• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keanekaragaman Burung Panta

Hasil penelitian yang telah dilakukan dari bulan Februari-April 2013 ditemukan 19 spesies burung pantai yang termasuk ke dalam 2 famili, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1. Jenis-Jenis Burung Pantai yang Ditemukan di Pantai Baru pada Bulan Februari-April 2013

No Famili Nama Spesies Nama Indonesia Status

Bulan

Februari Maret April 1 Charadriidae Pluvialis squatarola Cerek Besar LC √ √ -

2 Pluvialis fulva Cerek Kernyut LC √ √ √

3 Charadrius alexandrinus Cerek Tilil LC √ √ √

4 Charadrius mongolus Cerekpasir- mongolia

LC

5 Charadrius leschenaultii Cerekpasir-besar LC √ √ √

6 Charadrius veredus Cerek Asia LC √ √ -

7 Scolopacidae Numenius arquata Gajahan Besar NT/AB √ √ -

8 Numenius phaeopus Gajahan Pengala AB √ √ √

9 Numenius

madagascariensis Gajahan Timur

VU/AB

- -

10 Limosa lapponica Birulaut Ekor- blorok

LC

- -

11 Arenaria interpres Trinil Pembalik- batu

LC

√ √ -

12 Tringa totanus Trinil Kaki-merah LC √ - -

13 Tringa cinereus Trinil Bedaran LC √ √ √

14 Tringa hypoleucos Trinil Pantai LC √ √ √

15 Calidris canutus Kedidi Merah LC √ √ -

16 Calidris ruficollis Kedidi Leher-merah LC √ - -

17 Calidris ferruginea Kedidi Golgol LC √ √ -

18 Calidris alba Kedidi Putih LC √ √ -

19 Limicola falcinellus Kedidi Paruh-besar LC √ - -

Total 19 14 7

Keterangan: LC: Least Concern, NT: Near Threatened, VU: Vulnarable, A: UU No 5 tahun 1990, B: PP No. 7 tahun 1999.

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah spesies tertinggi ditemukan pada bulan Februari yaitu 19 spesies, kemudian mengalami penurunan pada bulan April dan Maret menjadi 14 spesies dan 7 spesies. Kondisi air pada bulan Februari

sedang pasang mati, sehingga mempengaruhi terbentuknya hamparan lumpur sebagai lokasi mencari makan burung pantai. Hal ini diduga mempengaruhi kehadiran burung pantai pada suatu lokasi. Dimana, pada saat kondisi air sedang pasang mati hamparan lumpur yang terbentuk sempit mengakibatkan jumlah burung pantai berkumpul dalam kelompok yang lebih besar dibandingkan pada saat pasang besar. Pengamatan pada bulan Maret, kondisi air sedang pasang besar yang mengakibatkan lokasi mencari makan burung pantai menjadi luas.

Pengaruh ketinggian air terhadap burung pantai pada saat penelitian dapat dilihat ketika air mulai pasang. Pada saat lokasi makan yang digunakan tertutup oleh air, burung pantai akan berpindah ke lokasi yang tidak tergenang oleh air laut dan akan meninggalkan lokasi mencari makan saat lokasi tertutup oleh air laut.

Faktor lain yang mempengaruhi kehadiran burung pada suatu lokasi adalah keamanan. Hal ini dapat dilihat selama pengamatan, dimana kelompok burung pantai akan terbang dari lokasi mencari makan ketika ada nelayan yang mendekati lokasi tersebut. Beberapa kelompok burung pantai akan hinggap kembali ke lokasi semula, tetapi sebagian burung pantai terbang mencari lokasi yang dianggap lebih aman.

Menurut Ma et al. (2009) faktor yang mempengaruhi kehidupan burung air diantaranya: ketinggian air, fluktuasi ketinggian air, vegetasi, salinitas, topografi, tipe makanan, kemudahan memperoleh makanan, ukuran lahan basah dan konektisitas lahan basah. Hal ini di dukung juga oleh Jumilawaty et al. (2011) yang menyatakan bahwa bervariasinya jumlah spesies dan individu yang ditemukan setiap bulan di Bagan Percut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: waktu dan lama pasang surut, ketinggian air, pola musiman, makanan, kemudahan memperoleh makanan (dipengaruhi tekstur sedimen dan profil sedimen), lingkungan, luas lahan basah, konektivitas lahan basah dan keamanan.

Faktor lain yang diduga mempengaruhi tingginya jumlah individu pada bulan Februari disebabkan karena kondisi lingkungan, seperti curah hujan. Hal ini dapat dapat dilihat pada Lampiran 9, dimana curah hujan pada bulan Februari (152 mm) tergolong sedang jika dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain.

Kecepatan angin dapat menghambat burung pantai saat terbang, tetapi tidak berpengaruh pada saat mencari makan. Hal ini disebabkan karena burung

pantai mencari makan dengan cara hinggap di hamparan lumpur. Jumilawaty (2012), faktor yang mempengaruhi tingginya jumlah individu dan spesies di bulan Februari adalah fluktuasi curah hujan, dimana pada curah hujan yang tinggi mengakibatkan jumlah burung air rendah, sebaliknya curah hujan rendah meningkatkan jumlah burung air. Jumilawaty (2013) menyatakan bahwa peningkatan jumlah spesies burung pantai migran pada bulan Februari berhubungan dengan pola musiman, ketersediaan makanan, kemudahan memperoleh makan dan keadaan lingkungan, dimana pada bulan Februari diduga merupakan waktu terbaik (ketersediaan makanan maupun keadaan cuaca) bagi burung pantai migran untuk memenuhi kebutuhan makan.

Hasil penelitian menemukan 19 spesies dan 1.589 individu burung pantai. Hasil ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jamaksari (2011) di Kawasan Muara Cimanuk, Jawa Barat yang menemukan 21 spesies dan 2.180 individu burung pantai. Tetapi, jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap et al. (2013) di Pantai Baru menemukan 11 spesies dan 4.837 individu burung pantai. Berdasarkan jumlah spesies penelitian ini lebih tinggi, tetapi jika dibandingkan jumlah individu lebih rendah. Perbedaan jumlah spesies dan jumlah individu yang ditemukan bisa disebabkan karena perbedaan waktu pengamatan serta kondisi lingkungan.

Jumlah individu dan spesies tertinggi ditemukan pada bulan Februari (Tabel 4.1 dan Gambar 4.1). Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah periode migrasi burung pantai. Dimana, semua burung pantai yang ditemukan adalah burung migran. Burung migran melakukan perjalanan migrasi ke belahan bumi selatan pada bulan September-Maret. Hal ini disebabkan karena perubahan kondisi alam yang ekstrim di lokasi berbiak burung migran. Kondisi ekstrim menyebabkan kurangnya pasokan makanan di lokasi berbiak burung migran.

Menurut Howes et al. (2003), burung migran memulai perjalanan menuju belahan bumi selatan (September-Maret) dan kembali ke lokasi berbiak (Maret- April). Perjalanan migrasi dilakukan karena kondisi alam yang ekstrim dilokasi berbiak burung migran. Secara umum, burung migran melakukan migrasi untuk memberikan tanggapan terhadap tekanan yang disebabkan oleh kondisi alam, untuk kelangsungan hidup mereka.

Jumlah Individu

Gambar 4.1. Perbandingan Jumlah Individu Burung Pantai

Berdasarkan status keterancaman yang mengacu pada Redlist IUCN 2007

Numenius arquata dikategorikan Near Threatened (mendekati terancam) dan

Numenius madagascariensis dikategorikan Vulnerable (terancam). Berdasarkan status perlindungan dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Numenius arquata, Numenius phaeopus dan Numenius madagascariensis dilindungi dalam UU No. 5 tahun 1990 (tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya) dan PP No. 7 tahun 1999 (tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa) (Tabel 4.1).

Jika dibandingkan jumlah individu dari spesies burung pantai yang ditemukan, jumlah tertinggi adalah Pluvialis fulva, sedangkan terendah Numenius madagascariensis hanya ditemukan 1 individu (Gambar 4.1). Rendahnya jumlah

Numenius madagascariensis berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Jumilawaty (2013) di Bagan Percut yang menemukan lebih dari 250 individu. Perbedaan jumlah bisa disebabkan karena perbedaan lokasi yang disukai oleh burung pantai, seperti, adanya perbedaan jenis makanan maupun tekstur sedimen. 0 50 100 150 200 250 Pluvialis squatarola Pluvialis fulva Charadrius alexandrinus Charadrius mongolus Charadrius leschenaulti Charadrius veredus Numenius arquata Numenius phaeopus Numenius madagascariensis Limosa lapponica Arenaria interpres Tringa totanus Tringa cinereus Tringa hypoleucos Calidris canutus Calidris ruficollis Calidris ferruginea Calidris alba Limicola falcinellus April Maret Februari

Jumlah individu tertinggi setiap bulan tidak tetap, bulan Februari

Charadrius mongolus merupakan yang mendominasi, bulan Maret Pluvialis fulva,

sedangkan padabulan April Tringa hypoleucos. Perbedaan tersebut diduga karena perbedaan siklus migrasi burung pantai itu sendiri.

Burung pantai dari famili Charadriidae 19 spesies diantaranya ditemukan di Asia. 31,6% dari burung pantai yang ada di Asia ditemukan di Pantai Baru. 28,3% dari 46 spesies burung pantai di Asia famili Scolopacidae terdapat juga di Pantai Baru (Tabel 4.2). Jika dibandingkan dengan jumlah burung pantai secara keseluruhan yang ada di Indonesia, jumlah burung pantai yang ada di Pantai Baru 34,55%. Dari persentasi tersebut dapat diketahui bahwa Pantai Baru memiliki arti penting bagi burung pantai.

Tabel 4.2. Perbandingan Jumlah Spesies di Asia, Indonesia dan Pantai Baru

No Famili Jumlah Spesies Perkawasan Persen

Asia Indonesia Pantai Baru

1 Charadriidae 19 16 6 31,6%

2 Scolopacidae 46 39 13 28,3%

Total 65 55 19

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Harahap et al. (2013), indeks keanekaragaman 2,00 (tergolong sedang). Hasil tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan, dimana indeks keanekaragaman berkisar antara 1,89- 2,50 yeng berarti indeks keanekaragaman tergolong sedang (Tabel 4.3). Odum (1993), menyatakan keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh pembagian atau penyebaran individu dalam tiap jenisnya, karena suatu komunitas walaupun banyak jenisnya tetapi bila penyebaran individunya tidak merata maka keanekaragaman jenis dinilai rendah. Menurut Alikodra (2002), faktor yang mempengaruhi nilai indeks keanekaragaman adalah kondisi lingkungan, jumlah jenis dan sebaran individu pada masing-masing jenis.

Tabel 4.3. Indeks Keanekaragaman Spesies (H’), Jumlah Spesies (S), Jumlah Individu (N), Indeks Kemerataan (E) Burung Pantai

Februari Maret April

H’ 2,50 2,21 1,89

S 19 14 7

N 971 572 46

Nilai keanekaragaman tertinggi ditemukan pada bulan Februari dan terendah pada bulan April. Hal ini di sebabkan pada bulan Maret-April burung pantai sebagai burung migran kembali ke lokasi berbiaknya yang mengakibatkan berkurangnya jenis maupun jumlah dilokasi penelitian.

Dokumen terkait