• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI

5.6 Kearifan Tradisional dalam Pemanfaatan Tumbuhan

Pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan Dusun Miduana saat ini merupakan pengetahuan yang berasal dari hasil interaksi mereka dengan alam sekitarnya. Pada umumnya pewarisan pengetahuan tradisional dilakukan secara lisan dari generasi ke generasi (Soekarman & Riswan 1992). Saat ini bentuk kearifan tradisional yang masih ada di Desa Balegede khususnya Dusun Miduana adalah pemanfaatan tumbuhan dengan disertai kesadaran untuk menjaga kelestarian spesies tumbuhan yang digunakan. Kesadaran dalam melestarikan ini tumbuh pada sebagian besar masyarakat Dusun Miduana bukan karena peraturan adat, tetapi karena mereka berpikir bahwa tumbuhan dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan hidup mereka. Kegiatan tersebut dapat terlihat dalam pembuatan gula aren, budidaya sejumlah spesies tumbuhan berguna yang berasal dari hutan, serta adanya tradisi terkait penghormatan terhadap padi (Oryza sativa).

5.6.1 Pembuatan gula aren

Pembuatan gula dari aren (Arenga pinnata) di Desa Balegede khususnya di Dusun Miduana sudah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu. Aren yang diambil niranya (disadap) berasal dari kebun masing-masing dan ada juga yang berasal dari kawasan cagar alam. Kebanyakan aren yang berada di kawasan cagar alam tumbuh di pinggiran kawasan dan berbatasan langsung dengan lahan milik masyarakat.

Dalam melakukan penyadapan aren di dalam kawasan cagar alam, pengelola cagar alam tidak mengatur pembagian aren untuk setiap penyadap. Setiap penyadap biasanya sudah mempunyai pohon dan areal sadapan

masing-kawasan ini masih dikelola oleh perhutani.

Peraturan bagi masyarakat yang menyadap aren (Arenga pinnata) di dalam kawasan cagar alam adalah harus menjaga aren serta lingkungan tempat tumbuh aren tersebut. Selain bagi penyadap aren, peraturan ini juga diterapkan kepada setiap masyarakat yang sering memanfaatkan hasil hutan non kayu lainnya. Peraturan ini berasal dari pihak pengelola cagar alam sebagai salah satu bentuk program pengamanan partisipatif bagi kawasan Cagar Alam Gunung Simpang.

Adanya upaya budidaya aren yang dilakukan oleh beberapa masyarakat juga menjadi bukti bahwa secara tidak langsung masyarakat melakukan praktek konservasi. Namun sejauh ini upaya budidaya tersebut belum berhasil, sehingga perbanyakan aren lebih tergantung kepada penyebaran yang dilakukan oleh musang. Pengambilan daun cangkuang (Pandanus furcatus) dari hutan sebagai pembungkus gula juga dibatasi dengan hanya mengambil daun tua sekitar 3-4 helai setiap individunya dan dilakukan secara bergilir pada lokasi yang berbeda.

Gambar 17 Gula yang dibungkus dengan daun cangkuang (Pandanus furcatus) Selain itu penggunaan sejumlah spesies tumbuhan dalam pembuatan gula aren juga membuat sebagian besar masyarakat menjaga populasi spesies tumbuhan tersebut. Spesies tumbuhan yang digunakan dalam pembuatan gula aren diantaranya adalah batang bambu gombong (Gigantochloa verticillata) sebagai tabung penampung nira, cetakan gula, dan tangga untuk menyadap nira, daun cangkuang (Pandanus furcatus) sebagai pembungkus gula, minyak kelapa (Cocos nucifera) dan biji kaliki (Ricinus communis) sebagai pamepes atau membuat gula membeku, batang dan daun tepus (Amomum coccineum) sebagai pembersih

tabung nira, daun ki seureuh (Piper aduncum), kulit kayu maranginan (Dysoxylum ramiflorum) dan raru (Usnea longissima) sebagai penetral nira yang asam, serta sejumlah tumbuhan yang dijadikan sebagai kayu bakar seperti kaliandra (Calliandra haematocephala).

Penggunaan tumbuhan dalam pembuatan gula aren merupakan kearifan tradisional yang harus dipertahankan karena dapat menghasilkan gula dengan kualitas tinggi yang bebas dari bahan-bahan kimia. Pada beberapa lokasi pembuatan gula yang lain sudah banyak yang menggunakan bahan-bahan kimia seperti deterjen untuk menetralkan nira yang asam dan mencuci tabung bambu penampung nira dengan sabun. Hal ini menyebabkan gula yang dihasilkan tidak bermutu tinggi dan tentu saja memberikan dampak negatif bagi yang mengkonsumsi.

5.6.2 Kegiatan budidaya spesies tumbuhan berguna

Pada mulanya banyak spesies tumbuhan yang dimanfaatkan langsung diambil dari hutan. Namun dengan adanya perubahan status kawasan hutan Gunung Simpang menjadi cagar alam, masyarakat sudah jarang mengambil hasil dari hutan secara langsung. Saat ini beberapa masyarakat telah membudidayakan beberapa spesies yang berasal dari hutan untuk mempermudah memenuhi kebutuhan.

Beberapa spesies yang sudah dibudidayakan adalah cangkuang (Pandanus furcatus), tamiyang cangkir (Thysanolaena maxima), dan reundeu (Staurogyne elongata). Cangkuang dibudidayakan karena permintaan terhadap daunnya yang tinggi sebagai pembungkus gula aren. Hal ini dikhawatirkan akan membuat populasi cangkuang menurun di hutan, sehingga masyarakat berinisiatif untuk menanamnya di kebun.

Gambar 18 Tumbuhan dari hutan yang dibudidayakan (a) cangkuang (Pandanus

furcatus) dan (b) tamiyang cangkir (Thysanolaena maxima)

Tumbuhan ini biasanya tumbuh di tebing-tebing di hutan, sehingga berkurangnya tamiyang cangkir dikhawatirkan akan mengakibatkan longsor Untuk menjaga jumlah populasinya di alam, maka sebagian anggota masyarakat menanamnya di lahan masing-masing. Reundeu merupakan tumbuhan yang sering digunakan sebagai lalap dan memiliki khasiat sebagai obat. Agar mudah memperolehnya, maka reundeu ditanam di kebun yang dekat dengan pemukiman. Kegiatan pengambilan pucuk reundeu juga memiliki aturan tertentu yakni apabila terdapat tiga pucuk dalam satu batang, maka yang diambil hanya satu pucuk saja, dua pucuk lainnya dibiarkan untuk pemetikan selanjutnya.

5.6.3 Tradisi lain yang masih dijalankan

Bentuk kearifan tradisional lainnya yang masih dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat di Dusun Miduanan adalah tradisi yang berkaitan dengan penghormatan terhadap padi (Oryza sativa). Bagi masyarakat Miduana padi merupakan tumbuhan yang sangat disakralkan karena merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Pada umumnya tradisi ini dilakukan oleh orang-orang yang masih memegang adat. Tradisi penghormatan terhadap padi dimulai dari proses menyemai benih padi sampai pengaturan ruangan untuk menyimpan padi di dalam rumah. Beberapa tradisi yang sering dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Miduana adalah:

1. Mitembian

Mitembian merupakan serangkaian upacara adat yang dilakukan sebelum penyemaian benih padi, penanaman padi, dan pemanenan padi. Upacara mitembian biasanya dilakukan oleh orang khusus yang mempunyai keahlian dalam melakukan tata cara upacara tersebut, yakni sesepuh maupun dukun. Orang yang melakukan mitembian biasanya menggunakan boeh rarang yang dikerudungkan. Boeh rarang merupakan kain warna putih seperti selendang yang biasanya diletakkan di pintu goah atau tempat menyimpan padi di dalam rumah.

Mitembian ditandai dengan ditancapkannya hanjuang (Cordyline fruticosa) di sawah yang akan dijadikan sebagai tempat pembenihan padi, sawah yang akan ditanami, atau sawah yang akan dipanen (Gambar 18). Selain menancapkan hanjuang, dilakukan juga pembakaran kemenyan dalam wadah dari anyaman

bambu yang disebut parukuyan. Kemudian setelah itu ditanamlah tetengger atau sejumput benih di sawah yang akan ditanami atau memotong sedikit padi di sawah yang akan dipanen sebagai tanda dimulainya penanaman atau pemanenan.

Gambar 19 Hanjuang (Cordyline fruticosa) yang ditancapkan di pembenihan padi Pelengkap dalam upacara adat ini bermacam-macam diantaranya berupa bubur merah-putih, rujak kelapa, kopi, minyak kelapa, dan tantang angin yakni semacam ketupat yang terbuat dari daun bambu tali (Gigantochloa apus) atau bambu gombong (Gigantochloa verticillata) berbentuk segitiga. Setelah upacara mitembian ini selesai barulah kegiatan penebaran benih padi, penanaman, atau pemanenan dapat dilaksanakan.

2. Rengkong

Rengkong merupakan rangkaian upacara adat yang dilaksanakan saat pemanenan padi. Pada upacara rengkong biasanya ditampilkan kesenian tarawangsa yakni semacam kacapi cianjuran atau kesenian musik khas Cianjur. Bahkan pada jaman dahulu biasanya ada kesenian yang disebut sandiwara yakni semacam pementasan wayang orang. Namun saat ini kesenian sandiwara dan tarawangsa ini jarang ditampilkan karena rengkong juga sudah jarang dilakukan. Saat ini masyarakat biasanya hanya melakukan upacara mitembian jika akan melakukan panen padi.

3. Upacara tutup taun

Upacara tutup taun dilakukan setelah selesai panen padi. Biasanya dilakukan dengan berdoa bersama di rumah warga yang panen. Upacara ini dilakukan dengan memotong tumpeng dan makan bersama. Biasanya upacara ini dilakukan oleh warga yang memiliki hasil panen cukup besar, sehingga dengan kata lain upacara tutup taun ini merupakan perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas melimpahnya hasil panen. Selain itu upacara ini juga

kegiatan makan bersama.

Pada masyarakat Padepokan Girijaya di sekitar Gunung Salak, upacara seperti ini dinamakan seren taun (Mirmanto et al 2008). Perbedaannya adalah dalam upacara seren taun terdapat serangkaian ritual lain selain dari makan bersama dan dilakukan secara bersama oleh masyarakatnya. Namun pada intinya kedua tradisi ini memiliki fungsi yang sama sebagai ungkapan rasa syukur atas rejeki yang mereka peroleh.

4. Ngaelepkeun

Ngaelepkeun merupakan adat dalam tata cara penyimpanan padi hasil panen yang dilakukan oleh orang tertentu seperti sesepuh atau dukun. Ngaelepkeun tidak bisa dilakukan pada sembarang hari tetapi pada hari-hari tertentu tergantung hari lahir pemilik padi. Ngaelepkeun dilakukan apabila hendak menyimpan padi hasil panen ke lumbung padi yang disebut leuit dan goah. Leuit merupakan bangunan kecil tempat menyimpan padi yang terpisah dari rumah, sedangkan goah merupakan ruangan tempat menyimpan padi yang terletak di dalam rumah.

Dalam upacara ngaelepkeun, padi yang telah diikat (digedeng) terbagi ke dalam beberapa macam. Ada gedengan biasa dan gedengan pokok yang terdiri dari indung, ikat, ampar kasur, capit hurang, dan panutup. Sebagian besar padi diikat berupa gedengan biasa, sedangkan untuk gedengan pokok hanya sebagian kecil saja. Makna dari gedengan pokok ini diibaratkan sebagai penjaga lumbung padi agar tidak mengalami gangguan apapun.

Pada indung biasanya diikatkan juga tembakau (Nicotiana tabacum) yang digulung dengan daun sirih (Piper betle). Ini merupakan simbol bahwa indung merupakan orang tua atau inti dari gedengan pokok. Dalam penyimpanan padi di lumbung terdapat susunan tertentu yang tidak boleh dilanggar. Padi gedengan pokok selalu berada di tengah tumpukkan dan dikelilingi padi gedengan biasa. Apabila aturan ini dilanggar, maka pemiliknya akan mengalami kabadi atau sakit secara misterius.

5. Nganyaran

Nganyaran merupakan upacara adat dalam menyimpan beras hasil panen ke dalam tempat beras berupa gentong besar dari tanah liat yang disebut buyung. Nganyaran harus dilakukan sebelum padi hasil panen dikonsumsi atau dijual. Upacara ini dilakukan dengan menumbuk padi hasil panen sehingga menjadi beras. Banyaknya padi harus dalam hitungan genap dan minimal dua genggam.

Beras hasil tumbukan kemudian disimpan dalam boboko atau wadah dari anyaman bambu. Peralatan dalam upacara ini adalah segelas air, sisir, cermin, hihid atau kipas dari bambu. Beras yang ada dalam boboko kemudian dimasukkan ke dalam buyung dan peralatan seperti sisir, cermin, dan hihid diletakkan di dekat buyung. Upacara nganyaran ini bertujuan untuk menghormati dewi Sri yang lebih dikenal oleh masyarakat Miduana sebagai Nyi Mas Geulis atas hasil panen yang diperoleh.

Beras kemudian dimasak dan orang pertama yang memakan nasinya adalah orang yang melakukan mitembian ketika panen. Sebelum orang yang melakukan mitembian memakan nasinya, pemilik padi dilarang memakan nasi dari padi hasil panen tersebut, apalagi sampai menjualnya. Padi baru boleh diolah atau dijual setelah dilakukan upacara nganyaran. Manfaat adanya tradisi ini secara tidak langsung mencegah adanya sistem ijon yang banyak merugikan petani. 6. Sistem pengaturan ruangan penyimpanan padi di rumah

Tempat penyimpanan padi di dalam rumah disebut goah. Penempatan goah di dalam rumah juga memiliki aturan tersendiri. Peletakan goah harus disusun berurutan dengan padaringan atau tempat menyimpan beras, hawu atau tungku sebagai tempat memasak, pintu keluar, dan air atau kamar mandi. Hal ini

s p k s r m p p

Dokumen terkait