang diharapkan.

4. Luka kronis merupakan jenis luka yang terjadi karena kegagalan penyembuhan luka dalam tahap yang normal dan kemudian masuk ke dalam tahap inflamasi yang patologi. Luka kronis membutuhkan periode waktu penyembuhan yang lama, tidak sembuh, atau sering terjadi kekambuhan. Infeksi lokal, hipoksia, trauma, benda asing, dan problem sistemik seperti diabetes mellitus, malnutrisi, defisiensi fungsi imun atau obat-obatan seringkali menyebabkan luka kronis.

(31)

matriks akan bekerja untuk memulihkan integritas dari jaringan-jaringan yang telah rusak dan terjadi pergantian jaringan-jaringan yang hilang (Boateng, Mathews, Stevens, and Eccleston, 2008). Penyembuhan luka juga didefinisikan sebagai reaksi kompleks yang saling mempengaruhi kegiatan seluler dan biokimia, yang mengatur pemulihan integritas struktural dan fungsional jaringan luka (Thakur et al., 2011).

Kondisi yang diperlukan untuk penyembuhan luka antara lain: 1. Faktor sistemik

Faktor ini meliputi status nutrisi dan kesehatan umum yang baik. Infeksi, gangguan imunitas, misalnya diabetes mellitus dan kanker dapat mengurangi kecepatan penyembuhan luka.

2. Faktor lokal

Faktor lokal yang membantu penyembuhan luka meliputi suplai darah yang baik untuk memberikan oksigen dan nutrien serta mengeluarkan produk sisa bebas dari kontaminasi, misal benda asing atau zat kimia toksik (Boateng et al., 2008).

Menurut Boateng et al. (2008), tahapan-tahapan dalam proses penyembuhan luka dapat diklasifikasikan ke dalam lima tahapan, yaitu:

(32)

terbentuk permukaan yang keras disekitar luka yang melindungi jaringan-jaringan dibawahnya.

2. Inflamasi, di mana pada tahapan ini dimulai hampir sama dengan hemostatis. Inflamasi terjadi antara beberapa menit hingga 24 menit setelah terjadinya luka. Pada tahapan ini, histamin dan serotonin dilepaskan ke area luka dan mengaktifkan fagosit untuk memasuki area luka dan menelan sel-sel yang mati.

3. Migrasi, di mana pada tahapan ini tejadi pemulihan luka dimulai. Sel-sel epitel dan fibroblas bergerak menuju area luka dan tumbuh dengan cepat dibawah lapisan yang keras untuk menggantikan jaringan yang telah rusak. 4. Proliferasi, tahapan ini terdapat tiga karakteristik. Pertama, jaringan granulasi

terbentuk karena pertumbuhan pembuluh kapiler. Kedua, pembuluh limfa memasuki luka, dan yang terakhir, sintesis kolagen mulai terjadi dan memperkuat jaringan yang terluka.

5. Maturasi, tahapan ini pembentukan lapisan akhir ditentukan oleh pembentukan jaringan penghubung seluler dan penguatan epitelium yang baru.

C. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Mengkudu memiliki nama lokal pace, kemudu, dan kudu (Jawa); cengkudu (Sunda); kodhuk (Madura); wengkudu (Bali). Mengkudu (Morinda

(33)
[image:33.595.100.493.161.614.2]

tumbuh di dataran rendah sampai pada ketinggian tanah 1.500 meter datas permukaan laut. Tanaman mengkudu dapat tumbuh didaerah tropis.

Gambar 2. Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.) (Redriguez,2008)

Klasifikasi tanaman mengkudu ini adalah : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Anak kelas : Sympetalae Bangsa : Rubiales Suku : Rubiaceae Genus : Morinda

Spesies : Morinda citrifolia

(34)

elips panjangnya 10 cm sampai 40 cm dan lebarnya 5 cm sampai 17 cm. Helaian daun tebal, mengkilap, tepi daunnya rata, dan ujungnya meruncing dengan pangkalan daun menyempit serta tulang daunnya menyirip (Dalimartha, 2006).

Hampir semua bagian dari tanaman mengkudu seperti daun, akar, batang, dan buah mengkudu mengandung berbagai macam senyawa metabolit sekunder yang memiliki manfaat bagi kesehatan manusia. Pada awalnya ilmuan menduga hanya buah mengkudu yang memiliki efek yang baik, tetapi setelah ditelusuri ternyata bukan hanya buah tetapi bagian lain seperti daun, bunga, batang, dan akar mengandung senyawa metabolit sekunder yang berkasiat sebagai obat (Kandi, 2006). Bagian dari tanaman mengkudu yang sering digunakan adalah bagian daun dan buah, dikarenakan banyaknya kandungan senyawa dalam bagian tersebut (Nayak, Sandiford, and Maxwell, 2009).

Beberapa kandungan fitokimia yang telah diidentifikasi dari tumbuhan mengkudu adalah kandungan fenol, asam organik, β-sitosterol, caroten, flavon glikosid, rutin, terpenoid, dan alkaloid (Pal et al., 2012). Kandungan zat penting

dari mengkudu adalah anthraquinones, flavonol glycosides, idridoid glycosides,

lipid glycosides, dan triterpenoids (Su, Pawlus, Jung, Keller, McLaughlin, and

(35)

Kandungan fitokimia yang terdapat pada daun mengkudu antara lain

anthraquinones, carotenoids, Chlorophyll derivatives, flavonoids, iridoids,

triterpenoids, sterols, alkaloids, dan miscellaneous compounds (Singh, 2012).

Mengkudu memiliki beberapa aktivitas biologi antara lain antibakterial, antifungal, antiviral, antihelmintic activity, antioxidant activity, antiobesity and

hypoglycemic effect, analgesik, hepatoprotektif, anti-inflamasi, cardiovascular

activity, anxiolytic activity, hypotensive activity, wound healing activity,

anti-cancer activity, estrogenic activity, dan aktivitas imunologi (Singh, 2012).

Akhir-akhir ini telah dilaporkan bahwa mengkudu secara signifikan dapat meningkatkan kecepatan kontraksi luka, meningkatkan kelenturan kulit sebagai akibat dari meningkatnya kolagen. Peningkatan berat kering granuloma dan kekuatan granuloma sebagai indikasi pematangan yang baik dari kolagen karena meningkatnya cross-linking. Scar yang terjadi juga lebih dangkal. Semua ini didukung secara histopatologi. Bukti tersebut memperkuat bahwa mengkudu mempercepat penyembuhan luka pada berbagai fase proses penyembuhan luka (Pal et al., 2012). Menurut Nayak et al. (2009), ekstrak etanol dari daun Morinda

citrifolia secara signifikan meningkatkan kontraksi luka, kecepatan epitelisasi dan

berat jaringan granulasi, sehingga dengan pemberian ekstrak mengkudu dapat meningkatkan pembentukan kolagen dalam fase proliferasi penyembuhan luka.

(36)

dan antioksidan yang kuat sehingga diduga kuat bertanggungjawab dalam kontraksi luka dan peningkatan kecepatan dari epitelisasi (Nayak et al., 2009).

Mekanisme senyawa metabolit sekunder yang dapat menyembuhkan luka antara lain:

1. Tannin dan triterpenoids, memiliki mekanisme penyembuhan luka dengan

cara membasmi radikal bebas, serta memiliki efek astringen dan antimikroba (Soni and Singhai, 2002).

2. Flavonoids, merupakan antioksidan kuat dan efek pembasmi radikal bebas,

memperbesar level enzim antioksidan pada jaringan glukoma (Soni and Singhai, 2002). Senyawa flavonoid memiliki mekanisme spesifik pada proses penyembuhan luka yang berkaitan erat dengan fibroblas. Fibroblas merupakan salah satu komponen utama yang dapat membentuk jaringan baru, di mana fibroblas membantu dalah pembentukan serabut kolagen hingga terbentuk jaringan baru yang kuat. Mekanisme kerja senyawa lain antara lain: a. Menghambat ekspresi dari TNF-α (Tumor Necrosis Factor-α), di mana

peran dari TNF-α adalah memediasi terjadinya apoptosis dari sel fibroblas. Pengambatan TNF-α dapat meningkatkan jumlah fibroblas. b. Meningkatkan ekspresi dari reseptor IGF-1 (Insulin Growth Factor-1), di

mana peran dari IGF-1 sebagai mediator proliferasi fibroblas dan sintesis kolagen.

(37)

Mekanisme penyembuhan luka dari senyawa flavonoid memiliki efek yang saling bersinergi dengan aktivitas antibakteri, di mana aktivitas antibakteri dapat mengurangi terjadinya perpanjangan proses proinflamasi, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka (Rahmayani, 2013).

3. Saponins, memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba, berpengaruh pada

kontraksi luka dan meningkatkan kecepatan epitelisasi (Soni and Singhai, 2002).

D. Ekstraksi

Salah satu cara untuk mendapatkan senyawa dari suatu bahan alam dapat digunakan cara ekstraksi yang dilakukan dengan proses perendaman serbuk simplisia ke dalam cairan penyari yang sesuai. Zat aktif dari bahan alam tersebut akan terlarut dalam pelarut yang sesuai dikarenakan ada gradien konsentrasi di dalam dan di luar sel. Salah satu proses ekstraksi dapat dilakukan dengan maserasi (Depkes RI, 1986).

(38)

berulang hingga terjadi kesetimbangan konsentrasi antara konsentrasi di luar sel dan di dalam sel (Depkes RI, 1986).

Keuntungan dari proses ekstrasi dengan cara maserasi adalah proses pengerjaannya sederhana dan peralatan yang dibutuhkan juga sederhana. Sedangkan kerugiannya adalah proses yang dilakukan cukup lama dan proses penyarian kurang sempurna (Depkes RI, 1986).

E. Gel

Gel merupakan suatu sistem suspensi semisolid yang terdiri dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan tersuspensi pada suatu cairan. Gel dapat didefinisikan sediaan semisolid yang berbentuk transparan atau keruh dengan perbandingan pelarut yang lebih tinggi dari gelling agent. Gel tidak memberikan sensasi berminyak dan pada umumnya digunakan pada area tubuh.

Gelling agent membentuk matriks struktur koloid tiga dimensional saat

didispersikan dalam pelarut yang sesuai, di mana matriks ini membatasi aliran cairan dengan cara menjebak dan menghambat pergerakan molekul solven. Struktur matriks ini menjaga konsistensi kestabilan gel terhadap deformasi dan mempengaruhi sifat viskoelastisitasnya (Osborne, 1990).

(39)

terlarut dalam minyak mineral (Allen, 2002). Hidrogel merupakan gel yang memiliki sifat hidrofil dengan kandungan utama air (85-95%) dan gelling agent. Pada umumnya menggunakan komponen polimer organik seperti golongan asam poliakrilat (karbopol), natrium metilselulosa, atau selulosa organik lainnya. Sifat hidrogel dapat memberikan sensasi dingin saat pemakaian topikal. Sediaan hidrogel dapat ditambahkan pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri (Barel and Paye, 2001).

Terdapat beberapa kriteria suatu sediaan hidrogel yang digunakan sebagai sediaan penyembuh luka yaitu :

1. Sediaan hidrogel harus membantu rehidrasi jaringan yang mati. 2. Tidak bersifat iritan

3. Tidak lengket dan memberikan rasa nyaman saat pemakaian. 4. Menyediakan lingkungan yang lembab untuk penyembuhan luka 5. Memiliki sifat dapat mendinginkan permukaan luka

(Fonder, Lazarus, Cowan, Aronson-Cook, Kohli, and Mamelak., 2008). Bahan-bahan dalam sediaan gel terdiri atas:

1. Gelling agent adalah basis dari suatu sediaan gel. Gelling agent yang

(40)

2. Humektan merupakan suatu bahan higroskopis yang memiliki sifat yang mengikat air dari udara yang lembab serta mempertahankan air yang ada di dalam sediaan (Soeratri and Purwanti, 2004).

3. Pengawet merupakan bahan yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada sediaan gel.

F. Monografi Bahan 1. Karbopol 940

[image:40.595.100.515.212.584.2]

Karbopol (gambar 3) merupakan suatu jenis gelling agent golongan karbomer yang telah ternetralisasi yang juga dapat berfungsi sebagai basis untuk melumaskan atau sering disebut lubrikan. Karbopol sering digunakan dalam sediaan dermal (Aulton, 1990).

Gambar 3. Struktur karbopol (Allen and Luner, 2009)

(41)

Karbomer dapat mengembang dalam air dan gliserin, dan setelah netralisasi di etanol 95%, akan membentuk struktur mikrogel tiga dimensional. Golongan karbomer merupakan jenis material yang stabil dan dimungkinkan untuk dipanaskan dengan suhu lebih dari 104oC selama lebih dari dua jam tanpa mempengaruhi kekentalannya. Karbomer memiliki sifat inkompatibilitas dengan polimer kationik, asam kuat, dan elektrolit level tinggi. Pada umumnya, karbomer digunakan untuk sediaan nonparenteral. Karbomer dianggap sebagai komponen yang esensial nontoksik dan tidak menyebabkan iritasi, dan tidak ditemui bukti reaksi hipersensitivitas pada manusia untuk penggunaan secara topikal (Allen and Luner, 2009).

Mekanisme pengentalan yang terjadi pada karbopol yang merupakan suatu golongan karbomer adalah reaksi netralisasi pada bagian asam karboksilat menjadi bentuk garamnya sehingga menghasilkan bentuk gel yang jernih dengan viskositas yang optimum pada pH 7 (Pena, 1990).

Karbopol yang didispersi dengan air membentuk larutan asam yang keruh kemudian dinetralkan dengan basa kuat seperti sodium hidroksida, trietanolamin, atau dengan basa inorganik lemah (contoh: ammonium hidroksida), sehingga akan meningkatkan konsistensi dan mengurangi kekeruhan (Allen and Luner, 2009).

2. Propilen glikol

(42)
[image:42.595.99.513.190.623.2]

kental, dengan rasa agak manis. Propilen glikol memiliki berat molekul sebesar 76,09, propilen glikol larut dalam kloroform, etanol, gliserin, dan air. Penyimpanan propilen glikol dalam wadah tertutup baik (Allen and Luner, 2009).

Gambar 4. Struktur propilen glikol (Allen and Luner, 2009).

Propilen glikol memiliki fungsi sebagai pengawet, antibakteri, desinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, stabilizer untuk vitamin dan

water-miscible cosolvent. Propilen glikol stabil secara kimia bila

dikombinasikan dengan etanol, gliserin, dan air, serta inkompatibilitas dengan bahan yang mengoksidasi, seperti kalium permanganat. Propilen glikol brsifat higroskopis, stabil pada suhu dingin dan teertutup rapat. Propilen glikol dapat menahan lembab, dan dapat meningkatkan kelembutan dan daya sebar dari sediaan, serta dapat melindungi sediaan gel dari kemungkinan pengeringan. Pada suhu tinggi dan di tempat terbuka cenderung mengoksidasi, menimbulkan produk seperti propionaldehida, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat (Allen and Luner, 2009).

3. Trietanolamin

(43)
[image:43.595.100.512.176.614.2]

amoniak. Trietanolamin larut dalam air, etanol, dan kloroform (Allen and Luner, 2009).

Gambar 5. Struktur trietanolamin (TEA) (Allen and Luner, 2009)

Trietanolamin digunakan secara luas pada formulasi sediaan topikal. Trietanolamin akan bereaksi dengan asam mineral menjadi bentuk garam kristal dan ester dengan adanya asam lemak tinggi. Trietanolamin dapat berubah menjadi warna coklat dengan paparan udara dan cahaya. Kegunaannya adalah sebagai penstabil karbopol (Allen and Luner, 2009). 4. Metil paraben

Metil paraben (gambar 6) sering disebut dengan metil ester asam 4-hidroksibenzoat, metil p-4-hidroksibenzoat, dan Nipagin M, memiliki rumus molekul C8H8O3 dengan berat molekul sebesar 152,15. Metil paraben berupa serbuk yang tidak berwarna, atau kristal putih, tidak berbau atau berbau khas lemah yang mudah larut dalam etanol atau eter, praktis tidak larut dalam minyak, dan larut dalam 400 bagian air (Allen and Luner, 2009).

[image:43.595.294.381.627.728.2]
(44)

Metil paraben digunakan secara luas sebagai bahan pengawet, antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasi. Golongan paraben efektif pada rentang pH yang luas dan mempunyai aktivitas antimikroba pada spektrum yang luas, meskipun paraben paling efektif melawan kapang dan jamur. Pada sediaan topikal metil paraben digunakan dengan konsentrasi antara 0,02-0,3% (Allen and Luner, 2009). 5. Akuades

Akuades atau dikenal dengan istilah resmi purified water (air murni) memiliki rumus molekul H2O dengan berat molekul 18,02. Akuades berupa cairan jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau. Penyimpanan akuades pada wadah yang tertutup rapat (Depkes RI, 1995).

Akuades memiliki fungsi sebagai pelarut. Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi, perlakuan menggunakan penukar ion, osmotik balik, atau proses lain yang sesuai. Air murni tidak mengandung zat tambahan lain (Depkes RI, 1995).

G. Uji Sifat Fisik Uji sifat fisik dari sediaan gel meliputi :

1. Organoleptis

(45)

2. pH

Sediaan topikal diharapkan memiliki pH yang sama atau sedekat mungkin dengan pH kulit normal agar terhindar dari resiko iritasi kulit. Kulit normal relatif memiliki pH yang berkisar antara 4-6,5 (Baranoski and Ayello, 2008).

3. Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dapat dilakukan secara visual (Paye et al., 2001). Homogenitas gel diamati pada object glass di bawah cahaya, diamati apakah terdapat bagian-bagian yang tidak tercampurkan dengan baik. Gel yang stabil harus menunjukkan susunan yang homogen.

4. Viskositas

(46)

5. Daya sebar

Daya sebar merupakan kemampuan sediaan yang diaplikasikan pada area tertentu untuk menyebar di tempat aplikasi. Faktor yang mempengaruhi adalah rigiditas sediaan, lama tekanan, dan temperatur (suhu) tempat aksi (Garg and Singla, 2002). Daya sebar merupakan salah satu karakteristik penting yang bertanggung jawab dalam keefektifan atau proses transfer dosis yang tepat ke tempat target, kemudahan dalam pengaplikasian, dan penerimaan konsumen dalam menggunakan sediaan semisolid.

Metode yang paling sering digunakan dalam pengukuran daya sebar adalah metode parallel-plate. Kelebihan dari metode ini yaitu sederhana, mudah dalam pengerjaannya, dan tidak memerlukan biaya yang banyak, tetapi metode ini memiliki beberapa kekurangan yaitu kurang tepat dan kurang sensitif karena data yang dikumpulkan harus dihitung kembali secara manual (Garg and Singla, 2002).

6. Daya lekat

(47)

H. Stabilitas

Faktor yang mempengaruhi stabilitas dari suatu sediaan adalah : 1. Faktor eksternal

a. Waktu penyimpanan

Semakin mendekati waktu kadaluarsa dan semakin lama penyimpanan, maka sediaan akan mengalami perubahan organoleptis, fisika-kimia, mikrobiologi, dan toksisitas.

b. Suhu

Suhu yang tinggi dapat mempercepat reaksi fisika dan kimia sehingga menghasilkan suatu perubahan pada aktivitas komponen, viskositas, dan organoleptis. Suhu yang rendah dapat mempercepat reaksi fisika seperti kekeruhan, presipitasi, dan kristalisasi. Suhu perlu diperhatikan mulai dari proses produksi hingga penyimpanan sediaan. c. Cahaya dan oksigen

Sinar UV yang berinteraksi dengan oksigen akan membentuk radikal bebas dan menimbulkan suatu reaksi oksidasi-reduksi. Sediaan yang sensitif dan tidak stabil terhadap cahaya sebaiknya dihindarkan dari paparan cahaya dilakukan dengan pemilihan wadah yang sesuai.

d. Bahan pengemas produk

(48)

kestabilan dari sediaan dan tidak mempengaruhi dan bereaksi dengan sediaan.

e. Kelembaban

Lembab dapat mempengaruhi sedian yang dapat mengakibatkan perubahan fisik produk dari lunak menjadi lengket, perubahan berat dan volume, dan kontaminasi mikroba.

f. Mikroorganisme

Produk yang mengandung air misalnya gel, lebih mudah terkontaminasi dengan adanya mikroorganisme.

2. Faktor internal

a. Inkompatibilitas secara fisik

Perubahan yang terjadi dan dapat dilihat pada sediaan yaitu presipitasi, kristalisasi, dan lain sebagainya.

b. Inkompatibilitas secara kimia

Nilai pH dapat mempengaruhi stabilitas produk tersebut sehingga diperlukan pengaturan pH yang optimal. Selain itu terdapat reaksi yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan aktivitas zat aktif, organoleptis dan penampilan produk, misalnya reaksi oksidasi-reduksi dan reaksi hidrolisis (kemunginan jika sediaan memiliki kandungan air yang banyak)

(49)

I. Landasan Teori

Luka adalah proses hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh karena benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, ledakan, zat kimia, sengatan listrik, atau gigitan hewan (Syamsuhidayat and Wim de Joong, 2004). Luka terbuka merupakan luka yang terjadi perdarahan yang terlihat secara kasat mata di mana darah keluar dari tubuh. Luka terbuka meliputi luka insisi, luka laserasi, abrasi atau luka dangkal, luka tusukan kecil, luka penetrasi, dan luka tembak, di mana luka insisi merupakan luka yang disebabkan oleh instrumen yang tajam (Nagori

and Solanki, 2011).

Daun mengkudu memiliki beberapa efek farmakologi yang menguntungkan diantaranya dapat digunakan sebagai penyembuh luka (Singh, 2012). Daun mengkudu diketahui mengandung senyawa flavonoid yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka (Nayak et al., 2009), di mana senyawa flavonoid dapat menghibisi pertumbuhan fibroblas sehingga memberikan keuntungan pada perawatan luka (Khan, 2012).

(50)

pembentukan sel apoptosis (Okan, Woo, Ayello, and Sibbald, 2007). Selain itu, sediaan gel juga memiliki beberapa kelebihan diantaranya dapat memberikan sensasi dingin pada kulit saat digunakan, jernih, memiliki pelepasan obat yang baik dan kemampuan penyebarannya pada kulit yang baik. Penelitian Haneefa

and Nayar (2012), menunjukkan sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan gel

dipengaruhi oleh gelling agent yang digunakan, yaitu karbopol 940. Jumlah karbopol 940 dapat berpengaruh signifikan terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik, dilihat dari parameter viskositas dan daya sebar. Menurut Zatz and Kushla (1996), peningkatan jumlah gelling agent dapat memperkuat struktur gel (matriks gel) sehingga viskositas dari gel tersebut meningkat.

(51)

J. Hipotesis

1. Peningkatan konsentrasi karbopol 940 memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sifat fisik gel ekstrak daun mengkudu meliputi viskositas dan daya sebar.

2. Peningkatan konsentrasi karbopol 940 memberikan pengaruh yang signifikan terhadap stabilitas fisik gel ekstrak daun mengkudu.

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental murni yang bersifat eksperimen sederhana dengan pola satu arah.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi gelling

agent yang digunakan yaitu karbopol 940.

b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah karakteristik fisik dan stabilitas fisik dari sediaan gel penyembuh luka meliputi organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar, serta pengurangan panjang luka hewan uji. c. Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah lama penyimpanan, sifat

dari wadah penyimpanan, dan intensitas cahaya.

d. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu penyimpanan, kelembaban ruangan, sistem imunitas tikus, dan pola aktivitas tikus.

2. Definisi operasional

(53)

b. Ekstrak kental daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan ekstrak kental yang peroleh dengan cara maserasi daun mengkudu (Morinda

citrifolia L.) selama 3 hari, remaserasi selama 3 hari, pengentalan selama

1,5 jam dengan menggunakan rotary evaporator, serta penguapan selama 7 jam di waterbath.

c. Optimasi merupakan serangkaian proses yang digunakan untuk memperoleh formula yang optimum, sehingga dapat menghasilkan bentuk sediaan gel dengan stabilitas fisik yang baik. Dalam penelitian ini optimasi dilakukan pada konsentrasi gelling agent.

d. Gelling agent merupakan bahan pembawa gel di mana merupakan faktor

yang akan dilakukan optimasi dalam penelitian ini dan sangat berpengaruh terhadap bentuk sediaan gel, dalam penelitian ini gelling agent yang digunakan adalah karbopol 940.

e. Sifat fisik gel merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas dari sediaan gel. Dalam penelitian ini sifat fisik gel dilihat dari organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar.

f. Stabilitas fisik gel merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui kestabilan gel selama waktu penyimpanan. Penyimpanan dilakukan selama 28 hari dalam suhu ruangan. Stabilitas fisik gel dilihat dari organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar.

(54)

wadah, serta mudah diaplikasikan pada luka terbuka insisi. Viskositas gel yang diinginkan yaitu 150-200 d.Pa.s.

h. Daya sebar merupakan merupakan salah satu bentuk sifat fisik gel di mana gel tersebut dapat mudah diaplikasikan atau dioleskan pada kulit, di mana 1 gram gel ditimpa kaca bundar dan dibebani dengan berat 125 gram dan didiamkan 1 menit. Daya sebar gel yang diinginkan yaitu 4-6 cm

i. Luka insisi pada hewan uji merupakan luka yang dibuat dengan menggunakan silet sekali pakai secara horisontal, yang sebelumnya hewan uji dianestesi dengan menggunakan ketamin hidroklorida 10%.

j. Perubahan panjang luka insisi merupakan nilai yang didapatkan dari selisih panjang luka pada hari ke-0 hingga ke-7, di mana panjang yang didapatkan diharapkan semakin kecil.

C. Bahan Penelitian

(55)

ekor tikus jantan galur wistar dengan berat 150-200 gram (UD. Tiput Abadi Jaya Peternakan Hewan Uji) .

D. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah glasswares (Pyrex-Germany), timbangan analitik (merk Mettler Toledo), orbital shaker (Optima),

rotary evaporator (Buchi Labortechnik AG CH-9230), mixer (Philips), viscotester

seri VT04 (RION-Japan), Laminar Air Flow (LAF), pH universal indikator (merk Macherey-Nagel), batang pengaduk, sendok, penangas air (waterbath) (Memmert), jarum suntik, serta silet.

E. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.)

(56)

cawan porselen dan diuapkan di atas waterbath selama 7 jam, hingga mendapatkan ekstrak kental.

b. Standarisasi dan uji kuantitatif ekstrak daun mengkudu. Ekstrak daun mengkudu yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan standarisasi ekstrak dan uji kuantitatif senyawa flavonoid di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

2. Uji aktivitas penyembuh luka ekstrak mengkudu

Enam ekor tikus wistar dengan berat 150-200 gram dibius dengan menggunakan ketamin hidroklorida 10% secara intravena (120 mg/BB). Keenam hewan uji tersebut diberi label dengan membaginya ke dalam 2 kelompok yaitu 3 ekor hewan uji untuk kontrol negatif dan 3 ekor hewan uji untuk perlakuan dengan menggunakan ekstrak daun mengkudu. Selanjutnya bulu pada bagian dorsal hewan uji dicukur hingga bersih dengan menggunakan silet sekali pakai. Setelah itu, dilakukan pembentukan area luka yang sebelumnya ditandai dengan membentuk garis menggunakan spidol marker.

(57)

mengkudu. Setiap hari panjang luka diukur dan diberi ekstrak daun mengkudu yang dilakukan setiap hari hingga luka menutup sempurna. Pengukuran luka dilakukan selama 7 hari.

3. Formula gel

[image:57.595.99.511.201.673.2]

a. Formula. Formula yang digunakan dalam percobaan ini mengacu pada formula polyherbal gel for wound healing (Patel, Patel, and Patel, 2011).

Tabel I. Formula polyherbal gel for wound healing(100 g)

Komposisi Jumlah (g)

Ekstrak C. asiatica Ekstrak C. longa Ekstrak T. arjuna Karbopol 934 Propilen glikol Etanol Trietanolamin Akuades ad 2 2 2 2 2 5

Secukupnya hingga basis gel netral 100

Pada percobaan ini, dilakukan modifikasi dan optimasi terhadap formula gel di atas sehingga didapatkan formula baru sebagai berikut:

Tabel II. Formula gel ekstrak daun mengkudu (100 g)

Komposisi A (g) B (g) C (g) D (g)

Ekstrak Morinda citrifolia L.

Karbopol 940 Propilen glikol Metil paraben Trietanolamin Akuades 5,0 0,5 2,0 0,1 1,5 90,9 5,0 1,0 2,0 0,1 1,5 90,4 5,0 1,5 2,0 0,1 1,5 89,9 5,0 2,0 2,0 0,1 1,5 89,4 Keterangan:

A : formula dengan karbopol 940 0,5% B : formula dengan karbopol 940 1,0% C : formula dengan karbopol 940 1,5% D : formula dengan karbopol 940 2,0%

(58)

propilen glikol dan metil paraben ditambahkan kedalam karbopol 940 yang telah dikembangkan, lalu diaduk dengan mixer hingga homogen. Ekstrak daun mengkudu ditambahkan dalam campuran karbopol 940, kemudian diaduk kembali. Sisa akuades ditambahkan sedikit demi sedikit dan dilakukan pengadukan hingga homogen. Trietanolamin (TEA) ditambahkan sedikit demi sedikit, kemudian diaduk. Sesekali di lakukan pengecekan pH, hingga didapatkan pH sekitar 6, sesuai dengan pH kulit. Sediaan dimasukkan dalam wadah yang sesuai.

4. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik gel a. Uji organoleptis dan homogenitas

Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati bentuk, bau, dan warna gel 48 jam setelah pembuatan dan selama waktu penyimpanan 28 hari. Pengujian ini dapat diamati dengan menggunakan teknik observasi visual.

b. pH

(59)

c. Uji viskositas

Uji viskositas dilakukan setelah 48 jam pembuatan gel dan selama penyimpanan 28 hari tiap minggu. Masing-masing formula gel ditentukan viskositasnya dengan menggunakan alat Viscotester Rion seri VT04 dengan menggunakan kecepatan 100 rpm dan menggunakan ukuran rotor skala 2. Nilai viskositas diperoleh dengan mengamati gerakan jarum penunjuk pada viscotester setelah jarum stabil. Replikasi dilakukan 3 kali. d. Uji daya sebar

Pengukuran daya sebar dilakukan dengan cara gel ditimbang sebanyak 1 gram dan diletakkan pada horisontal plate (lempeng kaca bulat berskala bagian tengah). Gel tersebut ditutup dengan menggunakan lempeng kaca bulat lain dan diberi pemberat, sehingga berat kaca bulat dan pemberat 125 gram. Lalu didiamkan selama 1 menit dan dicatat diameter sebarnya. Replikasi dilakukan 3 kali. Pengukuran daya sebar gel dilakukan setelah 48 jam pembuatan dan selama penyimpanan 28 hari tiap minggu. Uji daya sebar sediaan gel dilihat dari luas area penyebaran

dengan rumus π.r2 .

5. Uji iritasi gel ekstrak daun mengkudu

(60)

hewan uji diolesi dengan menggunakan gel dengan ekstrak daun mengkudu formula B, dan kelompok perlakuan III (kontrol negatif) kulit hewan uji diolesi dengan basis gel,. Hewan uji diamati selama 7 hari yang diamati secara visual keberadaan eritema dan edema.

6. Uji aktivitas penyembuh luka gel ekstrak daun mengkudu

(61)

diberi gel pada masing-masing luka setiap hari hingga luka menutup sempurna. Pengukuran luka dilakukan selama 7 hari.

F. Analisis Data

Hasil yang didapatkan dari data sifat fisik dan stabilitas fisik selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis statistik. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak R versi 3.1.2. untuk melihat signifikansi perbedaan dari data yang diperoleh.

Uji normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk normality test, di mana suatu data dikatakan terdistribusi normal apabila memiliki nilai probabilitas

(p-value) > 0,05. Data yang terdistribusi normal, selanjutnya dilakukan uji Levene’s

Test dan Variances Test. Hal ini untuk mengetahui homogenitas dan variansi data.

Uji ANOVA satu arah digunakan untuk melihat pengaruh peningkatan konsentrasi karbopol 940 terhadap sifat fisik sediaan, dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji post hoc menggunakan TukeyHSD untuk mengetahui signifikansi perbedaan sifat fisik dari masing-masing formula gel ekstrak mengkudu. Dari hasil ANOVA, apabila nilai p-value < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam kelompok data, sedangkan hasil uji post hoc menggunakan TukeyHSD, bila nilai p.adj < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data dua kelompok tersebut berbeda signifikan.

(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tanaman mengkudu yang diperoleh dari Kabupaten Klaten, pada bulan September 2014. Determinasi tanaman dilakukan oleh Unit IV Bagian Biologi Farmasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan oleh peneliti benar-benar daun mengkudu dengan nama ilmiah Morinda citrifolia L. dari familia Rubiaceae. Hasil yang didapatkan bahwa tanaman yang digunakan benar adanya yaitu daun mengkudu (Morinda citrifolia L.), seperti yang tersaji dalam lampiran 1.

B. Hasil Standarisasi dan Uji Kuantitatif Ekstrak

[image:62.595.130.492.676.732.2]

Proses standarisasi ekstrak pada penelitian ini dilakukan oleh Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Standarisasi ekstrak yang dilakukan meliputi penetapan kadar air, kadar abu total, dan kadar sari larut etanol yang terkandung dalam ekstrak etanol daun mengkudu. Hasil uji standarisasi dan kuantitatif senyawa flavonoid tersaji pada tabel III.

Tabel III . Hasil uji standarisasi ekstrak daun mengkudu

Parameter Hasil (% b/b) Persyaratan

Kadar air Kadar abu Kadar sari larut etanol

10,84 8,39 81,43

Ekstrak Kental 5-30% (FHI, 2009) < 8,6% (MMI, 1995)

(63)

Besarnya kandungan air dalam ekstrak dapat mempengaruhi kualitas ekstrak, yaitu mempermudah pertumbuhan mikroba jamur yang dapat menurunkan aktivitas ekstrak. Tabel III menunjukkan bahwa kadar air ekstrak daun mengkudu memenuhi kriteria persyaratan kadar air dalam ekstrak kental.

Penetapan kadar abu total bertujuan memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Berdasarkan tabel III, kadar abu ekstrak daun mengkudu memenuhi kriteria persyaratan yang ditetapkan yaitu di bawah 8,6%.

Parameter kadar sari larut etanol bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah kandungan senyawa yang dapat diekstraksi. Berdasarkan tabel III, pelarut etanol yang digunakan memiliki kemampuan yang baik dalam menyari senyawa organik pada daun mengkudu. Hal ini diperkuat dengan penelitian Elyza (2013), di mana etanol 70% digunakan sebagai penyari daun mengkudu (Morinda

citrifolia L.).

Uji kuantitatif bertujuan untuk mengetahui kadar senyawa yang diinginkan. Senyawa yang berperan dalam membantu proses penyembuhan luka adalah senyawa flavonoid. Hasi penelitian Nayak et al. (2009), flavonoid merupakan kandungan kimia dari daun mengkudu yang diketahui memegang peranan yang penting dalam penyembuhan luka.

(64)

Hidayati, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa pelarut etanol merupakan pelarut yang sesuai untuk menyari senyawa flavonoid pada ekstrak daun mengkudu.

[image:64.595.102.512.297.578.2]

C. Hasil Uji Aktivitas Penyembuh Luka Insisi Ekstrak Daun Mengkudu Uji aktivitas penyembuh luka ekstrak daun mengkudu bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan efisinsi dari ekstrak daun mengkudu dalam membantu proses penyembuhan luka. Uji ini merupakan langkah awal yang digunakan untuk mengetahui potensi penyembuhan luka pada kulit hewan uji. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 5%. Menurut penelitian Ambiyani (2013), konsentrasi 5% ekstrak daun mengkudu sudah dapat meningkatkan proses regenerasi jaringan pada luka tikus putih galur wistar. Hasil pengukuran pengurangan panjang luka disajikan pada tabel IV.

Tabel IV. Hasil pengurangan panjang luka ekstrak daun mengkudu selama 7 hari

Hewan uji Pengurangan panjang luka

Kontrol negatif (cm)

Ekstrak daun mengkudu (cm) Tikus I Tikus II Tikus III 1,20 1,50 0,70 2,50 2,70 2,60

Rata-rata 1,13 ± 0,40 2,60 ± 0,10

(65)

D. Pengujian Sifat Fisik Gel Ekstrak Daun Mengkudu

[image:65.595.102.508.291.576.2]

Penelitian ini memformulasikan ekstrak daun mengkudu menjadi sediaan gel dengan variasi peningkatan konsentrasi karbopol 940. Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh konsentrasi karbopol 940 terhadap sifat fisik gel ekstrak daun mengkudu. Sifat fisik yang dievaluasi adalah organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar.

Tabel V. Hasil pengamatan organoleptis dan pengujian pH gel ekstrak daun mengkudu

Formula Hasil pengamatan organoleptis pH sediaan

A

B

C

D

Berbentuk semi-padat, berwarna coklat jernih, bau khas daun mengkudu

Berbentuk semi-padat, berwarna coklat jernih, bau khas daun mengkudu

Berbentuk semi-padat, berwarna coklat jernih, bau khas daun mengkudu

Berbentuk semi-padat, berwarna coklat jernih, bau khas daun mengkudu

6

6

6

6

1. Pengujian organoleptis dan pH

Gel ekstrak daun mengkudu perlu dilakukan pengujian secara organoleptis karena berpengaruh pada akseptablitas konsumen dan penampilan gel dapat menunjukkan secara langsung ketidakstabilan gel.

Berdasarkan tabel V, dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak daun mengkudu berbentuk semi-padat, berwarna coklat jernih, dan berbau khas daun mengkudu. Warna coklat didapatkan dari warna ekstrak daun mengkudu yang berwarna hijau kecoklatan.

(66)
[image:66.595.98.513.228.627.2]

Berdasarkan hasil pengukuran pH pada tabel V, menunjukkan sediaan gel ekstrak daun mengkudu memiliki pH 6. pH sediaan tersebut sesuai dengan keadaan fisiologis kulit.

Tabel VI. Hasil uji viskositas dan daya sebar gel ekstrak daun mengkudu dengan peningkatan konsentrasi karbopol 940

Formula Viskositas (d.Pa.s) Daya sebar (cm2)

A B C D

28,67 ± 1,53 150,00 ± 10,00 250,00 ± 10,00 303,33 ± 15, 28

38,51 ± 1,29 16,09 ± 0,18 10,57 ± 0,21 8,92 ± 0,51

2. Pengujian viskositas

Pengujian viskositas 48 jam sediaan gel ekstrak daun mengkudu bertujuan untuk melihat pengaruh dari peningkatan konsentrasi karbopol 940. Semakin banyak penambahan karbopol 940 akan meningkatkan nilai viskositas. Perbedaan viskositas terjadi disebabkan oleh jumlah gelling agent yang ditambahkan pada masing-masing formula, semakin banyak gelling

agent yang ditambahkan maka viskositas gel akan semakin tinggi. Formula A

(67)

Dari tabel VI, diketahui setiap formula gel ekstrak daun mengkudu memiliki viskositas yang berbeda bermakna (p-value < 0,05).Peningkatan viskositas dikarenakan terdapat gaya intermolekuler yang akan mengikat molekul solven pada matriks polimer sehingga mobilitas solven berkurang yang menghasilkan sistem tertentu dengan peningkatan viskositas.

3. Pengujian daya sebar

Pengujian daya sebar sediaan gel ekstrak daun mengkudu bertujuan untuk melihat pengaruh dari peningkatan konsentrasi karbopol 940. Semakin banyak penambahan karbopol 940 akan menurunkan nilai daya sebar. Perbedaan nilai daya sebar dipengaruhi oleh viskositas. Menurut Garg and Singla (2002), nilai daya sebar akan berbanding terbalik dengan nilai viskositas. Sediaan gel yang memiliki nilai viskositas yang semakin kecil maka sediaan tersebut memiliki daya sebar semakin besar, dan sebaliknya.

[image:67.595.101.513.239.619.2]
(68)

memiliki nilai daya sebar yang sesuai dengan rentang daya sebar yang diinginkan (4-6 cm).

Dari tabel VI, diketahui bahwa nilai daya sebar antar formula berbeda bermakna (p-value < 0,05). Tahanan gel ekstrak daun mengkudu untuk mengalir semakin besar sehingga kemampuan gel ekstrak daun mengkudu untuk menyebar semakin kecil, hal tersebut berkaitan dengan nilai daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas.

E. Pengujian Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Daun Mengkudu

Pengujian stabilitas fisik bertujuan untuk mengetahui kestabilan gel ekstrak daun mengkudu selama 28 hari penyimpanan. Kestabilan sediaan gel ekstrak daun mengkudu ini berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan sediaan saat digunakan. Stabilitas gel ekstrak daun mengkudu dilihat berdasarkan organoleptis, nilai pH, pergeseran viskositas dan daya sebar selama waktu penyimpanan. Waktu penyimpanan yang dimaksud adalah 28 hari.

1. Stabilitas organoleptis dan pH

(69)

Tujuan dilakukan uji stabilitas pH adalah untuk mengetahui perubahan pH selama waktu penyimpanan 28 hari. Perubahan nilai pH berkaitan dengan sifat iritan sediaan. Sediaan dapat mengiritasi kulit jika memiliki nilai pH yang tidak sesuai dengan kondisi fisiologis kulit. Sediaan gel ekstrak daun mengkudu tidak mengalami perubahan pH selama penyimpanan (pH masing-masing formula selama 28 hari penyimpanan adalah 6), hal ini menunjukkan gel dengan variasi jumlah karbopol 940 stabil.

2. Viskositas

[image:69.595.107.510.213.607.2]

Pergeseran viskositas dievaluasi selama 28 hari masa penyimpanan. Hasil pengukuran viskositas selama penyimpanan terkaji dalam gambar 7.

Gambar 7. Grafik stabilitas viskositas ekstrak daun mengkudu selama penyimpanan 28 hari

Hasil pengukuran pada gambar 7 menunjukkan perubahan viskositas sediaan gel ekstrak daun mengkudu selama waktu penyimpanan. Masing-masing formula mengalami penurunan viskositas yang berbeda tidak bermakna (p-value > 0,05).

0 50 100 150 200 250 300 350

2 7 14 21 28

Vis k o sit a s (dPa .s ) Formula A Formula B Formula C Formula D

(70)

Hal ini dikarenakan karbopol 940 merupakan viscosity enhancer, sehingga dengan penambahan karbopol 940 akan menjaga viskositas sediaan gel ekstrak daun mengkudu tetap stabil, dengan demikian peningkatan jumlah karbopol 940 akan meningkatkan stabilitas sediaan gel ekstrak daun mengkudu. Berdasarkan hasil pengujian viskositas, penggunaan karbopol 940 sudah mampu menghasilkan gel ekstrak daun mengkudu yang stabil dilihat dari segi viskositas.

3. Daya sebar

[image:70.595.101.514.263.659.2]

Pergeseran daya sebar dilakukan selama waktu penyimpanan 28 hari. Pengukuran daya sebar ini berhubungan erat dengan kemudahan saat pengaplikasian gel pada kulit dan jumlah zat aktif di dalamnya. Hasil pengukuran daya sebar selama 28 hari tersaji dalam gambar 8.

Gambar 8. Grafik stabilitas daya sebar ekstrak daun mengkudu selama penyimpanan

28 hari 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

2 7 14 21 28

Da y a Seba r (cm 2) Formula A Formula B Formula C Formula D

(71)

Berdasarkan gambar 8, terdapat peningkatan daya sebar dari masing formula gel ekstrak daun mengkudu. Pergeseran daya sebar masing-masing menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p-value > 0,05). Nilai daya sebar berhubungan erat dengan nilai viskositas sediaan. Hasil viskositas gel menunjukkan bahwa mengalami perubahan yang tidak bermakna, sehingga perubahan nilai daya sebar tidak bermakna. Berdasarkan hasil pengujian ini, penggunaan karbopol 940 mampu menghasilkan gel ekstrak daun mengkudu yang stabil dilihat dari segi daya sebar.

Penambahan karbopol 940 dalam sediaan gel menghasilkan perubahan nilai viskositas yang berbeda tidak bermakna mempengaruhi nilai daya sebar sehingga perubahan nilai daya sebar berbeda tidak bermakna pula. Hal ini dikarenakan tahanan gel untuk mengalir berbeda tidak bermakna sehingga perubahan kemampuan gel untuk menyebar juga berbeda tidak bermakna.

F. Uji Iritasi Sediaan Gel Ekstrak Daun Mengkudu

(72)
[image:72.595.99.515.168.721.2]

dengan menggunakan hewan uji tikus galur Wistar, yang diteliti proses eritema dan edema pada kulit hewan uji. Hasil uji iritasi disajikan pada tabel VII.

Tabel VII. Hasil uji iritasi gel ekstrak daun mengkudu pada kulit tikus galur Wistar

Tikus Ekstrak daun

mengkudu

Gel ekstrak daun mengkudu

Basis gel (kontrol negatif)

Eritema Edema Eritema Edema Eritema Edema

1 2 3 4 5 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Keterangan :

(-) tidak terjadi iritasi, (+) terjadi iritasi

Dari tabel VII, diketahui bahwa basis gel dan ekstrak daun mengkudu tidak mengiritasi kulit hewan uji yang digunakan, dilihat dari tidak terjadinya proses eritema dan edema pada kulit hewan uji. Hal ini menunjukkan bahwa bahan yang digunakan baik eksipien maupun ekstrak daun mengkudu tidak memiliki potensi mengiritasi kulit. Menurut Allen and Luner (2009), penambahan jumlah karbopol 940, pr

Gambar

Tabel I. Formula polyherbal gel forwound healing (100 g) .................
Gambar 12b.
Gambar 1. Struktur anatomi kulit (Nagori and Solanki, 2011)
Gambar 2. Tanaman mengkudu ( Morinda citrifolia L.) (Redriguez,2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan klaim dan perlindungan hukum adalah petugas klaim yang sedikit, keterlambatan tertanggung dalam pelaporan klaim,

Biaya reproduksi adalah sama dengan jumlah uang atau pembayaran lainnya yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu aktiva yang identik dengan aktiva yang sudah

9 Saya merasa puas karena saat ini saya bekerja sesuai dengan bidang keahlian saya. 10 Saya merasa puas dengan sistem kompensasi yang diterapkan ditempat saya bekerja saat

Digital Elevation Models play a crucial role for determining hydrological system of Wadis and secondly acts as a key feature in defining flow channels in Wadis for

Landasan Masyarakat Mengokupasi Kawasan Hutan Di Desa Sesaot, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB adalah tidak adanya pemberitahuan mengenai

tidak dibersihkan, maka hamburan kertas tersebut (berupa kertas, kerdus, bahkan.. kawat pengikat) akan masuk ke dalam gear pada konveyor dan akan merusak konveyor sehingga

be active in teaching learning process, because the students make learning by playing. So by using flashcards the teaching learning process will be more